B. LATAR BELAKANG
Jeruk kintamani merupakan komoditas yang menjadi sumber
penghasilan utama bagi kebanyakan petani di Kintamani, Bali. Namun sampai
saat ini para petani hanya menjual buah jeruk dengan begitu saja tanpa melalui
proses pengolahan menjadi produk tertentu, dengan begitu apabila saat panen
raya akan banyak jeruk yang terbuang. Namun ada beberapa orang yang sudah
memanfaatkan buah jeruk menjadi berbagai macam produk olahan yang
memiliki nilai jual lebih baik. Produk samping industri jeruk adalah ampas
jeruk yang mengandung komponen berupa pektin. Pektin adalah suatu
komponen serat yang terdapat pada lapisan lamella tengah dan dinding sel
primer pada tanaman (Sirotek et al., 2004). Pada dunia industri pangan pectin
dijadikan sebagai bahan pembentuk gel pada pembuatan selai dan jelly dan
juga sebagai bahan penstabil. Pada bidang teknologi kemasan, pektin dari
limbah kulit buah dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan edible film/
edible coating yang merupakan kemasan pangan yang bersifat aman dan
ramah lingkungan (biodegradable) (Ahmad U, dan Suyatma NA. 2012).
Edible film merupakan suatu kemasan yang berupa lapisan tipis yang
dapat dibentuk atau dilapiskan pada permukaan komponen pangan yang
terbuat dari bahan yang bisa dimakan dan bersifat ramah lingkungan
(biodegradable) yang berfungsi sebagai penghambat terhadap transfer massa
kualitas serta rasa buah. Daerah penanaman jeruk siam sebaiknya menerima
penyinaran matahari antara 50-60 % dengan perbedaan suhu siang dan malam
lebih dari 10 %. Keadaan udara yang lembab akan lebih banyak menimbulkan
serangan hama terutama scale insect ( kutu perisai )dan kutu penghisap lainnya
(TPPS, 1999 ). Iklim yang sesuai untuk penanaman jeruk siam adalah iklim tipe B
dan C berdasarkan penggolongan Smith dan Ferguson. Iklim tipe B memiliki 7-9
bulan basah dan 2-3 bulan kering, sedang tipe C memiliki 5-6 bulan basah dan 24 bulan kering. Idealnya pada iklim ini curah hujan berkisar 1500 mm / tahun,
serta penyebarannya merata sepanjang tahun ( Joesoef, 1993 ). Secara sistematis
Perkolasi
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut
(perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan
pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun
secara lambat melintasi simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar.
Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses
maserasi bertahap banyak (Voight,1995).
c. Sokletasi
aktivitas air tinggi ( saat film harus kontak dengan air ) selama proses
pengolahan makanan yang dikemasnya, maka film harus seminimal mungkin
larut dalam air. Edible film dengan kelarutan air yang tinggi juga
dikehendaki, misalnya pada pemanfaatannya bila dilarutkan atau dalam
makanan panas.
D.9 Ketebalan
Ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap
penggunaan film dalam pembentukan produk yang akan dikemasnya.
Ketebalan film akan mempengaruhi permeabilitas gas. Semakin tebal edible
film maka permeabilitas gas akan semakin kecil dan melindungi produk yang
dikemas dengan lebih baik. Ketebalan juga dapat mempengaruhi sifat
mekanik film yang lain, seperti tensille strength dan perpanjangan. Namun
dalam penggunaannya, ketebalan edible film harus disesuaikan dengan
produk yang dikemasnya (Kusumasmarawati, 2007).
Kulit jeruk
Kintamani
Mengandung
pektin
Bubuk
kulit
jeruk
Diayak
dengan
ayakan
80 mesh
Ekstraks
i
Pektin Kulit
Jeruk
Edible Film
Jenis Pelarut
Asam sitrat 5%
Ditambahkan
pada tapioka
4. Ketebalan
Kulit jeruk merupakan limbah dari industri pengolahan jeruk. Kulit jeruk
mengandung pektin yang dapat dimanfaatkan menjadi bahan pembuat edible film
tapioka. Kulit jeruk dijadikan bubuk untuk kemudian diekstraksi menjadi pektin
yang kemudian ditambahkan pada tapioka sebagai bahan pembuat edible film.
Setelah mendapatkan edible film diamati variabelnya yaitu laju transmisi uap air
(WTVR), kekuatan renggang putus ( Tensile Strength ) dan perpanjangan,
ketahanan dalam air ( Water Resistance ).
E.2 HIPOTESIS
F. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh penambahan pektin kulit jeruk kintamani terhadap
karakteristik fisik dan mekanik dari edible film
2. Mendapatkan konsetrasi dari pektin kulit jeruk kintamani yang ditambahkan
untuk menghasilkan karakteristik edible film yang terbaik
G. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat
dijadikan referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu teknologi pengolahan
pangan dan menambah kajian ilmu mengenai pembuatan edible film dengan
memanfaatkan pektin kulit jeruk.
10
2. Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
masyarakat Indonesia yang memiliki usaha dibidang pengolahan jeruk dapat
memanfaatkan limbah kulit jeruk yang dihasilkan menjadi produk yang
bermanfaat dan memiliki nilai jual.
H. METODE PENELITIAN
H.1 Bahan dan Alat
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam metode ini adalah kulit jeruk kintamani yang
masih baik. Kulit jeruk yang digunakan adalah kulit yang masih segar atau
beberapa hari setelah dipanen, kulit jeruk tersebut didapat dari kecamatan
Kintamani, Bali. Bahan kimia yang digunakan antara lain: asam klorida, asam
sitrat, etanol, aquades, HCl 0,05N, CaCl2, NaCl, gliserol
b. Alat
Timbangan analitik, pengaduk, pisau, ayakan,
kompor, Loyang,
alumunium foil, hotplate, beaker glass, kain saring, thermometer, oven, magnetic
stirrer, blender dan alat alat lainnya yang membantu penelitian. Alat-alat untuk
pengujian antara lain Llyods Instrument, Micrometer Mitutoyo, cawan WVTR,
mangkuk acrilic, cabinet driyer, RH meter
11
P2
P3
Perlakuan ini diulang sebanyak dua kali ulangan sehingga diperoleh 6 unit
percobaan.
12
13
Ekstraksi pada
suhu 90oC
Perbandingan 1:20
Waktu ekstraksi 60 menit
Penyaringan
Resid
u
Filtrat
Penguapan selama 45
menit pada suhu 100oC
Pengendapan selama 2
jam dengan etanol 96%
jeruk kintamani sesuai perlakuan masing masing yaitu 15% ; 20% ; 25%
14
15
16
No
1
Kegiatan
Pembuatan
2
3
proposal UP
Seminar UP
Revisi
Bulan 1
1 2 3 4
Bulan 2
1 2 3 4
Waktu Penelitian
Bulan 3
Bulan 4
Bulan 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Proposal
4
5
UP
Penelitian
Analisis
data
Penyusunan
laporan
Seminar
8
9
10
hasil
Revisi
Skripsi
Revisi
skripsi
J. BIAYA PENELITIAN
No Jenis Pengeluaran
1
Jumlah
Biaya (Rp)
Pembuatan proposal
17
a. Biaya print
2
5 kali
Rp 50.000,-
Bahan penelitian
a. zat kimia:
1. Etanol
Rp. 112.000,-
2. Asam Sitrat 5%
Rp.
3. Aquades
Rp.
4. CaCl2
Rp.
5. HCL pekat
Rp.
6. Gliserol
Rp.
7. Silika gel
Rp.
Analisis laboratorium
a. dana laboratorium
Penyusunan laporan
3 bulan
a. analisis data
Rp 200.000,Rp 100.000,-
b.penulisan laporan
3 buah
Rp 60.000,-
c.penggandaan laporan
Seminar
15 buah
Rp 300.000,-
a.konsumsi
30 bungkus
Rp 150.000,-
6
Biaya tidak terduga 10%
Total
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Akili, M.S, Ahmad U, dan Suyatma NA. 2012. Karakteristik Edible film dari
Pektin Hasil Ekstraksi Kulit Pisang. J. Keteknikan Pertanian. Vol. 26.
No.1
Arinda, K. R., 2009. Ekstraksi Dan Karakterisasi Pektin Cincau Hijau (Premna
oblongifolia. Merr) Untuk Pembuatan Edible Film. Skripsi. Universitas
Negeri Sebelas Maret Surakarta.
Bourtoom, T. 2006. Effect of Some Process Parameters on the Properties of
Edible film Prepared from Starches. Department of Material
ProductTechnology. Prince of Songkla University. Hat Yai.Songkhla
Darusman, L.K., D. Sajuthi, K. Sutriah, D. Pamungkas. 1995. Ekstraksi
komponen bioaktif sebagai bahan obat dari karang-karangan, bunga
karang dan ganggang laut di perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu.
Buletin kimia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Deptan, 2012. Kajian Umum Mengenai Tanaman Jeruk Avaliable at
http://ditlin.hortikultura.go.id/jeruk_cvpd/jeruk01.htm diakses 7 Oktober
2015.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Padmawinata K, Soediro I,
penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari:
Phytochemical Methods.
Mc Hugh, TH and J.M Krocht, 1994. Milk-protein-based edible films and coating.
Food Technol.
Mc Hugh TH, Avena-Bustillas R, Krochta JM. 1993. Hydrophilic edible films:
modified procedure for water vapor permeability and explanation of
thickness effects. J Food Sci 58 (4): 899903.
Murdianto, W., 2005. Sifat Fisik dan Mekanik Edibel Film Ekstrak Daun
Janggelan. Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Nurjannah, W. 2004. Isolasi dan karakterisasi alginat dari rumput laut Sargassum
sp. untuk pembuatan biodegradable film komposit alginat tapioka. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta.
Sirotek, K., L. Slovakova, J. Kopecny and M. Marounek. 2004.
Fermentation of pectin and glucose, and activity of pectindegrading
in the rabbit caecal bacterium Bacteroides
caccae. Letters in Applied Microbiology 38:327332.
Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie., 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika
(Pendekatan Biometrik) Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka
20
Utama, Jakarta.
Syarifuddin, Ahmad. 2015. Karakterisasi Edible Film dari Pektin Albedo Jeruk
Bali. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1538-1547
Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah,
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat 2001
Gontard,N.,Guilbert,S.,Cuq.J.L.,1993. Water and Glicerol as Plasticizer Affect
Mechanical and Water Barrier Properties at Edible Wheat Gluten Film. J.
Food Science. 58 (1): 206-211.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI
Press.
Krochta and De Mulder Johnston. 1997. Edible and Biodegradable Polymers
Film: Changes & Opportunities. Food Technology (51).
Kusumasmarawati, A.D., 2007. Pembuatan Pati Garut Butirat dan Aplikasinya
dalam pembuatan Edible Film. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Voigt R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. EdisiV. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
21