Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISASI EDIBLE FILM DARI PATI BIJI SALAK

SEBAGAI COATING BUAH STROBERI

Disusun oleh:
Casphama Jovansyah Chaidir (1188330007)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan makanan Biasanya sensitif dan sederhana karena masalah kualitas
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, pengemasan diperlukan yang ekonomis
dan memberikan perlindungan yang baik. Umumnya kemasan plastik berbahan
dasar makanan Polypropylene (PP) sintetis polimer. Oleh karena itu diperlukan
kemasan yang bersifat degradable. satu Solusinya adalah dengan menggunakan
Film yang bisa dimakan Dari pati biji salak. (Kasfillah, 2013)
Produk-produk pertanian salah satu sifatnya adalah mudah rusak, maka dari
itu dibuttuhkan pelindung guna menghambat laju respirasi yang terjadi agar
nutrisi didalam produk pertanian tersebut tetap terjaga, salah satu caranya yaitu
dengan melakukan pelapisan (coating), metode pelapisan yang bisa dilakukan
adalah dengan Edible Film, Edible Film dapat didefinisikan sebagai lapisan tipis
yang dapat dikonsumsi, fungsi dari produk ini yaitu sebagai pelindung dari gas,
oksigen serta kelembapan (Dedin, 2018).
Produk pangan semakin bertambah variasinya, maka dari itu dibutuhkan
cara untuk memperpanjang masa penyimpanan produk pangan tersebut, wajib
diketahui apa saja syarat yang diperlukan untuk pengemasan. Dalam penelitian
ini, peneliti membuat edible film dengan menggunakan pati biji salak, peneliti
menggunakan biji salak dikarenakan biji salak mengandung protein dan
karbohidrat yang dibutuhkan oleh komponen penyusun utama yaitu hidrokoloid
(Dedin, 2018).
Selain gangguan hama, buah stroberi dapat mengalami penyakit
pembusukan yang disebabkan oleh berbagai organisme lain, antara lain: Kapang
kelabu, gejala dari penyakit ini yaitu bagian buah stroberi membusuk dan
mengering yang ditumbuhi kapang berwarna kelabu. Yang kedua adalah penyakit
busuk buah matang, gejala dari penyakit ini yaitu buah menjadi basah berwarna
coklat muda dan ditumbuhi spora berwarna merah jambu (Diah, 2007). Salah satu
penanggulangan yang bisa dilakukan untuk mempertahankan respirasi dan
melindungi buah stroberi dari mikroorganisme lain adalah menggunakan edible
film yang terbuat dari pati biji salak.

1.2 Batasan Masalah


1. Pengamatan terhadap edible film yang dibuat dari pati biji salak.
2. Karakteristik edible film yang dibuat menggunakan pati biji salak
sebagai coating buah stroberi.
3. Edible film yang dibuat harus melindungi buah stroberi dari
kelembaban, oksigen dan bau yang tidak diinginkan.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana edible film yang dibuat dapat melindungi buah?
2. Kenapa buah stroberi di-coating menggunakan edible film?
3. Bagaimana karakteristik edible film yang dibuat menggunakan pati biji
salak sebagai coating buah stroberi?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik edible film yang
dibuat menggunakan biji salak sebagai coating film buah stroberi.

1.5 Manfaat Penelitian


Buah Stroberi yang di-coating dengan edible film dapat melindungi dari
mikroorganisme lain yang dapat mempercepat pembusukkan, selain itu
masyarakat juga dapat mengurangi sampah organik yang dihasilkan dari limbah
buah salak, yaitu biji salak, karena kemasan edible film yang dihasilkan dapat
dikonsumsi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Edible Film


Edible film yaitu film atau lapisan yang dapat dimakan terbuat dari bahan
yang bisa dimakan sebagai pelapis permukaan komponen yang membatasi
makanan dari migrasi kelembaban, oksigen, karbon dioksida, aroma dan lipid.
Tiga Komposisi dasar edible film yaitu Hidrokoloid (protein, polisakarida,
alginat), Lipid (asam lemak, asilgliserol, lilin atau lilin) Dan material komposit
(campuran hidrokoloid dan lipid) (Jacoeb, 2014).

2.2 Pati

Pati adalah polimer alami, terbarukan, dapat terurai secara hayati dan relatif
murah. Keberadaan pati yang begitu melimpah sehingga pati dinilai menjadi
kandidat yang menjanjikan untuk pengembangan bahan yang berkelanjutan dan
ramah lingkungan. Pati dapat dipisahkan dari berbagai tumbuhan dengan berbagai
cara. Sifat pati tergantung pada sumber dan metode isolasi yang digunakan. Pada
penelitian ini dilakukan karakterisasi pati yang diisolasi dari limbah biji salak.
Dua metode berbeda digunakan untuk memisahkan pati dari biji salak, yaitu
metode 1 (perlakuan pemutihan alkali campuran) dan metode 2 (pemutihan alkali-
alkohol). (Eva, 2018)

2.2 Salak
Salak merupakan tanaman asli Indonesia yang buahnya banyak digemari
karena teksturnya yang renyah dan rasanya yang manis serta kandungan gizi yang
tinggi, salah satu olahan buah salak yaitu manisan dan asinan. Limbah buah salak
yaitu biji salak hanya dijadikan sebagai bibit saja, sehingga pemanfaatannya
sangat kurang di Indonesia, Bagian utama buah salak yang biasa dikonsumsi
yakni daging buahnya, hanya sekitar 56 - 65%, sehingga ada 35 - 44% bagian
lainnya yang belum dimanfaatkan, yaitu biji salak. (Adib, 2018).

2.2.1 Biji Salak


Biji salak memiliki kandungan kimia utama berupa karbohidrat terdiri dari
28,98% selulosa dan 59,37% hemiselulosa berupa glukomanan. Dalam satu gram
biji salak terkandung 0,1637 gram mannosa dan 0,0089 gram glukosa, Biji salak
mempunyai tekstur yang keras dan tidak mudah hancur, sehingga pengolahan biji
salak cukup sulit. (Irawati, 2018)
Biji salak juga bisa digunakan sebagai bahan pati. Proses ekstraksi pati biji
salak menggunakan pelarut yang paling sesuai pada suhu 95ºC, kecepatan
pengocokan 700 rpm selama 2 jam, rendemen pati 21,47% dan proporsi serbuk
biji. 5 Salak: Menggunakan isopropanol anti pelarut 1:70 (b / v), rendemen pati
40,19%. Nilai pati biji salak yang terbentuk adalah kadar air 11,18%, kadar abu
1,2%, dan berat molekul 2.057 × 104g / mol. (Faradisa. 2016)

2.3 Buah Stroberi

Tanaman stroberi termasuk dalam family Rosaceae dengan genus Fragaria.


Tanaman ini bukan tanaman asli dari Nusantara melainkan tanaman ini berasal
dari Eropa yang di introduksi masuk ke Indonesia pada penjajahan belanda (Ihsan,
2018). Buah stroberi saat proses pengumpulan haruslah disimpan pada suatu
wadah dengan hati-hati agar buah tidak rusak atau memar yang mengakibatkan
buah stroberi cepat membusuk (Diah, 2007).
DAFTAR PUSTAKA

Schuiling, D. L., and Mogea, J. P. 1992. Plant Resources of South-East Asia.


Edible Fruit and Nuts. Prosea Bogor Indonesia
Nugroho, Dwi,A., 2014. Studi Potensi Biji Salak Sebagai Sumber Alternative
Mono Sakarida Dengan Cara Hidrolisis Menggunakan Asam Sulfat. [Skripsi].
Yogyakarta: Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjahmada.
Adib, 2018, Pengaruh Variasi Suhu dan Masa Sangrai Biji Salak Terhadap Mutu
Fisik dan Organoleptik Kopi Biji Salak, Bengkulu, Universitas Bengkulu.
Dedin dkk, 2018, Edible Coating dan Film dari Biopolimer Bahan Alamai
Terbarukan, Ponorogo, Uwais Inspirasi Indonesia.
Nurjanah Eva, 2018, Karakterisasi Pati dari Biji Salak Pondoh (Salacca zalacca),
Bandung, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia.
Jacoeb Agoes M, 2014, Pembuatan Edible Film dari Pati Buah Lindur dengan
Penambahan Gliserol dan Keraginan, Bogor, Departemen Teknologi Hasil
Perairan IPB.
Kasfillah, 2013, Karakterisasi Edible Film dari Tepung Biji Nangka dan Agar-
Agar Sebagai Pembungkus Jenang, Semarang, Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Negeri Semarang.
Irawati, 2018, Ekstraksi dan Karakteristik Minyak Biji Salak (Salacca edulis
Reinw) dari Salak Lokal dan Salak Pondoh, Palu, Jurusan Kimia Fakultas MIPA
Universitas Tadulako.
Anindita Faradisa, 2016, Ekstraksi dan Karakterisasi Glukomanan dari Tepung
Biji Salak (Salacca edulis Reinw), Palu, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA
Universitas Tadulako.
Rahmatia Diah. 2007. Bercocok Tanam Stroberi. Jakarta: Sinar Wadja Lestari.
Alfalah Ihsan. 2018. Panen Stroberi dalam 60 Hari. Jakarta Pusat: PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai