net/publication/337540445
CITATIONS READS
0 35
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Rina rina Mirdayanti on 26 November 2019.
PENDAHULUAN
Plastik merupakan bahan baru yang semakin berkembang. Plastik banyak di
gunakan untuk berbagai macam bahan dasar. Jenis plastik yang beredar di
masyarakat merupakan plastik sintetik dari bahan baku minyak bumi yang terbatas
jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Plastik jenis ini tidak dapat terdegradasi
oleh mikroorganisme atau sukar dirombak secara hayati dilingkungan, karena
mikroorganisme tidak mampu mengubah dan mensintesis enzim yang khusus untuk
mendegradasi polimer berbahan dasar petrokimia (Widyaningsih, S ,2012).
Sehingga limbah plastik berbahan petroleum menjadi permasalahan tersendiri untuk
diselesaikan. Berkenaan dengan limbah di Indonesia, tidak hanya berbicara tentang
limbah plastik saja, banyak sekali limbah yang dihasilkan dari industri-industri
makanan baik skala besar maupun kecil. Salah satunya adalah industri pembuatan
tahu yang bermukim di pedesaan maupun dikota besar. Industri pengolahan tahu ini
akan menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan jika tidak teratasi
dengan benar. Pencemaran akibat limbah cair tahu dapat berupa: oksigen terlarut
rendah, air menjadi kotor, dan bau yang menyengat (Ratnani, R. D, At all, 2013).
Dimana limbah ini merupakan buangan dari pengolahan dan proses produksi baik
di rumah tangga maupun pada industri skala besar. Kebanyakan limbah akan
menjadi sampah sehingga dapat merusak kelestarian lingkungan hidup.
Permasalahan pencemaran limbah yang tidak dikelola dengan baik, lama
kelamaan akan menjadi permasalahan baru yang harus segera dicari solusinya.
Dikhawatirkan limbah yang tidak terolah dengan benar akan mempengaruhi
lingkungan hidup. Dalam beberapa kurun waktu tertentu sudah banyak yang
memanfaatkan limbah menjadi bahan baru yang bisa berdaya guna dimasa yang
akan datang. Salah satunya adalah dalam pembuatan plastik kemasan layak makan
Prosiding Seminar Nasional, ISBN : 978-602-52982-1-9
Inovasi Teknologi Untuk Masyarakat, Banda Aceh, 20 Juni 2019
TUNJAUAN PUSTAKA
Limbah Tahu
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun dosmetik (rumah tangga). Limbah tidak dikehendaki oleh
lingkungan sekitar dan banyak mengandung bahan polutan. Limbah yang
mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan
limbah B-3 (berbahaya, bau dan beracun) yang dinyatakan sebagai bahan yang
dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingungan hidup.
Limbah cair tahu ini dapat menimbulkan pemcemaran yang cukup berat jika tidak
dilakukan pengolahan sebelum dibuang, karena mengandung polutan organik yang
cukup tinggi. Pulutan organik yang dibuang jika dibiarkan akan menimbulkan bau
busuk, bau tersebut berasal dari bau hidrogen sulfida dan amonia yang berasal dari
proses pembusukan protein serta bahan organik lainnya. Dan dapat mengganggu
kesehatan terutama pada organ penciuman (Samsuddin W, dkk 2018)
Prosiding Seminar Nasional, ISBN : 978-602-52982-1-9
Inovasi Teknologi Untuk Masyarakat, Banda Aceh, 20 Juni 2019
Edible film adalah lapisan tipis yang dibuat dari bahan yang dapat dimakan,
dibentuk di atas komponen makanan yang berfungsi sebagai penghambat transfer
massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak, dan zat terlarut) dan atau sebagai
carrier bahan makanan atau aditif. Edible film harus mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan film kemasan seperti plastik, yaitu harus memiliki sifat menahan air
sehingga dapat mencegah kehilangan kelembaban produk, memiliki permeabilitas
selektif terhadap gas tertentu, mengendalikan perpindahan padatan terlarut untuk
mempertahankan warna, pigmen alami dan gizi, serta menjadi pembawa bahan aditif
seperti pewarna, pengawet dan penambah aroma yang memperbaiki mutu bahan
pangan. (Sarmedi S, 2011). Edible film terbuat dari komponen polisakarida, lipid
dan protein. Edible film yang terbuat dari hidrokoloid menjadi barrier yang baik
terhadap transfer oksigen, karbohidrat dan lipid.
Isolat Protein
Isolat protein adalah sejenis bubuk protein yang telah diproses lebih dari
konsentrat. Langkah- langkah pemrosesan umumnya hanya memasak sederhana,
menyaring, dan menguraikan lemak dan bagian protein lain yang lebih rendah untuk
memisahkan dan mengumpulkan fraksi protein paling murni (Chikpro, 2017). Isolat
protein kedelai merupakan produk dari protein bebas lemak, berlemak rendah yang
diolah sedemikian rupa sehingga kandungan proteinnya utuh. Isolat protein kedelai
merupakan bentuk protein kedelai yang paling murni, karena kadar protein pada
isolat minimum 95 %.dalam berat kering. Produk ini hampir bebas dari karbohidrat,
serat dan lemak sehingga sifat fungsionalnya jauh lebih baik dibandingkan dengan
konsentrat dan tepung kedelai. Isolat protein kedelai biasanya digunakan sebagai
bahan campuran dalam makanan olahan daging dan susu. Prospeknya sangat luas,
bukan hanya sebagai campuran tetapi juga bahan utama dalam industri makanan.
Isolat protein kedelai baik sekali digunakan dalam formulasi berbagai produk
makanan, juga sebagai bahan pengikat dan pengemulsi dalam produk-produk daging
(Eka cahya prima, 2012).
Prosiding Seminar Nasional, ISBN : 978-602-52982-1-9
Inovasi Teknologi Untuk Masyarakat, Banda Aceh, 20 Juni 2019
Lapisan film yang dihasilkan dari kajian ini dibuat dari bahan dasar pati jagung
dengan pemblastis sorbitol dengan menvariasikan konsentrasi pengisi berupa isolat
protein yang diektraksi dari limbah industri pengolahan tahu. Dari Hasil komposisi
bahan tersebut diperoleh 5 lembar edible film. Hasil film tersebut dianalisis dengan
menguji sifat mekanik berupa kekuatan tarik dan kemulurannya. Secara visual
terlihat bahwa variasi konsetrasi 0 % isolat protein film yang dihasilkan bertekstur
halus dan sedikit sulit dilepaskan dari cetakan. Isolat protein dengan variasi 5%
menghasilkan film dengan tekstur yang halus dan ringan sehingga mengindikasikan
partikel-partikel campuran dari isolat protein tersebar secara merata. Sementara
dengan isolat protein variasi 3 dan 7 % menghasilkan film yang sedikit kaku,
sedangkan dengan variasi isolat protein 9 % menghasilkan film dengan sebaran
partikel isolat protein yang sedikit menggumpal dengan penyebaran yang tidak
merata dan menghasilkan film dengan tekstur yang kasar. Hal ini sebabkan oleh
penambahan isolat protein menyebabkan nilai kelarutan protein rendah (Awwaly,
K. A., 2010).
60
Sifat Mekanik Bahan
50
40
30
20
10
Nilai kuat tarik dan kemuluran film dengan variasi konsentrasi isolat protein
dihasilkan dari 5 sampel yang berbeda. Dari grafik menunjukkan bahwa kuat tarik
dan kemuluran tertinggi berada pada variasi ke 5 % isolat protein dengan nilai kuat
tarik sebesar 52,16 Mpa dan kemuluran maksimum juga berada pada variasi ke 5 %
isolat protein dengan nilai sebesar 38,4 %. Perubahan sifat mekanik ini berhubungan
dengan konsentrasi isolat protein dengan pati jagung dan pembalastis sorbitol.
Komposisi di 5 % isolat protein merupakan komposisi yang paling sesuai dengan
meningkatkan kekuatan tarik dan kemuluran dengan nilai maksimum.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Awwaly, K. A., Manab, A., & Wahyuni, E. (2010). Pembuatan edible film protein
whey: kajian rasio protein dan gliserol terhadap sifat fisik dan kimia.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 5(1), 45-56.
Chikpro, (2017). What Is a Protein Isolate pada https://www.chikpro.com/what-is-
a-protein-isolate/(online) di akses 24 Juli 2018.
Eka cahya prima, (2012). Isolat Protein Kedelai Merupakan Produk Dari Protein
BebasLemak, pada 22. https://id.scribd.com/doc/67979307/Isolat-
Protein-Kedelai-Merupakan-Produk- Dari-Protein-Bebas-Lemak/(online)
di akses 24 Juli 2018.
Ratnani, R. D., Hartati, I., & Kurniasari, L. (2013). Pemanfaatan Eceng Gondok
(Eichornia Crassipes) Untuk Menurunkan Kandungan COD (Chemical
Oxygen Demond), Ph, Bau, Dan Warna Pada Limbah Cair Tahu. Laporan
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional, ISBN : 978-602-52982-1-9
Inovasi Teknologi Untuk Masyarakat, Banda Aceh, 20 Juni 2019
LAMPIRAN