Cacing tanah adalah hermafrodit dengan alat kelamin jantan dan betina pada
bagian ventral atau ventro lateral. Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya
klitelium (seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh
sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan. Untuk menghasilkan telur fertil, cacing
harus mencari pasangan dansalng menukar sperma yang akan membuahi sel telur.
Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing lubang kelamin betina. Setelah
pembuahan, sepanjang permukaan klitelium akan mengeluarkan lendir yang akan
mengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju cacing. Pada saat
melewati lubang kelamin betina, telur-telur yang sudh dibuahi akan masuk ke dalam
selubung kokon tersebut. Kokon yang diletakkan pada kondisi lingkungan yang cocok
akan menetas dalam 14-21 hari. Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya lebih dari
10butir. Tergantung spesies, cacing dewasa mampu menghasilkan lebih dari 2 kokon
setiap 5-10 hari. Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun
waktu satu tahun dapat menghasilkan 100.000 cacing (Anonim, 2006).
2. Hirudinaria sp.
Hirudinaria sp hidup parasitis atau bahkan sebagai predator. Mereka hidup di air
tawar yang tenang, dangkal, dan banyak tumbuhannya pada tepi kolam, danau atau
sungai dengan aliran lambat. Dalam keadaan biasa, lintah mencapai panjang 5-8 cm,
pipih dorsoventral, dengan 26 metamer tetapi dari luar nampak tiap metamer itu
mempunyai 2-5 anulasi (cicin yang melingkari tubuh). Pada lintah tidak ada setae dan
parapodia. Pada sebelah anterior terdapat sebuah pengisap oral, dan pada sebelah
posterior ada lagi sebuah. Kedua pengisap itu untuk menepel pada inang sewaktu
mengisap darah. Mulut mempunyai 3 buah rahang dari kitin yang tersusun dalam
segitiga. Tiap rahang tertutup dengan serasi (gigi kecil seperti pada gergaji). Segmen
9-11 berfungsi sebagai klitelum. Lintah itu hermafrodit dengan beberapa pasang
testes dan satu pasang ovarium.
Untuk reproduksi diperlukan fertilisasi silang. Massa sel sperma (spermatofor)
yang telah mengental (aglutinasi) dimasukkan kedalam vagina lintah partnernya
melalui penis. Fertilisasi berlangsung secara internal dan perkembangan terjadi dalam
kokon seperti pada cacing tanah. Tiap telur yang dibuahi menjadi zigot dan tumbuh
menjadi lintah-lintah kecil dalam kokon. Kokon di letakkan dalam alam bebas.
Alasan mengapa Hirudinaria sp. Masuk dalam kelas Hirudinea karena ciri –
cirinya menyerupai kelas Hirudinea antara lain Bentuk tubuhnya pipih dan segmen-
segmennya jelas (tidak tertutup kutikula yang dihasilkan epidermis). Selain itu,
cacing ini tidak mempunyai rambut dan parapodia serta mempunyai dua alat pengisap
pada kedua ujung tubuhnya yang berguna untuk mengisap darah dan melekatkan diri
pada tubuh mangsanya.