Anda di halaman 1dari 19

Deuteromycota dan Liken

Mata Kuliah : Botani Cryptogamae

Dosen Pengampu :Novianti Muspiroh, M.P

Di Susun Oleh :

Anggi Prayoga : 1414161004

Anjasiman : 1414161005

Arifah Hawa : 1414161007

Fithri Wakhyuni : 1414161012

Hapi Yanto : 1414161018

Musyaadah : 1414161036

Kelompok 2
KELAS : BIOLOGI-A/III

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas ridho-Nya, kami dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Sholawat serta salam kami limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan umatnya.

Pada makalah ini akan di bahas tentang Deuteromycota dan Liken yang termasuk ke
dalam bagian dari botani cryptogamae. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna.Karena kami masih dalam tahap pembelajaran.Walaupun demikian, kami telah
berusaha semaksimal mungkin.

Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca.Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun pembaca.Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan.Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan
di hati para pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Cirebon, 13 November 2015

Penyusun

i
Daftar isi
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
Daftar isi..........................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
DEUTEROMYCOTA......................................................................................................................3
A. Pengertian Deuteromycota....................................................................................................3
B. Klasifikasi Deuteromycota...................................................................................................4
C. Karakteristik Deuteromycota................................................................................................5
E. Habitat Deuteromycota.........................................................................................................6
F. Peranan Deuteromycota.......................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................8
Liken................................................................................................................................................8
A. Pengertian.............................................................................................................................8
B. Klasifikasi.............................................................................................................................9
C. Morfologi............................................................................................................................10
D. Anatomi..............................................................................................................................12
E. Sistem Reproduksi..............................................................................................................13
F. Penyebaran Liken...............................................................................................................14
BAB IV..........................................................................................................................................16
KESIMPULAN..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Jamur adalah keseluruhan bagian dari fungi: tubuh buah, dan bagian jaring-jaring di
bawah permukaan tanah atau media mycelia yang tersusun dari berkas-berkas
hifa.Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya. Ada jamur yang satu sel, misalnya
khamir, ada pula jamur yang multiseluler membentuk tubuh buah besar yang ukurannya
mencapai satu meter, contohnyojamur kayu.

Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk
jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh
buah.Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa.
Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya
mengandung organel eukariotik.

Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa mempunyai pori
besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang
mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau hifa
senositik.Struktur hifa senositik dihasilkan oleh pembelahan inti sel berkali-kali yang
tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma.Hifa pada jamur yang bersifat parasit
biasanya mengalami modifikasi menjadi haustoria yang merupakan organ penyerap
makanan dari substrat; haustoria dapat menembus jaringan substrat.

Jamur merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga


bersifat heterotrof, tipe sel: sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan
multiseluler.Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa, hifa dapat
membentuk anyaman bercabang-cabang yang disebutmiselium. Reproduksi jamur, ada
yang dengan cara vegetatif ada pula dengan cara generative.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Deuteromycota dan Liken?

2. Bagaimana karakter Deuteromycota dan Liken?

1
3. Bagaimana cara berkembangbiak Deuteromycota dan Liken ?

4. Bagaimana peranan Deuteromycota dan Liken?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Deuteromycota dan Liken

2. Untuk mengetahui karakter Deuteromycota dan Liken

3. Untuk mengetahui cara berkembangbiak Deuteromycota dan Liken

4. Untuk mengetahui peranan Deuteromycota dan Liken

2
BAB II

DEUTEROMYCOTA
A. Pengertian Deuteromycota

Deuteromycota berasal dari 2 kata yaitu deutero yang artinya urutan kedua atau
tidak sempurna, dan mycota yang artinya fungi. Jadi, ia adalah jamur kelas dua atau
jamur yang tidak sempurna. Deuteromycota awalnya adalah suatu kelas dari jamur yang
setara dengan Basidiomycota, Ascomycota, dan sebagainya yang hanya diobservasi dari
morfologi dan fisiologinya saja, namun cara perkembangbiakan secara generatif tidak
atau belum ditemukan atau belum diketahui. Semua jamur yang "tidak jelas" seperti itu
masuk ke Deuteromycota.

Jamur Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan
belum diketahui tahap seksualnya. Tidak ditemukan askus maupun basidium sehingga
tidak termasuk dalam kelas jamur Ascomycota atau Basidiumycota. Oleh karena itu,
jamur Deuteromycota merupakan jamur yang tidak sempurna (jamur imperfeksi).

Divisi ini disebut juga fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Divisi ini
seolah dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk ke dalam divisi
lainnya. Ciri utama dari divisi ini adalah belum diketahuinya reproduksi seksual selama
siklus hidupnya. Jamur Deuteromycota hanya ditemukan di daratan.Sebagian besar
anggota divisi ini kemungkinan berkerabat dengan Ascomycota karena adanya
pembentukan konidia. Sisanya kemungkinan adalah Zygomycota dan Basidiomycota
yang tidak melakukan reproduksi seksual. Jika studi lebih lanjut pada suatu spesies

3
Deuteromycota menunjukan adanya reproduksi seksual, maka spesies itu akan
dikeluarkan dari divisi ini.

B. Klasifikasi Deuteromycota
Dikenal sekitar 15.000 jamur yang semuanya tidak melakukan reproduksi seksual.
Kebanyakan Deuteromycota bersel banyak yang membentuk hifa tak bersekat,
namun beberapa jenis merupakan organisme bersel tunggal yang membentuk
pseudomiselium (miselium semu) pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Pada
jenis-jenis tertentu ditemukan hifanya bersekat dengan sel yang berinti satu,
namun kebanyakan berinti banyak. Deuteromycota berkembangbiak dengan membentuk
spora aseksual melalui fragmentasi dan konidium yang bersel satu atau bersel banyak.
Klasifikasi Deutromycetes sangat rumit. Tidak adanya fase seksual pada fungi ini
menyebabkan timbulnya berbagai kontroversi tentang bagaimana cara
mengklasifikasikannya. Deutromycotayang telah diketahui reproduksi seksualnya
kemudian diklasifikasi ulang. Apabila membentuk askospora, maka dimasukkan kedalam
Ascomycota dan bila membentuk Basidiospora dikelompokkan kedalam Basidiomycota.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi konidia dan konidiomata yang dibentuknya, fungi ini
dikelompokkan kedalam tiga kelas yaitu:
1. Blastomycetes
Thalus blastomycetes mirip khamir dan tidak menghasilkan konidia.
Contohnya Candida sp,Ccryptococus sp dan Torulopsis sp. Anggota pada jamur ini
dapat berparasit pada tubuh manusia, seperti infeksi yang terjadi melalui saluran
pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ vicera tulang dan sistem syaraf
yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetesdermatitidis dan Blastomycetes
brasieliensi.
2. Coelomycetes
Spora atau konidia dibentuk dalam konidiomata dan biasanya berupa aservulus atau
piknidium. Terbagi menjadi dua Ordo, yaitu:
a. Ordo Sphaeropsidales
b. Ordo Melanconiales
c. Hypomycetes

4
Hypomycetes tidak membentuk konidiomata, konidia langsung dibentuk pada cabang
hifa khusus. Terbagi menjadi dua ordo yaitu:
Ordo Moniliales
C. Karakteristik Deuteromycota
Jamur Deuteromycota memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Hifa bersekat.
2. Tubuh berukuran mikroskopis.
3. Bersifat multiseluler.
4. Tidak berklorofil.
5. Eukariotik.
6. Heterotrof.
7. Dinding sel tersusun atas zat kitin.
8. Tergolong kedalam fungi imperfect yang banyak menimbulkan penyakit pada
tanaman budidaya dan manusia.
9. Merupakan fingi yang tidak sempurna karena tidak memiliki askus/ basidium.
10. Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah dan sisa-sisa
makanan.
11. Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
12. Hidup didaratan dan tempat lembab.
13. Morfologi Deuteromycota
D. Sistem Reproduksi

Jamur ini hanya diketahui cara reproduksi aseksualnya saja oleh karena itu sering
disebut fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna. Reproduksi aseksual jamur
deuteromycota yaitu dengan cara pembentukan konidia.

Jamur ini bereproduksi secara aseksual dengan menghasilkan konidia atau


menghasilkan hifa khusus yang disebut konidiofor. Kemungkinan jamur ini merupakan
suatu peralihan jamur yang tergolong Ascomycota ke Basidiomycota tetapi tidak
diketahui hubungannya.
5
Jika suatu jamur deuteromycota ini diketahui cara reproduksi seksualnya maka
dimasukkan ke dalam kelompok jamur yang lain. Contohnya Monilia sitophila, setelah
diketahui reproduksi seksualnya dengan menghasilkan askospora, jamur ini dimasukkan
ke dalam jamur Ascomycota dan diganti namanya menjadi Neurospora crassa (jamur
oncom).

E. Habitat Deuteromycota
Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain
hidup sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan
tanaman hias. Jamur ini juga menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu dematomikosis
(kurap dan panu) dan menimbulkan pelapukan pada kayu.Contoh klasik jamur
Deuteromycota adalah Moniliasitophila , yaitu jamur oncom. Jamur Deuteromycota
umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang. Monilia sitophila
juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung, pada tonggak tonggak
atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.

F. Peranan Deuteromycota
1. Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
2. Epidermophytonmicrosporum, penyebab penyakit kurap.
3. Melazasia fur-fur, penyebab panu.
4. Altenaria sp, hidup pada tanaman kentang.
5. Fusariumsp, hidup pada tanaman tomat.
6. Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala.
7. Sclerothium rolfsie, menyebabkan penyakit busuk pada tanaman.
8. Helminthosporium oryzae, menimbulkan noda berwarna hitam pada daun.
9. Candida albicans, menyebabkan infeksi pada vagina.
10. Chaclosporium sp, parasit pada buah-buahan dan sayuran.

6
BAB III

Liken
A. Pengertian

Lichen (lumut kerak) merupakan organisme majemuk yang merupakan gabungan


antara alga dan cendawan (jamur). Licen adalah simbiosis antar ganggang dengan jamur,
janggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari
Ascomycotina atau Basidiomycotina. Licen tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis
karena mampu hidup di temat-tempat yang ekstrim. Kerja sama ini mengakibatkan
struktur morfologipun berbeda dari komponen simbiotiknya.

Lichen hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga diatas tanah,
terutama di daerah tundara disekitar kutub utar. Di daerah ini areal dengan luas ribuan
km-km tertutup oleh lichens. Baik diatas cadas maupun di dalam batu, tidak terikat
tingginya tempat diatas permukaan air laut. Liken dapat kita temukan dari tepi pantai
samapi diatas gunung-gunung yang tinggi. Tumbuhan ini tergolong dalam tumbuhan
perintis yang ikut berperan dalam pembentukan tanah. Beberapa jenis dapat masuk pada
bagian pinggir batu-batu, oleh karenanya disebut bersifat endolitik.

Lumut kerak sangat peka terhadap kualitas udara. Oleh karena itu, lumut kerak
dapat digunakan sebagai penunjuk adanya polusi udara. Di kota-kota besar atau kawasan
industry tingkat polusi udaranya sangat tinggi. Ditempat-tempat ini sedikit sekali lumut
kerak yang dapat tumbuh. Semakin jauh dari sumber polusi, keragaman lumut kerak
semakin bertambah dan spesies-spesies yang ditemukan akan berubah. Ditempat dengan
mutu udara baik, biasanya tumbuh lumut kerak yang berbentuk mirip pohon. Lumut
7
kerak menyebar sangat luas di muka bumi dan mampu menghuni tempat-tempat ekstrim,
seperti tundra, permukaan batu di pegunungan maupun pantai, atau tumpukan sampah
beracun. Oleh karenanya, lumut kerak dapat digunakan sebagai pengukur tingkat polusi .
Beberapa lumut kerak juga digunakan sebagai pewarna, bahan parfum, serta bahan
pengobatan(Tjitrosoepomo,2009).

Lichens menghasilkan lebih dari 500 senyawa bikomia yang unik untuk dapat
beradaptasi pada habitat yang ekstrim. Senyawa tersebut berguna untuk mengontrol sinar
terik matahari, mengusir/menolak (repellen) herbivore, membunuh mikroba dan
mengurangi kompetisi dengan tumbuhan. Diantaranya berbagai jenis pigmen dan
antibiotik yang juga membuat lichens ini sangat berguna bagi manusia pada masyarakat
tradisional. Tumbuhan ini memiliki warna yang bervariasi seperti putih, hijau keabu-
abuan, kuning, oranye, coklat, merah dan hitam.

Liken tidak memerlukan syarat-syarat hidup yang tinggi, dan tahan kekurangan
air dalam jangka waktu lama. Karena panas yang terik lichens yang hidup pada batu-batu
dapat menjadi kering, tetapi tidak mati dan jika kemudian turun hujan lichens dapat hidup
kembali. Pertumbuhan thalusnya sangat lambat, dalam satu tahun jarang lebih dari 1 cm.
tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan vegetatife bertahun-tahun.

Algae yang ikut menyusun tubuh Liken disebut gonidium, dapat bersel tunggal
atau berkoloni. Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae) antara lain
Chroococcus dan Nostoc, kadang-kadang juga gangga hijau (Chlorophyceae) misalnya
Cystococcus dan Trentepohlia(Kimball,1998).

B. Klasifikasi
Liken memiliki klasifikasi yang bervariasi dan dasar-dasar klasifikasinya secara
umum adalah sebagai berikut:
Berdasarkan komponen cendawan yang menyusunnya
a. Asco
Cendawan penyusunnya tergolong pyrenomycetales, maka tubuh buah yang
dihasilkan berupa peritesium. Contoh : Dermatocarpon dan Verrucaria.
b. Basidio
Berasal dari jamur basidiomycetes dan alga mycophyceae. Basidiomycetes
yaitu dari family : thelephoraceae, dengan tiga genus Cora, Corella, dan

8
Dyctionema.Mycophyceae berupa filamen yaitu Scytonema dan tidak
berbentuk filament yaitu Chrococcus.
c. Lichen Imperfect
Deutromycetes fungi, steril. Contoh : Cystocoleus, Lepraria, Leprocanlon,
Normandia.
Berdasarkan alga yang menyusun thallus
1. Homoimerus
Sel alga dan hifa jamur tersebar merat pada thallus. Komponen alga
mendominasi dengan bentuk seperti gelatin, termasuk dalam Mycophyceae.
Contoh : Ephebe, Collema. Collema coccophorum(contoh homolmerus
2. Heteromerous
Sel alga berbentuk terbatas pada bagian atas thallus dan komponen jamur
menyebabkan terbentuknya thallus, alga tidak berupa gelatin Chlorophyceae.
Contoh : Parmelia.

C. Morfologi
Tubuh lumut kerak dinamakan tallus. Secara vegetatif mempunyai kemiripan
dengan alga dan jamur. Tallus pada lumut kerak berwarna abu-abu atau abu-abu
kehijauan. Beberapa spesies dari lumut kerak ini ada juga yang berwarna kuning, orange,
coklat, atau merah dan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang secara
selluler dinamakan hifa. Hifa adalah organ vegetatif dari thallus atau miselium yang
biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan liken. Berdasarkan bentuknya liken
dibedakan menjadi empat bentuk :

d. Crustose
Liken yang memiliki thallus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan selalu
melekat di permukaan batu, kulit ohon atau di tanah. Jenis ini susah untuk
mencabutnya tanpa merusak substratnya. Contohnya Graphis scipta,
Haematomma puniceum, acarospora atau Pleopsidium.

Liken Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu hanya bagian tubuh
buahnya yang berada di permukaan disebut endolitik dan yang tumbuh terbenam
pada jaringan tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Leprose adalah
liken yang longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis.

e. Foliose

9
Liken foliose memiliki struktur seperti daun yang tersusun oleh lobus-
lobus. Liken ini relatif lebih longgar melekat pada substratnya. Thallusnya datar,
lebar, banyak lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan
atas dan bawah berbeda. Liken ini melekat pada batu, ranting dengan rhizines
yang berfungsi sebagai alat mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia,
Peltigera, dan Parmelia.

f. Fruticose

Thallus pada Frusticose berupa semak dan memiliki banyak cabang


dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung pada batu,
daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas
dan bawah. Contoh : Usnea, Ramalina dan Cladonia.

g. Squamulose

Liken ini memiliki lobus-lobus seperti sisik yang disebut squamulus yang
biasanya berukuran kecil, saling bertindih, dan sering memiliki struktur tubuh
buah yang disebut podetia.

