Anda di halaman 1dari 19

TUGAS PROYEK

BISNIS PRODUK KIMIA


“Edible Coating Pelapis Dodol Berbahan Dasar Shellac dan Anti Bakteri
Bahan Alam”

Disusun sebagai Tugas dalam Pembelajaran Proyek Berbasis Kelompok dari Mata Kuliah
Bisnis Kimia dan Produk Pendidikan Kimia

Dosen Pengampu
Dr. Sri Retno Dwi Ariani, M. Si.

Disusun Oleh:
Anny Alfian Rahmayanti (K3320010)
Farras Nibras (K3320031)
Kamila Farah Az-Zahra (K3320043)
Youlanda Jessiva Alba (K3320080)

BACHELOR OF CHEMISTRY EDUCATION


FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023
BAB I
POHON IDE DAN RENCANA BISNIS PRODUK KIMIA

A. Pohon Ide Inovasi Shellac


BAB II

A. Edible Coating
Edible coating adalah suatu lapisan tipis, terbuat dari bahan yang dapat
dikonsumsi, dan dapat berfungsi sebagai barrier agar tidak kehilangan kelembaban,
bersifat permeabel terhadap gas-gas tertentu, serta mampu mengontrol migrasi
komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan
komposisi nutrisi dari suatu makanan (Ulusoy et al., 2018). Edible coating tidak
menggantikan bahan kemasan tradisional tetapi sebagai pembantu tambahan untuk
pengawetan makanan dan mengurangi biaya serta jumlah bahan kemasan tradisional.
Edible coating adalah matriks yang baik pembawa agen antimikroba dibandingkan
pelapis konvensional, seperti dari segi elastisitas, difusivitas dan kelarutan (Hassan et al.,
2018).
Edible coating harus memiliki beberapa karakteristik umum dan optimal yang
disetujui oleh para peneliti. Menurut Pavlath dan Orts (2009) karakteristik yang harus
dimiliki edible coating sebagai berikut:
1. Tidak mengandung komponen beracun, alergen dan tidak dapat dicerna
2. Mencegah kerusakan mekanis selama transportasi, penanganan, dan menjaga
tampilan
3. Memiliki daya rekat yang baik pada permukaan makanan agar terlindungi
4. Mengontrol migrasi air (keluar-masuk) dari makanan yang dilindungi untuk
mempertahankan kadar air sesuai kadar yang diinginkan
5. Bersifat semipermeabel untuk menjaga keseimbangan internal gas dalam respirasi
aerobik dan anaerobik, sehingga memperlambat pembusukan
6. Mencegah kehilangan komponen yang menstabilkan aroma, rasa, gizi dan
karakteristik yang diperlukan oleh penerimaan konsumen namun tidak mengubah
rasa atau penampilan
7. Melindungi terhadap kontaminasi, hama, perkembangbiakan mikroba, dan jenis
pembusukan lainnya
8. Menjaga atau meningkatkan estetika (penampilan, rasa dll.) dari produk
9. Mudah diproduksi dan layak secara ekonomi
Gambaran cara kerja edible coating:

Gambar 2.1 Cara Kerja Edible Coating (Khalid et al., 2017)


