Anda di halaman 1dari 8

ESAI PROPERTI MATERIAL

ANALISIS PERBANDINGAN DAMPAK LINGKUNGAN


DAN DAUR ULANG KEMASAN MINUMAN

KELOMPOK 5
Ahmad Zulfan Nurdin 2206815163
Aidan Faiz Zarkasyi 2206811083
Anggi Dwi Maulidya 2206815333
Clarissa Agustine 2206058973
Jahfal Junarlin 2206058960
Karina Siswati Waluyo 2206812104
Keesha Devandra 2206058992
Nur Laili Karimah 2206815806
Sarah Afifah 2206058986
Tazkia Kamila 2206816216
Thalia Mega Taruly 2206058954

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2023
2

Latar Belakang
Sekarang ini keberlanjutan menjadi prioritas utama, baik secara politik maupun
sosial sehingga mendorong dunia usaha untuk menilai cara mereka beroperasi. Kesadaran
lingkungan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena perusahaan dan konsumen
menjadi lebih sadar akan dampak aktivitas mereka terhadap bumi. Selain itu, para pembuat
kebijakan juga mengambil keputusan dan menetapkan kerangka kebijakan untuk mendukung
hal ini. Di seluruh Eropa, terdapat ambisi untuk meningkatkan tingkat daur ulang kemasan,
mengurangi sampah, dan menemukan solusi ekonomi sirkular (FEVE, 2020).
Tujuan analisis perbandingan ini untuk melakukan evaluasi terhadap siklus hidup
dari masing-masing material, mulai dari pemilihan bahan, produksi, penggunaan, distribusi
dan pembuangan akhir material tersebut (Pangaribuan & Sugihartanto, 2023). Analisis ini
digunakan untuk mengengetahui dampak lingkungan dari masing-masing material. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui material yang paling ramah lingkungan sehingga
penggunaannya lebih efisien, serta dapat membantu dalam pemilihan dan pengelolaan
kemasan minuman yang berkelanjutan.

Kemasan Plastik PET


Plastik merupakan bahan yang kelihatan bersih, praktis, sehingga barang-barang
kebutuhan sehari-hari dibuat dari plastik seperti botol minuman, gelas, piring, kantong
kresek, dan sebagainya Dengan demikian hampir semua orang memakai barang-barang yang
terbuat dari plastik karena kepraktisannya (Karuniastuti, 2013). Penggunaan plastik dan alat-
alat yang berbahan dasar dari plastik semakin meningkat seiring berkembangnya bidang
industri, teknologi dan dari jumlah populasi penduduk. Hingga kemudian kebutuhan plastik
pun meningkat dan terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun
(Surono, Untoro Budi, 2016).
Plastik sendiri memiliki beragam jenis utama yang dimana tiap jenisnya memiliki
karakteristik dan perlakuan yang berbeda, pada essay ini penulis akan membahas mengenai
plastik berjenis PET (Polyethylene Terephthalate). Plastik PET merupakan bahan yang tidak
tembus air, gas dan berwarna bening atau transparan. Plastik PET banyak digunakan untuk
kemasan botol minuman dan beberapa ada juga yang dipakai untuk kemasan makanan. Jenis
plastik PET ini disarankan hanya untuk sekali pemakaian saja. Plastik PET ini mempunyai
karakter yang kuat, fleksibel, ringan dan tahan lama. Kelebihan dari plastik PET ini adalah
relatif lebih ringan dibanding dengan jenis plastik lainnya.

Universitas Indonesia
3

Sampah plastik yang dibuang dengan cara sembarangan dapat menyumbat atau
menghambat saluran drainase, sungai dan selokan sehingga menyebabkan terjadinya banjir
terhadap lingkungan sekitar. Sampah plastik yang dibakar bisa mengeluarkan zat-zat yang
berbahaya bagi kesehatan manusia melalui udara sebab asapnya.
Daur ulang bahan plastik PET dapat dilakukan dengan peleburan limbah plastik jenis
PET tersebut menjadi biji plastik, yang kemudian biji plastik tersebut dapat menjadi
komponen plastik seperti panel instrumen, kursi dan beberapa interior lainnya. Untuk proses
daur ulangnya sendiri, dilakukan secara bertahap, dimulai dengan proses pengumpulan
sampah plastik PET dari pengepul. Kemudian sampah plastik PET tersebut diolah menjadi
bentuk flakes kemudian dicuci. Selanjutnya akan dilakukan proses dekontaminasi hingga
menjadi flakes PET food grade, proses ini dapat menghilangkan kontaminan seperti label,
tutup ataupun kotoran lainnya. Setelah itu, barulah dilebur menjadi biji plastik (Badan POM
RI, 2019). Namun, perlu diingat daur ulang memang dapat mengurangi dampat dari
penggunakan plastik PET tersebut. Mengganti penggunaan kemasan plastik PET dengan
kemasan alternatif yang ramah lingkungan adalah solusi yang lebih efektif untuk mengurangi
dampak negatif lingkungan. (Eric Iskandarsjah, 2023).

Kemasan Aluminium
Kemasan aluminium yang bersifat ringan berkontribusi pada pengurangan biaya
pengiriman, konsumsi bahan bakar, dan dampak lingkungan, sehingga memperlancar arus
barang. Selain itu, kekuatan aluminium yang mengesankan dan ketahanan terhadap korosi
memastikan perlindungan yang kuat untuk minuman, menjaga kualitas dan kesegarannya
(Moore, Kemasan Logam Alumunium, 2019). Fleksibilitasnya dalam desain menawarkan
solusi pengemasan yang inovatif, meningkatkan daya tarik konsumen dan daya saing pasar
(Bandung Kemasan, 2021). Selain itu kemasan minuman dengan bahan dasar alumunium
juga mudah untuk didaur ulang karena sifatnya yang memungkinkan pemrosesan ulang tanpa
kehilangan kualitas atau kekuatan strukturalnya.
Daur ulang aluminium memberikan manfaat lingkungan besar dengan daur ulang
100%, mengurangi konsumsi energi, emisi gas rumah kaca, dan melestarikan sumber daya
alam. Kelebihan ringan dan ketahanan terhadap korosi juga mendukung pengawetan
minuman yang efektif, mengurangi risiko limbah dan kerusakan produk untuk mendukung
kelestarian lingkungan.
Namun, kemasan minuman aluminium juga berdampak negatif bagi lingkungan
sekitar, yaitu pada proses produksi aluminium melibatkan bahan bauksit, sedangkan

Universitas Indonesia
4

penambangan biji bauksit dapat mengakibatkan pelepasan logam berat yang berbahaya ke
sungai dan sedimen sehingga menimbulkan masalah lingkungan yang signifikan (Future
Tracker, 2023). Selain itu, kemasan aluminium dapat menimbulkan risiko pada kesehatan
karena bahan aluminium berpotensi terjadinya kontaminasi bahan kimia beracun terhadap
minuman yang berada di dalamnya sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Kemudian, pada
proses daur ulang kemasan alumunium membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan
daur ulang botol berbahan kaca atau plastik sehingga kurang ramah lingkungan.
Dengan menerapkan praktik daur ulang kemasan minuman alumnium dapat
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dari limbah aluminium. Kemasan
aluminium memiliki tingkat daur ulang yang cukup tinggi, yaitu mencapai 71% di Jepang
dibandingkan dengan botol plastik yang hanya 24.3% (Mutiah, 2021). Aluminium dapat
didaur ulang berulang kali tanpa menurunkan kualitas, mengurangi kebutuhan bahan baku
dan sumber daya energi dalam produksinya. Meskipun produksi aluminium dari bauksit
memiliki dampak negatif pada lingkungan, daur ulang aluminium dapat menghemat energi
hingga 95% dan mengurangi emisi gas rumah kaca. (Ekolojik, 2023). Daur ulang kemasan
botol aluminium membantu mengurangi dampak lingkungan dari limbah aluminium.
Pemisahan lapisan aluminium dari plastik dan pertimbangan penggunaan kemasan aluminium
foil juga dapat membantu mengurangi dampak lingkungan dari kemasan minuman
aluminium.

Kemasan Gelas
Botol kaca memiliki keunggulan berupa kekuatan, ketahanan terhadap keausan, dan
dapat digunakan secara berulang. Sifat kaca yang tidak reaktif terhadap berbagai zat
membuatnya cocok untuk penyimpanan makanan dan minuman. Kemudahan dalam daur
ulang membuat botol kaca menjadi pilihan kemasan yang ramah lingkungan. Penggunaan
kemasan minuman yang terbuat dari gelas dapat memiliki dampak lingkungan yang negatif,
diantaranya konsumsi sumber daya alam dan rilisnya gas rumah kaca. Kaca terbuat dari pasir
yang ditambang, dimana penambangan ini berdampak buruk bagi ekosistem lokal, bahkan
menyebabkan pantai menyusut (Beiser, 2017). Selain itu, dampak lingkungan terbesar dari
kaca berasal dari pembuatannya. Mencairnya bahan mentah menghasilkan Karbon Dioksida
serta Nitrogen Oksida, yang merupakan penyebab kabut asap (Bassett, 2020). Material kaca
juga jauh lebih berat dibandingkan plastik dan aluminium sehingga membutuhkan lebih
banyak bahan bakar fosil untuk transportasi yang menyebabkan kaca menjadi salah satu
material penyumbang gas rumah kaca.

