Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM KE-3

PRODUK BERBAHAN PROTISTA


Lia Akmalia1*
1*IAIN Syekh Nurjati Cirebon

*email penulis: Akmalialia82@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Protista merupakan organisme mikroskopis yang hanya dapat diliat menggunakan
mikroskop, organisme ini bersifat eukariotik yang memilki organel yang di lindungi/di
selubuni oleh sel, mereka berkembang biak secara pembelahan biner dan juga
fragmentasi. Protista dapat ditemukan di sekliling kita. Adapun tujuan dengan
dilakukannya praktikum kali ini yaitu agar kita dapat lebih mudah dalam membedakan
berbagai kelas dengan karakteristik yang berfariasi dan dapat lebih tau mengenai
protista, serta dapat engembangkan cara berfikir ilmiah kita. Adapun sub kingdom yang
termasuk kedalam kingdom protista yaitu protozoa dan juga algae mikroskopis
(Blatchley, 2012).
Alga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan
perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti
yang dimilliki tumbuan (akar, batang, daun, dan sebagainya), karena itu, alga pernah
digolongkan juga sebagai tumbuhan bertalus. Istilah anggang pernah dipakai bagi alga,
namun sekarang tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekacauan arti dengan
sejumlah tumbuhan yang hidup di air lainnya, seperti Hydrlla, dalam taksonomi yang
banyak didukung para pakar biologi, alga tidak lagi dimasukkan dalam satu kelompok
divisi atau kelas tersendri, namun dipisah-pisahkan sesuai dengan fakta-fakta yang
bermunculan saat ini. Dengan demikian alga bukanlah satu kelompok takson tersendiri
(Kirby, 2010).
Alga berasal dari bahasa Yunani yaitu “algor” yang berarti dingin Alga laut
(seaweed) merupakan bagian terbesar dari tumbuhan laut dan termasuk tumbuhan
tingkat rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang
dan daun meskipun tampak seperti ada perbedaan tapi sebenarnya hanya merupakan
bentuk thallus belaka. Siklus hidup alga yang periodik membutuhkan data tentang
distribusi alga dari berbagai tempat. Cukup banyak penelitian tentang manfaat dari alga
di bidang farmasi, kosmetika dan nutrasetika yang memerlukan data ekologis dan
biodiversitas (Nontji, 2012).
Penyusunan klasifikasi makroalga didasarkan pada kandungan warna yang paling
mencolok sehingga dapat menutupi warna lain yang terkandung didalamnya.
Berdasarkan warna kandungan tersebut, maka alga laut dapat dibagi menjadi 4 kelas
yaitu cyanophyta (alga hijau biru), chlorophyta (alga hijau), Phaeophyta (alga coklat), dan
rhodophyta (alga merah). Umumnya pembagian golongan dalam Alga ditentukan oleh
warna dan pigmen dalam tubuhnya. Bentuk morfologi, jumlah cabang, bentuk
percabangan, sistem perakaran, sistem pembentukan talus kandungan klorofil yang ada
dalam sel dinding sel, kandungan protein kandungan unsur dalam dinding maupun inti
selnya jumlah dan bentuk flagel atau cilia dan atau bentuk sel bagi yang uniseluler
(Afrianto, 2011).
Karagenan adalah polisakarida yang diekstraksi dari beberapa spesies rumput laut
atau alga merah (rhodophyceae). Karagenan adalah galaktan tersulfatasi linear hidrofilik.
Polimer ini merupakan pengulangan unit disakarida. Galaktan tersulfatasi ini
diklasifikasi menurut adanya u nit 3,6-anhydro galactose (DA) dan posisi gugus sulfat,
seperti yang disajikan di gambar 1. Tiga jenis karagenan komersial yang paling penting
adalah karagenan iota, kappa dan lambda. Sedangkan karagenan mu adalah prekursor
karagenan kappa, karagenan adalah prekursor iota. Jenis karagenan yang berbeda ini
diperoleh dari spesies rhodophyta yang berbeda. Secara alami, jenis iota dan kappa
dibentuk secara enzimatis dari prekursornya oleh sulfohydrolase. Sedangkan secara
komersial, jenis ini diproduksi menggunakan perlakuan alkali atau ekstraksi dengan
alkali (Campo et al. 2009).
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui produk apa saja yang ada di sekitar
kita yang menggunakan protista sebagai bahan baku atau bahan tambahannya dengan
melakukan survey di toko/warung atau minimarket di dekat rumah.

B. METODE
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktiku kali ini yaitu camera/handphone,
Tao Kae Noi Big sheet, Lays, Taro, Nutrijell, dan Agar-agar swallow. Adapun prosedur
kerja yang dapat dilakukan yaitu dengan dilakukannya observasi ke toko/minimarket
yang terdapat produk berbahan protista dengan tetap memperhatikan protocol
kesehatan, diamati dan diidentifikasi produk yang memilki komposisi olahan protista,
dicari dan dicatat bahan utama dari produk turunan protista tersebut melalui
penelusuran internet. Ditulis pada hasil pengamatan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Hasil pengamatan produk berbahan protista


No. Nama Produk Perusahaan atau Bahan dari Bahan atau
merk protista genus
1. Tao Kae Noi Big Taokaenoi Food & Rumput laut Glacilaria Sp
Sheet Marketing PCL kering

2. Nutrijell PT. Forisa Keragenan Euchema


Nusapersada Cottonii
3. Agar-agar Swallow PT. Agarindo Keragenan Euchema
Bogatama Cottonii

4. Lays Rasa Rumput PT. Indofood Rumput laut caulerpa sp


Laut sintetik

5. Taro Net Seaweed TPS Food Rumput laut caulerpa sp


Flavour sintetik

6. Masker Spirulina Ancacare Ganggang kecil Arthospira


berwarna biru
kehijauan

7. Ovale Facial Mask PT. Kino Indonesia Ekstrak Ulva Lactuca


Tbk ganggang
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 November
2020 di kediaman praktikan yaitu kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit
Jakarta timur, dengan judul praktikum yaitu “Produk berbahan Protista”, Adapun tujuan
praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui produk apa saja yang ada di sekitar kita yang
menggunakan protista sebagai bahan baku atau bahan tambahannya dengan melakukan
survey di toko/warung atau minimarket di dekat rumah. Adapun alat dan bahan yang
digunakan yaitu berupa masker, handphoe, Lays, Taro net, Nutrijell, agar-agar swallow,
dan snak Taokaenoi Big Sheet.
Pengamatan pertama yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap produk Tao
Kae Noi Big Sheet Crispy Seaweed dengan varian rasa yaitu Classic Flavour, Produk ini
yaitu berupa makanan ringan yang biasa kebanyakan orang menyebutnya dengan
sebutan Nori, produk ini diproduksi oleh perusahaan Taokaenoi Food & Marketing PCL,
Adapun kandungan algae yang terdapat didalam produk ini yaitu berupa rumput laut
kering, kandungan rumput laut yang ada dalam makanan ini yaitu sebanyak 85%.
Adapun jenis algae yang digunakan yaitu Glacilaria Sp.
Gracilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-agar yang
tumbuh di Indonesia. Jenis Gracilaria sp ini banyak dibudidayakan di Indonesia karena
proses pemeliharaan yang mudah. Gracilaria sp sebenarnya dapat lebih dioptimalkan
sebagai bahan baku untuk 2 membuat nori lembaran dengan membuat variasi pada rasio
pencampuran antara Ulva lactuca dan Gracilaria. Diharapkan produk ini mempunyai
karakteristik yang sesuai dengan noriyang ada di pasaran, mempunyai kandungan gizi
yang tinggi dengan harga yang lebih murah (Suratman, 2014).
Nori merupakan lembaran rumput laut yang dikeringkan atau dipanggang,
sedangkan menurut, nori adalah salah satu produk olahan rumput laut alami yang
dikeringkan dan merupakan produk olahan dari rumput laut merah (Rhodophyta). Nori
adalah sediaan berupa rumput laut yang dikeringkan berbahan baku rumput laut merah