B. Shellac
Shellac adalah bentuk resin lac yang dihaluskan, biopolimer alami ini berasal dari
serangga kecil pemakan getah pohon inang tertentu. Pada dasarnya lac, adalah
makromolekul poliester yang terdiri dari ester inter dan intra dari asam polihidroksi
alifatik dan seskuiterpen. Shellac telah digunakan di beberapa industri selama
berabad-abad karena sifatnya seperti pembentuk film, perekatan, pengikatan, termo
plastisitas, tahan air dan mudah larut dalam pelarut alkali berair (Thombare et al., 2022).
Kata “lac” berasal dari Bahasa Sansekerta Laksha, yang berarti seratus ribu dan
merujuk pada banyak serangga yang menutupi ranting pohon inang dan terlibat dalam
produksinya (Panwar, 2020). Lac adalah satu-satunya resin alami yang berasal dari
serangga yang diperoleh dari serangga lac, terutama Kerria spp. (Keluarga-Tachardiidae,
ordo-Homoptera).
Tanaman inang untuk serangga ini adalah palash (Butea monosperma), ber
(Ziziphus mauritiana), kusum (schleichera oleosa) dan semialata (Flemingia semialata)
(Shah, 2015). Serangga lac menetap di pucuk tanaman inang, memakan getahnya dan
menyelesaikan siklus hidup, di mana serangga betina akan mengeluarkan lapisan
pelindung resin di sekitar tubuhnya, yang dipanen sebagai tanaman lac. Serangga Lac
ditemukan di India, Thailand, dan Myanmar di wilayah yang luas dan terbatas di
negara-negara lain di Asia tetapi paling banyak hanya ada di India dan Thailand
(Brydson, 1999)

.
Gambar 2.2 Pertumbuhan Shellac Pada Tanaman Inang (Thombare et al., 2022)
C. Plasticizer
Plasticizer atau pemlastis adalah bahan yang ditambahkan dalam edible coating
pada konsentrasi tertentu (kebanyakan 10 sampai 60% dari berat kering polimer) untuk
mengurangi interaksi rantai protein guna meningkatkan fleksibilitas film. Jenis dan
konsentrasi plasticizer yang tepat akan menghasilkan sifat mekanik film dan
permeabilitas yang seimbang (Fahrullah et al., 2020). Gugus poliol seperti gliserol,
sorbitol, dan polietilen glikol (PEG) umumnya digunakan sebagai plasticizer untuk edible
coating. Plasticizer tersebut mampu menginisiasi ikatan hidrogen dan berinteraksi
dengan polimer (merenggangkan ikatan polimer dan menciptakan ruang antar rantai
polimer) untuk mencegah kehilangan air (Sun et al., 2013).

Gambar 2.3 Struktur Sorbitol


(Sumber: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sorbitol)
Sorbitol adalah molekul kecil yang tahan terhadap air karena memiliki afinitas
yang lebih rendah terhadap air dan interaksi molekuler yang lebih kuat dengan rantai
polimer (Hazrol et al., 2021). Sulaiman (dalam Astuti, 2010) menjelaskan bahwa sorbitol
merupakan pemlastis yang efektif karena mampu mengurangi ikatan hidrogen internal
pada ikatan intermolekuler sehingga dapat menghambat penguapan air dari produk.
Sorbitol juga dapat larut dalam tiap-tiap rantai polimer sehingga akan mempermudah
gerakan molekul polimer. Zubaidah (dalam Yulistiani et al., 2019) mengatakan bahwa
penggunaan sorbitol dapat memperbaiki karakteristik kuat tarik, laju penyerapan air,
kelarutan dalam air, dan kecerahan edible film.
D. Nanas
Nanas (Ananas comosus L. Merr) memiliki aktivitas antimikroba yang kuat dan
dapat dipertimbangkan sebagai antimikroba (Abdurrahman, 2014). Senyawa antimikroba
aktif dalam nanas antara lain saponin dan bromelain (Dalimartha, 2000). Saponin dan
bromelain bekerja sebagai antimikroba melalui sifat membranolitik. Bromelain bekerja
sebagai enzim proteolitik setelah terikat pada membran sel bakteri, menyebabkan
kerusakan dan menginduksi kematian sel bakteri. Aktivitas antimikroba dari senyawa
aktif dalam nanas sangat kuat terhadap bakteri Gram-negatif dan Gram-positif, termasuk
Pseudomonas aeruginosa (Eshamah, 2013).

Gambar 2.4 Buah Nanas


(Sumber: http://pakaretani.blogspot.com/2016/05/klasifikasi-dan-morfologi-nanas.html)
Taksonomi nanas sebagai berikut (Ardi et al., 2019):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyte
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Farinosae
Family : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas Comosus (L.) Merr.
Saponin dalam nanas berperan sebagai antibakteri dengan mekanisme merusak
permeabilitas dinding sel sehingga dapat menimbulkan kematian sel (Cannell, 1998).
Bromelin merupakan enzim proteolitik yang dapat memecah molekul protein. Bromelin
dapat memutus ikatan protein pada bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri (Amini et al, 2018).

