Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

PROGRAM STUDI FARMASI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA


PERCOBAAN II
EKSTRAKSI SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN BATANG
MENURAN (Coptosapelta tomentosa ex K. Heyne)

Disusun oleh:
Muhammad Achrizal Haq
J1E114070
KELOMPOK VII

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
MARET 2016

PERCOBAAN II
EKSTRAKSI SAMPEL TUMBUHAN PRAKTIKUM LAPANGAN BATANG
MENURAN (Coptosapelta tomentosa ex K. Heyne)

KELOMPOK VII
Mengetahui,
Asisten

Nilai Laporan Awal

Nilai Laporan Akhir

(Nur Humairoh)
(Muhammad Zailani)

Tanggal : 15 Maret 2016

Tanggal : 12 April 2016

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

MARET 2016
PERCOBAAN II
EKSTRAKSI SAMPEL DAGING BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)
I.

LATAR BELAKANG
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang telah digunakan oleh

sebagian besar masyarakat dari generasi ke generasi. Masyarakat terutama yang


tinggal di pedesaan cenderung memilih pengobatan secara tradisional karena bahan
baku yang mudah diperoleh dengan harga murah. Selain mempunyai manfaat yang
yang baik juga tidak mempunyai efek samping seperti halnya obat-obatan yang
dikelola oleh kebanyakan

perusahaan farmasi yang mempunyai efek samping

terhadap tubuh dalam pengunaan obatnya (Thomas, 1989).


Pampakin atau sering disebut lai merupakan kerabat dekat durian, masuk ke
dalam genus Durio. Tinggi pohonnya hampir sama dengan durian yang dapat
mencapai 50 m. Perbedaan antara durian dan pampaken dapat dilihat dari daun,
bunga, dan buah. Daun pampaken lebih lebar dan war- nanya lebih hijau, pada
bagian bawah daun berwarna kuning coklat keemasan yang lebih cerah dan
mengkilap. Dari sisi buah, perbedaan dapat dilihat dari kulit, daging, aroma, dan rasa
buah. Kulit buah pampaken berwarna hija kekuningan (lebih kuning daripada
durian), duri lebih rapat, kecil, runcing, dan kurang tajam (agak lunak). Tekstur
daging buah pampaken agak kering (tidak lembek), berwarna jingga (orange) dengan
aroma yang khas dan tidak menyengat (tidak seperti durian). Warna biji coklat tua
dan rasa buah manis tidak beralkohol. Buah pampaken umumnya lebih kecil daripada
durian. Bobot buah pampaken 739-1.055 g, panjang 12,8-15,3 cm, dan diameter
12,8-14,2 cm (Antarlina, 2009).
Kulit buah sedikit lebih tebal daripada durian, yaitu 1,1 cm. Bagian buah yang
dapat dimakan 20%. Daging buah pampaken lebih kecil daripada daging buah durian,
tetapi kadar protein (2,9%) dan patinya (12,2%) tinggi. Komponen buah seperti kadar
air dan karbohidrat yang terdiri atas pati dan serat mempengaruhi tekstur daging.
Nilai komponen tersebut pada daging buah pampaken lebih rendah daripada buah
durian, sehingga tekstur buah pampaken lebih kering, keset, dan lembut (tidak
berserat). Namun, karena kadar gula buah pampaken lebih rendah maka rasanya

kurang manis dibandingkan dengan buah durian. Salah satu keunggulan dari buah
pampaken adalah kadar vitamin A yang tinggi, hal ini tampak pada warna daging
buah yang sangat kuning (jingga). Daging buah mengandung karoten yang
merupakan provitamin A dan berkorelasi positif dengan kandungan vitamin A. Kadar
vitamin A buah pampaken 3.420 SI, sedangkan buah durian hanya 603 SI (Antarlina,
2009).
Kandungan kalori, kadar total gula, dan kadar lemak buah pampakin lebih
rendah daripada durian. Lemak merupakan suatu senyawa penyumbang terbesar
kolesterol yang menjadi risiko bagi penderita hipertensi. Papaken yang masih muda
daging buahnya dapat digunakan untuk sayur, sedang buah yang sudah matang dapat
disajikan sebagai buah meja dan yang sudah masak bisa dibuat dodol, nastar, sus,
agar-agar dan lain-lain. Kulit buahnya dapat digunakan sebagai pelengkap dalam
pembuatan mie. Untuk konsumsi atau sayur, papaken biasanya dipetik 3-4 bulan
setelah bunga muncul. Apabila dikonsumsi untuk buah segar, buah dibiarkan sampai
matang di pohon, 4-5 bulan setelah bunga muncul agar rasanya enak dan manis yang
ditandai oleh duri buah agak tumpul. Warna kulit buah semula hijau kemudian
menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan. Papaken (Lai) dapat dijadikan
komoditas unggulan daerah nasional. Pada saat ini, tanaman tersebut di Kalimantan
Tengah mendapat prioritas untuk dikembangkan dalam program JPSG dan
merupakan komoditas andalan Kabupaten Barito Timur. Jenis tanaman buah ini
mempunyai prospek pasar yang cukup tinggi dan merupakan salah satu tanaman
buah yang spesifik. Persyaratan tumbuhnya tidak rumit, toleran terhadap kekeringan,
dan dapat mencegah erosi. Ditinjau dari segi kegunaannya, buah papaken dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (Krismawati, 2012).

II.

TUJUAN PRAKTIKUM
Melalui praktikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap
sampel tumbuhan yang didapat dari praktikum lapangan yang telah
dilakukan.

III.

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Klasifikasi Buah Pampakin (Durio kutejensis)

Buah pampakin memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut :


Kingdom

: Plantae

Subkingdom

: Tracheobionta

Superdivisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnolopsida

Subkelas

: Dilleniidae

Orde

: Malvales

Keluarga

: Malvales- Bombales

Genus

: Durio

Spesies

: Durio kutejenesis

(Sobir & Napitipulu, 2007)


Durio kutejenesis adalah anggota keluarga Malvaceae. Spesies ini
memiliki tiggi pohon berkisar 24030 meter dan diameter batang 40-60
centimeter. Memiliki daun yang berbentuk elips atau lonjong. Memiliki
warna helai daun hijau yang gundul atau sangat mengkilat pada permukaan
bawah daun. Buah ini merupakan buah musiman sehingga tidak tersedia
sepanjang tahun (Priyanti et al, 2015)
3.2 Metode Ekstraksi

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur


dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis
senyawa yang diisolasi. Porsedur klasik untuk memperoleh kandungan
senyawa

organic

dari

jaringan

tumbuhan

kering

ialah

dengan

mengekstraksi-sinambung serbuk bahan dengan alat Soxhlet dengan


menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti, mulai dengan eter,
lalu eter minyak bumi, dan kloroform (untuk memisahkan lipid dan
terpenoid). Kemudian digunakan alcohol dan etil asetat (untuk senyawa
yang lebih polar). Metode ini berguna bila kita bekerja dengan skala gram.
Tetapi jarang sekali kita mencapai pemisahan kandungan dengan
sempurna, dan senyawa yang sama mungkin saja terdapat (dalam
perbandingan yang berbeda) dalam beberapa fraksi. Diantara berbagai
jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut asam utamanya bahwa
pemisahan ini dapat dilakukan dengan baik dalam tingkat makro ataupun
mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling campur, seperti
benzene, karbon tetraklorida atau kloroform (Sudjadi, 1986).
Prinsip maserasi penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperature kamar terlindung dari cahaya, cairan penyari akan
masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh
cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa
tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan
dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang diperoleh
dipisahkan dua filtratnya dipekatkan (Sudjadi, 1986).
Ekstraksi adalah pemisahan zat tertentu dari pelarutnya dengan
menggunakan pelarut lain yang dapat lebih melarutkannya. Ekstraksi tidak
dipengaruhi oleh jumlah pelarut yang terlibat tetapi oleh banyaknya
ekstraksi yang dilakukan. Semakin banyak ekstraksi yang dilakukan

semakin baik pemisahan yang terjadi (Syamsuni, 2006). Ekstraksi adalah


suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau
leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke
dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena
komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa
mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi.
Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut
dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut
karena efektivitasnya (Depkes RI, 1979).
Ekstraksi dapat dibedakan menjadi beberapa cara diantaranya yaitu:
1. Ekstraksi cara panas (reflux, influndasi, dekokta)
Reflux merupakan metode ekstraksi dengan temperatur pada titik
didihnya, selama waktu tertentu serta jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Prosesnya sendiri dilakukan
dengan pengulangan 3-5 kali terhadap residu pertama. Adapun influndasi
merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Cara pembuatan
influndasi yaitu dengan mencampur simplisia dengan derajad halus yang
sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan diatas tangas air
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-kali
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas
secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki (Depkes RI, 1979).
2. Ekstraksi cara dingin (maserasi dan perkolasi)
Maserasi merupakan suatu metode ekstraksi yang digunakan
untuk memperoleh senyawa kimia dari suatu sampel dengan cara
perendaman menggunakan pelarut yang sesuai. Maserasi ini digunakan
untuk menyari zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak
mengembang dalam penyari, tidak mengandung benzoin dan stirak.

Cairan penyari ini berupa air, etanol dan air-etanol. Keuntungan cara
pengerjaan dan peralatan yang

digunakan sederhana dan mudah

diusahakan. Sedangkan untuk kelemahannya waktu pengerjaan lama dan


penyarian kurang sempurna (Voigt, 1995).

Gambar 1. Bejana Maserasi


Sedangkan perkolasi merupakan penyarian yang dilakukan
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Cara pengerjaannya yaitu dengan menempatkan serbuk
simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori. Cairan penyari kemudian dialirkan dari atas kebawah
melalui serbuk tersbut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Cairan akan bergerak ke
bawah karena beratnya sendiri dan cairan diatasnya. Keuntungan metode
ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat
(marc) telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara
sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode
refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga
tidak melarutkan komponen secara efisien (Ansel, 1989).

Gambar 2. Rangkaian Alat Perkolasi


3. Ekstraksi cara kombinasinya (soxhletasi)

Soxhletasi merupakan suatu metode ekstraksi berkesinambungan.


Prinsip kerjanya berdasarkan pada penyarian zat kimia dalam suatu
sampel melalui beberapa siklus, dimana serbuk simplisia diisikan pada
tabung dari kertas saring dan cairan penyari diuapkan hingga mendidih,
kemudian uap penyari akan naik keatas melalui serbuk simplisia,uap
penyari akan mengembun karena didinginkan dengan pendingin balik
kemudian embun turun dalam simplisia dan melarutkan zat aktif dan
kembali kedalam labu, cairan akan menguap kembali dan berulang proses
di atas (Ansel, 1989).
Metode ekstraksi menggunakan alat soxhlet merupakan penyarian
secara berkesinambungan dengan menggunakan pelarut yang murni.
Keuntungan metode ini yaitu cairan penyari yang diperlukan lebih
sedikit, secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat, serbuk
simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, penyarian dapat
diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan
penyari. Namun kerugian dari metode ini yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk mengekstraksi cukup lama sampai beberapa jam sehingga
kebutuhan energinya (listrik, gas) tinggi, cairan penyari dipanaskan terus
menerus sehingga kurang cocok untuk zat aktif yang tidak tahan panas,
cairan yang digunakan harus murni (Voigt, 1995).
Soxhletasi bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam
sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) di bagian
dalam alat ekstraksi dan gelas yang bekerja berkesinambungan
(perkolator). Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan di antara
labu penyulingan dengan pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan
labu melalui pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di
dalamnya, menetes ke atas bahan yang diektraksi dan menarik keluar
bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas, setelah
mencapai tinggi maksimalnya secara otomatis dipindahkan ke dalam
labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui
penguapan bahan pelarut murni berikutnya Pemilihan cairan penyari

harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari yang baik harus


memenuhi kriteria antara lain, murah dan mudah diperoleh, stabil secara
fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah
terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki,
tidak mempengaruhi zat berkhasiat, serta diperbolehkan oleh peraturan
(Voigt, 1995).

Gambar 3. Rangkaian Alat Sokletasi


IV. METODE PRAKTIKUM
4.1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain sebagai
berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
4.2.

Aluminium foil
Batang pengaduk
Botol kaca
Cawan porselen
Corong kaca
Gelas beaker
Waterbath

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain :
1. Etanol 95 %
2. Serbuk sampel daging buah pampakin

4.3. Cara Kerja


4.3.1. Maserasi
100 gram serbuk daging
buah pampakin

Ditimbang
Dimasukkan ke dalam
bejana maserasi

Etanol

Ditambahkan hingga serbuk terendam


Didiamkan selama 3x24 jam
Diganti selama 1x24 jam
Diaduk sesekali

Ekstak cair

Dimasukkan ke dalam cawan penguap


Dipekatkan dengan menggunakan
cawan penguap

Ekstrak kental

Ditimbang

Dihitung rendemennya

Hasil

4.3.2. Perkolasi
60 gram serbuk daging
buah pampakin

Ditimbang
Dimasukkan ke dalam perkolator

Etanol

Ditambahkan hingga serbuk terendam

2-3 jari diatas permukaan serbuk


Didiamkan selama 3x24 jam sambil

hasil ditampung dalam erlenmeyer


Dicek pelarut agar tidak kering

Ekstak cair

Dimasukkan ke dalam cawan penguap


Dipekatkan dengan menggunakan
cawan penguap

Ekstrak kental

Ditimbang

Dihitung rendemennya

Hasil

4.3.2. Sokhletasi
250 gram serbuk daging
buah pampakin

Ditimbang
Dimasukkan ke dalam alat
sokhletasi

Etanol

Ditambahkan hingga serbuk terendam


Ditambahkan ke dalam labu alas bulat
sebanyak 2/3 bagian

Alat sokhletasi
Dipasang tegak lurus
Air

Dialirkan melalui pipa kondensor

Etanol

Dipanaskan hingga menguap dan

mengekstrasi serbuk sampel


Disaring

Hasil

V. HASIL
5.1 Tabel Hasil Maserasi
No
1.

Hasil

Cara Kerja

Serbuk dari daging buah Berat serbuk sampel =


pampakin

ditimbang, 286,29 gram


150 ml Etanol96%
dimasukkan

kemudian
kedalam

gelas

Beaker

dan ditambah 150 ml


etanol 96%. Setiap 24
jam pelarut etanol diganti
kemudian

disaring

dengan kain dan kertas


saring. Hal ini dilakukan
selama 3 hari.

2.

Filtrat hasil maserasi di Berat cawan + ekstrak =


dapat

kemudian 420,12 gram


Berat cawan = 134,83
dimasukkan
kedalam
gram
cawan dan diuapkan di
Berat ekstrak = 5,51
evaporator
sampai
gram
didapat ekstrak kental.

5.2 Perhitungan Rendemen


Berat Serbuk

= 286,29 gram

Gambar

Berat Cawan

= 134,83 gram

Berat Cawan + Ekstrak = 420,12 gram


Jawab :
Berat Ekstrak Kental

= (Berat Cawan + Ekstrak) Berat Cawan


= 420,12 gram 134,83 gram
= 5,51 gram

% Rendemen

Bobot Ekstrak Kental


x 100
Bobot Serbuk

5,51 gram
286,29 gram x 100 %

= 1,92 %
VI. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini yaitu berjudul Ekstraksi Sampel Buah Pampakin (Durio
kutejensis). Adapun tujuan dari percobaan ini adalah agar mahasiswa dapat
melakukan dan memahami proses ekstraksi terhadap sampel tumbuhan yang didapat.
Tujuan dilakukannya ekstraksi yaitu untuk menarik senyawa kimia yang ada pada
simplisisa. Ekstraksi dapat dilakukan dengan ekstraksi cara panas atau ekstraksi cara
dingin. Ekstraksi cara panas yaitu meliputi reflux, influndasi, dekogta, destilasi.
Sedangkan ekstraksi cara dingin yaitu maserasi dan perkoli.
Metode yang digunakan untuk ekstraksi sampel buah pampakin (Durio
kutejensis) pada percobaan ini, yaitu maserasi. Metode maserasi dipilih karena
sampel yang kami gunakan merupakan bagian daging buah. Bagian dari tanaman
yang biasa digunakan untuk metode maserasi ini adalah daun, buah, yang biasanya
memiliki kandungan air yang tinggi. Maserasi adalah salah satu jenis metoda
ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi
dingin, sehingga maserasi merupakan metode ekstraksi yang digunakan untuk
senyawa yang tidak tahan panas.Cara penyarian dengan metode ini sangat sederhana,
yaitu dengan merendam serbuk simplisia di dalam cairan penyari.Kelebihan dari
metode ini yaitu alat yang digunakan sederhana, biaya relatif murah, hemat penyari.

Sedangkan kekurangannya yaitu proses penyariannya kurang sempurna karena zat


aktif hanya mampu tersari sebesar 50% saja.
Perkolasi adalah metode penyarian dengan cara mengalirkan penyari melalui
bahan yang telah dibasahi, perkolasi merupakan ektraksi cara dingin. Kelebihan dari
metode ini yaitu tidak terjadi kejenuhan, cara pengaliran meningkatkan difusi
(dengan dialiri cairan penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel).
Kekurangan dari metode perkolasi yaitu memerlukan cairan penyari yang banyak
serta resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka.
Istilah perkolasi berasal dari bahasa latinper yang artinya melalui dancolare
yang artinya merembes. Jadi, perkolasi adalah penyarian dengann mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.Alatyang digunakan untuk
mengekstraksi disebut perkolator, dengan ekstrak yangtelah dikumpulkan disebut
perkolat (Ansel, 1989). Sebagian besar ekstrak dibuatdengan mengekstraksi bahan
baku secara perkolasi (Depkes, 1995). Metode perkolasi yaitu cara penyarian yang
dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Metode perkolasi memberikan
beberapa keuntungan dibandingkan metode maserasi, antara lain adanya aliran
cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan dan ruang di antara butir butir
serbuk simplisia membentuk saluran kapiler tempat mengalir cairan penyari. Kedua
hal ini meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang memungkinkan
proses penyarian lebih sempurna.
Perkolasi dilakukan dengan cara memasukan serbuk simplisia yang sudah
ditimbang ke dalam alat perkolator yang mana sudah di lapisi oleh kertas saring
yang bentuknya sudah dipotong dan dibentuk sesuai perkolator, kemudian
ditambahkan pelarut yaitu etanol hingga serbuk terendam sampai diatas tiga jari
melewati batas serbuk selanjutnya didiamkan 2 x 24 jam dan dibuka krannya sambil
hasil tetesan ditampung dalam erlenmeyer dan harus dijaga jangan sampai serbuk
dibiarkan kering atau serbuk tidak terendam lagi. Kemudian ekstrak cair yang
didapat diuapkan sampai konstan atau dipekatkan diatas water bath dan ditimbang
ekstrak pekatnya serta dihitung rendemennya. Adapun alasan perlakuan yaitu
digunakan kertas saring yaitu untuk menyaring serbuk tersebut dan menghindari
serbuk ikut masuk ke dalam cairan yang tersari. Ditambahkan pelarut yaitu untuk

menyari zat aktif yang ingin diambil dan alasan menggunakan etanol yaitu karena
etanol merupakan pelarut universal, artinya dapat menarik zat aktif yang bersifat
polar maupun non polar.Alasan ditambahkan etanol tiga jari diatas permukaan serbuk
yaitu agar serbuk terendam. Alasan selalu ditambahkan pelarut yaitu menghindari
kekeringan pada serbuk dan kran selalu dibuka alasannya agar tidak terjadi
kejenuhan. Dan alasan diuapkan yaitu agar mendapatkan ekstrak kental serta alasan
dihitung rendemen yaitu untuk mengetahui berapa persen ekstrak yang didapat pada
percobaan ini.
Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan suatu komponen yang
terdapat di dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan
menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi. Prinsipnya adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang di
dapat sempurna dan pelarut yang digunakan sedikit. Kelebihan dari metode sokletasi
antara lain sampel dapat terekstraksi secara sempurna, proses ekstraksi lebih cepat,
dan pelarut yang digunakan sedikit. Kekurangan dari metode sokletasi yaitu sampel
yang digunakan merupakan sampel yang tahan panas.
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik. Kelebihan metode refluks yaitu digunakan untuk mengekstarksi
sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar, dan tahan terhadap pemanasan.
Kekurangannya yaitu memerlukan jumlah pelarut yang besar.
Etanol bersifat polar dan mempercepat aliran cairan, pelarut pengekstraksi
terbaik untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin
dan flavonoid.Jenis pelarut pengekstraksi juga dapat mempengaruhi jumlah senyawa
aktif yang terkandung dalam ekstrak sesuai konsep like dissolve like dimana senyawa
yang bersifat polar akan larut falam pelarut polar dan senyawa bersift non polar akan
larut dalam pelarut non polar. Etanol dapat melarutkan alkaloid basa, minyak
menguap, glikosida, kurkumin, kumarin, flavonoid, steroid, tannin dan saponin.
Dengan demikian zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas.Untuk meningkatkan
penyarian biasanya menggunakan campuran etanol dan air.
Prinsip maserasi adalah ekstraksi zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk dalam pelarut yang sesuai selama beberapa hari pada temperature kamar

terlindung dari cahaya, pelaut akan masuk kedalam sel tanaman melewati
dididing sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
didala sel dengan diluar sel. Larutan yang konentrasinya tinggi akan terdeak
keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi redah (proses difusi). Peristiwa
tersebut akan berulang sampai terjadi keseimbangan antara larutan didalam sel
dan larutan (Ansel, 1989).
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut
yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu percolator. Perkolasi bertujuan
supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat
yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut:
serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai
mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk
menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan,
daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran
(friksi).
Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan
parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung
senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat pada
tetesan perkolat yang sudah tidak berwarna.
Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:
a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut
cukup untuk mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi.
Sokletasi merupakan suatu cara pengekstraksian tumbuhan dengan memakai alat
soklet. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah. Sokletasi

digunakan untuk simplisia dengan khasiat yang relatif stabil dan tahan terhadap
pemanasan. Prinsip sokletasi adalah penyarian secara terus menerus sehingga
penyarian lebih sempurna dengan memakai pelarut yang relatif sedikit. Jika
penyarian telah selesai maka pelarutnya diuapkan dan sisanya adalah zat yang tersari.
Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah menguap atau
mempunyai titik didih yang rendah.
Bobot tetap adalah berat pada perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut
tidak lebih dari 0,50 mg untuk tiap gram zat yang digunakan. Penimbangan kedua
dilakukan setelah dipanaskan selama 1 jam (Depkes RI, 1995). Fungsi bagian alat
perkolasi yaitu perkolat untuk menampung sampel dan pelarut dan statif untuk
menyangga perkolat. Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi
ekstrak yang lebih pekat, fungsi penguapan adalah untuk menghilangkan cairan
penyari yang digunakan, agar tidak mengganggu pada proses partisi. Faktor yang
mempengaruhi penguapan yaitu suhu, tekanan, bahan atau sampel dan larutan
penyari. Cara penguapan meliputi :
1. Penguapan sederhana dimana menggunakan pemanasan
2. Penguapan pada tekanan yang diturunkan
3. Penguapan dengan aliran gas
4. Penguapan beku dan kering
5. Peguapan dengan vakum desikator
6. Penguapan dengan oven
Bejana untuk wadah dilakukannya maerasi disiapkan, kemudian dimasukkan
serbuk daging buah pampakin yang telah ditimbang sebanyak 90 gram, masukkan
etanol 95 % kedalam wadah tersebut, penambahan pelarut dilakukan sampai pelarut
berada diatas 1 cm dari campuran serbuk dan pelarut. Aduk menggunakan batang
pengaduk hingga serbuk terlarut sempurna dalam wadah tersebut. Tutup wadah yang
telah diisi dengan serbuk daging buah pampakin dan larutan etanol 95 % tadi

menggunakan alumunium foil. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam. Setiap hari


dilakukan penggantian pelarut dengan cara menyaring larutan campuran didalam
bejana maserasi tadi menggunakan alat bantu kain yang dapat menyaring larutan
tersebut. Penggantian pelarut dilakukan sampai warna larutan didala bejana tersebut
menjadi jernih. Setelah didapatkan ekstrak cair dari proses maserasi selaa 3 x 24 jam,
ekstrak cair dimasukkkan kedalam cawan penguap diuapkan diatas waterbath hingga
didapatkan ekstrak benar-benar kental. Setelah didapatkan ekstrak kental, ekstrak
ditimbang dan didapatkan rendemennya. Sehingga didapatkan hasil yaitu ekstrak
kental 5,51 gram dan rendemen sebesar 1,92 %.
Alat perkolator disipakan, kemudian serbuk dimasukkan kedalam perkolat
yang sudah ada kertas saring didalam nya kemudian direndam dengan pelarut etanol
sebanyak 2 jari lebih tinggi diatas serbuk sampel selama 2x24 jam, hal ini
dimaksudkan agar seluruh permukaan serbuk mengalami kontak dengan cairan
penyari sehingga ekstrak yang didapatkan lebih maksimal. Kran dibagian bawah
perkolat dibuka sedikit agar mendapatkan cairan yang murni ditunggu hingga warna
pelarut berubah seperti semula, kemudian dimasukkan dalam cawan porslen untuk
ditimbang berat ekstrak cair nya. Setelah ditimbang diuapakan di waterbath hingga
ekstrak benar-benar kental dan setelah ekstrak kental ditimbang lagi untuk
mengetahui berat ekstrak kental yang didapat setelah penguapan.

VII.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB, Bandung.


Ansel, H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia.Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Harbone, J.B. 1984. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Penerbit ITB, Bandung.
Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press, Yogyakarta.

Sulianti, S.B, Emma, S.K & Sofnie, M.C. 2006. Pemeriksaan Farmakognosi dan
Penapisan Fitokimia dari Daun dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum
dan Calophyllum soulatri. Biodiversitas.7: 25-29.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Diterjemahkan oleh Soendani N.
S. UGM Press, Yogyakarta.
Antarlina, S.S. 2009. Identifikasi Sifat Fisik dan Kimia Buah-buahan Lokal
Kalimantan. Buletin Plasma Nutfah. 15: 80-90.
Priyanti., T. Chikmawati., Sobir dan A. Hartama. 2015. Leaf Trichome Morphology
of Durio Kutejensis Landraces from Kalimantan. Makara J.Sci. 19 : 37-42.
Thomas, A.N.S. 1989. Tanaman Obat Tradisional. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA


PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAGING
BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)

Disusun oleh:
Siti Humairah Z.A
J1E114036
KELOMPOK I

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
FEBRUARI 2016
PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN, MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK DAGING
BUAH PAMPAKIN (Durio kutejensis)

KELOMPOK I
Mengetahui,
Asisten

(Muhammad Zailani)
(Nur Humairoh)

Nilai Laporan Awal

Nilai Laporan Akhir

Tanggal : 29 Februari 2016

Tanggal : 8 Maret 2016

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
FEBRUARI 2016
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Tahap yang terakhir yaitu
penyimpanan, jauhkan simplisia dari faktor yang bisa merubah mutunya antara lain
cahaya, oksigen, reaksi kimia intern, penyerapan air, pengotoran, serangga dan
kapang. Proses pembuatan simplisia antara lain pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, sortasi kering dan penyimpanan.
Syarat simplisia antara lain:
1. Harus bebas serangga, fragmen hewan dan kotoran hewan
2. Tidak boleh menyimpang dari bau dan warna
3. Tidak boleh mengandung lendir, cendawan, atau menunjukkan tanda-tanda
pengotor lainnya
4. Tidak boleh mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya
5. Kadar abu yang tidak larut dalam asam maksimal 2%
(Depkes RI, 1999).
Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran
dan warna haksel yang diuji. Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan
mikroskopik yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Haksel
yang diuji yang diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun
membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur-unsur anatomi
jaringan yang khas (Depkes RI, 1999).
Tujuan dan fungsi dari pemotongan secara melintang adalah untuk
mengetahui irisan melintang (cross section, biasanya disingkat c.s atau x.s) yaitu
irisan dengan arah tegak lurus sumbu horizontal objek dan sel-sel penyusun dari
objek tersebut secara melintang. Tujuan dan fungsi pemotongan secara membujur
adalah untuk mengetahui irisan membujur (longitudinal section, biasanya disingkat
l.s) yaitu irisan sejajar dengan sumbu horizontal dari objek dan mengetahui sel-sel

penyusun dari objek tersebut secara membujur. Karena, hasil penampakan sel-sel
penyusun dari objek yang dilihat melalui irisan secara melintang dan membujur akan
terlihat perbedaannya pada mikroskop.
Permeriksaan uji makroskopik pada haksel sampel yaitu dilihat bentuk
karakteristik dari sampel yang meliputi uji organoleptis. Kemudian, dicatat dan
digambar hasil pemeriksaan yang dilakukan. Uji makroskopik ini dilakukan untuk

Anda mungkin juga menyukai