D. Anatomi

Anatomi lumut kerak Struktur morfologi dalam ( anatomi) diwakili oleh jenis
foliose, karena jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati secara jelas
yaitu;

1. Lapisan Luar (korteks)

10
Lapisan ini tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan kuat, menjaga agar
lumut kerak tetap dapat tumbuh. Berupa jalinan yang padat disebut
pseudoparenchyma dari hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang
berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk perlindungan. Daerah alga,
merupakan lapisan biru atau biru hijau yang terletak di bawah korteks atas. Bagian ini
terdiri dari jalinan hifa yang longgar. Diantara hifa-hifa itu terdapat sel-sel hijau, yaitu
Gleocapsa, Nostoc,Rivularia dan Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa
disebut lapisan gonidial sebagai organ reproduksi.

2. Lapisan Gonidium
Merupakan lapisan yang mengandung ganggang yang menghasilkan makanan
dengan dengan berfotosintesis. Terdiri dari lapisan hifa yang berjalinan membentuk
suatu bagian tengah yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke
segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa pada bagian yang lebih
dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu yang tebal pada bagian atas dan tipis pada
bagian ujungnya. Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan
antara dua pembuluh.

3. Lapisan Empulur
Tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat, berfungsi untuk menyimpan
persediaan air dan tempat terjadinya perkembangbiakan. Pada kelompok lumut kerak
berdaun (foliose) dan perdu (fruticose) memiliki korteks bawah yang susunannya
sama dengan korteks atas, tetapi menghasilkan sel-sel tertentu untuk menempel pada
substirat atau dikenal sebagai rizoid.
4. Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat dan membentang secara
vertikalterhadap permukaan thallus atau sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks
bawah ini sering berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis Liken tidak
mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh lembaran tipis yang terdiri
dari hypothallus yang fungsinya sebagai proteksi. Dari potongan melintang Physcia
sp. terlihat lapisan hijau sel-sel alga dan rhizines coklat bercabang pada bagian
bawah. Bagian tengah yang berwarna putih terdiri dari sel-sel jaringan jamur yang
disebut medulla. Struktur pipih pada bagian atas dan kanan disebut apothecia dan

11
lapisancoklat di atasnya disusun oleh asci, yaitu bagian dari ascomycete yang
megandung spora jamur.
E. Sistem Reproduksi

Perkembangbiakan liken atau melalui tiga cara, yaitu :

1. Secara vegetative
a. Fragmentasi

Fragmentasi adalah perkembangbiakan dengan memisahkan bagian


tubuh yang telah tua dari induknya dan kemudian berkembang menjadi
individu baru. Bagian-bagian tubuh yang dipisahkan tersebut dinamakan
fragmen. Pada beberapa fruticose liken, bagian tubuh yang lepas tadi dibawa
oleh angin ke batang kayu dan berkembang tumbuhan liken yang baru.
Reproduksi vegetatif dengan cara ini merupakan cara yang paling produktif
untuk peningkatan jumlah individu.

b. Isidia

Kadang-kadang isidia lepas dari tallus induknya yang masing-masing


mempunyai simbion. Isidium akan tumbuh menjadi individu baru kondisinya
sesuai.

c. Soredia

Soredia adalah kelompok kecil sel-sel ganggang yang sedang


membelah dan diselubungi benang-benang miselium menjadi suatu badan
yang dapat terlepas dari induknya. Dengan robeknya dinding thallus,
soredium tersebar seperti abu yang tertiup angin dan akan tumbuh liken baru.
Liken baru memiliki karakteristik yang sama dengan induknya

2. Secara Aseksual

Metode reproduksi aseksul terjadi dengan pembentukan spora yang


sepenuhnya bergantung kepada pasangan jamurnya. Spora yang aseksual disebut

12
pycnidiospores. Pycnidiospores itu ukurannya kecil, spora yang tidak motil yang
diproduksi dalam jumlah yang besar disebut pygnidia.

Pygnidia ditemukan pada permukaan atas dari thallus yang mempunyai suatu
celah kecil yang terbuka yang disebut Ostiole. Dinding dari pycnidium terdiri dari
hifa yang subur dimana jamur pygnidiospore berada pada ujungnya. Tiap
pycnidiospore menghasilkan satu hifa jamur. Jika bertemu dengan alga yang sesuai
terjadi perkembangan menjadi liken yang baru.

3. Secara Seksual

Perkembangan seksual pada hanya terbatas pada pembiakan jamurnya saja.


Jadi yang mengalami perkembangan secara seksual adalah kelompok jamur yang
membangun tubuh liken.

F. Penyebaran Liken
Penyebaran komponen lichen sangat penting untuk membentuk koloni di tempat
yang baru. Lichen mampu membentuk struktur penyebaran secara aseksual. Talus
berdiferensiasi membentuk somatic diaspora, suatu struktur yang membawa dua anggota
lichen, untuk menyebar di tempat jauh atau dekat.

Struktur yang termasuk diaspora yaitu: isidia (tunggal: isidium), soredia (tunggal:
soredium) dan cephalodia. Meski fungsi utamanya adalah sebagai tempat fiksasi nitrogen,
dalam penelitian hanya chepalodia yang berfungsi sebagai alat penyebaran. Berikut
adalah penjelasan lebih lanjut:

1. Isidia: berbentuk seperti batang, kecil dan mudah patah. Didalamnya terkandung
hifa jamur dan sel alga. Isidia tersebar dengan bantuan angina, hewan dan
percikan air hujan. Struktur isidia agak berat dibandingkan dengan soredia, isidia
berfungsi untuk regenerasi bila talus induknya mati.
2. Soredia: mikroskopis, berbentuk bubuk yang terdiri dari banyak sel alga yang
dibungkus hifa jamur. Soredia disebarkan juga oleh angina, hewan dan perciakan
air hujan. Soredia dihasilkan oleh struktur yang disebut sorelia.
3. Lichen jenis foliosa dan sebagian dari tipe crustosa tidak membentuk diaspora.
Jamurnya membentuk akuspora, konidia dan basidiospora.

13
14
BAB IV

KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Deuteromycota berasal dari 2 kata yaitu deutero yang artinya urutan kedua atau tidak
sempurna, dan mycota yang artinya fungi. Jadi, ia adalah jamur kelas dua atau jamur
yang tidak sempurna.

2. Jamur Deuteromycota adalah jamur yang berkembang biak dengan konidia dan belum
diketahui tahap seksualnya.

3. Divisi ini disebut juga fungi imperfecti atau jamur tidak sempurna.Divisi ini seolah
dibuat untuk mengelompokkan semua jamur yang tidak termasuk ke dalam divisi lainnya.

4. Jamur ini bersifat saprofit di banyak jenis materi organik dan sebagian yang lain hidup
sebagai parasit pada tanaman tingkat tinggi, dan perusak tanaman budidaya dan tanaman
hias.

5. Lichen (lumut kerak) merupakan organisme majemuk yang merupakan gabungan antara
alga dan cendawan (jamur). Licen adalah simbiosis antar ganggang dengan jamur,
janggangnya berasal dari ganggang hijau atau ganggang biru, jamurnya berasal dari
Ascomycotina atau Basidiomycotina.

6. Lichen hidup sebagai epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga diatas tanah, terutama
di daerah tundara disekitar kutub utar. Di daerah ini areal dengan luas ribuan km-km
tertutup oleh lichens.

7. Lumut kerak sangat peka terhadap kualitas udara. Oleh karena itu, lumut kerak dapat
digunakan sebagai penunjuk adanya polusi udara. Di kota-kota besar atau kawasan
industry tingkat polusi udaranya sangat tinggi. Ditempat-tempat ini sedikit sekali lumut
kerak yang dapat tumbuh.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kimball, J.W. 1998. Biologi Jilid 3 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Murni Saptasari. 2002. Jamur. Malang: Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang.

Neil A. Campbell dan Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi 8 jilid kedua. Jakarta: Erlangga

Riza Dwi Kurnia, Avia. 2007. Bakteri Jamur . Malang: Universitas Negeri Malang.

Tjitrisoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press

16

Anda mungkin juga menyukai