Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan yang tertua
yang masih dapat dijumpai di daratan. Tumbuhan paku atau tumbuhan
berpembuluh tetapi tidak berbiji berdasarkan morfologinya memiliki 4 divisi
yakni, Psilopsida, Lycosida, Equisetopsida atau Sphenopsida, dan Pteropsida.
Psilopsida merupakan tumbuhan paku purba (primitif) yang sebagian besar
anggotanya sudah punah dan ditemukan sebagai fosil. Psilopsida diduga hidup
pada periode antara zaman Silurian dan Devonian. Hanya beberapa spesies
saja yang masih hidup di bumi saat ini, misalnya Psilotum nudum. Psilopsida
belum memiliki struktur akar dan sebagian besar tidak memiliki daun.
Struktur akar psilopsida berupa rhizoma. Pada batang psilopsida terdapat
sporangia.
Sphenopsida (Equisetopsida) disebut juga paku ekor kuda (horse tail),
karena tumbuhan paku ini memiliki percabangan batang khas berbentuk ular
atau lingkaran sehingga menyerupai ekor kuda. Tumbuhan paku ini memiliki
bentuk daun mirip kawat dengan susunan daun berupa satu lingkaran.
Equisetopsida memiliki homospora pada konus di ujung batangnya,
mempunyai banyak daun, serta batang yang berongga dan beruas.
Equisetopsida terdapat silika yang terkonsentrasi di batang sehingga tumbuhan
ini sering dijadikan sebagai bahan penggosok.

B Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam makalah ini, diantaranya:


1 Bagaimana morfologi dari Sphenopsida dan Psilopsida?
2 Bagaimana anatomi dari Psilopsida dan Sphenopsida?
3 Bagaimana klasifikasi dari Psilopsida dan Sphenopsida?
4 Di mana habitat dari Psilopsida dan Sphenopsida?
5 Apa manfaat dari Psilopsida dan Sphenopsida?

C Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, diantaranya:


1 Untuk mengetahui morfologi dari Psilopsida dan Sphenopsida.

1|Psilopsida dan Spenopsida


2 Untuk mengetahui anatomi dari Psilopsida dan Sphenopsida.
3 Untuk mengetahui klasifikasi dari Psilopsida dan Sphenopsida.
4 Untuk mengetahui habitat dari Psilopsida dan Sphenopsida.
5 Untuk mengetahui manfaat dari Psilopsida dan Sphenopsida.

2|Psilopsida dan Spenopsida


BAB II
ISI
A. Psilopsida (Paku Purba)
Psilopsida berasal dari bahasa Yunani, yaitu psilos yang berarti telanjang
(telanjangnya psilopsida ini adalah tumbuhan yang tidak memiliki akar dan
daun sejati, jika memiliki daun ukurannya kecil dan menyerupai sisik,
sedangkan akar psilopsida ini menggunakan rizoid yang fungsinya sama
dengan akar). Psilopsida merupakan tumbuhan paku purba (primitif) yang
sebagian besar anggotanya sudah punah dan ditemukan sebagai fosil,
tumbuhan ini di duga hidup pada periode antara zaman Silurian dan Devonian.
Zaman Silurian adalah zaman yang terjadi pada kurang lebih 410-360 juta
tahun lalu. Sedangkan, zaman Devonian terjadi sekitar 440 juta tahun yang
lalu. Keduanya termasuk ke dalam era Paleozoikum. Hanya beberapa spesies
Psilopsida yang masih hidup di bumi saat ini, misalnya Psilotum nudum
(Santoso, 2007).
1 Struktur Morfologi Psilopsida
Paku purba (Psilopsida) mempunyai struktur tubuh yang
sederhana, dengan ukuran tinggi sekitar 30 cm -1 m.Ciri-ciri Psilopsida
yang paling mencolok adalah tidak adanya akar dan daun sejati. Paku
purba yang memiliki daun, daunnya akan berukuran kecil dan bentuknya
menyerupai sisik. Sedangkan batangnya beruas dan berbuku nyata
(Syarief, 2009).

2 Struktur Anatomi Psilopsida


Anatomi daun memperlihatkan adanya jaringan klorenkim dan
epidermis. Daunnya memiliki ukuran yang kecil disebut mikrofil. Batang
(rhizom) terdiri atas dua tipe, yang berada di dalam tanah dan yang tegak.
Batang bercabang-cabang dikotomus, berklorofil, dan sudah memiliki
sistem vaskuler (yaitu pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem ) untuk
mengangkut air serta garam mineral. Sporangium (kotak spora) dibentuk
di ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu jenis spora dengan
bentuk dan ukuran yang sama, disebut homospora.Gametofit yaitu sel

3|Psilopsida dan Spenopsida


kelamin yang bersifat haploid atau hanya memiliki satu sel kromosom
tersusun dari sel-sel yang tidak berklorofil, sehingga zat organik
didapatkan dari simbiosis dengan jamur. Psilopsida bersimbiosis dengan
jamur untuk melakukan fotosintetis (Anonim, 2014).

3 Klasifikasi Psilopsida
Psilopsida terdiri atas 2 ordo, yaitu ordo Psilophytales dan ordo
psilotales.
a Bangsa Psilophytales (Paku Telanjang)
Tumbuhan yang tergolong bangsa ini termasuk tumbuhan darat
yang tua. Sekitar 350 juta tahun yang lalu, yaitu dalam zaman silur akir
dan devon telah terdapat sebagai semak semak. Jadi tumbuhan ini
telah ditemukan dalam lapisan bumi yang amat tua, yang belum
ditemukan sisasisa lumut. Dalam zaman karbon tumbuhan ini telah
punah. Paku telanjang merupakan tumbuhan paku yang paling rendah
tingkat perkembangannya. Yang paling sederhana masih belum
berdaun dan belum berakar. Batang telah mempunyai berkas
pengangkut, bercabang-cabang menggarpu dengan sporangium pada
ujung cabang cabang tadi.

Adapun suku yang termasuk Psilophytales antara lain:


1) Suku Rhyniaseae

Tumbuhan ini mencapai tinggi lebih kurang setengah meter.


Batang dalam tanah, tumbuhan horizontal, tidak mempunyai akar

4|Psilopsida dan Spenopsida


melainkan hanya rizoid. Organ ini homolog dengan rimpang
tumbuhan tinggi. Batang dalam tanah membentuk cabang-cabang
yang tumbuh tegak lurus ke atas, bercabang-cabang menggarpu,
tidak berdaun, tetapi mempunyai mulut kulit. Cabang-cabangnya
tersebut berfungsi sebagai alat asimilasi. Berkas pengangkut terdiri
antara lain atas trakeida yang mempunyai penebalan berbentuk
cincin atau spiral dan tersusun merupakan protostele. Bulu-bulu
tapis belum ada, demikian pula kambium. Sporangium relativ besar
terdapat pada ujung-ujung cabang dan mempunyai dinding yang
terdiri atas beberapa lapis sel. Di dalamnya terisi dengan isospora
yang tersusun sebagai tetrade. Diantara jenis-jenis yang tergolong
dalam suku ini ada yang mempuyai semacam kolumela dalam
sporangiumnya.

2) Suku Asteroxylaceae

Suku Asteroxylaceae dapat mencapai tinggi 1 m. Batangnya


berdiameter 1 cm, mempunyai penonjolan-penonjolan yang
panjangnya hanya beberapa mili meter dan disebut mikrofil.
Beberapan jenis telah menunjukkan percabangan berkas
pengangkut sampai pada pangkal mikrofil, bahkan adayang sampai
masuk didalamnya, tetapi ada pula yang sama sekali tanpa
hubungan dengan berkas pengangkut. Mungkin sekali mikrofil
yang tidak bersambungan dengan berkas pengangkut itu tidak ada

5|Psilopsida dan Spenopsida


fungsi dalam asimilasi, dan dapat kita samakan dengan rambut-
rambut (trikoma) atau emergensia tumbuhan tinggi. Pada
penampang lintang, stele di dalam batang berbentuk bintang. Pada
beberapa jenis telah terdapat empelur, jadi stelenya bukan
protostele lagi
melainkan telah
berupa sifonostele.
Ada yang di dalam
dinding trakeidanya
telah terdapat noktah
halaman.

3) Suku Pseudosporochnaceae

Pada golongan ini dari ujung sumbu pokoknya yang tidak


beruas munculah sejumlah dahan-dahan yang hanya sedikit
bercabang menggarpu, tetapi akhirnya menjadi ranting-ranting
kecil yang menggarpu, dan kadang-kadang melebar pada akhir
percabangan itu. Pada ujungnya terdapat sporangium yang menebal
berbentuk gada. Bagian-bagian ini yang melebar yang tidak fertile
berguna untuk asimilasi, jadi dapat dianggap sebagai bentuk
purbakala daun atau makrofil. Anggota Psilophytales yang
kebanyakan tidak lebih tinggi dari 1 m itu, dengan tipe-tipe daun
yang berbeda-beda merupakan kelompok induk tumbuhan paku

6|Psilopsida dan Spenopsida


yang kemudian melahirkan golongan-golongan Pteridophyta
lainnya. Pada Psilophytales belum diketahui gametofitnya. Pada
zaman purba psilophytales masih terbatas pada tempat yang dekat
air saja.

b Bangsa Psilotales

Dari bangsa ini ada diantara anggotanya yang sekarang masih


hidup ialah marga psilotum, yang berupa terna kecil rendah dan
bercabang-cabang menggarpu. Tumbuhan ini sama sekali tidak
berakar, hanya mempunyai tunas-tunas tanah dengan rhizoid, dan pada
batangnya terdapat mikrofil atau daun-daun kecil berbentuk sisik, tidak
bertulang dan tersusun jarang-jarang dalam garis spiral.

Sporangium itu mempunyai 3 ruangan, dinding yang terdiri atas


beberapa lapis sel, tetapi tidak mempunyai tapetum. Protalium paku ini
telah diketahui, besarnya hanya beberapa cm saja, berbentuk silinder
dan bercabang, tidak berwarna, hidup dalam tanah bersimbiosis
dengan cendawan mikoriza, pada permukaan terdapat anteridium yang
terdiri atas banyak ruang, dan mengeluarkan spermatozoid yang
mempunyai banyak bulu cambuk. Arkegonium kecil dan agak
tenggelam. Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya
eksoskopik (ujungnya kearah leher arkegonium). Contoh spesies dari
Psilotales adalah Psilotum nudum, Psilotum triquetrum, dan
Tmesipteris tannensia (Pratiwi, 1992).

7|Psilopsida dan Spenopsida


4. Habitat Psilopsida
Tumbuhan paku purba yang masih hidup saat ini diperkirakan
hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies dari dua genus. Paku purba
hidup di daerah tropis dan subtropics (Anonim, 2013).

5. Siklus Hidup Psilopsida


Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara aseksual
(vegetatif) maupun seksual (generatif). Reproduksi secara aseksual terjadi
dengan pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora
yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Spora akan tumbuh
menjadi gametofit. Selain melalui pembentukan spora, reproduksi secara
aseksual juga dapat dilakukan dengan rizom. Rizom akan tumbuh menjalar
dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang berkoloni
(bergerombol). Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi ovum oleh
spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan
tumbuh menjadi sporofit.
Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom
haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n).
Generasi sporofit hidup lebih dominan atau memiliki masa hidup yang

8|Psilopsida dan Spenopsida


lebih lama dibanding generasi gametofit. Metagenesis pada sikius hidup
tumbuhan paku homospora adalah sebagai berikut:
a. Spora berkromosom haploid (n) bila jatuh di habitat yang cocok akan
berkecambah, sel-selnya membelah secara mitosis dan tumbuh
menjadi protalium (gametofit) yang haploid (n).

b. Protalium membentuk alat kelamin jantan (anteridium) dan betina


(arkegonium) yang haploid (n).

c. Anteridium menghasilkan spermatozoid berflagel (n) dan arkegonium


menghasilkan ovum (n).

d. Spermatozoid (n) membuahi ovum (n) di dalam arkegonium dan


menghasilkan zigot yang diploid (2n).

e. Zigot (2n) mengalami pembelahan secara mitosis dan tumbuh menjadi


tumbuhan paku (sporofit) yang diploid (2n). Tumbuhan paku tersebut
tumbuh keluar dan arkegonium induknya.

f. Sporofit (tumbuhan paku) dewasa menghasilkan sporofil (2n) atau


daun penghasil spora.

g. Sporofil (2n) memiliki sporangium (2n). di dalam sporangium terdapat


sel induk spora berkromosom diploid (2n). sel induk spora (2n)
mengalami pembelahan meiosis dan menghasilkan spora yang haploid
(n) (Permata, 2015).

9|Psilopsida dan Spenopsida


6. Peranan Psilopsida dalam Kehidupan Manusia
Pada zaman dahulu fosil tumbuhan paku purba dapat membentuk
batu bara yang dapat digunakan untuk bahan bakar. Batu bara dianggap
sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini (Ardian, 2010).

B. Spenopsida atau Equiseptopsida (Paku Ekor Kuda)


Kata Equisetum dalam bahasa Latin berasal dari kata equus yang berarti
kuda dan saeta yang berarti rambut tebal. Sehingga, tumbuhan yang termasuk
genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya
tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah pinggiran
sungai, atau daerah rawa. Tumbuhan ini rata-rata berukuran kecil dengan
tinggi sekitar 25 100 cm dan diameter batang tidak pernah lebih dari 3 cm,
meskipun beberapa anggotanya yang hidup di Amerika yang beriklim tropis
ada yang bisa tumbuh mencapai 6 hingga 8 m (contohnya adalah Equisetum
giganteum dan Equisetum myriochaetum). Anggota dari genus ini dapat
dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika (Santoso, 2007).

1. Struktur Morfologi Spenopsida


Pada masa karboniferus, Sphenopsida tumbuh melimpah yang
berukuran besar dan tinggi yang mencapai sekitar 15 m. Spesies

10 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
sphenopsida yang dapat bertahan sekarang ini hanya sekitar 25 species
yang kebanyakan berasal dari genus equisetum (sekitar 15 spesies), yang
memiliki tinggi rata-rata 1 m, namun ada juga yang mencapai 4,5 m.
Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di
tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun.
Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Ada
kelompok yang batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan
ada yang bercabang tunggal. Sedangkan, Daun pada semua anggota
tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang duduk
berkarang menutupi ruas (Syarief, 2009).

2. Struktur Anatomi Spenopsida


Struktur batang sphenopsida berongga dan beruas-ruas. Dinding
batang keras yang disusun atas sel-sel yang mengandung silika (sehingga
dikenal dengan scouring rushes atau ampelas, yang digunakan sebagai alat
penggosok). Batang paku ekor kuda memiliki rhizome yang pada ujungnya
terdapat strobilus di mana struktur anatomi batang tersebut terdapat
sporangia. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang
disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical).
Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga strobilus
tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau) serta
hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak
memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung
strobilus), misalnya E. palustre danE. debile.Spora yang dihasilkan paku
ekor kuda umumnya menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang
sama, serta diketahui gamet jantan dan betina. Sehingga paku ekor kuda
termasuk paku peralihan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun
pada strobilus. Sporanya berbeda dengan spora paku-pakuan karena
memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater berfungsi sebagai
pegas untuk membantu pemencaran spora (Anonim, 2014).

3. Klasifikasi Spenopsida

11 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
Pada kelas Equisetopsida terbagi atas 3 ordo (bangsa), yaitu:
a. Bangsa Equisetales
Pada salah satu spesies yang paling umum adalah Equisetum
arvanse (paku ekor kuda ladang), tunas yang fertil tidak berklorofil
dan berumur pendek, akan mati setelah sporanya tersebar. Sporanya
mengandung banyak kloroplas dan berdinding tiga, yang paling luar
pecah menjadi empat penonjolan dengan ujung-ujungnya yang pipih.
Hiasan spora ini yang disebut elater, menempel dan memencar dari
satu titik pada spora. Hiasan ini higroskopik, dapat bergerak dengan
menggulung dan melurus dengan cepat mengikuti perubahan
kelembaban udara. Gerakan spora ini rupanya dapat membantu
penglepasan spora dari sporangium. Sepertinya, elater ini mempunyai
kuran yang besar pada keadaan kering, maka dapat berfungsi sebagai
sayap sehingga spora dapat dengan mudah disebar dengan hembusan
udara yang lemah. Bila spora terbawa kedaerah lembab (habitat yang
cocok) elaternya menggulung sehingga spora cenderung ungtuk
mengendap. Hinggapnya spora di daerah lembab ini memungkinkan
untuk berkecambah.
Warga suku ini paling tua adalah Asterocalomites, mempunyai
daun-daun kecil yang menggarpu. Biasanya daun-daun warga
Asterocalomites berupa daun tunggal, mempunyai satu tulang daun,
berbentuk lanset panjang dan tersusun berkarang. Daun-daun telah
mencapai panjang sampai beberapa cm dan telah mempunyai jaringan
tiang sebagai jaringan asimilasinya. Rangkaian sporofil mempunyai
susunan yang sama dengan Equisetum, tetapi pada Calamitaceae
terdapat daun-daun steril dan fertil berselang-selang. Di antara
Calamitaceae ada yang isopor, ada pula yang heterospor, spora tidak
mempunyai haptera.
Dari segi filogeni Calamitaceae dipandang lebih tua daripada
Equisetaceae yang selalu isopor, akan tetapi anggapan itu sukar
diterima, padahal umumnya orang beranggapan bahwa sifat heterospor
adalah gejala yang lebih maju daripada sifat isopor dan bukan

12 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
sebaliknya. Contoh-contoh jenis tumbuhan yang tergolong dalam suku
Calamitaceae ialah Eucalamites multiramis, Calamostachys
binneyana, Asterophyllites longifolus.
b. Bangsa Sphenophyllales
Tumbuhan dari bangsa ini hanya dikenal sebagai fosil dari
zamanpalaeozoikum. Daun-daunnya menggarpu, atau berbentuk oasak
dengan tulang-tulang yang bercabang menggarpu, tersusun berkarang,
dan tiap karang biasanya terdiri dari 6 daun. Dari bangsa ini yang
filogenetik merupakan tumbuhan tertua mempunyai daun yang tidak
sama (heterofil).
Pada warga Sphenophyllum terdapat daun-daun yang berbentuk
pasak dan daun-daun sempit kecil yang menggarpu. Batangnya
mencapai tebal sejari, beruas-ruas panjang, bercabang-cabang,
mempunyai satu berkas pengangkut yang tidak berteras dan
mempunya kambium. (Tjitrosoepomo, 2011:255)

c. Bangsa Protoarticulatales

Warga bangsa ini pun telah fosil. Tumbuhan itu telah mulai muncul
di atas bumi pada pertengahan zaman Devon. Di antaranya yang paling
terkenal adalah anggota marga Rhynia, berupa semak-semak kecil
yang bercabang-cabang menggarpu, daun-daunnya tersusun berkarang
tidak beraturan. Helaian daun sempit, berbagi menggarpu. Sporofil
tersusun dalam suatu bulir, tetapi sporofil itu belum berbentuk perisai,
melainkan masih bercabang-cabang menggarpu tidak beraturan dengan
sporangium yang bergantungan. Bangsa Protoarticulatales mencakup
suku Rhyniaceae, yang anggota-anggotanya dipandang sebagai nenek
moyang Sphenphyllaceae dan Calamitaceae, contoh Rhynia elegans.

Equisetinae mencapai puncak perkembangannya dalam zaman


Palaezoikum, yang hamper semuanya kemudian punah kecuali marga
Equisetum yang masih kita kenal sampai sekarang. Jenisjenis
tumbuhan dari marga Equisetum yang sekarang ada merupakan sisa
dari warga Equisetum yang dahulu lebih banyak dan lebih meluas.

13 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
Dalam Mesozoikum dulu hidup jenis-jenis Equisetum yang telah
memperlihatkan pertumbuhan menebal sekunder(mempunyai
kambium). Beberapa golongan yang telah punah itu
(Sphenophyllaceae, Calamitaceae), kebanyakan bersifat heterospor,
akan tetapi belum pernah ada warga Equisetinae yang mencapai
tingkat perkembangan sampai dapat menghasilkan biji seperti
Lepidospermae. Nenek moyang Equisetinae mungkin sekali tumbuhan
yang tergolong dalam Psilophytinae. Jadi Equisetinae dan Lycopodinae
dapat sisamakan dengan dua cabang dengan perkembangan yang
sejajar, keduanya berasal dari Psilophytinae, tetapi berbeda
mikrofilnya. Di sana akan kita jumpai organ-organ khusus pembentuk
spora. Spora dihasilkan dan dibentuk dalam suatu wadah yang disebut
sebagai sporangium. Biasanya sporangium pada tumbuhan
paku terkumpul pada permukaan bawah daun (Tjitrosoepomo, 2011).

4. Habitat Spenopsida
Sphenopsida atau lebih dikenal dengan nama paku ekor kuda
termasuk ke dalam satu genus, Equisetum. Beberapa spesies paku ekor
kuda dapat dijumpai dan tersebar di mana-mana. Umumnya sphenopsida
tumbuh dalam lingkungan atau daerah rawa, seperti misalnya kolam
dangkal, payau, dan pinggiran sungai. Tetapi beberapa bertahan tumbuh di
tanah padang rumput yang kering, di sisi jalan, dan bahkan di bekas-bekas
jalan kereta api (Tjitrosomo, 2010).

5. Siklus Hidup Spenopsida


Tumbuhan paku atau Pteridophyta bereproduksi secara aseksual
(vegetatif) maupun seksual (generatif). Reproduksi secara aseksual terjadi
dengan pembentukan spora melalui pembelahan meiosis sel induk spora
yang terdapat di dalam sporangium (kotak spora). Spora akan tumbuh
menjadi gametofit. Selain melalui pembentukan spora, reproduksi secara
aseksual juga dapat dilakukan dengan rizom. Rizom akan tumbuh menjalar
dan membentuk tunas-tunas tumbuhan paku yang berkoloni

14 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
(bergerombol). Reproduksi seksual terjadi melalui fertilisasi ovum oleh
spermatozoid berflagel yang menghasilkan zigot. Zigot tersebut akan
tumbuh menjadi sporofit.
Dalam siklus hidupnya, tumbuhan paku mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis) antara generasi gametofit yang berkromosom
haploid (n) dan generasi sporofit yang berkromosom diploid (2n). Pada
tahap sporofit, tunas fertile yang di dalamnya terdapat strobilus dan di
dalam strobilus terdapat kantung-kantung sporangiospore yang nantinya
akan mengeluarkan spora dari sporangium. Selanjutnya, terjadi tahap
meiosis untuk memproduksi spora dan berkembang menjadi rhizoid. Pada
rhizoid akan menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan
dihasilkan oleh antheridium, sedangkan gamet betina dihasilkan oleh
arkegonium. Pada tempat yang cocok keduanya akan bersatu (fertilisasi)
dan tumbuh menjadi zigot yang merupakan gametofit dan berkembang
menjadi tunas yang vegetative. Gambar dari siklus hidup Spenopsida ialah
sebagai berikut:

6. Peranan Spenopsida dalam Kehidupan Manusia

15 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
Adapun peranan Spenopsida dalam kehidupan manusia,
diantaranya:

a. Di Indonesia, rumput betung digunakan sebagai sikat untuk mencuci


dan campuran obat.

b. Equisetum hyemale atau paku ekor kuda kaku, telah diimpor ke


Indonesia pula sebagai tanaman hias.

c. Fungsi jenis paku ekor kuda pada lanskap adalah untuk memberikan
kesan eksotik atau nuansa lahan kering digunakan sebagai peluruh air
seni dan obat diare (antidieuretik).

d. Bahan penggosok atau ampelas , misalnya Equisetum sp karena


berstruktur kasar dan mengandung silikon dioksida.

e. E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya


yang sangat dalam dan menyebar luas di tanah (Sembiring, 2005).

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Psilopsida berasal dari bahasa Yunani, yaitu psilos yang berarti telanjang
(telanjangnya psilopsida ini adalah tumbuhan yang tidak memiliki akar dan
daun sejati, jika memiliki daun ukurannya kecil dan menyerupai sisik,
sedangkan akar psilopsida ini menggunakan rizoid yang fungsinya sama
dengan akar). Paku purba yang memiliki daun, daunnya akan berukuran kecil
dan bentuknya menyerupai sisik. Sedangkan batangnya beruas dan berbuku
nyata. Anatomi daun memperlihatkan adanya jaringan klorenkim dan
epidermis. Batang bercabang-cabang dikotomus, berklorofil, dan sudah
memiliki sistem vaskuler (yaitu pembuluh yang terdiri dari xilem dan floem )
untuk mengangkut air serta garam mineral. Sporangium menghasilkan satu

16 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
jenis spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, disebut homospora.
Psilopsida terdiri atas 2 ordo, yaitu ordo Psilophytales dan ordo psilotales.
Ordo Psilophytales memiliki 3 suku, diantaranya suku Rhyniaseae, suku
Asteroxylaceae, dan suku Pseudosporochnaceae. Habitat paku purba hidup di
daerah tropis dan subtropics. Peranan dari paku purba ini ialah fosil tumbuhan
paku purba dapat membentuk batu bara yang dapat digunakan untuk bahan
bakar.
2. Kata Equisetum dalam bahasa Latin berasal dari kata equus yang berarti kuda
dan saeta yang berarti rambut tebal. Sehingga, tumbuhan yang termasuk genus
ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya tumbuh di
lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau
daerah rawa. Batang tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di
tengahnya, berperan sebagai organ fotosintetik menggantikan daun.
Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya
menyerupai sisik yang duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada
struktur berbentuk gada yang disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak
pada ujung batang (apical). Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui
gamet jantan dan betina. Sehingga paku ekor kuda termasuk paku peralihan.
Pada kelas Spenopsida terbagi atas 3 ordo, yaitu Equisetales, Sphenophyllales,
dan Protoarticulatales.Umumnya sphenopsida tumbuh dalam lingkungan atau
daerah rawa, seperti misalnya kolam dangkal, payau, dan pinggiran sungai.
Tetapi beberapa bertahan tumbuh di tanah padang rumput yang kering, di sisi
jalan, dan bahkan di bekas-bekas jalan kereta api. Peranan Spenopsida,
diantaranya rumput betung digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan
campuran obat, Equisetum hyemale sebagai tanaman hias, paku ekor kuda
pada lanskap adalah untuk memberikan kesan eksotik atau nuansa lahan
kering digunakan sebagai peluruh air seni dan obat diare (antidieuretik),
sebagai bahan penggosok atau ampelas , misalnya Equisetum sp karena
berstruktur kasar dan mengandung silikon dioksida, dan E.arvense dapat
tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan
menyebar luas di tanah.

17 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi. 1992. Botani Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Santoso, imam. 2007. Biologi. Bekasi: Interplus.

Sembiring. L dkk, 2005. Biologi jilid 1, Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.

Syarief. 2009. Botani Tumbuhan Renda. Jakarta: PPATK.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi, dkk. 2010. Botani Umum 3. Bandung: Angkasa.

Anonim. 2013. Klasifikasi Tumbuhan Paku:


http://www.psychologymania.net/2013/05/klasifikasi-tumbuhan-paku-
beradasarkan.html (diakses pada tanggal 1 November 2015 pukul 13.00).

Anonim. 2014. Pteridophyta: http://slideplayer.info/slide/4878444/ (diakses pada


tanggal 14/10/2015 pukul 23:15 wib).

18 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a
Anonim. 2015. Ciri-ciri Klasifikasi Tumbuhan Paku Pteridophyta:
http://www.artikelsiana.com/2015/02/ciri-ciri-klasifikasi-tumbuhan-paku-
pteridophyta.html (diakses pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 23.00).

Ardian, Rahmawan. 2010. Kelas psilophytinae paku purba:


http://yahooiklan.blogspot.com/2010/04/kelas-psilophytinae-paku-
purba.html (diakses tanggal 27 September 2015 pukul 15.00).

Permata, Nuri. 2015. Reproduksi Pteridophyta Tumbuhan Paku:


http://www.sridianti.com/reproduksi-pteridophyta-tumbuhan-paku.html
(diakses pada tanggal 12 November 2015)

19 | P s i l o p s i d a d a n S p e n o p s i d a

Anda mungkin juga menyukai