Anda di halaman 1dari 28

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 31%

Date: Wednesday, November 23, 2022


Statistics: 2678 words Plagiarized / 8738 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yatimah (2007) dalam Pong-Masak et al.


(2007), Caulerpa ialah salah satu tipe rumput laut yang potensial buat dibudidayakan
sebab sudah diketahui serta digemari oleh sebagian warga. Di negeri Jepang serta
Philipina, C. racemosa dijadikan sebagai salah satu komoditas perikanan budidaya.
Maslukah, et al., (2004) menyatakan bahwa C. racemosa mengandung Iodium 480,665
µg dalam 100 g berat basah. kandungan Iodium ini lebih besar dibandingkan jenis
rumput laut lainnya, seperti: Gracilaria gigas, Gram. verrucosa, Sargassum sp. serta
Eucheuma cottoni. Faktor ini dibutuhkan oleh manusia buat perkembangannya.

Selanjutnya di Jepang dan Filiphina, Caulerpa dimanfaatkan sebagai substansi yang


memberikan efek anastetik dan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur
(Sengkey, 2000 dalam Pong-Masak. et al., 2007). Rumput laut merupakan biota laut
yang mengandung senyawa fenol yang memiliki berfungsi sebagai antioksidan, juga
kaya akan serat Iodium dan mineral-mineral penting lainnya. Tidak hanya itu rumput
laut memiliki senyawa-senyawa fitokimia yang lain yang berarti buat kesehatan serta
mempertahankan kualitas pangan.

Antioksidan yang ada pada rumput laut dapat melawan radikal bebas dalam tubuh,
dimana radikal bebas merupakan suatu molekul yang pada orbit 2 terluarnya
mempunyai satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan
sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh manusia (Fithrani.
2009). Rumput Caulerpa racemosa memiliki kemampuan menghasilkan sumber
antioksidan. Sifat Caulerpa racemosa yang aman dikonsumsi dan telah dimanfaatkan
sebagian masyarakat pesisir sebagai sayuran segar, memungkinkan rumput laut ini
dapat dieksplorasi sebagai sumber antioksidan alami (Fithrani. 2009).
Pengembangan rumput laut Caulerpa racemosa dibidang non pangan saat ini memiliki
potensi dan kandungan dalam kecantikan, dapat membantu meningkatkan ketersediaan
bahan kosmetik alami, salah satunya yang sering digunakan dan memudahkan dalam
perawatan adalah masker gel peel off. Penggunaan masker gel berbahan alami lebih
baik dibandingkan bahan sintetis karena menimbulkan efek samping bahkan dapat
merusak bentuk alami dari kulit (Grace et al., 2015). Masker peel off ialah sediaan
kosmetik perawatan wajah yang berupa gel serta dimana ketika diaplikasikan ke kulit
dalam waktu tertentu akan segera mengering, sediaan ini hendak membentuk susunan
film transparan yang elastis, sehingga bisa dikelupaskan (Morris, K., 1993).

Penggunaan sediaan masker gel peel off sangat mudah dalam pemakaian karena tidak
menimbulkan rasa sakit, dapat dibersihkan dengan cara mengangkat lapisan dari kulit
tanpa menggunakan air, sehingga lebih praktis dalam penggunaannya (Hary, 3 R. G,
1982). Gel adalah sistem setengah padat terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar terpenetrasi oleh suatu cairan
(Dirjen Badan POM RI, 1995). Stabilitas sediaan adalah suatu kemampuan sediaan atau
produk bertahan dalam batas yang ditetapkan, dimulai dari penyimpanan, penggunaan,
sifat dan karakteristiknya pada saat dibuat (Vadas, 2010).

Stabilitas suatu produk atau sediaan dipengaruhi banyak faktor. Secara umum, stabilitas
suatu produk dibedakan menjadi dua, yaitu stabilitas fisika dan stabilitas kimia. Stabilitas
fisika dan stabilitas kimia. Stabilitas fisika yaitu mengevaluasi keadaan fisik dari suatu
produk (perubahannya) selama periode penyimpanan. Sementara itu, stabilitas kimia
yaitu lamanya waktu suatu produk mempertahankan integritas kimia dan potensi yang
dimilikinya. Profil stabiltas suatu sediaan dapat dilihat selama penyimpanan. Profil
stabilitas berhubungan dengan daya tahan sediaan, efek potensial yang tidak diinginkan
diminimalkan serta membuat database untuk formulasi produk lain (Wijayanti, et al.,
2015).

Pengemasan ialah salah satu yang mempengaruhi terhadap kualitas produk selama
penyimpanan. Kemasan merupakan desain kreatif yang mengaitkan bermacam faktor
antara lain wujud, struktur, material, warna, citra, tipografi, serta unsur- unsur desain
dengan data produk supaya produk bisa dipasarkan. Kemasan berfungsi untuk
membungkus, melindungi, menyimpan, mengidentifikasi, mengenali, 4 serta
membedakan suatu produk di pasar (Chuansin, et al., 2006). Foil sachet merupakan tipe
kemasan kecil berbahan aluminium foil.

Kemasan aluminium foil mempunyai kemampuan yang sangat baik buat mengemas
produk pangan ataupun non pangan, sebab dibuat dari bahan tidak transparan serta
sangat sempurna produk yang memerlukan perlidungan dari cahaya maupun udara.
Sifatnya yang kedap udara membuat kemasan berbahan aluminium foil sering
digunakan untuk bahan-bahan yang memang dikemas untuk melindungi produk dalam
jangka waktu panjang (Wijayanti, et al., 2015). Tube, squeeze tube, ataupun collapible
tube merupakan kemasan yang bisa dilipat yang bisa digunakan buat cairan kental
semacam pasta gigi, cat air, perekat, dempul, serta salep.

Pada dasarnya kemasan tube merupakan barang silindris, berongga dengan profil
bundar ataupun lonjong, dibuat dari plastik, aluminium, ataupun logam yang lain.
Secara universal, di salah satu ujung tubuh tabung terdapat lubang bulat, yang bisa di
tutup dengan penutup yang mempunyai bermacam berbagai wujud berbeda
(Wikipedia, 2022). Pemilihan kemasan tergantung pada banyak perihal. Faktor- faktor
yang pengaruhi pemilihan kemasan merupakan stabilitas serta visikositas masker
terhadap kemasan.

Alasan saya menggunakan kemasan aluminium foil serta kemasan tube ialah buat
kemasan aluminium foil sebab sifatnya yang kedap udara membuat kemasan berbahan
aluminium foil ini kerap digunakan untuk produk yang memanglah dikemas buat
melindungi produk dalam jangka waktu 5 panjang. Sebaliknya buat kemasan tube
sendiri, kontaminasi dengan udara ataupun polusi dapat diminimalisasi sehingga tidak
mengusik isi dari produk tersebut. Perihal ini berarti produk spesialnya buat produk
kecantikan, terlebih untuk mereka yang memilki keadaan kulit sangat sensitif buat
menggunakan produk yang betul-betul masih terpelihara kesterilannya (Lu, 2007).

penelitian yang telah dilakukan oleh Jusmianty Febriani, (2019) terkait aplikasi anggur
laut Caulerpa racemosa pada pembuatan masker gel serta sediaan yang dihasilkan tidak
cocok dengan SNI, oleh sebab itu penelitian tersebut dilanjutkan oleh Nurhayanah
(2021) dengan melakukan perubahan formulasi sediaan masker gel peel off memakai
anggur laut Caulerpa racemosa. Riset dilanjutkan oleh Andi Fitri Ramadani (2022) terkait
analisis kandungan senyawa bioaktif masker gel peel off Caulerpa racemosa dengan
analisis karekteristik fisik yang meliputi uji organoleptik yang meliputi bantuk, warna,
dan bau.

Uji pH, viskositas, homogenitas, daya sebar, waktu mengering, daya lekat, uji
mikrobiologi (ALT) serta analisis fitokimia. penelitian yang dilakukan oleh Andi Fitri
Ramadani, (2022) belum menguji tentang stabilitas masker peel off rumput laut
Caulerpa racemosa pada kemasan. Terkait hal tersebut perlu dilakukan penelitian
lanjutan deng dul“Stilit n Mikrobiologi Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa
racemosa ” penelitian ini perlu dilakukan untuk mengukur kestabilan masker di dalam
kemasan. 6 B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana stabilitas
dan mikrobiologi masker gel peel off rumput laut Caulerpa racemosa? C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stablitas dan mikrobilogi masker gel peel off
rumput laut (Caulerpa racemosa). D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana stabilitas dan mikrobiologi
masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.

Rumput Laut Caulerpa racemosa Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa
negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah satu
komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia, karena pemanfaatannya
yang demikian luas dalam kehidupan sehari- hari, baik sebagai sumber pangan,
obat-obatan dan bahan baku industri Maulida R. (2007). Selama ini, permintaan rumput
laut secara internasional terus meningkat, namun masih dominan pada kelompok
Eucheuma/Kappaphycus dan Gracilaria sp., sedangkan kelas Chlorophyceae, seperti
Caulerpa, masih dimanfaatkan dan diperdagangkan secara lokal.

Caulerpa racemosa merupakan salah satu jenis rumput laut yang cukup potensial untuk
dibudidayakan karena telah dikenal dan digemari oleh sebagian masyarakat. Jepang dan
Filiphina, telah menjadikan C. racemosa sebagai salah satu komoditas perikanan
budidaya. Caulerpa merupakan alga yang banyak dijumpai pada pantai dengan rataan
terumbu karang. Rumput laut jenis ini tersebar merata di perairan Indonesia
(Poncomulyo, et al., 2006). Caulerpa merupakan salah satu genus alga laut dari Famili
Caulerpaceae dan termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau). Caulerpa
racemosa pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di sepanjang 8 pantai Tunisia
perairan Mediterania.

Makroalga laut jenis Caulerpa racemosa memiliki thallus berwarna hijau seperti tanaman
rumput, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2,5 - 6,0 cm. Batang
pokok berukuran antara 16-22 cm. Terdapat bulatan-bulatan seperti anggur pada
puncak cabang, panjang setiap puncak cabang sekitar 2,5 - 10,0 cm (Raniello et al.,
2004). Diantara pulau-pulau di Indonesia, Pulau Papua memiliki potensi rumput laut
yang cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan. Salah satu jenis rumput laut yang telah
banyak dimanfaatkan adalah Caulerpa racemosa.

Fithriani (2009) melaporkan bahwa Caulerpa racemosa adalah salah satu jenis rumput
laut hijau yang tumbuh secara alami di perairan Indonesia, bersifat edible atau dapat
dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sayuran segar atau lalapan (makanan kesehatan).
Caulerpa racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun dan memiliki butiran-butiran
kecil pada tangkainya yang menyerupai anggur oleh karena itu sering disebut sebagai
anggur laut. Keberadaannya dapat dijumpai di paparan terumbu karang dengan
kedalaman hingga 200 m. Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup menancap atau
menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen karang, pasir dan
lumpur.

Pertumbuhannya bersifat epifitik atau saprofitik dan kadang-kadang berasosiasi dengan


tumbuhan laut (Raniello et al., 2004). Distribusi dari rumput laut jenis Caulerpa racemosa
ini tersebar luas di daerah tropis dan subtropis, seperti Filipina, Vietnam, 9 Singapura,
Malaysia,Thailand, Taiwan, Cina, Indonesia, dan daerah barat perairan Pasifik. Alga jenis
ini tumbuh pada perairan keruh dan permukaan substrat berlumpur lunak, tepi karang
yang terbuka dan terkena ombak laut yang keras serta perairan tenang yang jernih dan
bersubstrat pasir keras.

Jenis ini sangat kuat melekat pada substrat karena akarnya kokoh dan bercabang
pendek. Beberapa daerah seperti Tapanuli dan Kepulauan Seribu alga ini dapat
konsumsi baik mentah maupun matang Nurjannah, et al., (2018). 1. Klasifikasi Caulerpa
racemosa Klasifikasi dari rumput laut Caulerpa racemosa adalah Kingdom : Plantae,
division : Chlorophyta, class : Thallophyta/Broypsidophyceae, order : Siphon
ales/Bryopsidales, family : Caulerpapacea, genus : Caulerpa, Spesies : Caulerpa racemosa.
Gambar 2.1 Rumput laut hijau jenis Caulerpa racemosa (Dokumentasi pribadi, 2022) 10
2.

Morfologi Caulerpa racemosa Ciri umum dari Caulerpa racemosa disebut juga anggur
laut yang keseluruhan tubuhnya terdiri dari satu sel dengan bagian bawah yang
menjalar menyerupai stolon yang mempunyai rhizoid sebagai alat pelakat pada subrat
bagian yang tegak, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2.5-6.0 cm.
Batang pokoknya berukuran antara 16-22 cm. Keberadaannya dapat dijumpai di
paparan terumbu karang dengan kedalaman hingga 200 m (Nurjannah, et al., 2018)
Caulerpa racemosa memiliki ciri khas berwarna hijau, selain mempunyai thallus dengan
stolon berukuran kurang lebih 5 cm, perakarannya relatif besar dan meruncing seperti
paku dengan panjang ramuli mencapai 8 cm.

Ramuli merupakan organ cabang atau percabangan dari stolon sebagai organ utama,
substansinya agak lunak dan terkesan kosong (gembos). Ramuli berdiameter antara 2-4
mm timbul pada stolon yang bercabang dan memiliki bulatan-bulatan dengan ujung
yang rata dan bertangkai serta tersusun di sekitar dan sepanjang ramuli. Caulerpa
racemosa memiliki bagian yang tegak disebut asimilator karena mempunyai klorofil.
Stulon dan rhizoid bentuknya hampir sama dari jenis ke jenis. Sedangkan asimilatornya
mempunyai bentuk yang bermacam-macam tergantung jenisnya (Yudasmara, 2014).

11 3. Komposisi Gizi Rumput Laut Caulerpa racemosa. Kandungan gizi pada rumput laut
Caulerpa racemosa berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh (Dwihandita, 2009)
disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Komposisi kimia rumput laut Caulerpa racemosa
(Dwihandita 2009). Senyawa Kadar (%) Kadar air 88,8 ± 0,5 Kadar abu 2,1 ± 0,2 Protein
1,5 ± 0,5 Kadar lemak 0,5 ± 0,1 Kadar serat 7,3 ± 0,5 Caulerpa racemosa mempunyai
senyawa metabolit sekunder yang cukup banyak.

Metabolit yang dihasilkan adalah glycoglycerolipid dan kelompok enol. Kandungan


lainnya adalah algliceryldmannoside ammoniu m yang digunakan sebagai antihelmintic
(zat pembunuh cacing), juga alkaloid yang digunakan sebagai penurun tekanan darah
(Nurjannah, et al., 2018). B. Kemasan aluminium foil sachet dan kemasan tube Kemasan
aluminium foil memiliki potensi yang sangat baik untuk mengemas produk pangan
maupun non pangan, karena terbuat dari bahan tidak transparan dan sangat ideal untuk
produk yang membutuhkan 24 perlindungan dari cahaya. Ketahanannya terhadap
pemindahan gas sangat penting untuk melindungi ketahanan produk pangan maupun
non pangan. Aluminium foil mampu menahan panas 12 sehingga dapat meningkatkan
ketahanan dari produk (Wijayanti, et al., 2015).

Kemasan tube adalah kemasan yang memenuhi unsur kenyamanan (convenience),


mudah dan gampang digunakan serta praktis terutama untuk produk yang memiliki
viskositas yang tinggi yang digunakan untuk mengatur keluarnya produk dan mudah
ditutup kembali. Dengan kemasan tube ini, kontaminsi dengan udara atau polusi di
sekitar bisa diminimalsasi sehingga tak menganggu isi dari produk tersebut. Hal ini
penting, terlebih bagi mereka yang memiliki kondisi kulit yang sangat sensitif untuk
menggunakan produk yang benar-benar masih terjaga kesterilannya (Fimela, 2015). C.
Jenis-jenis kemasan 1.

Kemasan gelas Kemasan gelas merupakan bahan kemas tertua dan telah populer sejak
3000 SM. Kemasan gelas sudah digunakan oleh bangsa Mesir Kuno. Secara fisika gelas
dapat didefenisikan sebagai cairan yang lewat dingin (supercolled liquid), tidak
mempunyai titik lebur tertentu dan mempunyai viskositas yang tinggi (> 103 Poise)
untuk mencegah kristalisasi (Syarief, et al, 1989). 2. Kemasan plastik Bahan pembuat
plastik pada mulanya adalah minyak dan gas sebagai sumber alami, tetapi di dalam
perkembangannya bahan- bahan ini digantikan dengan bahan sintesis sehingga dapat
13 diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi dan
ekstruksi. Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer yang
merupakan bagian atau rantai paling pendek. Misalnya plastik polivinil klorida
mempunyai monomer vinil klorida.

Di samping bahan dasar berupa monomer plastik, maka terdapat bahan-bahan


tinambah non plastik atau bahan aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
plastik. Bahan-bahan aditif dalam pembuatan plastik ini merupakan bahan dengan berat
molekul rendah, yaitu berupa pemlastis, antioksidan, antiblok, antistatis, pelumas,
penyerap sinar ultraviolet, bahan pengisi dan penguat (Syarief, et al, 1989) 3. Kemasan
kertas Kemasan kertas merupakan kemasan fleksibel yang pertama sebelumn
ditemukannya plastik dan aluminium. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada
proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.

Bebarapa jenis kertas yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas
kraft, kertas tahan lemak (grease proof). Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan
bahan-bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat protektif
(Syarief, et al, 1989). 4. Kemasan aluminium foil Alumunium foil banyak digunakan
sebagai bagian dari kemasan bentuk kantong bersama-sama dilaminasi dengan
berbagai jenis 14 plastik, dan banyak digunakan oleh industri makanan ringan, susu
bubuk dan sebagainya.

Sifat-sifat dari aluminium foil adalah hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga
dapat digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang
peka terhadap cahaya seperti margarin dan yoghurt. Aluminium foil banyak digunakan
sebagai bahan pelapis atau laminan (Syarief, et al, 1989). 5. Kemasan aerosol Kemasan
aerosol banyak digunakan untuk mengemas produk- produk non pangan seperti
kosmetika (parfum), pembersih kaca, pengharum ruangan, cat semprot, pemadam
kebakaran dan pestisida.

Penggunaan kemasan aerosol untuk bahan pangan adalah untuk whipped cream yaitu
krim sebanyak 90% erdiri dari susu, sirup jagung, sukrosa dan minyak nabati yang diberi
cita rasa dan bahan penstabil (Syarief, et el, 1989). D. Faktor pemilihan jenis kemasan
Pemilihan jenis kemasan bergantung pada banyak hal. Faktor- faktor yang
mempengaruhi pemilihan kemasan diantaranya adalah stabilitas masker, ketahanan
masker terhadap lingkungan, dan strategi pemasaran. Alumunium foil memiliki
beberapa ketebalan (bersatuan mikron) tergantung pada jenis sediaannya.

Sedangkan pada kemasan Tube adalah kemasan yang memehuni unsur kenyamanan,
mudah, dan gampang digunakan serta praktis terutama untuk produk yang memiliki
stabilitas tinggi. Pengemasan sangat berpegaruh terhadap 15 daya simpan sehingga
harus dilakukan pengemasan dan penyimpanan yang baik. Menurut (Azriani, 2006), hal
ini dimaksudkan untuk mempertahankan produk agar tetap baik dan memberikan
perlindungan pada produk dari kerusakan fisik seperti air, oksigen, sinar, dan
pencemaran lain seperti kotoran. E.

Stabilitas masker gel peel off Stabilitas suatu sediaan dapat dilihat dari profil
stabilitasnya selama penyimpanan. Pentingnya melihat profil stabilitas berhubungan
dengan keawetan (daya tahan) sediaan gel, meminimalkan efek potensial yang tidak
diinginkan dari ketidakstabilan suatu sediaan dan dapat membuat database yang
penting untuk formulasi produk lain (Vadas, 2010). Stabilitas produk merupakan fungsi
dari perubahan yang terjadi pada komponen produk karena lingkungan dan faktor
pemprosesan misalnya paparan cahaya, kelembaban, suhu.

Pelindung yang diberikan selama pemrosesan, penyimpanan, dan penanganan tidak


hanya memperlambat kerusakan produk, tetapi juga dapat meningkatkan kualitasnya.
Pelindung yang dimaksud adalah kemasan produk. Kemasan yang cocok bisa
memperlambat 15 tingkat kerusakan dan juga dapat memperpanjang umur simpan
produk. Berbagai macam kemasan dan pendekatan telah digunakan untuk mengetahui
interaksi dengan produk dan memberikan efek yang diinginkan (Fimela, 2015). 16 F.
Masker Masker gel merupakan kosmetik yang digunakan untuk merawat kondisi wajah
seseorang agar tetap sehat dan dengan penggunaannya masalah kulit wajah dapat
teratasi (Melayanti, 2017).

Kosmetik wajah yang umum digunakan hadir dalam berbagai bentuk sediaan, salah
satunya adalah masker gel yang dapat dilepas. Masker yang dapat dilepas terbuat dari
bahan karet seperti polivinil alkohol atau damar vinil asetat (Evrilia, et al., 2014). Masker
gel peel off kebanyakan digunakan dalam bentuk gel atau pasta yang dioleskan pada
kulit wajah. Saat alkohol yang terkandung di dalam masker telah menguap, lapisan tipis
dan transparan terbentuk di kulit wajah. Setelah lapisan tersebut bersentuhan dengan
wajah selama 15-30 menit, lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara
dikupas (Slavtcheff, 2000 dalam Izzati, 2014).

Masker gel peel off memiliki beberapa manfaat antara lain dapat merileksasikan otot
wajah, membersihkan, menyegarkan, melembabkan dan melembutkan kulit wajah
(Vieira, 2009). Masker yang dapat dilepas memiliki beberapa keunggulan seperti,
kemudahan penggunaan serta kemudahan dalam mencuci dan membersihkan. Selain
itu juga dapat diangkat atau dilepaskan sebagai membran elastis (Harry, 1973). Efek
antioksidan dan anti jerawat pada perawatan wajah lebih baik diformulasikan dalam
bentuk topikal daripada bentuk oral karena bahan aktifnya berinteraksi lebih lama
dengan kulit wajah.

Kosmetika wajah tersedia dalam beberapa bentuk sediaan, salah satunya adalah 17
masker gel yang dapat dilepas (Vieira, et al., 2009). Masker wajah merupakan kosmetik
perawatan kecantikan yang sangat populer untuk meningkatkan kualitas kulit
(Melayanti, 2017). Masker gel peel-off terbuat dari polivinil alkohol (PVA) dan setelah
diaplikasikan dan dikeringkan membentuk lapisan penutup pada wajah (Vieira, et al.,
2009). Bahan aktif ditambahkan ke formula untuk meningkatkan efek oklusi dan
pengencangan.

Formulasi ini mengandung bahan pelunak, pelembab, pengawet, surfaktan, pewangi


dan bahan aktif (Zague, et al., 2008). SNI 16-6070-1999, bentuk sediaan masker yang
digunakan untuk memberikan rasa kencang pada kulit dan efek membersihkan dan
menyegarkan kulit wajah. Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM RI
No.HK.00.06.4.02894 menunjukkan uji mikrobiologi hasil sedian masker terdapat
mikroba dengan jumlah dalam batas yang ditentukan SNI yaitu < 10 sehingga sediaan
masker hanya dapat digunakan selama 7 hari (Putri, 2019). 18 Tabel 2.2

Syarat mutu sediaan masker SNI (16-6070-1999) Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Deskripsi - Homogen Bebas partikel asing Zat aktif % Sesuai PerMenkes RI No.
445/Menkes RI/V/1998 Zat r Warna % Sesuai PerMenkes RI No. 445/Menkes/Per/V/1998
Zat Pengawet % Sesuai PerMenkes RI No. 445/Menkes/Per/V/1998 Raksa dan
Senyawanya - Sesuai PerMenKes RI No. 445/ MenKes/Per/V/1998. Hidrokinon - Sesuai
PerMenKes RI No. 445/ MenKes/Per/V/1998. Hidrokinon Monobenzileter - Sesuai
PerMenKes RI No. 445/ MenKes/Per/V/1998. Cemaran Mikroba Koloni/g Maks.

10 5 Angka lempeng total Ko loni/g Negatif Staphylococcus Koloni/0,01g Negatif


Auerus Pseudomonas aeruginosa Koloni/0,01g Negatif Candida albicans Koloni/0,01g
Negatif G. Sediaan Masker Gel Peel Off Sediaan gel untuk masker peeling mengandung
beberapa bahan antara lain, zat aktif dan basis gel yang dapat membentuk lapisan film
tipis (gelling agent). Ada juga zat tambahan lainnya seperti humektan, pengawet,
chelating agent (pengikat logam), pewarna dan pewangi. Beberapa senyawa pembentuk
gel yaitu gum arab, karbomer turunan selulosa, HPMC dan PVA.

Kandungan PVA adalah faktor terpenting yang mempengaruhi kemampuan


pembentukan film dari masker gel yang dapat dilepas. Gel mengandung bahan aktif
atau bahan obat dan dapat juga 19 bahan aktif sebagai bahan pembersih atau
penyegar, seperti pada masker gel kosmetik (Beringhs, et al., 2013). Konsentrasi bahan
pengental atau pembentuk gel pada formula masker peel off gel juga dapat
mempengaruhi viskositas dan waktu pengeringan produk, sehingga diperlukan formula
optimasi untuk menghasilkan masker peel off dengan sifat fisik yang baik (Haerani,
2018). Bahan yang digunakan dalam sediaan masker gel peel off antara lain: 1. Zat Aktif
Bahan aktifnya dapat membersihkan, mencerahkan dan menyegarkan kulit. Salah satu
jenis tumbuhan yang berpotensi dalam kosmetika adalah alga.

Alga mengandung senyawa fenolik yang berfungsi sebagai antioksidan. Selain itu,
ganggang juga mengandung fitokimia lain yang penting untuk kesehatan dan menjaga
kualitas makanan. Penggunaan antioksidan sintetik pada semua bahan pangan harus
dikontrol dengan baik karena bila digunakan secara berlebihan, fungsi antioksidan
dalam tubuh kita menjadi toksin. Untuk lebih memanfaatkan antioksidan alami untuk
meningkatkan penyerapan antioksidan yang dibutuhkan tubuh kita, salah satu bahan
makanan yang menjadi sumber antioksidan alami adalah rumput laut (Tri Dewanti.
2006).

Peneliti lain juga telah melaporkan (Chew. et al., 2007) dan (Suresh Kumar, et al., 2008)
bahwa rumput laut mengandung fenol dengan aktivitas antioksidan yang ditunjukkan
oleh konsentrasinya dan aktivitas antioksidan pada rumput laut 20 menggunakan
metode uji yang berbeda. Antioksidan rumput laut dapat melawan radikal bebas di
dalam tubuh karena radikal bebas adalah molekul dengan satu atau lebih elektron tidak
berpasangan di orbit luarnya, yang sangat tidak stabil dan sangat reaktif, sehingga
dapat membahayakan tubuh manusia.

Efek antioksidan untuk perawatan kulit wajah lebih baik diformulasikan dalam bentuk
topical dibandingkan oral karena zat aktif akan berinteraksi lebih lama dengan kulit
wajah (Tri Dewanti. 2006). 2. Basis Gel Polivinil Alkohol adalah polimer sintetis yang larut
dalam air dengan rumus (C2H4O)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial
terletak di antara 500 dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000 -
200.000. Polivinil alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem, dan tidak
berbau (Rowe et al, 2009). Basis gel atau zat pembentuk gel adalah polimer yang
membentuk matriks tiga dimensi yang mengikat air dan pengisi gel lainnya.

Basis gel yang umum digunakan adalah polimer polivinil alkohol sintetik (PVA) atau
polimer hidroksipropil metilselulosa semi- sintetik (HPMC), yang berperan penting
dalam membentuk lapisan film tipis saat masker digunakan. Polivinil alkohol merupakan
bahan pembentuk film yang banyak digunakan pada sediaan topikal dengan
konsentrasi 10-16%. Sifatnya dapat membuat gel yang cepat kering, membentuk lapisan
film yang transparan, kuat, elastis dan melekat 21 dengan baik. Polyvinyl alcohol dapat
melembabkan, mengangkat sel kulit mati dan membersihkan kulit (Chakraborty et al.,
2017).

Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) adalah polimer sintetik yang digunakan sebagai


pembentuk film dalam pembuatan sediaan masker gel peel off. Penggunaan HPMC
meliputi peningkatan viskositas, pendispersi, pengemulsi, penstabil dan zat pensuspensi,
pengikat dalam formulasi tablet dan pengental. HPMC dapat digunakan dalam
konsentrasi 2-4%. HPMC berbentuk bubuk granular atau off-white. HPMC larut dalam
air dingin membentuk larutan koloid kental yang hampir tidak larut dalam air panas
(Rowe, 2009). 3. Gliserin Gliserin bersifat higroskopis dan kurang beracun dibandingkan
glikol lainnya.

Gliserin merupakan larutan bening, tidak berwarna, kental, tidak berbau dan berasa
manis dan sedikit menyengat (Kibbe, 2004). Pelarut, ekstraktan, pengawet. Antiseptik
seperti etanol dan antijamur seperti gliserin dan hanya sedikit kurang efektif
dibandingkan etanol. Gliserin juga digunakan dalam kosmetik dan makanan sebagai
pembawa, pengemulsi dan rasa. Humektan, pengawet meningkatkan aktivitas pengawet
(Rowe, et al, 2009) Gliserin bersifat humektan, sehingga dapat berfungsi sebagai
pelembab kulit.

Dalam kondisi atmosfer sedang atau kondisi kelembapan tinggi, gliserin dapat
melembabkan kulit dan mudah dibersihkan. Gliserin adalah cairan bening, tidak
berwarna, tidak 22 berbau, kental, higroskopis dan berasa manis. Gliserin larut dalam air
(Arita, et al., 2009). Gliserin umumnya digunakan dalam sediaan oral, topikal dan
parenteral. Dalam formulasi topikal dan kosmetik, gliserin digunakan sebagai humektan
dan emolien dengan konsentrasi 30%. Selain itu, digunakan dalam gel cair dan non-cair
sebagai pelarut dan pelarut bersama. Bahan ini tidak kompatibel dengan oksidator kuat
seperti kalium permanganat (Rowe, 2009). 4.

Trietanolamin (TEA) Triethanolamine (TEA) juga dikenal dengan trolamine, adalah


senyawa kimia organik cair, kental, dengan bau amonia ringan. Kelarutannya dapat
bercampur dengan aseton dalam benzene 1:24 larut dalam kloroform, bercampur
dengan etanol. TEA akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal
dan ester dengan adanya asam lemak tinggi. Stabilitas TEA dapat berubah menjadi
warna cokelat dengan paparan udara dan cahaya (Rowe, 2009). 5. Pewangi Tujuan
pewangi pada produk gel masker peel off adalah untuk meningkatkan kenyamanan dan
estetika pada saat digunakan . Bahan yang digunakan biasanya disesuaikan dengan zat
berkhasiat seperti oleum sitrat untuk pengunaan zat vitamin C.

Parfum memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena dapat


memberikan keceriaan hidup (joy of live) dan memberikan aroma wangi pada bahan
yang memiliki aroma yang tidak sedap (Arita, et al., 2009). 23 6. Pelarut Aquades adalah
cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Aquadest digunakan
sebagai pelarut. Penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1979). Aquades
tidak kompatibel dengan bahan yang mudah terhidrolisis, bereaksi dengan garam
anhidrat dan bahan kalsium organik koloid (Syarifah, et al., 2015). 7.

Pengawet Propylene glycol banyak digunakan sebagai pelarut dan pengawet dalam
formulasi parenteral dan non-parerenteral. Propilen glikol umumnya digunakan sebagai
pelarut, pengawet, plasticizer, emulsifier, dan humektan dalam berbagai formulasi
farmasi. Propilen glikol digunakan dalam berbagai formulasi farmasi dan umumnya
dianggap sebagai zat tidak beracun (Rowe et al., 2009). Propilen glikol digunakan
sebagai humektan untuk menjaga stabilitas formulasi gel dengan mengurangi
penguapan air dari formulasi, dan selain menjaga stabilitas, humektan juga berperan
dalam menjaga hidrasi kulit (Andini, et al., 2017).

24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini tergolong dalam
penelitian percobaan (experimental laboratories). Metode eksperimental laboratories
merupakan metode penelitian uji coba hal yang baru terhadap stabilitas pada masker
gel peel off rumput laut (Caulerpa racemosa). Dengan parameter uji Viskositas, pH,
Organoleptik dan Angka Lempeng Total (ALT). Pembuatan masker gel peel off rumput
laut Caulerpa racemosa terdiri dari beberapa tahap antara lain; 1.

Persiapan (Preparasi sampel) Tahap persiapan penelitian, meliputi persiapan alat dan
bahan pembuatan masker, rumput laut Caulerpa racemosa sebagai bahan baku yang
diperoleh dari nelayan dalam bentuk segar kemudian dilakukan beberapa tahap
pembersihan. Rumput laut jenis Caulerpa racemosa segar dicuci dan disortir dari
kotoran, seperti pasir, batu, dan cangkang kerang dan rumput laut jenis lainnya. Setelah
bersih, rumput laut hijau Caulerpa racemosa dicuci kembali dengan air tawar yang
mengalir sebanyak lima kali. kemudian dikemas dengan kantong plastik yang telah terisi
air bersih dan dibawa ke tempat penelitian. 2.

Tahap pembuatan formula masker gel peel off Caulerpa racemosa Rumput laut
(Caulerpa racemosa) yang telah dicuci bersih 25 selanjutnya dilumatkan dengan
menggunakan blender, kemudian ditimbang sesuai dengan formula yang digunakan. a.
Komposisi formulasi masker gel Peel off Caulerpa racemosa Adapun komposisi formula
rumput laut Caulerpa racemosa yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.1
Komposisi formula masker gel Peel Off Caulerpa racemosa (Nurhayanah, 2021) Bahan
Konsentrasi (b/b) Caulerpa racemosa 10 % Polivinil Alkohol 10 % Carbomer 940 0,5 %
Gliserin 5 % Trietinolamin (TEA) 0,5 ml Pengawet 1 % Parfum 0,01 ml Aquades Add 100
ml b. Pembuatan masker Pembuatan sediaan masker gel peel off Caulerpa racemosa
mengacu pada penelitian (Luthfiyana, et al., 2019) yang dimodifikasi sebagai berikut; 1.
Pembuatan masker gel feel off diawali dengan penimbangan bahan. 2.

Polivinil alkohol (PVA) digerus hingga lebih halus kemudian dikembangkan dengan cara
dilarutkan kedalam aquadest panas diatas penangas air pada suhu 70-80 ° C. 3.
Carbomer 940 dikembangkan dengan aquades dingin hingga larut, kemudian dicampur
kedalam basis polivinil alkohol sambil diaduk membentuk campuran yang homogen. 26
4. Gliserin dan TEA dihomogenkan kedalam basis polivinil alkohol 5. Di tambahkan
konsentrasi 10 grumput laut Caulerpa racemosa 6. Pengawet ditambahkan dengan
konsentrasi 1 % kedalam rumput laut Caulerpa racemosa 7. Parfum di tambahkan
kedalam basis gel sambil lakukan pengadukan hingga diperkirakan homogen. 8.

Aquades di tambahkan hingga mencapai 10 ml sampai membentuk campuran basis gel


yang homogen. 9. Terakhir dilakukan penyimpanan ke dalam dua kemasan berbeda
yaitu Aluminium foil sachet dan kemasan tube. 3. Tahap pengujian stabilitas dan
mikrobiologi Hasil dari optimasi formula terbaik dilanjutkan dengan pengujian kualitas
fisik sediaan masker gel peel off terhadap parameter uji Viskositas, organoleptik, nilai pH
dan Angka Lempeng Total (ALT) (Lisdawati, 2006). 27 Alur proses pembuatan masker gel
peel off rumput laut (Caulerpa racemosa) dapat dilihat pada Gambar 3.1 Gambar 3.2
Diagram alir penelitian stabilitas dan mikrobiologi masker gel pell off Caulerpa
racemosa.

Pembuatan masker gel peel off Penambahan konsentrasi 10 g rumput laut Caulerpa
racemosa Aluminium foil sachet Tube Uji stabilitas H-14 Pengemasan Uji mikrobiologi
H-0 H-28 H-7 28 B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini telah dilakasanakan pada
bulan Juli – Agustus Tahun 2022 di Kampus Universitas Hasanuddin yang terletak di Jl.
Perintis Kemerdekaan Km 10 dan di kampus Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.
Pengujian kualitas masker gel peel off rumput laut (Caulerpa racemosa) dilaksanakan di
dua tempat yaitu di Laboratorium Kimia Terpadu FMIPA Universitas Hasanuddin dan
Laboratorium TPHP Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. 29 C.

Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini dapat disajikan dalam tabel
berikut ini; Table 3.2 Alat dan kegunaan pembuatan masker gel peel off rumput laut
Caulerpa racemosa (Nurhayanah, 2021). No. Alat Kegunaan 1. Timbangan Mengukur
berat bahan 2. Blender Pelumat rumput laut ( Caulerpa racemosa) 3. Penangas air
Pemanas air 4. Thermometer Pengukur suhu 5. Spatula Penghomogen campuran 6. 7.
Tube Aluminium foil sachet Kemasan masker Kemasan 7. Timbangan Pengukur berat
sampel dan media 8. Erlenmeyer Wadah pembuatan media 9. Autoclave Pensteril alat
10. Botol pengencer Wadah larutan 11. Tabung reaksi wadah pengenceran 12. Cawan
petri Wadah medium agar 13.

Pipet volume Mengambil larutan pengencer 14. Bunsen Sterilisasi dan pemijaran 16.
Colony counter Penghitung koloni 17. Timbangan Menimbang sampel 18. pH meter
Pengukuran asam basa 19. Gelas ukur Wadah sampel 20. Scoresheet Lembar penilaian
23. Timbangan analitik Menimbang sampel Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dapat disajikan pada tabel berikut ini: 30 Table 3.3 Bahan dan kegunaan pembuatan
masker gel peel off rumput laut Caulerpa racemosa (Nurhayanah, 2021) Bahan
Kegunaan Caulerpa racemosa Zat Aktif Polivinil Alkohol Basis Gel Carbomer 940
Pembuatan hidrogel Gliserin Humektan Trietanolamin (TEA) Pengemulsi dan alkalizing
agent Pengawet Menghambat timbulnya mikroorganisme Parfum Pewangi Aquades
Pelarut D. Unit Analisis Unit analisis dalam penelitian masker gel peel off Caulerpa
racemosa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). E.

Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel
acak sederhana (Simple Random Sampling) merupakan teknik pengambilan sampel
yang memberikan kesempatan yang sama kepada populasi untuk dijadikan sampel
(Sugiono, 2012). Pengambilan sampel secara acak terhadap produk masker gel peel off
rumput laut Caulerpa racemosa dengan cara memilih langsung secara acak dari
populasi atau sampel masker gel peel off Caulerpa racemosa yaitu pengambilan sampel
produk masker gel peel off Caulerpa racemosa dengan masing-masing isi kemasan yaitu
100 ml. F. Objek Penelitian Objek penelitian masker gel peel off Caulerpa racemosa
adalah 31 analisis stabilitas fisik yaitu viskositas dan organoleptik, pengujian kimia yaitu
nilai pH.

Pengujian mikrobiologi yaitu ALT (Angka Lempeng Total). Analisis mikrobiologi dan
stabilitas masker peel off. Stabilitas masker peel off meliputi: 1. Stabilitas Adapun analisis
stabilitas masker gel peel off Caulerpa racemosa sebagai berikut: a. Organoleptik Uji
organoleptis dilakukan dengan melihat warna, mencium bau, dan tekstur dari gel alami
yang dibuat (Ansel, 1989). Dilakukan dengan 3 orang relawan (Depkes RI, 1979). b. Uji
pH (Derajat keasaman) Uji pH menggunakan kertas pH, dengan ditimbang 1 gram
sediaan yang telah ditambahkan aquadest, dicelupkan kertas pH kedalam sediaan,
kemudian ditunggu hasil yang didapat disesuaikan dengan angka pH.

Hasil pembacaan yang stabil merupakan pH gel tersebut, yang diharapkan sama dengan
pH kulit yaitu 4,5-6,5 (Depkes RI, 1979). c. Uji viskositas Pengujian viskositas dengan
menggunakan viskometer VT-04E dilakukan dengan menempatkan sejumlah sampel
dalam viskometer. Ukuran spindle dan kecepatan putaran yang akan digunakan diatur,
dan selanjutnya alat dinyalakan, dan 32 viskositas dari masker gel peel off akan terbaca.
Nilai viskositas sediaan gel yang baik yaitu 2000- 4000centi poins (Garg, et al., 2002). 2.

Mikrobiologi Adapun analisis mikrobiologi masker gel peel off Caulerpa racemosa
sebagai berikut: a. Uji Mikrobiologi (ALT) Menurut SNI 7388 tahun 2009, yang dimaksud
dengan ALT adalah jumlah mikroba aerob mesofilik yang ditemukan dalam per gram
atau per milliliter contoh yang ditentukan melalui metode standar.7 Mikroba yang
dimaksud termasuk bakteri, kapang, dan ragi.13 Metode standar yang disarankan
merujuk pada metode berdasarkan FDA.

ALT dapat dipergunakan sebagai indikator proses higine sanitasi produk, analisis
mikroba lingkungan pada produk jadi, indikator proses pengawasan, dan digunakan
sebagai dasar kecurigaan dapat atau tidak diterimanya suatu produk berdasarkan
kualitas mikrobiologinya. Alat dan tempat lainnya disemprotkan alkohol karena
pengujiannya dikerjakan secara steril. Dinyalakan lampu bunsen. Disiapkan 2 buah
cawan petri dan masing-masing diberi label 10- 2 sampai 10- 3. Pada tabung reaksi 10-2
dihomogenkan lalu dipijarkan dan dipipet 0,5 ml dengan menggunakan mikropipet
kemudian cawan petri dipijarkan dengan lampu bunsen kemudian pengenceran 10- 2
tersebut 33 dimasukkan dalam cawan petri dan diberi label 10-2.

Tabung reaksi 10-3 dipijarkan dilampu Bunsen dan dipipet 0,5 ml dengan mikropipet
dan dimasukkan kedalam cawan petri yang sudah dipijarkan pada lampu bunsen dan
diberi label 10- 3. Goyangkan cawan petri dengan hati-hati sehingga tercampur merata
dan memadat. Masukkan semua cawan petri dalam keadaan posisi terbalik kedalam
incubator pada suhu 35-370c selama 48 jam. Amati dan hitung jumlah koloni yang
tumbuh. Setelah itu cawan petri dibungkus kembali dengan kertas dan dimasukkan
dalam autoklaf dengan suhu 120C selama 15 menit (Sundari, 2019).

Perhitungan jumlah koloni Angka Lempeng Total mikroorganisme dipilih dari cawan
petri yang jumlah koloninya antara 30-300. Pada penentuan angka lempeng total ini
digunakan metode agar tuang (pourplate), jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada
media agar dihitung setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Setelah inkubasi
4 x 24 jam dilakukan perhitungan koloni. Dapat dianggap bahwa tiap koloni berasal dari
sebuah sel, maka jumlah koloni dapat mewakili jumlah sel yang diperhitungkan dalam
bahaya dianalisis (Sundari, 2019). 34 G.

Analisa Data Untuk mengetahui perbandingan jumlah koloni pada masker Gel Peel Off
Rumput Laut Caulerpa racemosa pada dua kemasan berbeda yaitu kemasan alumunium
foil dan kemasan tube. Digunakan uji t dengan model independent sampel. Sebagai alat
bantu untuk mengolah data digunakan program SPSS versi 21. 35 BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN A. Pemilihan jenis kemasan Dalam penelitian ini dipilih dua jenis
kemasan, yaitu kemasan tube dan kemasan alumunium foil. Kemasan tube sebagai
bahan pengemas yang bersifat resisten terhadap kelembaban, dapat ditutup rapat,
mempunyai sifat tahan pecah dan tahan sobek.

Aluminium foil merupakan kemasan simpan kedap uap air dan gas yang tahan terhadap
pengaruh kelembaban dari luar kemasan sehingga dapat melindungi mutu fisik dan
fisiologis (Chuansin, et al., 2006). Adapun pengujian stabilitas dan mikrobiologi, dimana
pengujian untuk stabilitas meliputi Viskositas, organoleptik, pH. Sedangkan untuk
mikrobiologi yaitu Angka Lempeng Total (ALT). B. Viskositas Viskositas berkaitan dengan
konsistensi. Viskositas harus dapat membuat sediaan mudah dioleskan dan dapat
menempel pada kulit. Sediaan dengan konsistensi yang lebih tinggi akan berpengaruh
pada aplikasi penggunaannya. Nilai viskositas sediaan gel pada umumnya berkisar
12.000-20.000 cPs (Zulkarnain, et al., 2013). Pengukuran viskositas dilakukan dengan
menempatkan 50 mL sampel dalam viskometer Brookfield DV-E hingga spindel
terendam.

Viskometer Brookfield DV-E dijalankan kemudian viskositas dari sediaan masker gel 36
peeloff akan terbaca (Septiani, et al., 2011). Pengujian viskositas pada sediaan masker
gel peel off bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi rumput laut Caulerpa
racemosa pada sediaan. Viskositas sediaan perlu dijamin untuk menghasilkan gel yang
optimal. Gel dengan viskositas terlalu rendah menyebabkan waktu kontak dengan kulit
tidak cukup lama sehingga aktivitas bahan aktif tidak optimal, viskositas yang besar
meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga menurunkan daya sebar
(Garg, et al., 2002). 4.1 Hasil Uji Viskositas Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa
Racemosa Kode sampel 1 2 3 Tube 14,04 10,70 9,87 Alumunium Foil 11,56 10,70 10,42
Dari tabel di atas di dapatkan hasil pada kemasan tube didapatkan nilai rata-rata 11.53
dengan tiga kali pengulangan, sedangkan untuk kemasan alumunium foil di dapatkan
nilai rata-rata 10.89 dengan tiga kali pengulangan. Nilai viskositas menurut SNI adalah
37cP-396cP.

Dari hasil pengujian viskositas menunjukkan bahwa semakin waktu penyimpanan dapat
mempengaruhi viskositas (Puspita, 2014). Selanjutnya dilakukan uji t diperoleh nilai sig.
0,002 < 0,05, maka terdapat perbedaan yang bermakna pada dua kemasan berbeda.
Viskositas yang terlalu tinggi tidak diharapkan karena dapat menyebabkan masalah
penuangan suspensi dari wadah dan sulitnya sediaan. Viskositas masker memilki 37
hubungan dengan daya sebar, semakin kental suatu sediaan akan mamilki daya sebar
yang lebih kecil.

Nilai viskositas yang diinginkan untuk sediaan adalah 6000-24000 cps, dilakukan uji
viskositas untuk mampu menggambarkan tahan dari suatu sediaan untuk mengalir.
Semakin besar tahanannya maka semakin besar viskositanya. Semakin tinggi suatu
bahan, maka bahan tersebut akan memilki kecenderungan semakin baik karena
pergerakan partikel akan menjadi sulit dengan makin kentalnya suatu bahan
(Ameliawati, 2012). Gel dengan viskositas terlalu rendah menyebabkan waktu kontak
dengan kulit tidak cukup lama sehingga aktivitas bahan aktif tidak optimal, viskositas
yang besar meningkatkan waktu retensi pada tempat aplikasi, tetapi juga menurunkan
daya sebar (Garg, et al., 2002) C. Uji pH (derajat keasaman) Derajat keasaman (pH)
merupakan nilai pengukuran konsentrasi ion hidrogen dalam larutan dan menunjukkan
keseimbangan antara asam dan basa.

Derajat keasaman (pH) adalah kondisi kimia air yang berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan (Handayani, 2013). Pengukuran pH sediaan dilakukan untuk mengetahui
pH Uji pH adalah parameter fisikokimia yang dikerjakan dengan pengujian bahan
topikal, mempunyai tujuan untuk mengetahui kualitas sediaan saat digunakan hingga
tidak terjadi iritasi kulit wajah. Bahan topikal seharusnya mempunyai pH yang setara
dengan pH Balance kulit yaitu 4,5-8,0 Jika nilai pH dibawah standar dari 4 dan melebihi
8. Mampu mengiritasi kulit (Karmilah dan Nirwatirusli, 2018). 38 Uji ini dapat dilakukan
dengan menggunakan pH meter.

Mula-mula elektroda dikalibrasikan dahulu dengan dapar standar pH 4 dan pH 7.


Kemudian elektroda dicelupkan kedalam sediaan masker gel dan nilai pH kan muncul di
layar. Nilai pH yang muncul pada pH meter kemudian di catat (Depkes. 2004). Masing
masing formula harus memenuhi rentang pH dengan kisaran sesuai dengan pH kulit
yaitu 4,5-6,5. Menurut SNI 164399 – 1996 pH untuk produk yang di aplikasikan pada
kulit berkisar 4,5 – 8,0. Jika sediaan terlalu asam maka akan memicu iritasi kulit,
sedangkan jika sedian terlalu basah akan mengakibatkan kulit kering bersisik (Karmilah
dan Nirwatirusli 2018). Pengujian pH (derajat keasaman) pada Masker Gel Peel Off
Rumput Laut Caulerpa racemosa.

Gambar 4.1. Hasil ukur pH pada Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa
5.83 5.68 5.57 5.67 5.62 5.64 5.59 5.58 Alumunium foil Tube pH (derajat keasaman) H-0
H-7 H-14 H-28 39 Keterangan H-0 : Hari pertama H-07 : Hari ketujuh H-14 : Hari
keempat belas H-28 : Hari keduapuluh delapan Pada gambar diatas menunjukkan hasil
ukur nilai pH pada sediaan Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa
didapatkan nilai pH yang berbeda di setiap pekan, pengamatan terhadap nilai pH pada
sediaan masker terlihat bahwa kedua kemasan pada setiap pekan cenderung
berubah-ubah, yakni terjadi penurunan dan kenaikan pH secara bervariasi, dimana pada
hari ke 0 hasil ukur pH pada kemasan Tube memilki nilai 5.68 dan untuk kemasan
alumunium foil hasil ukurnya memiliki nilai 5.83 dapat dikatakan pH pada masker di hari
ke 0 masih aman digunakan.

Di hari ke tujuh hasil ukur pH pada kemasan tube memilki nilai 5.67 sedangkan untuk
kemasan alumunium foil hasil ukurnya mendapatkan nilai ukur 5.57 yang dapat
dikatakan bahwa pH pada masker di hari ke tujuh masih aman digunakan untuk kulit.
Memasuki hari ke empat belas hasil ukur pH pada kemasan tube memiliki nilai ukur 5.64
sedangkan untuk hasil ukur pada kemasan alumunium foil nilainya yaitu 5.62. Untuk
hasil ukur di hari dua puluh delapan yaitu pada kemasan tubenya memilki nilai 5.58
sedangkan untuk hasil ukur pH kemasan alumunium foil di minggu terakhir yaitu
bernilai 5.59 yang artinya sama dengan pH kulit wajah yaitu 4,5-6,5 dapat disimpulkan
bahwa pH masker di dua kemasan berbeda baik digunakan karena masih memenuhi
syarat pH pada kulit.
Perubahan nilai pH dapat menandakan adanya reaksi atau 40 kerusakan komponen
penyusunan di dalam sediaan tersebut sehingga dapat menaik-turunkan nilai pH pada
masker (Troy, Beringer. 2006). Terjadinya penurunan dan kenaikan pH pada dua
kemasan tersebut di setiap minggunya, disebabkan karena pengaruh suhu ruangan dan
pengadukan yang tidak konstan. Penurunan pH disebabkan masuknya karbondioksida
kedalam wadah pada saat pengukuran dilakukan. Adanya karbondioksida yang bereaksi
dengan air menyebabkan pH menjadi asam. Perbedaan ini menunjukka bahwa pH dari
sediaan tidak stabil selama penyimpanan yang kurang baik (Handayani, 2013).

SNI 164399-1996 pH produk yang diaplikasikan pada kulit berkisar 4,5-8,0. Jika sediaan
terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi pada kulit, sedangkan jika sediaan terlalu
basa dapat memicu atau menyebabkan kulit menjadi kering atau bersisik. Dalam
rentang waktu satu bulan dilakukannya pemeriksaan pH dan nilai pH tidak mengalami
perubahan yang tidak terlalu jauh. Nilai pH masker gel peel off yang dihasilkan berada
dalam rentang pH kulit sehingga sediaan tidak menimbulkan iritasi pada kulit, maka
dapat disimpulkan bahwa basis yang sudah digunakan cocok.

Hasil pengujian pH masker gel peel off rumput laut Caulerpa racemosa menggunakan
pH meter mencapai syarat pH kulit menurut SNI. D. Organoleptik Uji organoleptik
merupakan pengujian yang dilakukan untuk melihat beberapa karakteristik berupa
perubahan warna, bentuk dan bau dari Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa
racemosa berdasarkan SNI 41 01-2346-2006. Tabel 4.1. Uji organoleptik masker gel peel
off rumput laut Caulerpa racemosa pada panelis pertama. No. Kemasan Organoleptik
Hari ke- 0 7 14 28 1.

Alumunium foil Bentuk K K SK SK Warna HM HM HT HK Bau BK BK BK BK Tube Bentuk K


K SK SK Warna HM HM HT HC Bau BK BK BM BM Alumunium foil Bentuk K K SK SK
Warna HM HM HB HC Bau BK BK BK BM Tube Bentuk K K SK SK Warna HM HM HT HC
Bau BK BK BM BM 3 Alumunium foil Bentuk K K SK SK Warna HM HM HT HK Bau BK BK
BM BM Tube Bentuk K K SK SK Warna HM HM HT HC Bau BK BK BM BM 42 Keterangan:
K : Kental SK : Sangat Kental HM : Hijau Muda HT : Hijau Tua HB : Hijau Bening HK :
Hijau Kekuningan HC : Hijau Kecoklatan BK : Bau Khas BM : Bau Menyengat Pemeriksaan
organoleptik sediaan masker gel peel off rumput laut Caulerpa racemosa dilakukan
selama 4 pekan, tujuannya adalah untuk melihat tampilan fisik suatu sediaan (bentuk,
bau dan warna).

Pengamatan yang dilakukan terhadap F0 yaitu bentuknya setengah padat dikarenakan


adanya PVA yang bertindak sebagai gelling agent, baunya yaitu berbau khas, dan
warnanya hijau muda dikarenakan ada penambahan rumput laut Caulerpa racemosa 10
g sehingga basis berwarna hijau muda. Secara organoleptik, keseluruhan sediaan
masker peel off pada evaluasi awal masih berwarna hijau muda dan sedikit pudar yang
disebakan karena terdapat gelembung udara pada masker, bentuknya setengah padat
dikarenakan adanya PVA yang bertindak sebagai gelling agent, baunya yaitu bau khas,
karena adanya penambahan pewangi atau parfum sebanyak 0,01 ml dan warnanya hijau
muda dikarenakan adanya penambahan ekstrak sebanyak 10 gram.

lalu perlahan-lahan setelah dilakukan pengamatan pada dua kemasan berbeda


perubahan warna sediaan menjadi hijau kecoklatan bening. Hal ini sesuai dengan 43
pernyataan yang dikemukakan oleh Tridiyani (2012), apabila suhu penyimpanan semakin
tinggi dan semakin lama penyimpanan, warna pada produk akan mengalami perubahan
menjadi coklat akibat laju oksidasi semakin meningkat. Perubahan warna sediaan
menjadi hijau kecoklatan diakibatkan karena secara perlahan-lahan gelembung udara
mulai menghilang.

Pada masker yang berada dalam dua kemasan berbeda secara perlahan-lahan mulai
dari memilki bau yang khas sehingga sediaan menjadi berbau sedikit menyengat yang
diakibatkan dari rumput laut itu sendiri yang mengeluarkan aroma laut. Menurut
Tridiyani (2012), perubahan bau pada produk disebabkan dari meningkatnya suhu atau
lama penyimpanan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi dalam bahan sehingga
mengakibatkan bau menyengat. Perbedaan yang terlihat jelas pada kedua sediaan
selama masa penyimpanan selama 4 minggu adalah warna sediaan yang menjadi jernih
serta gelembung udara yang semakin berkurang.

Pada saat pengujian awal, terdapat banyak gelembung udara pada sediaan dan
berwarna sedikit keruh. Gelembung yang sangat banyak ini dimungkinkan karena pada
proses pengadukan selama pembuatan sediaan yang merangkap udara disekitar
sediaan yang bergerak melingkar. Tetapi gelembung tersebut perlahan berkurang
selama penyimpanan baik pada kemasan alumunium foil maupun pada kemasan tube.

Hal ini disebabkan karena seiring dengan lamanya penyimpanan maka udara di dalam
gelembung yang membentuk buih menekan dinding gelembung dengan kuat sehingga
gelembung tersebut pecah dan perlahan berkurang 44 (Padmadisastra et al., 2003). E.
Angka Lempeng Total (ALT) Angka Lempeng Total adalah angka yang menunjukkan
jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1 ml atau 1 gram sampel yang diperiksa. Prinsip
dari ALT adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel
makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian
dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C.

Uji angka lempeng total merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung
adanya bakteri yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa. Uji angka lempeng total
dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour plate) dan teknik
sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap sediaan yang
diperiksa yaitu untuk menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada media pengenceran
sampel. Pengenceran bertujuan untuk mengurangi jumlah populasi mikroorganisme.

Tanpa dilakukannya pengenceran, koloni yang tumbuh akan menumpuk dan


menyulitkan dalam perhitungan jumlah koloni. Perhitungan dilakukan terhadap petri
dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300. Angka lempeng total dinyatakan sebagai
jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengenceran. Jika sel jasad renik
yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik tersebut akan
berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat dihitung
dengan menggunakan mata tanpa mikroskop (Djide. 2003).

Kontaminasi mikroorganisme pada suatu produk sangat dihindari 45 karena mudah


mengalami kerusakan kualitas produk. Berdasarkan SNI 01- 2897-1992 perhitungan
angka lempeng total hanya pada cawan petri yang mengandung 25-250 koloni bakteri.
Metode hitungan cawan merupakan cara yang paling sensitif untuk menentukan jumlah
jasad renik karena beberapa hal yaitu: a. Hanya sel yang masih hidup yang dapat
dihitung. b. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali. c. Dapat digunakan
untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang terbentuk mungkin berasal
dari jasad renik yang menetap menampakkan pertumbuhan yang spesifik (Joko, 1989).

Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada standarisasi awal bahan didapat hasil
sebagai berikut. Tabel 4.2. Total koloni masker gel peel off rumput laut Caulerpa
racemosa Pekan I Pekan II Pekan III Pekan IV Standar Alfol Tube Alfol Tube Alfol Tube
Alfol Tube Maksimal 10 ² Kol/g. SNI 2332.3:2015 1,9X10 ² cfu/g 1,6X10 ² cfu/g 2,4X10 ²
cfu/g 2,1X10 ² cfu/g 3,6X10 ² cfu/g 2,7X10 ² cfu/g 3,9X10 ² cfu/g 3,0X10 ² cfu/g 46
Gambar 4.2.

Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT) Keterangan H-0 : Hari pertama H-07 : Hari ketujuh
H-14 : Hari keempat belas H-28 : Hari keduapuluh delapan Berdasarkan Gambar 4 di
atas, menunjukkan bahwa bahwa sampel pada Masker Gel Peel Off Rumput Laut
Caulerpa racemosa pada kemasan tube memilki jumlah bakteri paling rendah
dibandingkan dengan kemasan alumunium foil setiap minggunya. Pada pekan pertama
terdapat pada kemasan Almunium foil terdapat 190 jumlah bakteri dengan 2 kali
pengenceran, sedangkan pada kemasan Tube terdapat 160 jumlah bakteri dengan 2 kali
pengenceran.

Untuk di pekan ke dua, pada kemasan Alumunium foil terdapat 240 jumlah bakteri
dengan 2 kali pengenceran dan Alumunium foil Tube H-0 190 160 H-07 240 210 H-14
360 270 H-28 390 300 190 160 240 210 360 270 390 300 0 50 100 150 200 250 300 350
400 450 Angka Lempeng Total (ALT) Axis Title 47 untuk kemasan Tube terdapat 210
jumlah koloni dengan 2 kali pengenceran. Pada pekan ke tiga terdapat 360 jumlah
bakteri pada kemasan Alumunium foil sedangkan untuk kemasan Tube terdapat 270
jumlah bakteri. Di pekan ke empat, untuk kemasan Alumunium foil terdapat 390 jumlah
bakteri dengan 2 kali pengenceran sedangkan untuk kemasan Tube terdapat 300 jumlah
bakteri dengan 2 kali pengenceran.

Hal ini menunjukkan tingginya jumlah bakteri pada kemasan Alumunium foil yang
mengalami peningkatan sebesar 10% setiap minggunya, berbeda dengan kemasan
Tube yang mengalami peningkatan jumlah bakteri sebesar 5%. Pada Pekan ke empat
jumlah bakteri kertas meningkat lebih tinggi, sehingga diperoleh jumlah nilai ALT pada
kemasan plastik berada di bawah maksimal ALT, pada H-0 sampai H-28 dari standar SNI
ALT (5,0 x 10 4 koloni/g), dengan kode SNI 2332.3:2015 dalam hal ini kemasan Tube
masih direkomendasikan untuk dijadikan kemasan. Menurut Budiyanto (2012), hal ini
dipengaruhi oleh kerapatan dan kemampuan dari masing-masing kemasan.

Kemasan yang memiliki kerapatan yang tinggi menandakan bahwa kemasan tersebut
memilki struktur yang tertutup, artinya tidak mudah ditembus oleh fluida dan gas
(Bierley, et al., 1989) dalam (Budiyanto, 2012). Yanti, et al., (2008) bahwa hasil
metabolisme bakteri antara lain adalah air yang dapat meningkatkan kadar air pada
produk. Oleh karena itu, semakin banyak bakteri yang tumbuh, maka jumlah air yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Hasil uji t menunjukkan bahwa pengujian pengujian
masker gel peel 48 off dalam kemasan Tube dan Alumunium foil berbeda nyata, ini
dimungkinkan karena proses pengolahan, pengemasan transportasi dan kondisi
penyimpanan yang menjadi penyebab tingginya jumlah mikroba pada masker gel peel
off dalam kemasan alumunium foil.

Hal ini juga dipertegas oleh Nunoo dan Kombat (2013) yang menyebutkan bahwa pada
proses pengolahan, pengemasan, transportasi dan kondisi penyimpanan yang kurang
baik menjadi penyebab tingginya jumlah mikroba. Pada saat baru di produksi, mutu
sediaan dianggap dalam keadaan baik dan akan menurun sejalan dengan lamanya
penyimpanan. Selama penyimpanan sediaan akan mengalami kehilangan bobot, nilai
sediaan, mutu, nilai uang, daya tumbuh, dan kepercayaan (Rahayu et al. 2003).

Perubahan produk selama penyimpanan terutama disebabkan oleh aktivitas enzim dan
mikroorganisme sehingga menjadi kurang layak digunakan. Aktivitas selama
penyimpanan sangat dipengaruhi antara lain oleh suhu dan kandungan oksigen (Rahayu
et al. 2003). Faktor fase pertumbuhan bakteri juga diduga menjadi faktor penyebab
meningkatnya jumlah mikrobiologi ALT seiring dengan lama penyimpanan. Semakin
lama disimpan, jumlah bakteri semakin meningkat. Jumlah mikrobiologi semakin
meningkat. Jumlah mikrobiologi ALT pada penyimpanan pekan keempat jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan pekan pertama.

Hal ini diduga disebabkan karena pada penyimpanan pekan kedua dan ketiga
merupakan waktu yang masih dalam fase pertumbuhan bakteri sehingga terjadi
peningkatan jumlah mikrobiologi ALT. Menurut Sedjati dan Agustini (2007) pada lama
penyimpanan empat pekan masih 49 terjadi fase pertumbuhan bakteri. Secara
keseluruhan grafik hasil perhitungan jumlah bakteri pada masker gel peel off Rumput
Laut Caulerpa racemosa dengan dua kemasan berbeda yaitu kemasan Alumunium foil
dan kemasan Tube dengan 2 kali pengenceran masuk kedalam tidak layak untuk di
pakai karena tidak memenuhi standar SNI (16-6070-1999) dengan persyaratan negatif
atau tidak memiliki bakteri dalam masker.

Nur (2009) menyatakan ketahanan kemasan Tube terhadap uap air yang lebih baik
dibandingkan dengan kemasan Alumunium yang mempunyai sifat kadap air, karena
pertumbuhan mikroba dapat ditekan karena ketersediaan oksigen yang sangat minim
dalam kemasan Tube. Pertumbuhan mikroba yang tinggi disebabkan karena terjadinya
oksigen, air bebas dan udara optimal untuk mendukung pertumbuhan mikroba
(Tshikantwa, et al., 2018). Semakin lama penyimpanan kekentalan sediaan maka semakin
menurun hal ini disebabkan viskositas yang menurun karena sediaan yang bersifat
higroskopik dapat menyerap kelembaban udara sehingga menambah volume air dalam
sediaan.

Kandungan kadar air dalam sediaan sangat mempengaruhi konsistensi mutu dan
keawetan bahan pangan. Kadar air akan mempengaruhi sifat-sifat fisik dan sifat kimia
dari produk dan kerusakan produk oleh mikroorganisme serta kerusakan enzimatis
lainnya. Kenaikan kadar air pada sediaan dalam kemasan dipengaruhi oleh permeabilitas
uap air, sifat penyerapan uap air bahan pangan dan kelembabaan relatif lingkungan
sekitar kemasan. Kelembaban relatif lingkungan juga sangat berpengaruh untuk umur
50 simpan pada produk, pada kelembaban relatif lingkungan yang tinggi maka akan
mengandung lebih banyak uap air sehingga akan menyebabkan terjadinya penyerapan
uap air ke dalam produk.

Semakin banyak uap air yang diserap oleh produk maka akan mempercepat kerusakan
yang menyebabkan umur simpan pada produk menjadi lebih singkat (Rahayu, 2007).
Menurut Hafriyani, et al., (2008), yang menyatakan bahwa kelembaban udara pada
ruang penyimpanan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses penyerapan uap
air dari udara ke bahan yang menyebabkan terjadinya peningkatan kadar air. Heldman
dan Singh dalam Syalfina (2007) menyatakan bahwa kenaikan kadar air disebabkan pula
oleh adanya perbedaan tekanan luar dan tekanan dalam kemasan yang akan
menyebabkan adanya mobilisasi air.

Bila tekanan luar lebih besar lebih besar dari tekanan dalam kemasan maka uap air akan
berpindah dari luar dalam kemasan, sehingga lambat laur kadar air produk akan
meningkat. Semakin besar tekanan luar dan dalam kemasan, semakin singkat umur
simpan produk tersebut karena mobilisasi uap air terjadi semakin cepat. Selain itu
penyimpanan dalam suhu yang lebih tinggi akan menyebabkan pemuaian kemasan
sehingga pori-pori kemasan akan membesar dengan peristiwa dan adanya perbedaan
tekanan dalam dan tekanan luar kemasan serta perbedaan kelembaban maka
penyerapan uap air akan lebih cepat terjadi. Amir (2015) menyatakan kondisi lingkungan
yang mempengaruhi pertumbuhan dan penggandaan bakteri bakteri adalah sebagai
berikut: 1.

Waktu 51 Dalam selang waktu sel bakteri dapat membelah diiri paling tidak selama
10-12 menit, sehingga dalam waktu 24 jam jutaan bakteri dapat muncul dari satu sel
tersebut. Namun, ketika lingkungan sel berubah, maka laju pertumbuhan sel tidak dapat
bertahan dalam jangka waktu yang lama. Ini karena sumber nutrisi yang tersedia dan
produk limbah yang dihasilkan dapat mencemari lingkungan intraseluler. 2. Nutrisi
Semua organisme hidup memerlukan sumber makanan sebagai sumber bahan kimia,
yang merupakan penyusun dasar sitoplasma sel, dan sebagai sumber energi. 3. Air
Semua kehidupan membutuhkan air untuk mempertahankan hidup.

Ketika air mengkristal dalam bentuk es atau kimia terikat dalam larutan garam atau gula
yang kuat, itu tidak digunakan oleh bakteri. 4. Suhu Setiap bakteri memilki sejumlah
suhu yang khas baginya, yaitu optimum (suhu tertnggi yang pertumbuhannya tidak
akan terjadi) dan minimum (suhu rendah yang pertumbuhannya tidak akan terjadi). 5.
pH pH adalah istilah ilmiah untuk keasaman atau salinitas suatu cairan. Bakteri dapat
tumbuh dan berkembang hanya dalam kisaran pH tertentu. Kebanyakan bakteri lebih
suka hidup di lingkungan yang netral. 52 6. Oksigen Semua mikroorganisme bernafas.

Dengan kata lain, mereka mendapatkan energi dengan memecah bahan kimia tertentu
di dalam sel, biasanya gula. Kemampuan bakteri untuk membutuhkan oksigen dalam
jumlah yang bervariasi untuk bernafas dapat dikelompokkan sebagai berikut: aerob
(membutuhkan oksigen untuk bernafas), anaerob (dapat bernafas tanpa oksigen),
fakultatif (dapat bernafas dengan atau tanpa oksigen) dan mikroaerofilik (membutuhkan
sedikit oksigen untuk bernafas). 53 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.

Kesimpulan Dari penelitian Masker Gel Peel Off Rumput Laut Caulerpa racemosa, untuk
uji ALT di dapatkan hasil dimana pada kemasan Alumunium foil lebih tinggi jumlah
bakterinya di bandingkan pada kemasan Tube. Sedangkan sediaan masker gel peel off
Rumput Laut Caulerpa racemosa memiliki stabilitas fisik yang memenuhi syarat dilihat
dari uji organoleptis, dan uji pH. B. Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk
menggunakan kemasan lain seperti kemasan pot untuk sediaan Masker Gel Peel Off
Rumput Laut Caulerpa acemosa sehingga menjadi sediaan yang sangat baik khususnya
dalam bentuk sediaan kosmetik

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - repository.radenintan.ac.id › 10771 › 2
3% - media.neliti.com › media › publications
<1% - eprints.umm.ac.id › 38085 › 3
<1% - www.neliti.com › publications › 174332
<1% - majalah1000guru.net › 2014 › 03
<1% - www.academia.edu › 43375045 › Antioksidan_Radikal_Bebas
<1% - text-id.123dok.com › document › lq5odv2jz-perumusan
<1% - www.neliti.com › publications › 112989
<1% - www.researchgate.net › profile › Taufik-Hidayat-8
<1% - digitalcommons.ciis.edu › ijts-transpersonal
2% - download.garuda.kemdikbud.go.id › article
<1% - farmasiindustri.com › industri › sediaan-gel-farmasi
<1% - www.saka.co.id › news-detail › uji-stabilitas-pada-sediaan-obat
<1% - www.academia.edu › 35739807 › STABILITAS_FISIK_MAKALAH
<1% - www.kajianpustaka.com › 2016 › 10
1% - www.kemasansinergy.com › artikel › kemasan-aluminium
<1% - dikemas.com › video › perbedaan-kemasan-alumunium
<1% - www.foodreview.co.id › blog-5669244-Parameter
<1% - www.delinewstv.com › 2021/07/416-membuat-kemasan
<1% - primatamaglobalindo.web.id › tempat-kosmetik › soft-tube
<1% - www.researchgate.net › publication › 348162047
<1% - jurnal.unw.ac.id › index › ijpnp
1% - core.ac.uk › download › pdf
<1% - eprints.umm.ac.id › 51424 › 3
<1% - www.sampoernauniversity.ac.id › id › rumusan-masalah
<1% - semnaslppm.ump.ac.id › index › semnaslppm
<1% - www.kosngosan.com › 2020 › 06
<1% - repository.polipangkep.ac.id › uploaded_files
<1% - halalcorner.id › kecoa-sebagai-bahan-baku-industri
1% - www.melekperikanan.com › 2022 › 05
1% - mai.or.id › archives › 2972
<1% - www.researchgate.net › publication › 313034049
<1% - adoc.pub › budidaya-anggur-laut-caulerpa-racemosa
<1% - www.researchgate.net › publication › 265226527
<1% - repo.uinsatu.ac.id › 26068 › 5
1% - oseanografi.lipi.go.id › dokumen › os_xli_4_2016-5
<1% - www.researchgate.net › publication › 325199577
<1% - 123dok.com › article › preparasi-rumput-proses
<1% - text-id.123dok.com › document › dzxrmwzr-analisa
<1% - www.kemasansinergy.com › produk › kemasan-aluminium
1% - www.foodreview.co.id › blog-5669623-Tantangan
<1% - klinikkecantikan.co.id › perawatan › kulit
1% - adoc.pub › iii-kemasan-gelas-a-sejarah
1% - ocw.usu.ac.id › thp_407_handout_kemasan_plastik
<1% - nationwideplastics.net › id › kemasan-fleksibel-yang
<1% - tigabrilliantpackaging.com › jenis-jenis-kertas
<1% - nationwideplastics.net › id › apa-yang-dimaksud
<1% - kemasanfoil.blogspot.com › 2018 › 04
<1% - onefist-info.blogspot.com › 2010 › 05
<1% - enoredy.blogspot.com › 2018 › 11
<1% - www.kemasansinergy.com › artikel › fungsi-dan-teknik
<1% - sinta.unud.ac.id › uploads › wisuda
<1% - expertindo-training.com › penanganan-dan
<1% - www.watonsinau.work › memperpanjang-umur-simpan-produk
<1% - www.alodokter.com › jenis-jenis-masker-wajah-dan
<1% - www.jurnalfarmasihigea.org › index › higea
<1% - eprints.unwahas.ac.id › 1567 › 2
<1% - adoc.pub › formulasi-dan-evaluasi-sediaan-masker
<1% - cantik.tempo.co › read › 1391310
<1% - repository2.unw.ac.id › 1722
<1% - pesta.bsn.go.id › produk › detail
<1% - www.coursehero.com › file › 62498045
<1% - faisalgntng.blogspot.com › 2016 › 03
<1% - adoc.pub › formulasi-sediaan-masker-gel-peel-off
<1% - pionas.pom.go.id › ioni › bab-13-kulit
<1% - www.e-skripsi.umpp.ac.id › detail › absdownload
<1% - pdfs.semanticscholar.org › 159a › 542ebdff59fc22ce7e
<1% - www.mediaberita.net › 2019 › 07
<1% - www.coursehero.com › file › p2k2obsg
<1% - apayangdimaksud.com › polivinil-alkohol › index
<1% - 123dok.com › article › bahan-pembuatan-masker-gel
<1% - 123dok.com › article › polimer-polivinil-alkohol
<1% - repository2.unw.ac.id › 1004 › 6
<1% - evamuliaclinic.com › cara-alami-mengangkat-sel
<1% - www.repository.usd.ac.id › 9002/2/138114064_full
<1% - ingredio.id › emulsifier-pengemulsi
<1% - adalah.top › gliserin
<1% - jurnalnasional.ump.ac.id › index › PHARMACY
<1% - adev.co.id › sabun › kand
<1% - text-id.123dok.com › document › myjkp336q-gliserin
<1% - bisakimia.com › tag › trietanolamin
<1% - www.gurupaud.my.id › 2020 › 11
<1% - id.sawakinome.com › articles › science--nature
<1% - samiraschem.com › fungsi-propylene-glycol-dalam
<1% - text-id.123dok.com › document › 4zpn7rooy-propilen
<1% - repository.unair.ac.id › 8744
<1% - repository.unjaya.ac.id › 3766 › 5
<1% - 54.254.27.92 › index › proceedingsimnaskp
<1% - ambizeducation.com › tahap-yang-meliputi-persiapan
<1% - www.dunia-perairan.com › 2019 › 10
<1% - www.researchgate.net › publication › 334461923
1% - journal.poltekkes-mks.ac.id › ojs2 › index
<1% - www.researchgate.net › publication › 338786283
<1% - www.researchgate.net › publication › 355073347
<1% - ruchkim.blogspot.com › 2021 › 01
<1% - www.neliti.com › publications › 341708
<1% - 123dok.com › article › waktu-penelitian-lokasi
<1% - eprints.umm.ac.id › 44731 › 4
<1% - repository.upi.edu › 75737
<1% - salamadian.com › teknik-pengambilan-sampel-sampling
<1% - www.researchgate.net › publication › 318484947_ANGKA
<1% - id.123dok.com › article › uji-organoleptik-hasil
<1% - www.pinterpandai.com › ph-derajat-keasaman-poh
<1% - www.researchgate.net › publication › 324749898
<1% - analitika.co.id › viskometer
<1% - eprints.unwahas.ac.id › 1854
<1% - mikrobiologi2.blogspot.com › 2019 › 12
<1% - ejournal2.litbang.kemkes.go.id › index › jki
<1% - text-id.123dok.com › document › ky6e352oz-sumber
<1% - 123dok.com › article › alat-dan-bahan-penelitian
<1% - rohmatchemistry.staff.ipb.ac.id › 2015/11/23
<1% - www.infolabmed.com › 2019 › 10
<1% - 123dok.com › article › perhitungan-koloni-bakteri
<1% - www.saka.co.id › news-detail › perhitungan-nilai-koloni
<1% - file.upi.edu › Direktori › FPMIPA
<1% - www.researchgate.net › publication › 350921565
<1% - 123dok.com › article › uji-viskositas-uji-sifat
<1% - 123dok.com › article › hasil-pengujian-sampel
<1% - text-id.123dok.com › document › rz3jnm27y-uji
<1% - www.coursehero.com › file › 92759288
<1% - iamnovhie-yovita.blogspot.com › 2012 › 12
<1% - repository.ipb.ac.id › handle › 123456789
<1% - text-id.123dok.com › document › dy4jwvvry-uji-org
<1% - text-id.123dok.com › document › oy8gvlv2z-uji
<1% - 123dok.com › article › analisis-kadar-alkali-bebas
<1% - repository.upi.edu › 75737 › 1
<1% - www.klikdokter.com › info-sehat › kulit
<1% - www.researchgate.net › publication › 339566236
<1% - www.sehatq.com › artikel › berapa-ph-normal-urine
<1% - eprints.umm.ac.id › 68589
<1% - penerbitdeepublish.com › pengertian-observasi-dan
<1% - www.limone.id › paduan-warna-hijau-muda
<1% - roboguru.ruangguru.com › question › pernyataan-di
<1% - roboguru.ruangguru.com › question › ketika-memasak
<1% - adoc.pub › pengaruh-jenis-kemasan-dan-suhu
1% - www.pusdik.kkp.go.id › elearning › index
<1% - bloggerjuniorindonesia.blogspot.com › 2012 › 12
<1% - vdokumen.com › perhitungan-angka-lempeng-total-alt
1% - reflektor04.blogspot.com › 2019 › 06
<1% - text-id.123dok.com › document › rz3njvddq-penentuan
<1% - tulisindulu.blogspot.com › 2014 › 04
<1% - www.supernovadigipack.com › blog › artikel
<1% - havalina.co.id › artikel › post
<1% - www.hdizifilmizle.net › kenali-kemasan-yang
<1% - dosenbiologi.com › metabolisme-tubuh-bakteri
<1% - eprints.umm.ac.id › 42664 › 3
<1% - text-id.123dok.com › document › qm0v8x8y-daya-simpan
<1% - 123dok.com › article › nilai-ph-perubahan-mutu
<1% - mediaindonesia.com › nusantara › 470436
<1% - adoc.pub › pengaruh-kitosan-sebagai-pengawet
<1% - text-id.123dok.com › document › oz1e52pey-penentuan
<1% - syifasalsamaudina.blogspot.com › 2020 › 09
<1% - tester-kadar-air.com › ujikadarair
<1% - tekpan.unimus.ac.id › wp-content
<1% - www.popmama.com › big-kid › 6-9-years-old
<1% - jurnal.fp.unila.ac.id › index › JIPT
<1% - text-id.123dok.com › document › ky65rrn5z-perbedaan
<1% - www.researchgate.net › publication › 291328565
<1% - generasibiologi.com › 2016 › 02
<1% - haloedukasi.com › manfaat-makanan-dan-minuman-bagi
<1% - agrotek.id › pengertian-respirasi-sel
<1% - roboguru.ruangguru.com › forum › proses-pernafasan
<1% - www.pakarkimia.com › sifat-oksigen
<1% - repository.unhas.ac.id › id › eprint

Anda mungkin juga menyukai