Universitas Indonesia
5

Kaca dapat didaur ulang tanpa batas, mempertahankan kualitas, kemurnian, dan daya
tahannya. Daur ulang kaca menghasilkan cullet yang dapat dilebur kembali untuk produksi
kaca baru. Tingkat daur ulang kaca dalam kemasan minuman lebih tinggi daripada bahan
kemasan lain, menghemat bahan alami dan energi hingga 40%. Di Eropa, tingkat daur ulang
kaca mencapai 76%, sementara kemasan plastik hanya mencapai 41%. (Lee, 2023). Dalam
proses daur ulang gelas, terdapat risiko kontaminasi yang dapat menghasilkan produk
berkualitas rendah, masalah produksi, peningkatan polusi, dan biaya tambahan. Oleh karena
itu, dilakukan proses dekontaminasi menggunakan magnet, manual/proses otomatis dan
pengayakan menghindari kontaminasi selama proses daur ulang.

Perbandingan Dampak Lingkungan


Jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari melakukan
suatu aktivitas dengan jangka waktu yang panjang dan terus-menerus (Kusuma, 2015). Jejak
karbon ini juga dimiliki oleh minuman kemasan yang dikonsumsi oleh manusia secara
berkelanjutan hingga saat ini. Kemasan pertama adalah kemasan plastik PET yang memiliki
jejak karbon yang rendah, dengan asumsi jika melakukan daur ulang sebanyak 200.000
kemasan plastik PET maka akan mengurang sebanyak 2.168 ton gas rumah kaca (Pasqualino
et al, 2011). Daur ulang yang dilakukan untuk minuman kemasan yang menggunakan plastik
PET menggunakan lebih sedikit energi dibandingkan dengan penggunaan bahan kemasan
lainya. Kedua, yakni menggunakan kemasan aluminium yang menghasilkan jejak karbon
rendah karena dapat didaur ulang langsung tanpa adanya batasan waktu dan sejak tahun 2005
industri aluminium di AS telah berhasil menurunkan gas efek rumah kaca sebesar 59 %
(Fonderitaroni.com, 2023.).
Kemasan gelas masih menjadi pilihan dalam proses kemasan, meskipun memiliki
dampak lingkungan yang signifikan. Meskipun demikian, kemasan aluminium memiliki
potensi luas untuk penerapan jangka panjang, terutama karena memiliki jejak karbon yang
rendah dan kebutuhan energi yang rendah dalam proses daur ulang, memberikan kontribusi
pada pelestarian lingkungan dalam kondisi tertentu.

Dampak terhadap Limbah dan Polusi


Dalam memilih kemasan, tentunya perlu mempertimbangkan efisiensi, daur ulang,
dan dampak keseluruhan terhadap lingkungan untuk mencapai solusi yang berkelanjutan.
Plastik PET sering kali menjadi penyebab masalah limbah plastik yang besar karena
kemampuannya yang rendah untuk terurai secara alami, platik PET bisa didaur ulang, tetapi

Universitas Indonesia
6

tingkat daur ulang masih rendah, dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah.
Saat terurai, palstik PET melepaskan mikroplastik ke lingkungan, yang dapat mencemari air,
tanah, dan mahluk hidup. Proses produksi plastik PET juga memerlukan minyak bumi, yang
dapat menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan (BKPP, 2020.).
Yang kedua kemasan alumunium, keuntungan utama alumunium adalah
kemampuannya untuk didaur ulang tanpa kehilangan kualitas. Proses produksi alumunium
membutuhkan energi yang tinggi, dan ekstraksi bauksit (bahan baku utama alumunium) dapat
menyebabkan deforestasi dan merusak ekosistem (Kemasanretail.com, 2022.). Lalu yang
terakhir adalah kemasan kaca, proses produksi kaca memerlukan energi yang tinggi dan dapat
menciptakan emisi gas rumah kaca, meskipun kaca dapat didaur ulang, sebagian besar kaca
yang berakhir di tempat pembuangan sampah tidak terurai dengan cepat di alam,
menyebabkan akumulasi limbah (Universal ECO, 2023.

Kesimpulan
Perbandingan dampak lingkungan dari tiga jenis kemasan minuman, yaitu kaca,
aluminium, dan PET (polyethylene terephthalate), menunjukkan karakteristik unik masing-
masing. Meskipun plastik PET menonjol karena kepraktisannya, namun membawa dampak
lingkungan yang signifikan. Sementara aluminium memerlukan banyak energi dalam
produksinya, keuntungan terbesarnya terletak pada kemampuan daur ulang tanpa
mengorbankan kualitas. Di sisi lain, meskipun kaca dapat didaur ulang, proses produksinya
dan beratnya memberikan dampak pada aspek transportasi. Penting untuk diingat bahwa
kemasan aluminium, meski memiliki jejak karbon yang lebih besar daripada kaca, masih
dianggap memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah. Meskipun produksi aluminium
dapat merusak lingkungan selama ekstraksi bauksit, keunggulan utamanya tetap pada potensi
daur ulang yang mempertahankan kualitasnya.

Menentukan kemasan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan efisiensi, daur


ulang, dan dampak keseluruhan terhadap lingkungan merupakan langkah kunci dalam
mencapai solusi yang berkelanjutan. Perlu diingat bahwa pemilihan kemasan yang paling
efektif dapat berbeda tergantung pada konteks dan praktik daur ulang di suatu wilayah.
Meskipun aluminium menonjol dalam daur ulang, langkah-langkah berkelanjutan dan
pemilihan kemasan yang bijak tetap menjadi faktor penting dalam upaya mencapai solusi
lingkungan yang optimal.

Universitas Indonesia
7

DAFTAR REFERENSI

Badan POM RI. (2019). Pedoman dan Kriteria Plastik Berbahan Polyethylene Terephthalate
(PET) Daur Ulang yang Aman untuk Kemasan Pangan. Direktorat Standarisasi
Pangan Olahan Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan , 1-70.

Bandung Kemasan. (2021). Contoh Kemasan Alumunium Foil. Hämtat från standing pouch:
https://www.standing-pouch.com/news/6/Contoh-Kemasan-Alumunium-Foil

Bassett, S. (den 25 May 2020). Is glass sustainable? Why glass is BAD for the environment.
Hämtat från Sarah Bassett: https://sarahbassett.co/is-glass-sustainable/#:~:text=The
%20biggest%20environmental%20impact%20from,such%20as%20sand%20and
%20minerals

Beiser, V. (den 27 February 2017). Sand mining: the global environmental crisis you’ve
probably never heard of. Hämtat från The Guardian:
https://www.theguardian.com/cities/2017/feb/27/sand-mining-global-environmental-
crisis-never-heard

Ekolojik. (2023). Aluminium Foil Daur Ulang. Hämtat från Ekolojik:


https://www.ekolojik.com.tr/id/ekolojik-urunler/geri-donusturulmus-aluminyum-
folyo/

Eric Iskandarsjah. (den 16 December 2023). Mengenal Proses dan Hasil Daur Ulang
Kemasan Plastik PET. Hämtat från Marketeers:
https://www.marketeers.com/mengenal-proses-dan-hasil-daur-ulang-kemasan-plastik-
pet/

FEVE. (2020). Is glass a sustainable material? Hämtat från FEVE (The European Container
Glass Federation): https://feve.org/about-glass/sustainable-material/

Future Tracker. (den 23 Juni 2023). Glass, Plastic, or Aluminium? Exploring the
environmental impact of beverage containers. Hämtat från Future Tracker:
https://www.futuretracker.com/post/glass-plastic-or-aluminium-exploring-the-
environmental-impact-of-beverage-containers

Karuniastuti. (2013). BAHAYA PLASTIK TERHADAP KESEHATAN DAN


LINGKUNGAN. Swara Patra : Majalah Ilmiah PPSDM Migas, 1-10.

Universitas Indonesia
8

Lee, C. (den 28 April 2023). Glass or plastic: which is better for the environment? Hämtat
från BBC: https://www.bbc.com/future/article/20230427-glass-or-plastic-which-is-
better-for-the-environment

Moore, J. (2019). Kemasan Logam Alumunium. Hämtat från Academia.edu:


https://www.academia.edu/28724794/Kemasan_Logam_Aluminium

Moore, J. (u.d.). Kemasan Logam Alumunium.

Mutiah, D. (den 11 Agustus 2021). Jepang Mulai Gantikan Kemasan Minuman Botol Plastik
dengan Kaleng Aluminium, Dinilai Lebih Layak Didaur Ulang. Hämtat från liputan6:
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4629120/jepang-mulai-gantikan-kemasan-
minuman-botol-plastik-dengan-kaleng-aluminium-dinilai-lebih-layak-didaur-ulang?
page=3

Pangaribuan, N. D., & Sugihartanto, M. F. (2023). Penilaian Manjemen Rantai Pasok


Sustainable Packaging : Studi Literatur. Jurnal Sains dan Seni ITS.

Surono, Untoro Budi. (2016). Jurnal Mekanika dan Sistem Termal (JMST), 32-37.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai