EDIBLE FILM
Dosen Pengampu:
Drs. S. Sigit Udjiana, M.Si.
Disusun Oleh:
Muhammad Faheda Irsyadilla Arhab (2241420046)
OKTOBER 2023
Untuk dapat mengetahui cara pembuatan edible film dengan ekstrak jahe sebagai
antioksidan alami pati sagu dan mengetahui pengaruh penambahan ekstrak jahe terhadap
edible film pati sagu.
B. Dasar Teori
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat ditemui di setiap barang. Menurut
penelitian, penggunaan plastik yang tidak sesuai persyaratan akan menimbulkan berbagai
gangguan kesehatan, karena dapat mengakibatkan pemicu kanker dan kerusakan jaringan
pada tubuh manusia (karsinogenik). Selain itu plastik pada umumnya sulit untuk
didegradasikan (diuraikan). Bahan baku utama plastik yang berasal dari minyak bumi,
keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Polimer plastik yang sulit
untuk terurai menyebabkan terjadinya penumpukan limbah dan menjadi penyebab utama
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
Edible film adalah bahan yang bisa dikonsumsi namun ramah lingkungan
(biodegradable) memberikan penghalang dan perlindungan sekaligus meningkatkan
kualitas dan keamanan produk makanan. Dalam berbagai kasus, edible film dengan sifat
mekanik yang baik dapat menggantikan pengemas sintetik (Krochta dan de Mulder-
Johnston 1997). Ketersediaan pati, terutama pati sagu sangat melimpah di Indonesia
sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan edible film dari pati sagu.
Edible film yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mampu memiliki
kualitas yang baik serta mengetahui pengaruh penambahan ekstrak jahe pada edible
kolagen sosis terhadap tingkat kerusakan lemak sosis selama penyimpanan, serta
mengetahui karakteristik fisik. Edible film yang memiliki high quality dapat
dikomersialkan dan digunakan sebagai kemasan pangan. Pengembangan edible film
sebagai pengganti plastik merupakan salah satu upaya untuk menghambat kerusakan
lingkungan dan mendukung gerakan Indonesia bebas plastik.
C. Metodologi Percobaan
Bahan
- Jahe bubuk (kering) 1 gram
- Pati sagu 3 gram
- Gliserol 1 gram
- Akuades
2. Skema Kerja
Uji Tarik
Uji Ketebalan
Uji Organoleptik
UJI KETERANGAN
RASA Sedikit agak pedas
AROMA Tidak terdapat bau yang timbul
KEKENYALAN Sangat kenyal hingga mudah robek
ARTERTASTE Muncul rasa sedikit pedas pada tenggorokan
WARNA Sedikit kekuningan
E. Pembahasan
Terdapat banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas makanan, yaitu kemasan
yang bersentuhan langsung dengan makanan, salah satunya yaitu edible film. Edible film
adalah lapisan tipis yang terbuat dari bahan bahan yang dapat dimakan, digunakan untuk
melapisi komponen makanan (coating) atau diletakkan di antara komponen makanan (film)
yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer massa (misalnya kelembapan, oksigen, lipid,
cahaya, dan zat terlarut), dan/atau sebagai carrier bahan makanan dan bahan tambahan, serta
untuk mempermudah penanganan makanan (Krochta dan de Mulder-Johnson 1997).
Edible film dibuat dari pati sagu alami atau termodifikasi dengan penambahan
gliserol 3%. Fungsi gliserol adalah sebagai plasticizer yang dapat membuat edible film yang
dihasilkan menjadi lebih elastis, fleksibel, transparan, tidak brittle, dan halus (Basiak, Lenart,
and Debeaufort 2018). Ikatan yang terbentuk antara larutan pati sagu denganJ. Kimia
Kemasan, Vol.43 No.2 Oktober 2021 : 95 - 102 98 gliserol adalah ikatan antarmolekul
(ikatan hydrogen, dipole-dipole, dan dipole terinduksi)
Pada penelitian ini, edible film dibuat dari sagu dan diperkaya dengan ekstrak jahe
yang mengandung antioksidan alami. Edible film tersebut kemudian diaplikasikan pada
coating sosis dan dilakukan uji organoleptik yang dimana pengujian ini sangat berperan dan
harus dilakukan pada pengembangan suatu produk baru. Pengujian organoleptik ini
dilakukan dengan melibatkan indera pembau, perasa, pengelihatan, dan peraba pada sampel
yang sudah dibuat.
Pada uji aroma itu merupakan faktor pendukung cita rasa yang menentukan kualitas
produk. Aroma juga merupakan salah satu indicator untuk menentukan tingkat penerimaan
suatu produk oleh konsumen. Pengujian aroma pada sampel edible film yang telah kami buat
memiliki bau yang kurang tajam atau tidak memiliki bau yang sangat menyengat. Hanya
timbul bau jahe yang sangat tipis. Akan tetapi pada dasarnya, aroma khas jahe pada produk
ini pun masih tetap dapat diterima oleh konsumen. Kemudian rasa terbentuk dari sensasi
yang berasal dari perpaduan antara bahan pembentuk dan komposisinya pada suatu produk
makanan yang ditangkap oleh indra pengecap, serta merupakan salah satu pendukung cita
rasa yang mendukung kualitas suatu produk. Pada umumnya, jahe memiliki rasa yang khas
yaitu pedas, yang ditimbulkan oleh kandungan jahe yaitu resin non-volatil yang mengandung
komponen hydroxyaryl. Akan tetapi pada hasil ini, rasa pedas pada jahe masih tetap dapat
diterima oleh konsumen dengan kisaran penilaian netral sampai dengan suka.
F. Kesimpulan
1. Pembuatan edible film berbahan dasar pati sagu dengan ekstrak jahe sebagai anti oksidan
dilakukan dengan bahan gliserol 1%, jahe bubuk 1%, dan 3% pati sagu.
2. Penambahan ekstrak jahe pada pembuatan edible coating sosis berpengaruh pada hasil
edible yang dapat membuat sosis menjadi lebih tahan lama dalam masa penyimpanan,
akan tetapi dengan adanya penambahan jahe membuat edible film menjadi sedikit agak
memiliki rasa pedas
3. Edible yang telah dibuat berhasil dan sudah memenuhi persyaratan untuk coating sosis,
akan tetapi bentuknya tidak sempurna dikarenakan sebelum menuangkan adonan edible
tidak menuangkan minyak terlebih dahulu. Jadi membuat edible sulit untuk diambil
(lengket)
G. Daftar Pustaka
Atmaja. 2009. Karakterisasi edible film dari tepung komposit glukomanan
sagu dan aplikasinya pada pengemasan sosis. Program Kegiatan Mahasiswa.
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
H. Lampiran