Anda di halaman 1dari 14

1

I. Judul Penelitian
Pembuatan Plastik Biodegradable (Edible Film) dari Pati Lidah Buaya (AloeVera). (Pengaruh Penambahan Tepung Maizena terhadap Kualitas Fisik Plastik
Biodegradable)
II. Latar Belakang
Saat ini ada banyak jenis bahan yang digunakan untuk mengemas makanan
dan minuman salah satunya adalah plastik. Intensitas penggunaan plastik sebagai
kemasan pangan terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya keunggulan
plastik dibandingkan bahan kemasan yang lain. Plastik jauh lebih ringan
dibandingkan gelas atau logam dan tidak mudah pecah. Bahan ini bisa dibentuk
lembaran sehingga dapat dibuat kantong atau dibuat kaku sehingga bisa dibentuk
sesuai desain dan ukuran yang diinginkan.
Disisi lain, penggunaan plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai
persoalan lingkungan, yaitu tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di
dalam tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik yang
menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Proses daur ulang
yang telah dilakukan dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
sampah plastik, tetapi langkah ini kurang efisien karena tidak semua sampah dapat
dikumpulkan kembali.
Seiring dengan persoalan ini, maka penelitian bahan kemasan diarahkan pada
bahan-bahan organik, yang dapat dihancurkan secara alami dan mudah diperoleh.
Salah satu penelitian terbaru adalah ditemukannya plastik biodegradable. Plastik
biodegradable

adalah

plastik

yang

dapat

digunakan

layaknya

plastik

konvensional, namun akan hancur terurai oleh aktivitas mikroorganisme menjadi


hasil akhir air dan gas karbondioksida. Karena sifatnya yang dapat kembali ke
alam, plastik biodegradable merupakan bahan plastik yang ramah terhadap
lingkungan (Pranamuda, 2009)
Sementara kebutuhan plastik dalam negeri mencapai 2,3 juta ton (Musthofa,
2011). Namun yang menjadi permasalahan, sebagian besar plastik yang sekarang
beredar di masyarakat termasuk bahan yang nondegradable (tidak bisa diurai)
sehingga akan menjadi permasalah tersendiri bagi lingkungan. Seiring dengan
perkembangan industri di bidang makanan, hal ini secara tidak langsung dapat

meningkatkan kebutuhan plastik sebagai pengemas produk. Jika hal ini terus
dibiarkan akan berdampak buruk pada lingkungan sekitar kita.
Pemanfaatan lidah buaya sebagai bahan pembuatan plastik merupakan
terobosan yang baru, meskipun penelitian-penelitian terdahulu mengenai
kandungan dan pemanfaatan lidah buaya sebagai bahan dasar plastik pernah
dilakukan. Pada penelitian yang akan penulis lakukan ini, akan lebih
menitikberatkan pada pengaruh jenis plasticizer terhadap kualitas plastik, di mana
ciri khusus dari plastik yaitu mampu menjadi pengemas yang sifatnya elastis dan
kuat, analisa yang kedua mengenai berapa lama (hari) penguraian plastik ramah
lingkungan (biodegradable) bisa menjadi netral kembali, sehingga tidak
mencemari tanah. Dengan menganalisa kedua faktor tersebut akan diperoleh
karakteristik dari plastik yang terbentuk dan lama penguraian yang dilakukan
mikroorganisme dalam tanah, sehingga pemanfaatan plastik ini akan lebih optimal
dalam masyarakat dan tidak perlu khawatir dengan limbahnya.
III. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dilihat :
1. Bagaimana proses pembuatan plastik biodegradable dari pati lidah
buaya ?
2. Jenis Plasticizer mana yang baik diantara Tepung Maizena dan Kitosan
pada pembuatan plastik biodegradable pati lidah buaya ?
IV.

Tinjauan Pustaka

4.1 Lidah Buaya


(Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) adalah sejenis tumbuhan yang
sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut,
penyembuh luka, dan untuk perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan
dengan mudah di kawasan kering di Afrika.
Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis tanaman terlaris di
dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan
bahan baku industri.

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat


seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat
sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan membantu proses regenerasi
sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes,
mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit kanker, serta dapat digunakan sebagai nutrisi pendukung penyakit
kanker, penderita HIV/AIDS.
Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe emodin,
sebuah senyawa organik dari golongan antrokuinon yang mengaktivasi jenjang
sinyal insulin seperti pencerap insulin-beta dan -substrat1, fosfatidil inositol-3
kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat glikogen
sintase kinase 3beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.
Di negara-negara Amerika, Australia, dan Eropa, saat ini lidah buaya juga
telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan.
Aloe vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D,
mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim, saponin yang berfungsi sebagai anti
mikroba dan 20 dari 22 jenis asam amino. Dalam penggunaannya untuk
perawatan kulit, Aloe vera dapat menghilangkan jerawat, melembabkan kulit,
detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan
serta perbaikan dan peremajaan kulit. Dengan beragam manfaat yang terkandung
dalam lidah buaya, pemanfaatannya kurang optimal oleh masyarakat yang hanya
memanfaatkannya sebagai penyubur rambu

4.2 Kitosan
Kitosan adalah suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari
monomer N-asetilglukosamin (GlcNAc) dan D-glukosamin (GlcN). Bentukan

derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin adalah jenis polisakarida
terbanyak

ke

dua

di

bumi

setelah selulosa dan

dapat

ditemukan

pada eksoskeleton invertebrata dan beberapa fungi pada dinding selnya. Kitosan
memiliki

bentuk

yang

unik

dan

memiliki

manfaat

yang

banyak

bagi pangan, agrikultur, dan medis. Namun, untuk melarutkan kitosan ini cukup
sulit karena kitosan dapat larutapabila dilarutkan pada asam dan viskositas tinggi.
Salah satu pemanfaatan dari kitosan baru dapat dilihat setelah dipecah dalam
bentuk yang lebih sederhana, yaitu : oligomer kitosan. Proses pemecahan kitosan
dapat

dilakukan

dengan

beberapa

metode,

sepertiradiasi suara

dan hidrolisis secara kimiawi. Namun, yield dari hasil pemotongan tersebut sangat
rendah apabila menggunakan metode di atas karena pemotongan bersifar acak
sehingga hasil bentukan oligomernya jadi tidak seragam. Oleh karena itu, metode
yang lebih sering digunakan adalah metode enzimatik karena enzim bekerja
secara spesifik dan tentunya hasil pemotongannya juga akan seragam. Contoh
enzim yang sering digunakan adalah kitosanase dan beberapa selulase yang
diisolasi dari fungi.
4.4 Maizena
Tepung jagung, pati jagung, atau tepung maizena adalah pati yang didapatkan
dari endosperma biji jagung. Tepung jagung merupakan bahan makanan populer
yang biasa digunakan sebagai bahan pengental sup atau saus, dan digunakan
untuk membuatsirup jagung dan pemanis lainnya.
Tepung jagung digunakan sebagai bahan pengental pada makanan berbasis
cairan (seperti sup). Tepung jagung dapat membentuk adonan ketika dicampur
dengan

air

dingin. Nugget

ayam menggunakan

tepung

jagung

untuk

meningkatkan penyerapan minyak dan kerenyahan ketika penggorengan. Tepung


jagung dapat diolah menjadi bioplastik. Tepung jagung juga digunakan sebagai
bahan anti lengket pada proses transportasi gula dan produk yang terbuat
dari lateks, termasuk kondom dan sarung tangan medis
4.3 Plasticizer
Plasticizer merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam suatu bahan pembentuk
film untuk meningkatkan fleksibilitasnya, karena dapat menurunkan gaya
intermolekuler sepanjang rantai polimernya, sehingga film akan lentur ketika

dibengkokkan (Garcia et al. Dalam Rodriguez et al. 2006). Menurut Damat


(2008), karakteristik fisik edible film dipengaruhi oleh jenis bahan serta jenis dan
konsentrasi plasticizer. Plasticizer dari golongan polihidrik alkohol atau poliol di
antaranya adalah gliserol dan sorbitol. Penambahan gliserol 1,5% pada pati garut
butirat memberikan edible film lebih baik dibandingkan dengan penambahan
sorbitol dan sirup glukosa (Damat 2008). Auras et al. (2009) juga mendapatkan
struktur film yang stabil dari campuran pati ubi kayu, gliserol, dan lilin lebah
(beeswax) pada konsentrasi gliserol < 5%. Edible film yang dibuat dari pati ubi
kayu, gliserol, carboxy methyl cellulose (CMC), dan lilin lebah, lebih efektif
digunakan untuk mengemas dodol durian selama 25-44 hari (Harris 2001).
Sifat fisik yang menentukan kualitas dan penggunaan edible film antara lain
ketebalan, pemanjangan (elongation), dan kekuatan peregangan (tensile strength).
Ketebalan menentukan ketahanan film terhadap laju perpindahan uap air, gas, dan
senyawa volatil lainnya. Edible film relatif tahan terhadap perpindahan oksigen
dan karbondioksida, namun kurang tahan terhadap uap air (Pagella et al. 2002).
Pemanjangan menunjukkan kemampuan rentang edible film yang dihasilkan.
Penambahan sorbitol dapat meningkatkan nilai pemanjangan sehingga kerapuhan
edible film menurun dan permeabilitasnya meningkat (Gennadios et al. Dalam
Prihatiningsih 2000). Kekuatan peregangan (tensile strength) merupakan tarikan
maksimum yang dapat dicapai sampai film tetap bertahan sebelum putus/sobek,
yang menggambarkan kekuatan film (Krochta et al. dalam Prihatiningsih 2000).

a. Gliserol
Gliserol (bahasa
adalah senyawa gliserida yang

Inggris

paling

sederhana,

bersifat hidrofilik dan higroskopik.

Gliserol

glycerol,

glycerin,

glycerine)

dengan hidroksil yang

merupakan

komponen

yang

menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol terasa manis saat
dikecap, namun bersifat racun.
Edible film membutuhkan plasticizer dengan berat molekul rendah untuk
meningkatkan fleksibilitas dan ketahanannya, dengan cara menginterupsi interaksi

rantai polimer dan menurunkan suhu Transition Glass (Brody, 2005). Menurut
Winarno (1992) Gliserol adalah senyawa alkohol polihidrat (polyol) dengan 3
buah gugus hidroksil dalam satu molekul atau disebut alkohol trivalent. Rumus
kimia gliserol adalah C3H8O3, berat molekul gliserol 92,10 massa jenisnya 1,23
g/cm3 dan titik didihnya 204oC. Gliserol mempunyai sifat mudah larut air,
meningkatkan viskositas larutan, mengikat air dan menurunkan Aw (Lindsay,
1985). Gliserol merupakan salah satu plasticizer yang banyak digunakan karena
cukup efektif mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan
jarak intermolekuler. Secara teoritis plasticizer dapat menurunkan gaya internal
diantara rantai polimer, sehingga akan menurunkan tingkat kegetasan dan
meningkatkan permeabilitas terhadap uap air (Gontard et al. 1993).
Rodriguez et al. (2006) menambahkan bahwa gliserol merupakan plastizicer
yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok untuk bahan pembentuk film yang
bersifat hidrofilik seperti pati. Ia dapat meningkatkan sorpsi molekul polarseperti
air. Peran gliserol sebagai plasticizer dan konsentrasinya meningkatkan
fleksibilitas film (Gontard et al, 1993; Mali et al, 2005; Bertuzi et al, 2007).
Molekul plastizicer akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi
intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer. Selanjutnya mengakibatkan
peningkatan elongation dan penurunan tensile strength seiring dengan
peningkatan konsentrasi gliserol. Penurunan interaksi intermolekuler dan
peningkatan mobilitas molekul akan memfasilitasi migrasi molekul uap air
(Rodriguez et al. 2006).
b. Sorbitol
Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah monosakarida
poliol (1,2,3,4,5,6Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol adalah
gula alkohol yang mudah larut dalam air. Sorbitol juga dikenali glucitol, adalah
sejenis alkohol gula dimana badan manusia boleh memetabolismakannya secara
perlahan. Sorbitol berupa senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan
berwarna putih dengan titik leleh berkisar antara 89 sampai dengan 101C,
higroskopis dan berasa manis.

Sorbitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai 0,7 kali
tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara
dengan 10,87 kJ/g.Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah
monosakarida poliol (1,2,3,4,5,6Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6.
Sorbitol adalah gula alkohol yang mudah larut dalam air. Sorbitol juga
dikenali glucitol, adalah sejenis alkohol gula dimana badan manusia boleh
memetabolismakannya secara perlahan.Sorbitol berupa senyawa yang berbentuk
granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh berkisar antara 89
sampai dengan 101C, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol memiliki tingkat
kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat kemanisan
sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau setara dengan 10,87
kJ/g.Sorbitol atau D-Sorbitol atau D-Glucitol atau D-Sorbite adalah monosakarida
poliol (1,2,3,4,5,6Hexanehexol) dengan rumus kimia C6H14O6.Sorbitol adalah
gula alkohol yang mudah larut dalam air.
Sorbitol juga dikenali glucitol, adalah sejenis alkohol gula dimana badan
manusia boleh memetabolismakannya secara perlahan.Sorbitol berupa senyawa
yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh berkisar
antara 89 sampai dengan 101C, higroskopis dan berasa manis. Sorbitol memiliki
tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai dengan 0,7 kali tingkat
kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6 kkal/g atau 10,87 kJ/g.

c. Sirup Glukosa
Sirup glukosa adalah cairan kental dan jernih dengan komponen utama
glukosa yang diperoleh dari hidrolisis pati dengan cara kimia atau enzimatik (SNI
01-2978-1992). Proses hidrolisis pada dasarnya adalah pemutusan rantai polimer
pati (C6H12O6)n menjadi unit-unit monosakarida (C6H12O6) (Meyer.,1978).
Sirup glukosa sering disebut juga dengan gula cair dan merupakan
monosakarida, yang terdiri atas satu monomer yaitu glukosa, sedangkan gula pasir
atau sukrosa merupakan disakarida, yang terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa.
4.5 Variabel-variabel yang berpengaruh

4.5.1 Komposisi Plastik Biodegradable


Berdasarkan penelitian pendahuluan komposisi bahan yang digunakan
menggunakan komposisi pati lidah buaya: serbuk kitosan udang : akuades dengan
perbandingan masing-masing yaitu 13% : 10% : 64%, kemudian ditambahkan
gliserol 8% dan cuka (vinegar) sebanyak 5% dari total volume larutan karena
adanya bahan tambahan asam yang berasal dari cuka (vinegar) sebanyak 5%
sehingga menjadikan komposisi bahan gliserol berubah, karena sifat asam dari
bahan akan mempengaruhi kadar amilopektin pada pati.
Penambahan cuka (vinegar) dalam jumlah yang tepat mampu menjadikan
bentuk gel larutan lebih homogen, tetapi pemberian yang berlebihan akan
menghambat waktu gelatinisasi, menjadikan larutan encer dan sulit dicetak. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan (Wuzburg, 1995) pati yang
termodifikasi dengan cuka ini memiliki viskositas pasta panas lebih rendah, rasio
viskositas pasta pati dingin dari pasta pati panas lebih rendah, granula yang
mengembang selama gelatinisasi dalam air panas lebih rendah, peningkatan
stabilitas dalam air hangat di bawah suhu gelatinisasi.
Dengan komposisi bahan tersebut dihasilkan lembaran plastik yang sesuai
dengan karakteristik plastik pada umumnya yaitu permukaan halus, warna bening,
elastis, tidak mudah sobek, dan bisa di-sealer.

V.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :
1. Mempelajari proses pembuatan plastik biodegradable dari pati lidah
buaya
2. Mengetahui komposisi penyusun dari plastik biodegradable pati lidah
buaya
3. Mengetahui jenis plasticizer yang baik untuk pembuatan edible film dari
pati lidah buaya

VI.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :
1. Menciptakan plastik biodegradable yang ramah lingkungan.
2. Memberikan pengetahuan mengenai pengolahan pati lidah buaya dalam
pembuatan plastik biodegradable yang ramah lingkungan.

3. Sebagai bahan untuk dijadikan acuan dalam penelitian serupa dan bahan
bacaan mengenai pembuatan plastik biodegradable dari pati lidah buaya
bagi mahasiswa Teknik Kimia pada khususnya dan mahasiswa
Politeknik Negeri Sriwijaya pada umumnya.
VII. Metodologi Penelitian
VII.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan April dan Mei dilaksanakan
dilaboratorium Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya. Waktu penelitian
dilakukan dari pukul 08.00-17.00 WIB dibantu oleh teknisi laboratorium terkait.
Dalam pembuatan edible film ini dilakukan beberapa tahap, yaitu
persiapan bahan baku dan alat, proses pembuatan, dan analisa hasil.
VII.2

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gelas Kimia 1000 mL


Hot Plate
Magic Stirrer
Oven
Spatula
Kaca Arloji
Neraca Analitik

6 buah
2 buah
2 buah
1 set
2 buah
2 buah
1 buah

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Pati Lidah Buaya
2. Kitosan
3. Maizena
4. Gliserol
5. Sorbitol
6. Sirup Glukosa
7. Cuka Makan (Vinegar)
8. Aquadest
VII.3 Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Adapun perlakuan dan rancangan penelitian plastik biodegradable
(edible film) dari pati lidah buaya dari beberapa variable percobaan yaitu:
a. Variabel Tetap
Temperatur Pengadukan 60oC
Temperatur Pengeringan 50oC
Waktu Pengeringan 2 jam

10

Konsentrasi kitosan dan maizena dalam campuran masing-masing


10mL
b. Variabel Bebas
Konsentrasi Plasticizer (Gliserol, Sorbitol, dan Sirup Glukosa) masingmasing 10%; 15%; 20%; 25%; 30%.
VII.4 Prosedur Kerja
7.3.1 Pembuatan Plastik Biodegradable.
1. Menyiapakan 6 buah gelas kimia 500 ml
2. Mencampurkan patih lidah buaya, serbuk tepung maizena dan
aquadest dengan perbandingan masng-masing 13% : 10% : 64% dalam
gelas kimia 250 ml. Selanjutnya, mencampurkan patih lidah buaya,
maizena dan aquadest dengan perbandingan yang sama dalam tempat
yang berbeda.
3. Menambahkan gliserol, srobitol, dan sirup glukosa pada masingmasing gelas kimia dengan volume masing-masing (10%, 15%, 20%,
25%, dan 30%) dan cuka (vinegar) sebanyak 5% dari total volume
larutan.
4. Bahan yang sudah tercampur dipanaskan menggunakan hot plate dan
diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai membentuk gel.
5. Plastik yang berbentuk gel kemudian dicetak pada pelat kaca
berukuran 10 cm x 15 cm.
6. Bahan dikeringkan dalam oven pada suhu 50 oC selama 2 jam.
7.3.2 Analisa Hasil
Plastik biodegradable yang dihasilkan diuji hasil akhirnya dengan melakukan
uji kuat tarik, analisa morfologi, ketahanan bioplastik terhadap air, dan
biodegradasi.
a. Uji Kuat Tarik

Pengukuran Kuat tarik menggunakan alatUniversal Testing Machine (UTM).


b. Uji Ketahanan Bioplastik terhadap Air

Uji ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya ikatan dalam polimer serta
tingkatan atau keteraturan ikatan dalam polimer yang ditentukan melalui
prosentase penambahan berat polimer setelah mengalami penggembungan. Proses
terdifusinya molekul pelarut kedalam polimer akan menghasilkan gel yang

11

menggembung. Sifat ketahanan bioplastik terhadap air ditentukan dengan uji


swelling, yaitu prosentase penggembungan film oleh adanya air.
c. Biodegradasi

Pada pengujian biodegradasi (kemampuan bioplastik dapat terurai) dilakukan


dengan merendam sampel bioplastik dalam Effective Microorganism 4 (EM4).
Bakteri EM4 yang digunakan adalah bakteri yang digunakan untuk fermentasi
bahan organik tanah. EM4 mengandung bakteri fermentasi, dari genus
Lactobacillus, jamur fermentasi, actinomycetes bakteri fotosintetik, bakteri
pelarut fosfat, dan ragi. Lamanya kemampuan bioplastik terdegradasi yang
diperoleh dari hasil pengamatan sampai seluruh bagian bioplastik terurai berkisar
antara 7 hari sampai dengan 15 hari.

Kitosan/
Pati Lidah
Buaya

Plasticizer

Aquadest

Pemanasan dan Pengadukan dalam


Gelas Kimia menggunakan
magnetic stirrer di atas hot plate

Maizena

12

Gel
Pencetakan
Pengeringan dalam oven
2 jam pada suhu 50oC
Uji Kuat Tarik
Plastik Analisa Morfologi
Uji Ketahanan terhadap Air
Uji Biodegradasi
Gambar 1. Diagram Proses Penelitian Pembuatan Plastik Biodegradable

VIII. Data Pengamatan


Adapan data pengamatan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Data Pengamatan Hasil Analisis Plastik Biodegradable

N
o
1
2
3
4
5

Bahan Baku
Lidah Buaya

Bahan Tambahan
Tepung Maizena

Kitosan Gliserin

Pelarut
Air

Alkohol

13

IX.

Rencana Kegiatan
Uraian
Kegiatan

Minggu keFebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan
Pembuatan
Proposal
Persiapan
bahan
Penelitian
Penyusunan
Data
Analisa Data
Bimbingan
Penyususan
Laporan
Sidang
Laporan
X.

Perkiraan Biaya
Pembuatan proposal
Pembelian bahan lidah buaya 2 kg
Pembelian kitosin 1 kg
Pembelian bahan kimia (NaCl)
Peminjaman laboratorium
Transportasi dan akomodasi
Pembelian kertas A4 70 gram 3 rim
Pembelian tinta printer dan CD 6 buah
Penjilidan laporan akhir 6 rangkap
Penggandaan laporan akhir

: Rp. 100.000,00
: Rp. 1.300.000,00
: Rp. 400.000,00
: Rp. 500,000,00
: Rp. 500.000,00
: Rp. 400.000,00
: Rp. 105.000,00
: Rp. 210.000,00
: Rp. 200.000,00
: Rp. 100.000,00 +
: Rp. 2.815.000,00

14

DAFTAR PUSTAKA
Bagus, Citra. Tanaman Lidah Buaya. (http://citrabagus.wordpress.com/tanamanlidah-buaya/) diakses Kamis, 27 Februari 2013
STUDENT ASSOCIATION OF CHEMICAL ENGINEERING. 2014. Sorbitol
http://tekkimunnes.blogspot.com/2013/05/sorbitol.html, diakses jumat 14 Maret
2014
Utomo, Arief Wahyu dkk. 2013. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis : Pengaruh
Suhu dan Lama Pengeringan terhadap Karakteristik Fisikokimiawi
Plastik Biodegradable dari Komposit Pati Lidah Buaya (Aloe-vera)Kitosan. Malang: Universitas Brawijaya
Wikipedia. 2013. Kitosan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kitosan), diakses Kamis,
27 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai