Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan
perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua
fase perkembangan manusia tersebut, salah satu yang paling penting dan
paling menjadi pusat perhatian adalah masa remaja. Remaja adalah periode
transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Batasan usianya tidak ditentukan
dengan jelas, sehingga banyak ahli yang berbeda dalam penentuan rentang
usianya. Namun, secara umum dapat dikatakan bahwa masa remaja berawal
dari usia 12 sampai dengan akhir usia belasan ketika pertumbuhan fisik
hampir lengkap. Salah satu pakar psikologi perkembangan Elizabeth B.
Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja ini dimulai pada saat anak
mulai matang secara seksual dan berakhir pada saat ia mencapai usia dewasa
secara hukum.
Masa remaja terbagi menjadi dua yaitu masa remaja awal dan masa remaja
akhir. Masa remaja awal dimulai pada saat anak-anak mulai matang secara
seksual yaitu pada usia 13 sampai dengan 17 tahun. Sedangkan, masa remaja
akhir meliputi periode setelahnya sampai dengan 18 tahun, yaitu di mana
seseorang dinyatakan dewasa secara hukum.
Perkembangan yang terjadi pada masa remaja terjadi secara pesat, baik
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, maupun perkembangan
psikososial. Dalam dalam ini kami memutuskan SMAN 1 Ciawigebang
sebagai sampel observasi, karena masa remaja merupakan segmen kehidupan
yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.

B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, diantaranya
ialah:
1. Apa pengertian masa remaja?
2. Apa ciri-ciri masa remaja?
3. Bagaimana perkembangan fisik yang terjadi pada siswa siswi yang ada di
SMAN 1 Ciawigebang?

1
4. Bagaimana perkembangan kognitif yang terjadi pada siswa siswi yang ada
di SMAN 1 Ciawigebang?
5. Bagaimana perkembangan psikososial yang terjadi pada siswa siswi yang
ada di SMAN 1 Ciawigebang?

C. Tujuan Observasi
Adapun tujuan observasi ini adalah agar kita dapat mengetahui atau
mendeskripsikan:
1. Pengertian masa remaja.
2. Ciri-ciri masa remaja.
3. Perkembangan fisik yang terjadi pada siswa siswi yang ada di SMAN 1
Ciawigebang.
4. Perkembangan kognitif yang terjadi pada siswa siswi yang ada di SMAN 1
Ciawigebang.
5. Perkembangan psikososial yang terjadi pada siswa siswi yang ada di
SMAN 1 Ciawigebang.

D. Metode Observasi
Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan
pendekatan deduktif dan induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu
perangkat teori, gagasan para ahli maupun pemahaman peneliti berdasarkan
pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan yang
diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan
data empiris di lapangan maupun peninjauan jurnal atau karya ilmiah yang
sudah dipatenkan.
Selain itu, kami juga mengunakan metode wawancara dan penyebaran
angket. Metode wawancara yaitu metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian kualitatif. Di samping itu, kami juga
menggunakan metode dokumentasi berupa foto.

E. Lokasi Observasi
Observasi dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2015 di SMAN 1
CIAWIGEBANG, tepatnya di kelas XI IPS 2. Lokasinya terletak di Desa
Ciawigebang Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Masa Remaja
Remaja berasal dari bahasa Latin adolescence (kata bendanya,adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh” menjadi dewasa”.
Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja sebenarnya tidak
mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak, dewasa,
atau tua. Menurut Hurlock (1980) remaja adalah mereka yang berada pada
usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-
21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada
pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para
ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya
masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah
remaja yang diperpanjang dan remaja yang diperperndek. Remaja adalah masa
yang penuh dengan permasalahan. Pernyataan ini dikemukakan oleh Stanley

3
Hall pada awal abad ke-20. Pada saat itu, Stanley Hall menyatakan bahwa
masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress).
Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat-sifat
kekanak-kanakannya dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-
sikap baru untuk menggantikan dan meninggalkan pola-pola perilaku
sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, sering kali seseorang merasa
bingung dan tidak jelas mengenai peran yang dituntut oleh lingkungan.
Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka
akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun jika individu
berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku
terlalu dewasa untuk usianya.

B. Ciri-Ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut di antaranya:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Perkembangan pada masa remaja dapat berakibat langsung
maupun jangka panjang. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama
penting. Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam
belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang
menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik yang
cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu
menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru .
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Bila anak-anak beralih dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus meninggalkan segala
sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan mempelajari pola perilaku
dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah
ditinggalkan.

4
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Apabila perubahan fisik menurun maka perubahan
sikap dan perilaku juga menurun.
Ada empat perubahan yang sama yang hampir bersifat universal,
yaitu:
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis.
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
sosial untuk dipesankan, menimbulkan masalah baru.
c. Berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan .
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,seperti
sebelumnya. Tetapi status remaja yang mendua dalam kebudayaan
Amerika saat ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan “krisis
identitas” atau masalah identitas-ego pada remaja .
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai
individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk mobil,
pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan
cara ini,remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang
sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan
identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

5
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggug
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal .
Stereotip populer juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja
terhadap dirinya sendiri. Dalam membahas masalah stereotip budaya
remaja, Anthony menjelaskan, “Stereotip juga berfungsi sebagai cermin
yang ditegakkan masyarakat bagi remaja yang menggambarkan citra diri
remaja sendiri yang lambat laun dianggap sebagai gambaran yang asli
dan remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran ini”.
Menerima stereotip ini dan adanya keyakinan bahwa orang dewasa
mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja,membuat peralihan ke
masa dewasa menjadi sulit. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan
dengan orang tua dan antara orang tua dan anak terjadi jarak yang
menghalangi anak untuk meminta bantuan orang tua untuk mengatasi
berbagai masalahnya .
7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna
merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana
adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak
hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya,
menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa
remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya
atau kalau ia tidak berhasil mancapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial,
dan dengan meningkatnya kemampuan untuk berpikir rasional, remaja
yang lebih besar memandang diri sendir, keluarga, teman-teman dan
kehidupan pada umumnya secara lebih realistik. Dengan demikian,
remaja tidak terlampau banyak mengalami kekecewaan seperti ketika
masih lebih muda. Ini adalah salah satu kondisi yang menimbulkan
kebahagiaan yang lebih besar pada remaja yang lebih besar.
Menjelang berakhirnya masa remaja, pada umumnya baik anak
laki-laki maupun perempuan sering terganggu oleh idealisme yang
berlebihan bahwa mereka segera harus melepaskan kehidupan mereka
yang bebas bila telah mencapai status orang dewasa. Bila telah mencapai

6
usia dewasa ia merasa bahwa periode remaja lebih bahagia dari pada
periode masa dewasa, bersama dengan tuntutan dan tanggung jawabnya,
terdapat kecenderungan untuk mengagungkan masa remaja dan
kecenderungan untuk merasa bahwa masa bebas yang penuh bahagia
telah hilang selamanya.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan
untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.
Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternya belumlah cukup.
Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum minuman
keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberina citra yang
mereka inginkan (Hurlock, 1980).

C. Aspek-aspek Perkembangan Remaja


1. Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas adalah
perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk
tubuh orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas
reproduktif. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan
ciri-ciri khusus, di antaranya:
a. Hormon – Hormon Seksual
Dalam perkembangan hormon – hormon seksual remaja, ditandai
dengan ciri-ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan sekunder.
1) Ciri-ciri seks primer
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya
pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian
tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada
usia 20 tahun. Lalu penis luai bertambah panjang, pembuluh mani
dan kelenjar prostate semakin membesar. Matangnya organ-organ
seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15 tahun)
mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan orga-
organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan
ovarium secara cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama

7
kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi pertama). Menstruasi
awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit punggung dan
kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah
tersinggung (Ali, 2005).
2) Ciri-ciri seks sekunder
Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu
kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara,
tumbuh kumis dan tumbuh gondok laki atau jakun. Sedangakan
pada wanita ditandai dengan tumbuh rambut pubik/ bulu kapok
disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada dan
bertambah besarnya pinggul.
b. Pubertas
1) Perubahan eksternal

Perempuan Laki-laki
Usia 17 dan 18 tahun Rata-rata anak
mencapai tinggi yang laki-laki
Tinggi
matang. setahun
sesudahnya.
Berat Peruahan berat badan mengikuti jadwal yang
sama dengan perubahan tinggi
proporsi tubuh Berbagai anggota tubuh lambat laun
mencapai perbandingan tubuh yang baik.
2) Perubahan internal
a) Sistem pencernaan perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi
terlampau berbentuk pipa, usus bertambah besar, hati bertambah
berat dan kerongkongan bertambah panjang.
b) Sistem peredaran darah jantung tumbuh pesat selama masa
remaja, pada usia 17-18 tahun beratnya 12 kali berat pada waktu
lahir.
c) Sistem pernapasan kapasitas paru-paru remaja perempuan
hamper matang pada usia 17 tahun, remaja laki-laki mencapai
tingkat kematnagn beberapa tahun kemudian .
d) Jaringan tubuh perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada
usia 18 tahun Jaringan. Selain tulang terus berkembang sampai

8
tulang mencapai umuran matang, khususnya bagi perkembangan
jaringan otot.

2. Perkembangan Psikis
a. Aspek intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula
pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas
fisik yang konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-
aspek yang hipotesis dan abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini
tersusun tidak lagi dilihat sebagai satu-satunya alternatif yang
mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang tua, status
remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang
diberlakukan padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang
mungkin berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini
memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak, hipotesis
dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan peluang pada
individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala
hal (Daulay, 2010).
b. Aspek sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja
sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri sendiri,
berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan
lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang
kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang
unik. Baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau
perasaan sehingga mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih
akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat baik
melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan
sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial
remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang

9
dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat beribadah, berbudi
pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja yang
terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya,
seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja
diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti
kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,
situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Berikut ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
1) Lingkungan keluarga
a. Menjalin hubungan yang baik dengan orang tua dan
saudaranya
b. Menerima otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
c. Menerima tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
d. Berusaha membantu anggaran kalau sebagai individu atau
kelompok
2) Lingkungan sekolah
a. Bersikap respek dan mentaati peraturan
b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
c. Menjalin persahabatan dengan teman sebaya
d. Hormat kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
e. Berprestasi di sekolah
3) Lingkungan masyarakat
a. Respek terhadap hak-hak orang lain
b. Menjalin dan memelihara hubungan dengan teman sebaya
atau orang lain
c. Bersikap simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan
orang lain
d. Respek terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan
masyarakat.
c. Aspek emosi (afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada
masa remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun)
pada masa remaja awal ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan
dalam hidupnya, diselingi rasa bingung menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah
rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan
berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan
kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa

10
remaja akhir (18– 21 tahun). Pada masa remaja tengah anak
terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka pada
masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif
mapan. Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit
bagi remaja (Ali, 2005).
Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-
emosional lingkungannya, terutama lingkungan-lingkungan
keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif
maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang
baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang
menolong orang lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah)
mengendalikan emosi (tidak mudah tersinggung, tidak agresif,
optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi secara wajar). Tapi
sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih sayang
dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung
mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional,
sehingga remaja bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala,
bertengkar, berkelahi, senang mengganggu) dan melarikan diri dari
kenyataan (melamun, pendiam, senang menyendiri, meminum
miras dan narkoba).
d. Aspek bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan
penguasaan alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan,
maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja
adalah bahasa yang telah berkembang, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya
sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa
remaja. Pola bahasa remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan
yang berkembang di dalam kelompok sebaya.
Pada umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada
bahasa asing tertentu, menggemari literatur yang mengandung
nilai-nilai filosofis, etnis dan religius. Penggunaan bahasa oleh
remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih banyak.

11
Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan
mampu diajak berdialog seperti ilmuwan.(Ali. 2005)
e. Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg
menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan
tahap orientasi terhadap perjanjian antara remaja dengan
lingkungan sosial. Ada hubungan timbal balik antara dirinya
dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini remaja
lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan
kesopanan dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus
sesuai dengan tuntutan norma-norma sosial. Selain itu peranan
orang tua sangat penting. Dalam membantu moral remaja, orang
tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka
serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.
f. Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin
matang, kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk
dapat mentransformasikan keyakinan (Daulay, 2010).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi

ASPEK JUMLAH SISWA


PERTANYAAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PERKEMBANGAN YA TIDAK YA TIDAK
1. Apa 15 - 25 -
FISIK
kah anda
mengalami
perubahan
fisik?

12
2. Apakah
anda sudah
mengalami
mimpi basa
(bagi laki- 15 - 25 -
laki) dan
menstruasi
(bagi
perempuan)?
3. Apakah
anda
memiliki
10 5 10 15
tinggi badan
lebih dari
160 cm?
4. Apakah
anda
memiliki
13 2 13 12
berat badan
lebih dari 40
Kg?
1. Apakah anda
KOGNITIF
merasa 8 4 22 3
percaya diri?
2. Apakah anda
mampu
berbicara di 14 1 20 5
depan
umum?
3. Apakah anda 5 10 15 10
belajar dua
jam dalam
sehari?

13
4. Apakah anda
mengikuti
bimbingan 3 12 8 17
belajar di
rumah?
5. Apakah anda
mempunyai 15 - 25 -
cita-cita?
6. Apakah anda
mendapat
8 7 14 11
peringkat di
kelas?
1. Ketika ada
PSIKOSOSIAL
hal yang
mengganggu
emosi anda, 9 6 16 9
apakah anda
meluapkanny
a?
2. Apakah anda
pernah 6 10 - 25
merokok?
3. Apakah anda
merasa orang
tua anda 15 - 25 -
menyayangi
anda?
4. Apakah anda
termasuk
11 5 10 16
orang yang
fashionable?
5. Apakah anda 14 1 21 4
pernah
berpacaran?

14
6. Apakah anda
sering
mencurahkan
perasaan 8 7 24 1
anda kepada
teman-teman
anda?

Catatan: Observasi dilakukan dengan jumlah objek sebanyak 40 orang siswa,


yaitu 15 orang siswa laki-laki dan 25 orang siswa perempuan.

B. Pembahasan
Menurut Reni Akbar Hawadi (dalam Desmita, 2008), perkembangan
adalah keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan
tampil dalam kualitas kemampuan, sifat, dan ciri-ciri yang baru. menurut F. J.
Monks, dkk (2001), perkembangan merupakan suatu proses menuju ke arah
yang lebih sempurna dan tidak dapat di ulang kembali. Dari pengertian yang
diungkapkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah
serangkaian perubahan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke
tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar.
Perkembangan ini terjadi sejak adanya proses pembuahan dan akan terus
berlanjut hingga manusia mengakhiri hayatnya.
Perkembangan terjadi sangat pesat pada masa remaja. Istilah remaja
berasal dari bahasa Latin adolescence (kata bendanya, adolescentia yang
berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh” menjadi dewasa”
(Hurlock, 1992). Istilah ini telah digunakan secara luas untuk menunjukkan
suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif
dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya bibedakan
atas tiga, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja pertengahan (15-
18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun) (Desmita, 2008).
Pada masa remaja, perkembangan yang paling terlihat jelas adalah
perkembangan fisik. Pada masa ini, seseorang akan mengalami pertambahan

15
tinggi badan yang diikuti dengan penyesuaian berat badan. Selanjutnya,
lambat laun anggota tubuh akan mencapai perbandingan yang baik. Pada
perempuan, pertambahan tinggi badan akan maksimal pada usia 17-18 tahun.
Sedangkan, pada laki-laki biasanya satu tahun sesudahnya. Adapun faktor
penyebab laki-laki lebih tinggi daripada perempuan adalah karena laki-laki
memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan
anak-anak perempuan. Artinya, laki-laki mengalami penambahan tinggi
selama 2 tahun pada masa anak-anak.
Selain itu, perkembangan fisik juga ditandai dengan adanya
perkembangan seksualitas. Ciri-ciri perkembangan seksualitas dibagi menjadi
dua, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Dari data observasi
menunjukkan bahwa para siswa telah mengalami perkembangan seksualitas
berupa menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki, yang
merupakan ciri-ciri dari seks primer. Artinya, organ reproduksinya telah
mengalami pematangan dan siap untuk melakukan pembuahan. Terdapat
perbedaan pada ciri-ciri seks primer antara perempuan dan laki-laki. Pada laki-
laki, ciri-ciri seks primer ditunjukkan dengan pertumbuhan yang cepat dari
batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum), yang mulai terjadi
pada usia 12 tahun. Perubahan-perubahan yang terjadi sangat dipengaruhi oleh
hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjar di bawah
kelenjar otak (pituitary gland). Hormon ini akan merangsang testis, sehingga
testis menghasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa
(Sarwono, 1994). Sperma yang dihasilkan testis selama masa remaja ini,
memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Oleh
karena itu, remaja laki-laki sekitar usia 12 tahun akan mengalami mimpi
basah. Sedangkan pada perempuan, perubahan ciri-ciri seks primer ditandai
dengan periode menstruasi. Periode ini menandakan bahwa organ reproduksi
perempuan telah matang dan memungkinkan mereka untuk mengandung serta
melahirkan anak. Menstruasi pada perempuan dipengaruhi oleh perkembangan
indung telur (ovarium), yang berfungsi untuk memproduksi sel-sel telur dan
hormon-hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesterone bertugas
untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telur sehingga siap untuk dibuahi.

16
Sedangkan, hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (Sarwono, 1992).
Selain perubahan ciri-ciri seks primer, remaja juga mengalami
perkembangan fisik berupa ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder
adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses
reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki
dan perempuan. Tanda-tanda jasmaniah ini merupakan akibat dari
berfungsinya hormon-hormon pada individu. Objek observasi yang
merupakan siswa-siswa SMAN 1 Ciawigebang menunjukkan perbedaan
tanda-tanda jamaniah antara laki-laki dan perempuan. Pada siswa laki-laki,
ciri-ciri seks sekundernya ditandai dengan tumbuhnya kumis dan janggut,
jaku, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu di ketiak, di dada, di
kaki dan lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-oto menjadi kuat.
Sedangkan, pada siswa perempuan ciri-ciri seks sekundernya ditandai dengan
terlihatnya payudara dan pinggul yang membesar, suara menjadi halus,
tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan.
Perkembangan selanjutnya adalah perkembangan kognitif. Masa
remaja merupakan suatu periode dalam kehidupan di mana kepastian untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai
puncaknya. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja proses pertumbuhan
otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses
informasi berkembang dengan cepat. Selain itu, pada masa ini terjadi
reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai
pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas
kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis
atau kemampuan mengambil keputusan.
Dengan pertumbuhan otak yang mencapai kesempurnaan
menyebabkan para remaja memiliki kemampuan yang lebih dari sebelumnya,
sehingga dengan kemampuan yang dimilikinya remaja memiliki rasa percaya
diri yang tinggi dan dapat berbicara di depan umum. Selain itu, pada masa ini
remaja sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu memikirkan semua
kemungkinan yang ada dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Remaja
dapat menyimpulkan permasalahan yang dihadapinya dan mampu

17
memperoleh jalan keluar dari permasalahan tersebut. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perkembangan kognitif remaja mencapai tingkat
tertinggi pada keseimbangan dalam hubungannya dengan lingkungan. Remaja
memasuki dunianya dengan segala macam kemungkinan dan kebebasan untuk
memikirkan diri sendiri.
Pada masa remaja, seseorang akan mulai berorientasi masa depan. Di
mana dia mulai mewujudkan mimpi-mimpinya. Seperti yang dikemukakan
oleh Elizabeth B. Hurlock (1981), remaja mulai memikirkan tentang masa
depan mereka secara sungguh-sungguh. Remaja mulai memberikan perhatian
yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya
sebagai manusia dewasa di masa mendatang. Di antara lapangan kehidupan di
masa depan yang banyak mendapat perhatian remaja adalah lapangan
pendidikan, selain dunia kerja dan hidup berumah tangga.
Perkembangan fisik dan perkembangan kognitif pada remaja akan
berpengaruh terhadap perkembangan psikososial mereka. Perkembangan
psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial atau
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan diri
sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-
lain. Pada perkembangan ini, remaja mengalami perkembangan dalam
pencarian identitas diri. Menurut Erikson, seseorang yang sedang mencari
identitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha
mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik,
yang mempunyai kesadaran akan kesatuan batinnya, sekaligus juga berarti
menjadi seseorang yang diterima dan diakui banyak orang. Dalam proses
pencarian identitas ini, remaja cenderung mengikuti berbagai perkumpulan
atau geng dengan tujuan agar diakui keberadaannya. Selain itu, remaja juga
akan lebih memperhatikan penampilannya daripada sebelumnya. Pada masa
remaja, kesadaran akan identitas akan menjadi lebih kuat, karena itu ia
berusaha mencari identitas dan menfinisikan kembali siapakah ia saat ini dan
akan menjadi siapakah ia di masa yang akan dating. Perkembangan identitas
selama masa remaja sangat penting, karena ia memberikan suatu landasan bagi

18
perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa. Aspek
perkembangan psikososial lainnya adalah perkembangan emosi. Pada masa
remaja, seseorang akan cenderung meluapkan emosinya, baik itu ketika
bahagia, sedih, atau marah. Remaja akan mengalami kestabilan emosi pada
masa remaja akhir, di mana ia telah memiliki pendirian dan sikap yang relatif
mapan. Kestabilan emosi ini dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan
keluarga maupun teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut kondusif maka
akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang baik, seperti
adolesensi emosi dan mengendalikan emosi. Sebaliknya, jika seorang remaja
kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman
sebaya, maka cenderung mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan
emosional, sehingga remaja bisa berealisi agresif dan melarikan diri dari
kenyataan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Remaja berasal dari bahasa Latin adolescence (kata bendanya,adolescentia
yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh” menjadi

19
dewasa”. Istilah ini telah digunakan secara luas untuk menunjukkan suatu
tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang
ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan
kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para
ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya bibedakan atas tiga, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa
remaja pertengahan (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2. Ciri-ciri masa remaja meliputi masa remaja merupakan periode yang
penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai
periode perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah, masa remaja
sebagai masa mencari identitas, masa remaja sebagai usia yang
menimbulkan ketakutan, masa remaja sebagai masa yang tidak realistik,
dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
3. Perkembangan fisik yang terjadi meliputi pertambahan tinggi badan yang
diikuti dengan penyesuaian berat badan. Selanjutnya, lambat laun anggota
tubuh akan mencapai perbandingan yang baik. Selain itu,terjadi perubahan
seksualitas yang memiliki dua ciri-ciri, yaitu perubahan ciri-ciri seks
primer dan perubahan ciri-ciri seks sekunder. Perubahan ciri-ciri seks
primer menunjukkan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan
dengan proses reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan periode
menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Sedangkan,
perubahan ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak
berhubungan langsung dengan proses reproduksi. Pada perempuan
ditandai dengan terlihatnya payudara dan pinggul yang membesar, suara
menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar kemaluan. Sedangkan
pada laki-laki, ciri-ciri seks sekundernya ditandai dengan tumbuhnya
kumis dan janggut, jaku, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu
di ketiak, di dada, di kaki dan lengan, dan di sekitar kemaluan, serta otot-
oto menjadi kuat. Sedangkan, pada siswa perempuan ciri-ciri seks
sekundernya ditandai dengan terlihatnya payudara dan pinggul yang
membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu di ketiak dan di sekitar
kemaluan.

20
4. Perkembangan kognitif berupa proses pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi
berkembang dengan cepat. Sehingga menyebebkan individu memiliki
kemampuan yang dapat mendorong dirinya untuk memiliki rasa percaya
diri yang tinggi. Selain itu, pada masa ini remaja sudah mampu berpikir
secara sistematik, mampu memikirkan semua kemungkinan yang ada
dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Pada masa remaja, seseorang
akan mulai berorientasi masa depan. Di mana dia mulai mewujudkan
mimpi-mimpinya. Seperti yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock ,
remaja mulai memikirkan tentang masa depan mereka secara sungguh-
sungguh.
5. Perkembangan psikososial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu
kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi
kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian
menghadapi orang lain, dan lain-lain. Pada perkembangan ini, remaja
mengalami perkembangan dalam pencarian identitas diri. Di mana remaja
akan berpikir untuk menemukan dirinya sebagai apakah ia di masa yang
akan datang. Selain itu, pada masa remaja, seseorang akan cenderung
meluapkan emosinya, baik itu ketika bahagia, sedih, atau marah. Remaja
akan mengalami kestabilan emosi pada masa remaja akhir, di mana ia telah
memiliki pendirian dan sikap yang relatif mapan. Kestabilan emosi ini
dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun teman
sebaya.

B. Saran
1. Remaja
Kepada para remaja diharapkan dapat menjalankan tugas-tugas
perkembangannya dengan baik tanpa terpengaruh oleh keadaan
lingkungan yang kurang baik. Karena remaja merupaka cikal bakal
pemimpin bangsa yang akan menentukan perkembangan Negara di masa
yang akan datang.
2. Keluarga dan masyarakat

21
Kepada keluarga dan masyarakat diharapkan dapat memberikan
pengaruh yang baik terhadap remaja yang sedang mengalami
perkembangan. Dikarenakan dorongan dari keluarga dan masyarakat akan
berpengaruh terhadap remaja, akan jadi remaja yang baik atau malah
sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2005. Psikologi Remaja. Bandung: Bumi Aksara.

Daulay, Agus Salim.2010. Diktat Psikologi Perkembangan. Padangsidimpuan:


STAIN Padangsidimpaun.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hurlock, B Elizabeth. 1980. Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W.. 2003. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup.


Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1992. Psikologi Lingkungan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

22
_____________________. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai