racemosa
USULAN PENELITIAN
PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
Oleh :
ADARY KARUNIA FITRI
JAKARTA SELATAN – D.K.I JAKARTA
Sebagai Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
ADARY KARUNIA FITRI
141611233070
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
I PENDAHULUAN
Prof. Dr. Mirni Lamid, drh.,M.P. Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir. M.Si., Ph.D.
NIP. 19620116 199203 2 001 NIP. 197001161995031002
1
1.1 Judul
mencapai angka 80% dengan suhu udara relatif tinggi yaitu mencapai 35 oC serta
dampak negatif terhadap kulit akibat paparan langsung sinar ultraviolet secara
terus menerus antara lain kulit kemerahan, kulit kering, kulit keriput, iritasi, serta
kerusakan kulit lainnya. Salah satu cara untuk mengatasi dampak negatif akibat
dan 110.000 km panjang garis pantai, serta didukung iklim tropis yang memiliki
keanekaragaman jenis rumput laut yang sangat tinggi, bahkan para ahli rumput
laut mengatakan Indonesia sebagai lumbung rumput laut. Tercatat 555 jenis
rumput laut dari sekitar 8000 jenis yang ada di dunia, dapat tumbuh dengan baik
budidaya rumput laut di Indonesia ternyata baru mulai dikembangkan sejak tahun
Rumput laut saat ini merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai
ekonomi tinggi mengingat perannya yang sangat penting dalam berbagai produk
rumput laut di Indonesia masih sebatas industri makanan dan bahan baku
produk non pangan dalam bidang kosmetik seperti masker wajah. Mitsui (1997),
dan tidak banyak yang berasal dari sumber alami. Rumput laut merupakan salah
mengandung klorofil atau pigmen warna lain. Lobban dkk (1985) dalam Winarno
jenis pigmen fotosintesa yang berbeda-beda, sehingga jenis warna cahaya yang
terhadap seluruh proses biologis dari rumput laut tersebut, seperti pertumbuhan
Pigmen merupakan zat warna yang selama ini memang telah banyak
antifungal, dan lainnya. Hanya saja belum ada penelitian yang mengkaji mengenai
aplikasi dari pigmen alga hijau ini untuk aplikasi antioksidan yang dapat
memberikan peluang yang sangat besar untuk rumput laut agar dapat
sebagai masker wajah adalah Caulerpa racemosa, spesies ini umum dikenal
Indonesia. Saat ini cara memperolehnya hanya berdasarkan pada hasil ekstraktif
atau hanya mengumpulkan secara langsung dari pinggir pantai. Sehingga sangat
2014).
mengembangkan produk non pangan yaitu masker wajah yang berbasis rumput
laut C. racemesa.
masker wajah?
masker wajah?
1.4 Tujuan
masker wajah.
4
masker wajah.
2.5 Manfaat
pengaruh perbedaan pada masker wajah yang berbasis dari rumput laut C,
racemosa.
5
II TINJAUAN PUSTAKA
dimanfaatkan dan termasuk dalam feather seaweed/ edible seaweed (rumput laut
atau lamun dengan cara melekat pada substrat pasir atau pecahan batu karang,
memiliki thalus lunak menyerupai tulang rawan, berwarna hijau muda, tumbuh di
sela-sela batu karang, thalus melekat pada substrat dengan perakaran (holdfast)
serabut relatif besar; thalus dapat tumbuh menjalar panjang, diameter mencapai
0,5 mm; tingginya mencapai tinggi 15 cm menyerupai anggur atau silindris atau
pipih, ramuli sedikit atau rapat dan tersusun radial, alternate, pinnate atau tidak
teratur pada thalus tegak. C. racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun serta
puncak cabang sekitar 2,5-10,0 cm sehingga sering disebut sebagai anggur laut
Spesies ini sering ditemukan tumbuh di zona subtidal bagian bawah, pada
berbagai substrat berlumpur lunak, tepi karang yang terbuka dan terkena ombak
laut yang keras, serta perairan tenang yang jernih dan bersubstrat pasir keras,
dengan sebaran yang luas (Atmadja dkk., 1996). Sampai saat ini rumput laut ini
dan tekanan darah rendah (Trono dan Ganzon-Fortes, 1988 dalam Suhartini,
2003).
