Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RESUME

Landasan Yuridis dan Pedagogis Integrasi Sains & Islam

Mata Kulia : Integrasi Sains dalam Islam


Nama Mahasiswa : Lia Akmalia
Semester / Jurusan : VII / Tadris Biologi
Kelas :A

a. Landasan Yuridis
Hukum Islam yang dilukiskan sebagai sebuah aturan hukum yang
bersifatkomprehensif dan elastis, menimbulkan sebuah anggapan dan pemahaman
bahwahukum Islam itu sesuai dengan situasi dan kondisi. Islam dianggap pasti
mampumemenuhi tuntutan kebutuhan manusia. Anggapan tersebut tidaklah salah,
karenapada prisipnya, syari’at Islam mampu memenuhi kebutuhan seluruh
lapisanmasyarakat yang beraneka ragam. Bukan hanya itu, syari’at Islam
mampumengantisipasi semua permasalahan yang berkembang diberbagai wilayah
duniadengan ketentuan yang paling adil, paling baik dan paling serasi.
Kemampuan resposibilitas hukum Islam itu karena disamping
memilikikelengkapan, hukum Islam juga kokoh berdiri atas dasar pemikiran danpenalaran.
Ia juga berdiri atas dasar pertimbangan yang mengarah padaketinggian budi dan fitrah
manusia dan selalu memperhatikan segala sesuatu yangsedang berlaku dan berkembang
dalam masyarakat. Perkembangan bentuk danstruktur hukum yang ada dalam suatu tatanan
masyarakat, senantiasa mengikutialur sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam
masyarakat itu sendiri. Halini menjadi sesuatu yang mutlak karena setiap saat perubahan
terjadi. Adakalanyaperubahan hukum itu disebabkan kadaluwarsanya suatu aturan hukum
ataukarena faktor kebutuhan masyarakat akan hukum baru yang lebih sesuai denganzaman,
yang mampu menjamin kepentingan-kepentingan yang ada dalammasyarakat itu sendiri.
Salah satu kontribusi posistif dari perkembangan teknologi yang ditemukanoleh
kemampuan akal manusia adalah kemampuan untuk mendeteksi seseorangdari jaringan
tubuh atau cairan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit. Sebelumnya hal itu dapat
dideteksi lewat sidik jari, namun hal itu bisa diragukan, akan tetapi sekarang, saat
dikembangkannya teknologi DNA, seseorang dapat diidentifikasi DNA-nya dari jaringan
tubuh atau cairan tubuhnya. Pemanfaatan teknologi DNA ini tidak hanya terbatas pada
dunia medis, akan tetapi sangat membantu dalam penyelesaian proses perkara, salah
satunya adalah penentuan hubungan nasab.

b. Landasan Pedagogis

Dalam kasus paradigma epistemologi Islam, integrasi antara agama dan sains
adalah sesuatu yang mungkin adanya, karena didasarkan pada gagasan Keesaan (tauhid).
Dalam hal ini, ilmu pengetahuan, studi tentang alam, dianggap terkait dengan konsep
Tauhid (Ke-Esa-an Tuhan), seperti juga semua cabang pengetahuan lainnya (lihat Muzaffar
Iqbal, 2007). Dalam Islam, alam tidak dilihat sebagai entitas yang terpisah, melainkan
sebagai bagian integral dari pandangan holistik Islam pada Tuhan, kemanusiaan, dan dunia.
Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan dan alam adalah berkesinambungan dengan
agama dan Tuhan. Hubungan ini menyiratkan aspek yang suci untuk mengejar
pengetahuan ilmiah oleh umat Islam, karena alam itu sendiri dilihat dalam Al Qur'an
sebagai kumpulan tanda-tanda menunjuk kepada Tuhan. (lihat Toshihiko Izutsu, 1964).
Secara normatif, sejak awal diwahyukannya, al-Qur’an, melalui surah al-Alaq 1-5, sudah
tergambar bahwa konstruksi pengetahuan dalam Islam dibangun di atas nilai-nilai tauhid.
Dari ayat-ayat yang pertama turun tersebut terlihat bahwa ada perintah untuk “membaca”
yang merupakan proses pencapaian ilmu pengetahuan dengan rambu-rambu “atas nama
Tuhan”. Sehingga proses pencapaian ilmu pengetahuan semestinya ekuivalen dengan
proses makrifat kepada Tuhan. Dalam Islam hubungan antara Agama dan sains tidaklah
menjadi persoalan, karena sains adalah bagian dari ilmu. Disamping itu dalam konsep
Islam tidak ada perbedaan antara agama dan ilmu, keduanya saling terkait, sehingga
muncul sebuah ungkapan Agama tanpa ilmu lumpuh sedangkan Ilmu tanpa agama buta
Rasulullah sendiri dalam sabdanya menganjurkan pencarian ilmu.Bahkan Allah
dalam firmannya akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu, demikianlah begitu
sinerginya antara agama dan ilmu dalam Islam. Itulah sebabnya, generasi-generasi ulama
yang pertama rajin menerjemahkan tulisan-tulisan ilmiah dari berbagai bahasa untuk
kemudian disesuaikan dengan ajaran Islam dan dikembangkan lebih lanjut.
Dapat difahami bahwa tidak ada pertentangan antara ilmu dan agama dalam Islam.
Ilmu pengetahuan/sains dalam pengertian modern adalah pengembangan dari filsafat alam
yang merupakan bagian dari filsafat yang menyeluruh dalam khazanah keilmuan Yunani.
Namun filsafat Yunani terlalau deduktif, yang lebih berdasarkan pada pemikiran
spekulatif. Karena itu perlu dilengkapi oleh pengamatan empiris sebagaimana yang telah
diperintahkan dalam Al-Qur’an. Itulah sebabnya ditangan ilmuam muslim, sains
berkembang dengan pesat. Pengujian eksperimental menyebabkan sains menjadi kukuh.
Dengan demikian ditangan ilmuan muslim, sains memperoleh karakternya yang rasional
obyektif selama gelombang pertama peradaban Islam. Namun perlu dicatat bahwa
rasionalitas sains tak bisa dilepaskan dari rasionalitas religius karena teologi, filsafat dan
sains merupakan kesatuan integral.

Anda mungkin juga menyukai