Gambar 2.5 Struktur Saponin Nanas (Tang 2017)


Gambar 2.6 Struktur Bromelin Nanas (Hikal et al., 2021)
E. Dodol
Dodol merupakan salah satu makanan tradisional yang cukup popular.
Masing-masing daerah di Indonesia memiliki nama tersendiri untuk dodol yang
mencerminkan kekhasannya seperti dodol Garut yang berasal dari Garut, dodol Betawi
yang berasal dari Betawi, dodol Kandangan dari daerah Kandangan Kalimantan, dodol
Bali/Buleleng dari Bali, dodol Ulame dari Tapanuli, Sumatera Utara. Jenis dodol sangat
beragam tergantung keragaman campuran tambahan dan juga cara pembuatannya. Ada
dua jenis penggolongan dodol yaitu dodol yang terbuat dari beras ketan dan dodol yang
terbuat dari buah-buahan. Dodol dari tepung beras ketan putih merupakan yang banyak
ditemui (Setiavani, 2018).

Gambar 2.7 Dodol


(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Dodol)
Dodol dapat digolongkan sebagai makanan ringan yang dibuat dari campuran
tepung beras ketan putih, gula merah, dan santan kelapa, dididihkan hingga mengental,
berminyak dan tidak lengket, dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal, dan
dapat diiris. Proses pembuatan dodol prinsipnya melibatkan pencampuran dan pemanasan
pati pada suhu yang tinggi hingga mencapai aW dan kadar air tertentu. Kadar air dodol
10‒15 persen basis basah dan aw 0,674‒0,721. Pada proses pembuatannya, tepung beras
ketan dan bahan lainnya dididihkan hingga menjadi kental, berminyak dan tidak lengket,
dan apabila dingin pasta akan menjadi padat, kenyal, dan dapat diiris (Nasaruddin et al.,
2012). Proses pemanasan hingga mengental biasanya membutuhkan pengadukan secara
terus menerus dan memakan waktu yang cukup lama (+ 8 jam).
BAB III
KONSEP PRODUK DAN SARANA PRASARANA PENDUKUNG

A. Konsep Produk
Produk ECN ini merupakan suatu inovasi dari edible coating dengan penambahan
ekstrak daging buah nanas sebagai zat antibakteri yang digunakan sebagai kemasan
dodol. Dengan menggunakan produk ini, kita dapat berperan dalam mengurangi
penggunaan plastik untuk mewujudkan bumi sehat.
Salah satu kelebihan dari produk kami adalah adanya zat antibakteri yang
berfungsi sebagai penghalang terjadinya pertumbuhan bakteri. Dengan adanya zat
antibakteri, konsumen tidak perlu khawatir lagi akan tingkat higienis dari kemasan
sekunder pada dodol yang akan dikonsumsi. Selain itu, kemasan sekunder ini dapat
langsung dimakan tanpa harus dibuang kemasan nya seperti pada kemasan dodol pada
umumnya.
Bahan yang digunakan pada produk ini adalah shellac, pemlastis sorbitol, dan
ekstrak daging buah nanas. Ekstrak daging buah nanas ini mengandung zat antibakteri
sehingga dapat memperlambat pertumbuhan bakteri pada produk ECN ini yang
digunakan sebagai kemasan sekunder pada makanan tradisional dodol.
B. Bahan Baku, Ketersediaan, dan Perkiraan Harga
a. Bahan baku
Bahan baku yang digunakan pada produk ECN ini adalah shellac,
pemlastis sorbitol,ekstrak daging buah nanas, dan alkohol 96%.
b. Ketersediaan
Ketersediaan bahan baku dalam usaha ini tercantum pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Ketersediaan bahan baku

No Bahan Jumlah yang diperlukan

1. Shellac 10 kg

2. Pemlastis sorbitol 6 kg

3. Buah nanas 5 kg

4. Alkohol 96% 5 liter


c. Perkiraan harga
Perkiraan harga bahan baku yang diperlukan dalam usaha ini tercantum
dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Perkiraan harga bahan baku

No Bahan Jumlah yang diperlukan Harga

1. Shellac 10 kg Rp 350.000,00

2. Pemlastis sorbitol 6 kg Rp 145.000,00

3. Buah nanas 5 kg Rp 50.000,00

4. Alkohol 96% 5 liter Rp 70.000,00

C. Perancangan Kapasitas Produksi


Perusahaan kami memiliki perencanaan kapasitas produksi sebesar 20.000 lembar
edible coating yang akan dikemas menjadi 500 bungkus perhari, dengan isi 40 lembar
edible coating per bungkusnya. Perencanaan produksi ini ditargetkan untuk memenuhi
permintaan konsumen dan melakukan sosialisasi produk edible coating ini. Target utama
pemasaran kami yaitu para pengusaha makanan tradisional dodol. Karena produk ini
yang ramah lingkungan sehingga akan meningkatkan daya tarik pembeli dan nilai jual
dari dodolnya itu sendiri.
D. Peralatan, Kapasitas, Fungsi, Merk, dan Perkiraan Harga
a. Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk memproduksi ECN ini adalah sebagai
berikut:
1. Neraca digital
2. Pisau
3. Gelas beker
4. Gelas ukur
5. Blender
6. Oven
7. Botol penyimpanan
8. Labu volumetrik
9. Spatula
10. Magnetic stirrer
11. Pipet
12. Desikator
13. Saringan
b. Kapasitas
Kapasitas inovasi pada produk ini yaitu pemanfaatan buah nanas yang
kaya akan zat antibakteri sebagai nilai tambah pada edible coating, dan dengan
menggunakan produk ini dapat mengurangi jumlah limbah plastik yang ada di
Indonesia.
c. Fungsi
Fungsi dari produk ini adalah sebagai kemasan sekunder pada makanan
tradisional dodol.
d. Merk
Merk dari edible coating ini adalah ECN, yang memiliki arti Edible
Coating dari ekstrak Nanas.
e. Perkiraan harga
1. Perkiraan harga edible coating per kemasan @40 lembar
= biaya produksi : jumlah edible coating dalam sekali produksi
= Rp 4.000.000,00 : 500 = Rp 8.000,00
2. Perkiraan harga jual edible coating
= perkiraan harga edible coating per kemasan + laba yang diinginkan per
kemasan
= Rp 8.000,00 + Rp 2.000,00
= Rp 10.000,00
E. Lokasi Usaha
Usaha berlokasi di Sukoharjo karena terdapat beberapa pengusaha dodol yang
masih menggunakan kemasan alami seperti daun pisang. Selain itu, masih terdapat lahan
kosong luas yang akan dimanfaatkan untuk budidaya nanas supaya memenuhi kebutuhan
yang diinginkan. Kami tidak akan hanya terfokus pada penjualan secara offline saja,
melainkan kami akan membuka usaha melalui platform digital juga misalnya Shopee,
Tokopedia, Lazada, dan lain-lain.
F. Prasarana Pendukung
1. Lokasi kantor yang bersih dan nyaman
2. Air bersih
3. Smartphone untuk keperluan komunikasi dan pemasaran
4. Koneksi internet yang lancar
5. Tanah sekitar kantor yang subur agar dapat digunakan untuk tempat budidaya
buah nanas
G. Layout Tempat Usaha

BAB IV
PROSES PRODUKSI BISNIS PRODUK KIMIA
A. Proses Produksi
1. PREPARASI SAMPEL
1. Pengambilan shellac resin dari serangga laccifer yang dikenal mengandung n
kompleks polimer alifatik alifatik hidroksil asam alifatik yang larut dalam alkohol
dan larutan alkali.
2. Ekstraksi nanas sebagai bahan antibakteri dengan cara memarut nanas dan
kemudian diperas sehingga mendapat ekstrak nanas.
2. PEMBENTUKAN EDIBLE FILM
1. Pensuspensian bahan ke dalam pelarut
Tahapan awal dalam proses pembuatan yaitu meng suspensi larutan film
terhadap bahan utama. Pembentukan larutan film dimulai dengan mensuspensikan
bahan ke dalam pelarut, misalnya air, etanol, dan pelarut lain.
2. Pengaturan suhu
Pengaturan suhu mempunyai tujuan untuk mencapai suhu gelatinisasi pati,
sehingga pati dapat tergelatinisasi sempurna dan diperoleh film yang homogen
serta utuh. Gelatinisasi merupakan peristiwa pembentukan gel yang dimulai
dengan hidrasi pati, yaitu penyerapan molekul-molekul air oleh molekul-molekul
pati. Apabila tanpa adanya pemanasan, kemungkinan terjalin interaksi antar
molekul sangat kecil, sehingga pada saat dikeringkan film menjadi retak.
Gelatinisasi dapat terjadi apabila air melarutkan pati yang dipanaskan sampai
suhu gelatinisasinya.
3. Penambahan Plasticizer
Plasticizer merupakan substansi nonvolatile yang ditambahkan ke dalam
suatu bahan untuk memperbaiki sifat fisik dan atau sifat mekanik bahan tersebut
(Gennadios dan Weller, 1990). Pada pembuatan edible film sering ditambahkan
plasticizer untuk mengatasi sifat rapuh film, sehingga akan diperoleh film
yangkuat, fleksibel, dan tidak mudah putus
4. Penambahan asam lemak dan gliserol
Penambahan asam lemak akan menurunkan permeabilitas uap air film
yang dihasilkan. Asam lemak yang sering ditambahkan pada permukaan
ediblefilm adalah asam palmitat. Asam palmitat termasuk asam lemak jenuh
yangberasal dari nabati dan hewani, lebih reaktif apabila dibandingkan dengan
asamlemak tidak jenuh dan larut dalam air. Penambahan asam palmitat
mampumeningkatkan perpanjangan dan kekuatan perenggangan film. Saat
mencapai titik kritisnya penambahan asam palmitat tersebut akan menurunkan
perpanjangan dan kekuatan peregangan film (Huey dan Lay , 1997 ).
Gliserol dengan rumus kimia C3H8O3, dengan nama kimia 1,2,3-
propanatriol adalah senyawa golongan alkohol polihidrat dengan tiga buah gugus
hidroksil dalam satu molekul (alcohol trivalent). Gliserol memiliki sifat mudah
larut dalam air, meningkatkan viskositas air, mengikat air dan menurunkan bahan.
Penambahan gliserol yang berlebihan akan menyebabkan rasa manis-pahit pada
bahan. Penambahan gliserol akan menghasilkan film yang lebih fleksibel dan
halus, selain itu gliserol dapat meningkatkan permeabilitas film terhadap gas, au
pair, dan zat terlarut (Winarno, 1995).
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan untuk menguapkan pelarut, maka akan diperoleh
edible film. Suhu yang digunakan akan mempengaruhi waktu pengeringan dan
kenampakan edible film yang dihasilkan.
6. Karakterisasi Edible Film
Karakterisasi dilakukan dengan uji sebagai berikut :
- Uji ketebalan
- Uji transmisi uap
- Uji warna
- Uji perpanjangan
- Uji ketahanan air
- Uji kekuatan peregangan

BAB V
PENGEMASAN DAN PELABELAN

A. PENGEMASAN
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual,
dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan,getaran). Di
samping itu pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau
pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Karena itu
bentuk, warna dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam
perencanaannya (Sucipta, dkk. 2017).
Pengemasan produk edible coating ini menggunakan kotak karton tipis
kecil dengan ukuran 12 cm x 10 cm x 5 cm yang mampu memuat sampai dengan
100 edible coating setiap bungkus nya.

B. PELABELAN
Pelabelan merupakan pemberian keterangan mengenai produk yang
berbentuk gambar, tulisan, atau kombinasi keduanya. Pelabelan bertujuan untuk
berkomunikasi atau memberikan informasi kepada konsumen. Melalui pelabelan
yang biasanya ditempelkan atau dicetak bersama, label dapat berfungsi sebagai
sarana komunikasi, agar dapat berkomunikasi atau memberikan informasi dengan
baik, maka label harus memuat: nama produk, merk atau stempel, komposisi
bahan, berat bersih atau volume, nama produsen, distributor (apabila
didistribusikan oleh pihak lain), nomor registrasi, kode produksi, dan tanggal
kadaluarsa. (Suhartatik, 2018).
Label pada produk edible coating ini mencantumkan nama produk, logo
merk, kegunaan produk, nama produsen, jumlah barang yang dimuat, komposisi
bahan, dan tanggal kadaluarsa.
BAB VI
ANALISIS SWOT

Analisis SWOT dilakukan untuk menganalisis berbagai aspek dari keadaan proses
bisnis saat ini dan menemukan apa kebutuhan yang sebenarnya ingin didapatkan oleh
peserta didik yang didasarkan atas aspek-aspek berikut :
A. Strengths (Kekuatan)
Strength (kekuatan) adalah segala sesuatu yang dinilai baik dari kelompok atau
organisasi. Kekuatan yang dimiliki dari produk “Edible Coating” adalah
1. Terbuat dari bahan alam sehingga dapat langsung dimakan dan relatif lebih aman
melindungi produk makanan
2. Mampu mempertahankan kualitas produk yang dilapisi dari air dan cahaya
dengan baik
3. Meningkatkan nilai jual produk
B. Weakness (Kelemahan)
Weakness (kelemahan) adalah segala sesuatu yang dinilai kurang atau negatif dari
satu kelompok. Weakness juga merupakan faktor internal. Beberapa kelemahan dari
produk “Edible Coating” antara lain:
1. Harga lebih mahal dibandingkan dengan coating film yang ada di pasaran
2. Bahan baku yang relatif lebih sulit didapatkan, sehingga produksi pada awal rintis
belum masif
3. Membutuhkan kegiatan promosi dan publikasi yang banyak.

C. Opportunities (Peluang)
Opportunity (peluang) adalah faktor eksternal yang dinilai dapat memberikan
peluang. Dapat berupa pasar baru, teknologi baru, perubahan pasar, atau kekuatan lain.
Kesempatan dan peluang yang sangat penting dimanfaatkan untuk mencapai sasaran atau
tujuan yang diinginkan antara lain :
a. Memberikan inovasi baru dalam dunia tataboga
b. Memberikan pilihan lain kepada konsumen untuk coating produk makanan
mereka
c. Minim pesaing karena masih sedikit coating film makanan yang bisa dimakan

D. Threats (Ancaman)
Threat (ancaman) adalah faktor eksternal yang dinilai dapat berpengaruh negatif
pada organisasi. Ancaman yang dapat membahayakan produk “Edible Coating” antara
lain:
a. Memiliki pesaing coating film yang lebih banyak yang sudah dipercaya oleh konsumen
b. Kepercayaan konsumen kepada coating film plastik yang masih tinggi

DAFTAR PUSTKA
Abdurrahman, Farouq. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus)
Terhadap Bakteri Enterotoxigenic Escherichia coli secara In Vitro. (2014). Skripsi.
Surabaya: Universitas Airlangga
Amini A, Setiasih S, Handayani S, Hudiyono S, Saepudin E. (2018). Potential Antibacteial
Activity of Partial Purified Bromelain from Pineapple Core Using Acetone and
Ammonium Suphate Againts Dental Caries-Causing Bacteria. AIP Conference
Proceedings 2023. Universitas Indonesia
Ardi, Jordi et al. (2019). Keragaman Morfolog Tanaman Nanas (Ananas Comosus (L.) Merr.) di
Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Agro Indragiri, IV(1)
Astuti, A.W., 2010. Pembuatan Edible Film Dari Semirefine Carrageenan (Kajian Konsentrasi
Tepung Src Dan Sorbitol)(Doctoral dissertation, Tesis. Jawa Timur: UPN).
Brydson, J.A. (1999). Plastics Materials. Elsevier
Cannell, R.J.P. (1998). Natural Products Isolation Methods in Biotechnology; 4. Totowa :
Humana Press.
Dalimartha S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia; Vol 2. Jakarta: Trubus Agriwidya.
Eshamah, H., Han, I., Naas, H., Rieck, J., Dawson, P. Bactericidal Effects of Natural Tenderizing
Enzymes on Escherichia Coli and Listeria monocytogenes. (2013). Journal of Food
Research. 2(1)
Fahrullah, F. et al. (2020). The Effect Of Different Plasticizers On The Characteristics Of Whey
Composite Edible Film. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 15(1)
Hassan, B., S.A.S. Chatha, A.I. Hussain, K.M. Zia and N. Akhtar. (2018). Recent Advances On
Polysaccharides, Lipids and Protein Based Edible Films And Coatings - A Review.
International Journal of Biological Macromolecules, 109: 1095-1107.
Hazrol, M.D. Sapuan, S.M. Zainudin, E.S. Zuhri, M.Y.M. Abdul Wahab, N.I. (2021). Corn
Starch (Zea mays) Biopolymer Plastic Reaction in Combination with Sorbitol and
Glycerol. Polymers, 13:242.
Hikal, Wafaa. et al. (2021) Pineapple (Ananas comosus L. Merr.), Waste Streams,
Characterisation and Valorisation: An Overview. Open Journal of Ecology, 11(9)
Khalid, Muhammad A. et al. (2017). Edible coatings for enhancing safety and quality attributes
of fresh produce: A comprehensive review. International Journal of Food Properties, 25
(1)
Nasaruddin N.L., Chin, Y.A., dan Yusof. 2012. Effect of Processing on Instrumental Textural
Properties of Traditional Dodol using Back Extrusion. Int. Journal Food Pro. 15(3)
Panwar, L. (2020). Lac Production Technology In India And Its Role In Indian Economy.
Journal of Entomology Zoology Studies 8: 1457–1463.
Setiavani, Gusti. et al. (2018). Teknologi Pengolahan dan Peningkatan Nilai Gizi Dodol
Processing Technology and Nutritional Improvements of Dodol. Pangan, 27(3)
Shah, T.H. Thomas, M. Bhandari, R. (2015). Lac Production, Constraints And Management: A
Review. International. Journal Current Research. 7: 13652–13659
Sun, Q., Sun, C., and Xiong, L. (2013). Mechanical, Barrier and Morphological Properties of Pea
Starch and Peanut Protein Isolate Blend Films. Carbohidrate Polymers, 98. 630-7.
Tang, Jian. et al. (2017). Removal of Heavy Metals with Sequential Sludge Washing Techniques
Using Saponin: Optimization Conditions, Kinetics, Removal Effectiveness, Binding
Intensity, Mobility and Mechanism. RSC Advance, 7(53)
Thombare, Nandkishore. Kumar, Saurav Usha Kumari, Priyanka Sakare, Raj Kumar Yogi,
Niranjan Prasad, Kewal Krishan Sharma. (2022). Shellac As A Multifunctionalc
Biopolymer: A Review On Properties, Applications And Future Potential. International
Journal of Biological Macromolecules, 215
Ulusoy, Belza., Yildirim, Fatma K., Hecer, Canan. (2018). Edible Films and Coatings: A Good
Idea From Past to Future Technology. Journal of Food Technology Research, 5(1)
Yulistiani, F., Kurnia, D.R.D., Agustina, M. and Istiqlaliyah, Y., 2019. Pembuatan Edible Film
Antibakteri Berbahan Dasar Pektin Albedo Semangka, Sagu, dan Ekstrak Bawang Putih.
Fluida, 12(1)

Anda mungkin juga menyukai