jenis Porphyra yang dapat ditambahkan bumbu di dalamnya seperti ajitsuke nori.
Masyarakat Jepang telah mengkonsumsi norisejak abad ke-8. Konsumen noritertinggi
adalah negara Jepang yaitu sebesar 75 % dari total produksi rumput laut. Jepang, China
dan Korea adalah negara penghasil nori terbesar saat ini, ditunjukkan oleh data total hasil
produksi nori mencapai 2 milyar lembar/tahun Giury. Nori merupakan salah satu
makanan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi. Kandungan protein nori mencapai 25-
50 % berat kering, lemak 2-3 %berat kering dan berbagai macam vitamin. Kandungan
protein dalam rumput laut berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor 13
diantaranya iklim dan kondisi lingkungan atau habitatnya. Porphyra mengandung
protein sebesar 21-47 g protein/100 g berat kering. Vitamin B12 dalam nori adalah
sebesar 29 μg %. Kandungan nutrisi yang cukup tinggi itulah yang menjadikan nori salah
satu makanan diet oleh masyarakat Jepang. Nori juga mengandung beberapa asam amino
selain kandungan nutrisi yang menguntungkan, diantaranya asam glutamat, glicine dan
alanin yangberperan dalam menciptakan rasa pada nori. Serat makanan adalah salah
satu kandungan terpenting dalam rumput laut.Kandungan serat makanan atau dietary
fibre dalam nori dan wakame mencapai 34 % berat kering (Linda Rusdiana, 2014).
Pengamatan Kedua yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap produk Nutrijell
dan Agar-agar swallow, produk ini merupakan agar-agar cepat saji yang memilki
kandungan/komposisi berupa keragenan, Produk ini di produksi oleh PT. Forisa
Nusapersada dan PT. Agarindo Bogatama, Adapun jenis algae yang berperan dalam
keragenan yaitu Euchema Cottonii.
Komposisi yang terkandung dalam nutrijell, yaitu karagenan, konjac (konyaku), dan
glucomannan namun karagenan merupakan komposisi utama pada nutrijell. Karagenan
sari lumput laut yang menjadi komposisi utama dari Nutrijell. Rumput laut penghasil
Carrageenan ini diibaratkan sebagai tambang emas karena memberi banyak faedah bagi
kehidupan kita. Salah satunya, rumput laut kaya akan mineral seperti iodium, seng dan
selenium. Karagenan merupakan senyawa polisakarida galaktosa. Senyawa-senyawa
polisakarida mudah terhidrolisis dalam larutan yang bersifat asam dan stabil dalam
suasana basa. Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan, sediaan farmasi dan
kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil. Karagenan sangat
penting peranannya sebagai stabilizer (penstabil), thickener (bahan pengentalan),
pembentuk gel, pengemulsi dan lain-lain. Sifat ini banyak dimanfaatkan dalam industri
makanan, obat-obatan, kosmetik, tekstil, cat, pasta gigi dan industri lainnya. Selain itu
juga berfungsi sebagai penstabil, pensuspensi, pengikat, protective (melindungi
kolid), film former (mengikat suatu bahan), syneresis inhibitor (mencengah terjadinya
pelepasan air) dan flocculating agent (mengikat bahan-bahan) (Campo, 2009).
Proses pembuatan keragenan yang berasal dari Euchema Cottonii yaitu, Rumput
Laut Eucheuma cottoni kering dengan berat 2,5 g direndam dalam akuades selama 15
menit. Setelah itu disaring dengan kain kemudian rumput laut diekstraksi. Ekstraksi
dilakukan dalam erlenmeyer yang dipanaskan dalam shacker water bath. Mula-mula
pelarut dipanaskan terlebih dahulu, setelah mencapai suhu 90oC rumput laut
dimasukkan dan waktu ekstraksi mulai dihitung. Rasio rumput laut kering – pelarut
adalah 1:30 (g/mL). Volum pelarut dijaga konstan dengan cara menambahkan akuades
panas setiap saat. Setelah waktu tertentu, ekstraksi dihentikan dengan cara filtrat
dipisahkan dari ampas rumput laut. Filtrat ini ditampung ke dalam gelas beker yang
berisi etanol teknis 90% dengan 3 kali volum filtrat, sambil diaduk sehingga terbentuk
serat-serat hidrokoloid (serat karagenan). Setelah didiamkan sekitar 30 menit, serat ini
disaring dan dicuci dengan akuades sampai air cucian ber-pH netral. Karagenan basah
dikeringkan dalam oven 60oC sampai beratnya konstan sehingga diperoleh karagenan
kering (kertas karagenan). Semua tahap di atas diulang untuk variasi waktu ekstraksi
(Montolalu, 2008).
Pengamatan ketiga yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap produk Lays Rasa
Rumput Lau yang diproduksi oleh PT.Indofood dan Taro Net Seaweed Flavaor yang
diperoduksi oleh TPS Food. Lays dan juga Taro merupakan salah satu makanan ringan
yang memilki varian rasa dari rumput laut, biasanya rasa rumput laut yang dihasilkan
dalam makanan ini yaitu berupa rumput laut sintetik. adapun jenis algae yang digunakan
yaitu kebanyakan berasal dari algae hijau/clorophyta dari genus caulerpa sp. yang
memilki kandungan nutrisi tubuh seperti vitamin A,B,C, dan anti oksidan.
Caulerpa merupakan salah satu jenis rumput laut yang cukup potensial untuk
dibudidayakan karena telah dikenal dan digemari oleh sebagian masyarakat. Bahkan di
beberapa negara, antara lain Jepang dan Philipina, telah menjadikan Caulerpa sebagai
salah satu komoditas perikanan budi daya. Jenis dari class Chlorophyceae ini umumnya
berwarna hijau dengan thallus berbentuk lembaran, batangan, dan bulatan serta
memiliki tekstur lunak keras dan siphonous. Rumpun berbentuk berbagai jenis
percabangan dari yang sederhana sampai yang kompleks sebagai representatif dari akar,
batang, dan daun yang menjalar. Perkembangbiakan dapat terjadi dengan cara
perkawinan gamet, persporaan, dan fragmentasi thallus atau vegetatif. Thallus terdiri
atas tumbuhan yang banyak mempunyai nukleus serta banyak ditemukan di kawasan
tropik dan subtropic. Keberadaan ganggang dalam perairan air tawar sering kali menjadi
gulma sebagai penyaing dan gangguan tumbuhan budi daya, namun alga atau ganggang
laut sangatlah berarti bagi pemenuhan kebutuhan manusia, misalnya sebagai bahan
makanan, obat-obatan, dan sebagai pupuk. Caulerpa telah dimanfaatkan untuk
kebutuhan manusia dengan cara dikonsumsi sebagai sayuran atau lalapan. Caulerpa
merupakan makanan laut di daerah tropik Asia Pasifik terutama di Philipina dan
Indonesia Selanjutnya di Jepang dan Philipina, alga ini dimanfaalkan sebagai sublanisi
yang memberikan efek anastetik dan sebagai bahan campuran untuk obat anti jamur.
Studi awal dengan metode Kirby-Bauer untuk penguji aktivitas antimikroba
menuniukkan bahwa ekstrak Gaulerpa racemosa var. Uvifera mampu menghambat
pertumbuhan dua jenis bakteri yaitu Aeromonas lnidrophila dan Edhrardsrella
tarda(Sengkey 2009).
Pengamatan keempat yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap produk Masker
Spirulina yang diproduksi oleh Ancacare, Komposisi protista dalam produk ini yaitu
berupa ganggang kecil berwarna biru kehijauan. Adapun genus yang berperan dalam
produk ini yaitu Arthospira.
Pemanfaatan spirulina telah berkembang dari asalnya sebagai pakan alami ikan dan
makanan pada manusia menjadi bahan baku kimia untuk bidang medis, penelitian
biologi, dan kosmetik. Dengan adanya manfaatmanfaat tersebut, spirulina diprediksi
akan menjadi salah satu spesies yang penting dalam industri bioteknologi mikroalga
beberapa dekade ke depan Berbagai bentuk keunggulan tersebut menjadikan budidaya
mikroalga sangat penting untuk terus diteliti lebih lanjut dan dikembangkan menjadi
salah satu industri akuakultur. Salah satu jenis mikroalga yang banyak diteliti adalah
Spirulina sp. Spirulina merupakan alga berwarna biru-hijau yang digolongkan ke dalam
cyanobacteria, bersel satu dan berbentuk spiral. Berdasarkan habitatnya, spirulina dapat
berkembang dengan baik pada perairan tropis dan subtropis, baik pada perairan tawar
maupun perairan laut (Hu, 2004b).
Spirulina memiliki kandungan nutrisi tinggi sehingga digunakan sebagai bahan
makanan kesehatan. spirulina mengandung 5 zat gizi utama, yaitu: karbohidrat, protein,
lemak (gama linoleat, omega 3, 6, dan 9), vitamin (B-kompleks, E), mineral (Fe, Ca, K),
serta pigmen alami (beta karoten, klorofil, xantofil, fikosianin). Oleh karena itu, spirulina
dapat berfungsi sebagai antioksidan (mencegah kanker dan radikal bebas),
meningkatkan sistem imunitas tubuh (daya tahan terhadap fluktuasi lingkungan dan
serangan penyakit), serta merendahkan kolesterol Fikri (2006).
Pengamatan keempat yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap produk Ovale
facial mask yang diproduksi oleh PT. Kino Indonesia Tbk. Produk ini mengandung ekstrak
ganggang berupa Ulva Lactuca.
Ulva adalah rumput laut makro alga yang tergolong dalam divisi Chlorophyta.
Termasuk dalam divisi Chlorophyta karena sel-sel mengandung banyak mengandung
klorofil a sehingga memberikan warna hijau pada rumput laut ini. Habitatnya adalah di
air laut dan morfologinya berupa thallus tipis dan gepeng seperti pedang yang terdiri atas
2 lapis sel. Tidak ada diferensiasi jaringan dan seluruh sel memiliki bentuk yang kurang
lebih identik, kecuali pada sel-sel basal yang mengalami elongasi membentuk rhizoid
penempel. Masing-masing sel pada spesies ini terdiri atas sebuah nukleus, dengan
kloroplas berbentuk cangkir, dan sebuah pirenoid. Jenis Ulva anatara lain adalah Ulva
lactucaefolia S.F.Gray 1821 Ulva fenestrata Postels dan Ruprecht 1840 Ulva crassa
Kjellman. Ulva lactuca memiliki panjang sampai 100 cm dan berwarna hijau apel terang,
dan memiliki bentuk strap-shaped blades (pedang melipat) dengan tepi yang halus tapi
bergelombang dapat dilihat pada Gambar 2. Bagian tengah dari setiap helaian seringkali
berwarna pucat dan semakin ke arah tepi warnanya semakin gelap. Pada daerah tropis,
tumbuhan ini biasanya terdapat di air yang dangkal (zona intertidal bagian atas sampai
kedalaman 10 meter). Pada substrat yang tepat, seringkali melakukan asosiasi dengan
daerah yang memiliki nutrien yang tinggi (contohnya bakau) atau dekat sumber air
tawar. Ulva lactuca mengandung (dalam per 100 gram berat bersih): air 18,7%, protein,
15-26%, lemak 0,1-0,7%, karbohidrat 46-51%, serat 2-5% dan abu 16-23%, dan juga
mengandung vitamin B1, B2, B12, C, dan E. Ulva lactuca tumbuh baik pada pH 7,5-9
(Aslan,1991) Rasyid (2017).

D. SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil pengamatan dan juga pembahasan praktikum, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa, Ternyata banyak sekali produk yang ada disekeliling kita yang
memilki kandungan dari protista, baik itu digunakan sebagai bahan makanan maupun
produk kecantikan. Adapun produk-produk yang mengandung protista yang praktikan
temukan yaitu, makanan ringan TaoKaeNoi yang mengandung jens protista Glacilaria Sp.
Agar-agar cepat saji yaitu Nutrijell dan agar-agar swallow yang mengandung keragenan,
Makanan ringan atau snak Lays dan juga TaraNet yang mengandung algae
hijau/clorophyta dari genus caulerpa sp. Produk kecantikan berupa Masker Spirulina
yang mengandung komposisi Ganggang kecil berwarna biru kehijauan yaitu Authospira.
Dan produk kecantikan lain yaitu OVale Facial Mask yang memilki kandungan protista
yaitu Ulva Lactuca.

REFERENSI
Afrioanto, E. dan Liviawaty. 2011. Budidaya Rumput laut dan Cara Pengelolaannya.
Jakarta. Bharata
Blatchley, W.S. 2012. Protist. The Nature Publishing Co.,Idianapolis.
Campo, V.L., Kawano,D.F., Silva Júnior, D.B., Ivone Carvalho, I., 2009, “Carrageenans:
Biological Properties, Chemical Modifications and Structural Analysis”,
Carbohydrate Polymers, 77, 167-180
Fried, George H., Hademenos, George J. 2015. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua.
Jakarta, 2005.
Kirby, W. F.2010. Marine of Algae. British Museum, London
Linda Rusdiana, Mada Puspa. 2014. Laporan Tugas Akhir Pembuatan “Nori” dari Rumput
Laut Campuran Ulva Lactuca L. dan Glacilaria sp. Surakarta. Fakuktas Teknik.
Universitas Sebelas Maret.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Rasyid.A. 2017. Evaluation of nutritional composition of the dried seaweed Ulva lactuca
from Pameungpeuk waters, Indonesia. Tropical Life Sciences Research 28 (2) :
119–125.
Sengkey, EE. 2000. Uji kualitatif daya hambat ekstrak Caulerpa recemosavar: Uvifera
terhadap pertumbuhan beberapa bakteri patogenik. Summery Artikel. Jurusan
MSP, Fak. Perikanan. UNSRAT Manado. Serial online 21 Mei 2007, 2 pp
Suratman. 2014. Hasil Determinasi Tumbuhan. Surakarta. Laboratorium Jurusan Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret

LAMPIRAN

Nutrijell Agar Swallow TaoKaeNoi Big


Sheet

TaroNet Masker Spirulina Lays


PASCA PRAKTIKUM

Jawaban:

1. Jenis produk yang paling banyak menggunakan protista sebagai bahan utama atau
bahan campuran dalam pembuatannya adalah produk makanan dan kosmetik
seperti TaoKaeNoi, Agar-agar cepat saji yaitu Nutrijell dan agar-agar, Makanan ringan
atau snak Lays dan juga TaraNet, Masker Spirulina, dan OVale Facial Mask

2. Jenis atau kelompok protista apa saja yang banyak digunakan dalam pembuatan
bahan pangan atau kosmetik adalah dari divisi Rhodophyta dengan spesies yang
paling sering digunakan adalah Eucheuma cottonii dan Glacilaria verucosa.

3. Kandungan atau bahan yang dimanfaatkan dalam pembuatan produk-produk


tersebut yaitu karagenan, tepung agar-agar, rumput laut, pektin, ekstrak Ulva
lactuca dan spirulina. Ya, bahan tersebut banyak dihasilkan di indonesia. Seperti
contohnya karagenan yang dihasilkan dari spesies alga merah yaitu Eucheuma
cottonii, tepung agar-agar yang dihasilkan dari spesies alga merah yaitu Gracilaria
verucosa, pektin yang terdapat pada alga sebagai zat pembentuk pada dinding
selnya, serta ekstrak Ulva lactuca yang berasal dari spesies alga Ulva lactuca, dan
spirulina yang berasal dari spesies Spirulina maxima.

4. Karagenan dapat diekstraksi dari rumput laut merah (Rhodophyceae) dengan


menggunakan air atau larutan alkali. Dengan tujuan untuk mengurangi jumlah
sulfat, selain hal tersebut, suhu pada proses ekstraksi agar cukup tinggi berkisar
antara 80-100˚C dengan waktu berkisar antara 2-3 jam. Adapun metode
pembuatan nori secara tradisional di Jepang, yaitu rumput laut hasil panen
ditumbuk sampai halus sampai menjadi bubur, lalu bubur rumput laut tersebut
diratakan seperti kertas diatas papan. Kemudian dijemur dibawah sinar matahari
hingga kering. Gracilaria sp. merupakan salah satu rumput laut penghasil agar
yang sangat potensial. Proses ekstraksi agar secara konvensional dilakukan pada
suhu tinggi (80-100°C) serta waktu 2-3 jam, sehingga memerlukan energi yang
tinggi. Proses ekstraksi pektin merupakan proses yang sederhana terdiri dari 4
tahap yaitu ekstraksi, purifikasi ekstrak, pengendapan serta pengeringan. Pada
umumnya ekstraksi pektin dilakukan dengan menggunakan ekstraksi asam, baik
asam mineral maupun asam organik, seperti asam sulfat, asam klorida, asam
asetat, asam nitrat, asam natrium heksametafosfat, dan asam sitrat. Ekstraksi Ulva
lactuca dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah maserasi.

Anda mungkin juga menyukai