6
sebagai berikut.
Divisi : Chlorophyta
Kelas : Clorophyceae
Ordo : Caulerpales
Famili : Caulerpaceae
Genus : Caulerpa
Spesies : Caulerpa racemosa
2015) adalah sediaan kosmetik dengan campuran bahan kimia atau bahan lainnya
yang digunakan untuk memberikan rasa kencang pada kulit dan memiliki efek
berwujud cairan (atau bahan lunak) yang dioleskan untuk membersihkan dan
mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati. Secara sistematik, masker wajah
pada jaringan kulit. Masker wajah pada umumnya dapat meningkatkan hidrasi
pada kulit, karena adanya oklusi. Masker wajah memiliki beberapa manfaat di
gel secara teratur dapat mengurangi kerutan halus yang terdapat pada kulit wajah.
yaitu masker serbuk, masker gel (peel off), masker kertas atau kain, serta masker
krim. Masker krim dapat digunakan untuk segala jenis kulit dan umumnya
dikemas dalam kemasan tube atau pot. Cara pemakaian masker wajah ialah
wajah akan mengeras 15-30 menit setelah pengaplikasian pada kulit wajah,
kecantikan sering ditambahkan kain kasa sebelum menggunakan masker, hal ini
merata keseluruh wajah, sementara pada saat yang sama memungkinkan masker
untuk dillepas dengan cepat dan efisien dalam satu lembar (Shai et al., 2009).
8
Masker Wajah
mendalami dermatologi agar dapat mengetahui efek dari suatu bahan terhadap
kulit, karena saat ini banyak kasus penyakit baru yang muncul karena pemilihan
bahan kosmetik yang tidak cocok dengan kulit sehingga menyebabkan iritasi
seperti bercak merah, rasa panas dan terbakar jika terkena paparan sinar matahari
Masyarakat saat ini banyak yang beralih pada produk kosmetik yang
berbahan alami, karena itu banyak berbagai perusahaan kosmetik besar saat ini
yang mengeluarkan produk yang berbahan dasar alami atau “back to nature”.
Salah satu bentuk sediaan dari kosmetika wajah ialah dalam bentuk masker.
Keistimewaan masker wajah dari bahan alami ini adalah tidak menimbukan iritasi
dan efek samping, sebab produk yang terbuat dari bahan alamiah lebih murah,
aman, dan tidak menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan kulit
(Grace et al., 2015). Beberapa studi menemukan bahwa rumput laut memiliki
spesies rumput laut yang memungkin untuk memiliki kandungan antioksidan ialah
anggur laut C. racemosa mengandung senyawa fenol sebagai komponen non gizi.
senyawa antioksidan tersebut yang dapat berfungsi sebagai anti penuaan (anti-
9
Teknik pembuatan masker wajah rumput laut dibagi menjadi tiga fase
yaitu fase minyak, fase cair, dan filler / pengisi. Tahapan awal yang dilakukan
ialah pemanasan fase minyak dan fase cair lalu hasil pemanasan tersebut di
dengan cara penambahan fase minyak yang ditambahkan sedikit demi sedikit
secara terus menerus kedalam fase cair sambil diaduk dengan mixer selama
kurang lebih dua menit. hasil pencampuran kemudian didiamkan selama 30 detik,
dilanjutkan dengan pengadukan sampai terbentuk cairan kental. Jika suhu sudah
hingga terbentuk basis krim kemudian ditambahkan kolagen rumput laut dan
alkohol sambil terus diaduk hingga homogen. Pengadukan dihentikan jika krim
masker wajah rumput laut yang terbentuk mempunyai tekstur yang halus.
Selanjutnya krim masker tersebut dikemas kedalam tube yang telah di sterilisasi.
pendahuluan yang sebelumnya telah dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut:
10
No Formulasi Fungsi
Komposisi bahan
. A B C D
Fasa Minyak
1. Emulgade 6% 6% 6% 8% Emulsifier
2,5 2,5 2,5 Emulsifier &
2. Cetyl Alkohol 3%
% % % pengeras
3. Parafin Oil 2% 2% 2% 4% Emollient
Fasa Cair
4. Aquadest 70% 70% 70% 70% Pelarut
5. Titan Dioksida 10% 10% 10% 10% Tabir surya
0,2 0,2 0,2 0,2
6. Metil Paraben Anti bakteri
% % % %
0,2 0,2 0,2 0,2
7. Propil Paraben Anti jamur
% % % %
Pencerah dan
8. Asam Sitrat 2% 2% 2% 2%
pengatur pH
Emulsifier &
9. TEA 2% 2% 2% 2%
penyeimbang pH
10. Alkohol 2% 2% 2% 2% Pelarut parfum
11. Parfum 1% 1% 1% 1% Pengharum
12. Susu 2% 2% 2% 2% Pencerah
Pengisi/ Filler
Stabilizer & gelling
13. Karaginan 4% - - 4%
agent
Bubur Rumput 10 15 Stabilizer & gelling
14. - -
Laut % % agent
Premium BA
15. 5% 5% 5% 5% Pengisi
(Bolus Alba)
Premium ACA
Pencegah
16. (Anti Cracking 1% 1% 1% 1%
penggumpalan
Agent)
(Sumber: Uji Pendahuluan)
11
1995). Cetyl alkohol banyak digunakan sebagai bahan pengemulsi dan pengeras
dalam sediaan pembuatan masker wajah. Titik leleh dari cetyl alkohol yaitu 42-
45oC dan sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter. Kelarutan bahan ini akan
meningkat bila suhunya dinaikan. Akan tetapi cetyl alkohol tidak larut dalam air.
Kosentrasi umum yang digunakan sebagai pengeras 2-10% dan sebagai bahan
cetyl alkohol yang digunakan dalam formulasi, emulsi yang terbentuk akan
berwarna, hampir tidak berbau serta tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%).
Parafin oil juga merupakan campuran hidrokarbon cair dan minyak bumi yang
krim (Bissets and Donald, 2009). Apabila paraffin oil dicampur dengan 5% low
density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat akan
rentang suhu yang cukup luas (-15oC hingga 60oC), stabil pada perubahan suhu,
mudah digunakan dan melekat pada kulit serta tidak terasa berminyak dan mudah
asam titanium, titanium oksida, atau titania merupakan logam transisi golongan
IV pada tabel periodik yang secara kimia dituliskan TiO 2. Bentuk titan dioksida
pada fasa keseimbangan suhu ialah rutil, sedangkan anatase dan brookite adalah
fasa metastabil yang dapat diubah menjadi rutil dengan proses pemanasan. Titan
kecerahan dan indeks biasnya sangat tinggi (n = 2,4), biasanya ditemukan dalam
bentuk bubuk pada produk seperti cat, pelapis, kertas, tinta, makanan, obat-obatan
(pil dan tablet), serta pasta gigi; sebagai pigmen untuk memutihkan susu skim;
sebagai tabir surya dan penyerap UV dalam kosmetik (Rieger and Martin, 2000)
atau dicampur dengan ion nitrogen maupun oksida logam seperti tungsten
Metil paraben yang biasa disebut dengan nipagin memiliki bentuk kristal
berwarna atau hablur putih. Metal paraben merupakan agen anti-jamur yang
Nipagin umumnya dianggap sebagai bahan yang diakui aman (GRAS) untuk
makanan dan antibakteri pada kosmetik karena nipagin mudah diserap oleh
saluran pencernaan atau melalui kulit. Rentang konsentrasi nipagin yang aman
13
sebagai bahan pengawet untuk makanan, kosmetik, dan obat ialah 0,02 – 0,03%
(Rowe et al., 2009). Pada tubuh manusia, nipagin di hidrolisis menjadi asam p-
hidroksibenzoat dan cepat dieksresikan dalam urin. Akan tetapi, apabila seseorang
langsung dengan senyawa tersebut maka metil paraben dapat bereaksi dengan
fenolik yang stabil di udara, sensitif terhadap pemaparan cahaya serta tahan
terhadap panas dan dingin termasuk uap sterilisasi. Stabilitas nipasol menurun
keluar dan menghambat sistem transport elekrolit yang lebih efektif terhadap
Ingredients Review (CIR) dan BPOM (2003), batas maksimal penggunaan propil
ditujukan agar sebuah sediaan dapat sesuai dengan pH fisiologis kulit yaitu 4,6 –
14
6,5. Triethanolamine atau yang sering disingkat dengan TEA merupakan bahan
pengatur pH yang telah umum digunakan untuk produk industri. Pada umumnya
kulit wajah memiliki nilai pH dibawah 7, yaitu sekitar 5,5 - 6 sehingga pemberian
optimal untuk formulasi produk kecantikan. Selain itu, TEA juga digunakan
sebagai emulsifier dan surfaktan. TEA berfungsi untuk menetralkan asam lemak
serta melarutkan minyak dan juga bahan yang sulit larut dalam air. Selain itu,
mulai dari krim pembersih wajah, lotion kulit, gel mata, pelembab, masker,
Produk kosmetika kini banyak yang menggunakan bahan alami sebagai sumber
antioksidan, yang diketahui mampu mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit.
Produk kosmetika ini sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan lokasi pengaplikasian
sediaan, yaitu pada bagian tubuh (badan) dan wajah. Kulit wajah merupakan bagian
yang paling beresiko tekena efek paparan sinar matahari, polusi, serta faktor
kesegaran (Septiani, 2012). Masker wajah dengan bahan alami seperti rumput laut
Salah satu produk turunan rumput laut yang nilainya tinggi adalah
berasal dari sayuran, hewan, mikroba atau komponen sintetik yang dapat larut
dalam air, mampu membentuk koloid, dan dapat mengentalkan atau membentuk
penstabil, dan pembentuk lapisan film (Herawati, 2018). Produk hidrokoloid dari
rumput laut dapat dikelompokkan menjadi karaginan, agar, dan alginat. Agar dari
rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun dalam masker wajah.
16
Masker wajah dengan bahan alami C. racemosa terdiri dari 3 fase yaitu
fase minyak, fase cair, dan filler (pengisi). Fase minyak merupakan campuran
senyawa pembuat gel untuk menurunkan tegangan antar fase hidrofilik dan
Kemudian fase cair yang terdiri dari asam sitrat sebagai stabilizer pH agar tidak
terjadi iritasi kulit, serta nipagin dan nipasol sebagai pencegah kontaminasi
mikroba dan jamur. Terakhir, filler atau bahan pengisi yang terdiri dari rumput
lalu Premium Bolus Alba (BA) sebagai penyerap respirasi dan sebum serta
berguna untuk menambah kemilau kulit, dan terakhir Premium Anti Cracking
Agent (ACA) yang digunakan sebagai anti gumpal dalam sediaan. Ketiga fase
3.2 Hipotesis
konsentrasi
Daun teh
Sabun Wajah Bedak Masker Wajah
Lidah buaya
Buah-buahan
Bahan Penyusun
17
Keterangan Homogenisasi
Aspek yang diteliti :
Aspek yang tidak diteliti :
Pengujian
IV METODOLOGI
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga pada bulan November 2019 sampai
Februari 2020.
Produksi masker wajah juga membutuhkan alat berupa beaker glass 250
mL dan 100 mL, blender, termometer, timbangan analitik, batang pengaduk, pot
kemasan masker serta kompor dan panci. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah rumput laut Caulerpa racemosa dan Eucheuma cottonii, emulgade,
cetyl alkohol, parafin oil, aquadest, titan dioksida, metil paraben, propil paraben,
asam sitrat, TEA, alkohol, parfum, susu, premium BA (Bolus Alba), dan premium
terhadap suatu kelompok dalam kondisi yang terkontrol. Percobaan ini terdapat
(Azwar, 1998). Media dan bahan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas, variabel kontrol, dan
variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah perbedaan jenis dan
19
variabel terikat dari penelitian ini adalah hasil uji antioksidan IC50.
racemosa) secara garis besar dengan tahapan penelitian sebagai berikut, yaitu:
pelumatan rumput laut, pembuatan masker dari formulasi rumput laut serta tahap
pengujian.
Rumput laut dibersihkan dan disortir dari benda-benda atau pasir yang ikut
terbawa pada saat proses pengambilan dan kemudian dicuci dengan air laut.
Rumput laut yang telah dicuci dengan air laut, kemudian dibilas dengan air tawar
yang mengalir untuk menghilangkan kandungan garam atau pasir yang menempel
(Luthfiyana et al., 2016). Selanjutnya rumput laut yang telah ditimbang dilakukan
penghalusan dengan perbandingan dengan air sebesar 1:1 agar rumput laut dan air
pemanasan fase minyak (emulgade, cetyl alkohol, dan parafin oil) pada suhu 90 oC
aquadest lalu penambahan titan dioksida. Aquadest dipanaskan hingga suhu 45oC
yang merupakan titik larut dari titan dioksida. Ditambahkan pula nipagin dan
kontaminasi mikroba & jamur karena tingginya kandungan air pada sediaan.
pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe et al., 2009). Kemudian
karena dapat berakibat iritasi pada kulit yang berkontak langsung (Draelos dan
Thaman, 2006). Fase cair kemudian diaduk sampai homogen dan mencapai suhu
Proses pencampuran fase minyak pada fase cair dilakukan dengan cara
menambahkan fase minyak sedikit demi sedikit kedalam fase cair sambil diaduk
menggunakan batang pengaduk. Pada proses ini suhu antar kedua fase harus sama
(90oC) karena apabila temperatur tersebut tidak sama maka beberapa lemak atau
lilin akan menjadi padat, fase minyak & fase cair tersebut tidak akan tercampur
filler (rumput laut yang telah dihaluskan, premium BA, dan premium ACA).
ditambahkan pula TEA, alkohol, parfum serta susu secara bergantian sambil
minyak dalam air, secara homogen dan stabil (Grace, dkk. 2015). Penambahan
parfum pada larutan sebagai upaya untuk mengharumkan masker dan alkohol
tekstur serta memberikan efek putih/ pencerah dan bersih pada kenampakan
masker. Pengadukan dihentikan jika krim masker wajah rumput laut yang
dikemas kedalam pot yang tidak tembus cahaya dan telah di sterilisasi (BBP2HP,
2015). Langkah tersebut kemudian diulang untuk rumput laut pada konsentrasi
data dari pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap kejadian objek yang
dengan penggunaan rumput laut E. cottoni sebagai bahan dasar masker wajah,
digunakan rumput laut dalam bentuk bubur dan tepung. Konsentrasi rumput laut
E. cottoni yang digunakan yaitu 10% dan 15% dalam bentuk bubur, dan sebanyak
4% dalam bentuk tepung. Hasil pengujian yang diperoleh ialah bubur rumput laut
tersebut digunakan sebagai perlakuan kontrol dalam penelitian ini serta pemicu
Pada penelitian ini digunakan 2 jenis rumput laut, yaitu E. cottoni sebagai
variabel kontrol dan C. racemosa sebagai variabel bebas. Model penelitian ini
C. Pengujian
sebanyak 1 mL diinokulasikan pada cawan petri steril. Media plate count agar
(PCA) atau Angka Lempeng Total (ALT) yang sudah steril pada suhu 45-55°C
dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15 mL. Cawan petri digerakkan dan
dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah
23
koloni yang tumbuh dihitung sebagai total mikroba, mengacu pada metode (SNI
19-2897-1992).
B. pH
pengukuran. Sebanyak 1 gram gel di encerkan dengan air suling hingga 10 mL.
Diambil larutan tersebut dan ditempatkan pada pH meter. Hasil pH akan muncul
pada layar setelah beberapa saat. Campuran dihomogenkan dengan cara dibolak-
balik selama 1 menit. Pembacaan pada alat pH meter dilakukan setelah 5 menit
untuk memastikan angka sudah stabil dan tidak bergerak lagi (Froelich dkk.,
2017).
C. Kadar Air
pada suhu 95o C-100oC hingga suhu stabil. Cawan kosong dimasukan ke dalam
menit hingga mencapai suhu ruang dan kemudian cawan kosong ditimbang
sebagai berat A. kemudian sampel uji ditimbang sebanyak ±2gr ke dalam cawan
B lalu dimasukan ke dalam oven dengan tekanan udara tidak lebih dari 100
perhitungan kadar air dilakukan sesuai dengan rumus dari AOAC 2000.
24
Keterangan:
A = berat cawan kosong (gram)
B = berat cawan dan sampel awal sebelum di oven (gram)
C = berat cawan dan sampel setelah di oven (gram)
menjukan hasil pengaruh yang signifikan atau berbeda nyata maka dilanjutkan
dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan taraf
nyata 5%.
25
WdnejndejnfjenfjenfjenfenfenfejfnejfnejfnejnfjenfjendjsnsncjddjdnjdnjndjenfjenfjefjenfjenfjenfjenfjenfjenjdnjendjendjendjendjendjendjendjnejdnejndjenjenfjenfjenfjenfjenjnfejfnejnfnvnvnvnvnvnnvnvnvnvnvnnvnvnvnnvnvvnvnvnvnvnvvnWdnej
ndejnfjenfjenfjenfenfenfejfnejfnejfnejnfjenfjendjsnsncjddjdnjdnjndjenfjenfjefjenfjenfjenfjenfjenfjenjdnjendjendjendjendjendjendjendjnejdnejndjenjenfjenfjenfjenfjenjnfejfnejnfnvnvnvnvnvnnvnvnvnvnvnnvnvnvnnvnvvnvnvnvnvnvvnWdnejndejnf
jenfjenfjenfenfenfejfnejfnejfnejnfjenfjendjsnsncjddjdnjdnjndjenfjenfjefjenfjenfjenfjenfjenfjenjdnjendjendjendjendjendjendjendjnejdnejndjenjenfjenfjenfjenfjenjnfejfnejnfnvnvnvnvnvnnvnvnvnvnvnnvnvnvnnvnvvnvnvnvnvnvvn
Fase diaduk sampai homogen dan
Fase diaduk hinga larut & homogen mencapai suhu 90o C
TEA, alkohol, parfum, dan susu ditambahkan secara bergantian sambil diaduk hingga homogen
Pengujian
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W. S., A. Kadi, Sulistijo, dan R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis Jenis
Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanografi LIPI. 191 hal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 2003. Bahan Tambahan Pangan
dan Kosmetik. Direktorat SPKP, Deputi III. Jakarta. 92 hal.
Badan Standar Nasional Indonesia (BSNI), 2014, Minuman Sari Buah, SNI 3719-
2014, Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Jakarta. 27 hal.
Distantina, S., Rochmadi F., Fahrurrozi M., dan Wiratni. 2010. Proses Ekstraksi
Karaginan Dari Eucheuma Cottonii. Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Semarang. 6 hal.
Draelos, Z.D., and L.A. Thaman. 2006. Cosmetic Formulation of Skin Care
Product. New York: Taylor & Francis Group. 14 (3): 219-232.
Froelich, A., Osmalek, T., Snela, A., Kunstman, P., Jadach, B. 2017. Novel
microemulsion-based gels for topical delivery of indomethacin:
Formulation, physicochemical properties and in vitro drug release
studies. Journal of Colloid and Interface Science. 507(8) : 323-336.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science 1st Edition . Elsevier Science B. V.,
Amsterdam, Netherlands. p. 499.
Purwanti, T., Erawati, T., dan Kurniawati, E., 2005, Penentuan Komposisi
Optimal Bahan Tabir Surya Kombinasi Oksibenson-Oktildimetil Paba
Dalam Formula Vanishing Cream, Majalah Farmasi Airlangga. 5 (2): 11
Septiani, S., N. Wathoni dan S. R. Mita. 2012. Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan dan Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun gnemon Linn.).
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Bandung. 25 hal.
28
Shai, A., H. I. Maibach and R. Baran. 2009. Handbook of Cosmetics Skin Care:
Second Edition. Informa Healthcare. India. p. 445.
Wahyuni, Alfrda L., dan Dyah W. A. 2016. Formulasi dan Peningkatan Mutu
Masker Wajah dari Biji Kakao Non Fermentasi dengan Penambahan
Rumput Laut. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Makassar. 58 hal.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama. 251 hal.
Wijengshie, W., dan Jeon, Y.J. 2011. Biological activities and potential
cosmeceutical applications of bioactive components from brown
seaweeds: a review. Phytochem. Rev., 10 (3):431-443.