ISSN : 2337-4888
Nisaul Fadilah Dalimunthe*, M. Thoriq Al Fath, Tania Natasya, Khairunnisa Alifia Pulungan
Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
Jl. Alamamater, Kampus USU, Padang Bulan, Kota Medan, Kode pos 20155, Negara Indonesia
*Email: nisaul.fadilah@usu.ac.id
Abstrak
Edible film merupakan produk pengemas makanan biodegradable yang dapat dimakan. Edible film
berperan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas pangan. Salah satu bahan yang dapat
digunakan adalah pektin. Namun, edible film berbahan dasar pektin memiliki sifat mekanik yang
mudah rapuh. Sehingga, perlu dilakukan penambahan kulit salak sebagai filler untuk memperbaiki
sifat mekaniknya. Selain mengandung selulosa, kulit buah salak juga mengandung senyawa
alkaloid yang dapat berperan sebagai antimikroba. Pada penelitian ini, edible film dibuat dari
campuran kulit buah salak, pektin, gliserol CaCl 2.2H2O dan tween 80. Pembuatan edible film
dilakukan dengan melarutkan 0,015 g/mL pektin, kulit salak dengan variasi konsentrasi 0%. 2%;
3%; 4%; dan 6% (wt) dan tween 80 (0,5% dari berat total) dalam 200 mL larutan yang telah
mengandung 0,6 g plasticizer/g pektin. Kemudian campuran diaduk menggunakan magnetic stirer,
dicetak dan dikeringkan di oven pada suhu 50 oC selama 15 jam.. Setelah itu dilakukan uji
karakteristik edible film, meliputi ketebalan edible film, swelling, degradasi dan sifat antimikroba.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan kulit buah salak berpengaruh terhadap ketebalan edible
film, swelling, degradasi dan sifat antimikroba. Adapun ketebalan yang diperoleh meningkat
seiring penambahan kulit buah salak, yaitu berkisar 0,024-0,0172 mm. Hasil swelling yang
diperoleh meningkat seiring dengan penambahan kulit buah salak yaitu 0,0409, 0,0303, 0,0234,
0,0201 dan 0,0137. Hasil degradasi terbaik diperoleh pada hari ke 5 yaitu dengan variasi
konsentrasi kulit buah salak sebesar 6%. Hasil penelitian aktivitas antimikroba menujukkan
penghambatan yang kuat pada bakteri (Escherichia coli). Penghambatan terbesar ditunjukkan
sampel edible film dengan variasi konsentrasi kulit salak sebesar 6% dengan zona hambat 20,8
mm.
Kata kunci: Edible Film, Karakteristik, Kulit Buah Salak, Mekanik, Pektin
Abstract
Edible film is a biodegradable food packaging product that can be consumed. Edible films play a
role in protecting and improving food quality. One of the materials that can be used is pectin.
However, pectin-based edible films have mechanical properties that are easily brittle. So, it is
necessary to add snakefruit peel as a filler to improve its mechanical properties. In addition to
containing cellulose, the snakefruit peel also contains alkaloid compounds that can act as
antimicrobials. In this study, edible film was made from a mixture of snakefruit peel, pectin,
glycerol CaCl 2.2H2O and tween 80. Edible film was made by dissolving 0.015 g/mL of pectin,
snakefruit peel with a concentration variation of 0%. 2%; 3%; 4%; and 6% (wt) and tween 80
(0.5% of the total weight) in 200 mL of a solution containing 0.6 g of plasticizer/g of pectin. Then
the mixture was stirred using a magnetic stirrer, printed and dried in an oven at 50 oC for 15
hours. After that, the characteristics of the edible film were tested, including the thickness of the
edible film, swelling, degradation and antimicrobial properties. The results showed that the
addition of snakefruit peel had an effect on the thickness of the edible film, swelling, degradation
and antimicrobial properties. The thickness obtained increased with the addition of snakefruit peel,
which was in the range of 0.024-0.0172 mm. The swelling results obtained increased with the
addition of snakefruit peel, namely 0.0409, 0.0303, 0.0234, 0.0201 and 0.0137. The best
degradation results were obtained on day 5, with variations in the concentration of snakefruit peel
Diterima : Tgl Bulan Tahun | Direvisi : Tgl Bulan Tahun | Disetujui : Tgl Bulan Tahun
1
Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. xx, No. x (Bulan, Tahun) | xx-xx
by 6%. The results of the antimicrobial activity showed strong inhibition of bacteria (Escherichia
coli). The biggest inhibition was shown by edible film samples with a concentration variation of
6% snakefruit peel with an inhibition zone of 20.8 mm.
6 0,0331 0,0137
(a) (b)
Gambar 3.1 Hasil Analisis Degradasi Edible Film
Konsentrasi Filler 0%:
(a) Hari Pertama; (b) Hari Kesembilan