Anda di halaman 1dari 11

A.

Gambar dan klasifikasi Adiantum cuneatum (Paku Kelor)


Domain

: Eukaria

Kingdom

: Plantae

Divisio

: Pteridophyta

Classis

: Filicinae

Subclassis

: Filices

Ordo

: Marginales

Familia

: Polypodiaceae

Genus

: Adiantum

Spesies

: Adiantum cuneatum
Sebagai tumbuhan paku-pakuan, paku kelor tidak menghasilkan bunga dalam daur hidupnya.

Perkembangan generatif (seksual) dilakukan dengan spora yeng sorusnya terletak rapi pada permukaan bawah
daun bagian tepi tumbuhan yang sudah dewasa.
Sorus merupakan kumpulan dari sporangium atau kotak spora di permukaan bawah daun. Spora
terlindungi oleh sporangium yang dilindungi oleh indusium.
2
Tangkai entalnya khas, berwarna hitam mengkilap, terkadang bersisik halus ketika dewasa. Daun
tumbuh dari rizoma melipat ke arah dalam sebagai indisium melindungi polen. Akarnya serabut dan tumbuh
dari rizoma. Paku kelor sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus).
Adiantum ceneatum masuk ke dalam genus Adiantum karena memiliki kesamaan ciri dengan genus ini, yaitu :
Sorus terletak rapi pada permukaan bawah daun
Daun bergerigi dan bergelombang
Mempunyai urat daun yang bentuknya tidak teratur
Daun tumbuh dari rizoma
Tangkai ental berwarna hitam mengkilap
Akarnya serabut
Batang hitam, mengkilap, berduri, tegak atau setengah tegak
Adiantum ceneatum masuk ke dalam familia Polypodiaceae karena memiliki kesamaan ciri dengan familia ini,
yaitu :
Sorus terletak pada tepi atau dekat tepi daun
Mempunyai urat daun
Daun sebagai indisium melindungi sorus
Adiantum ceneatum masuk ke dalam ordo Marginales karena memiliki kesamaan ciri dengan ordo ini, yaitu :
Sorus terkumpul pada permukaan bawah daun
Letak sorus rapi pada bagian tepi daun
Adiantum ceneatum masuk ke dalam subclassis Filices karena kesamaan cirinya yaitu:
Mempunyai berkas pengakut
Daunnya tergulung
Sporangium terbentuk dalam jumlah yang besar pada sisi bawah daun
Adiantum ceneatum masuk ke dalam classis Filicinae karena memiliki kesamaan ciri dengan ordo ini, yaitu :
Sorus terletak pada bagian permukaan bawah daun
Memiliki daun yang ukurannya lebih besar
Mempunyai tulang daun

Sporangium tersusun dalam bentuk sorus di permukaan daun

B. Karakteristik Adiantum cuneatum


1. Daun

Daun tumbuhan paku kelor bergerigi dan bergelombang serta mempunyai urat daun yang bentuknya
tidak teratur, daun tumbuh dari rizoma. Tangkai ental daun berwarna hitam mengkilap dan terkadang bersisik
halus ketika dewasa. Daun melipat ke arah dalam sebagai indisium melindungi sorus (kumpulan sporangium).
Sorus merupakan kumpulan dari sporangium atau kotak spora. Kumpulan dari sorus disebut dengan
sori. Sorus dari tumbuhan paku kelor terletak rapi pada permukaan bawah daun bagian tepi tumbuhan yang
sudah dewasa.
2. Akar

4
Paku kelor mempunyai akar serabut bentuknya rimpang tegak, akar sejatinya semakin menaik atau
memanjat. Ujung akar dilindungi kaliptra atau tudung akar. Di belakang kaliptra tumbuh berupa sebuah sel yang
membentuk sel-sel kaliptra ke arah luar, sedangkan severe menuju ke arah dalam, membentuk sel-sel akar.
3. Batang
Batang tumbuhan paku kelor hitam, mengkilat, berduri tegak atau setengah tegak dan dijumpai sisiksisik yang lunak ataupun keras. Batang bercabang dan berupa rimpang. Ujung batang terdapat jaringan
meristematik yang membentuk akar dan batang.

Struktur batang

a.

Epidermis : terdapat jaringan penguat

b. Korteks : banyak mengandung ruang antar sel


c.

Silinder pusat : terdiri atas xilem dan floem yang membentuk berkas pengangkut yang konsentris.

4.

Reproduksi
Spora terbentuk di dalam kotak spora atau sporangium sebagai alat reproduksi dan terkumpul di dalam
sorus. Sorus paku kelor berbentuk bulat dan di lindungi oleh selaput yang disebut indisium dan terletak di tepi
daun terlipat ke bawah dan mempunyai anulus sebagai mekanisme pengeluaran spora. Warna sporangiumnya
yang muda berwarna putih dan yang tua berwarna coklat.

5. Habitat

Habitat tumbuhan paku kelor di atas tanah, sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan
organik (humus).

6. Peranan
Dijadikan sebagai tanaman hias yang bisa di tanam di dalam ruang atau di luar ruang. Tumbuhan ini
sangat suka dengan tanah yang gembur dan kaya akan bahan organik (humus). Pemupukan dengan kadar
nitrogen lebih tinggi di sukainya. Pembentukan spora memerlukan tambahan fosfor dan kalium.
Daun Adiantum cuneatum berkhasiat untuk pelancar air seni dan akarnya berkhasiat sebagai obat
cacing. Daun Adiantum cuneatum mengandung saponin, flavonoida dan tanin, sedangkan akarnya mengandung
saponin.

C. Metagenesis Adiantum ceneatum

Siklus hidup paku kelor dimulai dari tumbuhan yang sudah dewasa yaitu di tandai dengan jatuhnya
spora yang telah matang, atau keluarnya spora dari sporangium. Apabila spora jatuh di tempat yang cocok,
maka spora itu akan tumbuh menjadi suatu badan atau lembaran hijau yang disebut protalium. Protalium
biasanya berklorofil sehingga bisa berasimilasi.
Untuk mengambil makanan dari dalam tanah protalium akan menggunakan rhizoidnya. Dari protalium
akan terbentuk gamet, yakni berupa anteridium yang menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang
menghasilkan sel telur. Selanjutnya dengan media udara yang ada di sekitar protalium, spermatozoid akan
bergerak menuju arkegonium.
Pertemuan dua sel kelamin akan menghasilkan zigot. Kemudian zigot akan terus berkembang membelah diri dan
akhirnya dan akhirnya terbentuk sporofit muda. Sporofit muda inilah yang akan tumbuh terus menjadi
tumbuhan paku
Marsilea crenata
Kingdom
Divisi
Class
Ordo
Famili
Genus
Spesies
Identifikasi :

: Plantae
: Pteridophyta
: Pteridopsida
: Salviniales
: Marsiliaceae
: Marsilea
: Marsilea crenata

Marsilea crenata adalah sekelompok paku air (Salviniales) dari marga Marsilea yang di Indonesia mudah di
temukan di pematang sawah atau tepi saluran irigrasi. Di tempat tempat tersebut Marsilea creanata biasanya
tumuh dengan jenis jenis tumbuhan air lainnya seperti eceng kecil, genjer, rumput air, serta teki alit dll. Jenis
ini jarang membentuk kelompokan. Di tempat tempat yang airnya dalam, tangkai entalnya berukuran jauh
lebih panjang dan jarak antar buku juga lebih panjang jika dibandingkan dengan tumbuhan yang hidup ditempat
dangkal. Helaian daunnya tumbuh mengembang sejajar dengan permukaan air. Pada waktu kuncup daun daun
tersebut saling menutup kearah atas. Secara alami tapak itik tumbuh mulai dari daerah dataran rendah sampai
pada ketinggian sekitar 1.400 m, meskipun pada kepustakaan yang terdahulu dilaporkan hanya tumbuh sampai
ketinggian 900 m di jawa.
Paku ini berimpang panjang. Daunnya terletak di ujung dan terabagi empat sama besar. Daun tersebut tipis
dan lembut dan berwarna hijau gelap. Sporokarpnya bergagang pendek sehingga seperti melekat pada daun.
Yang masih muda berambut dengan garis tengah sampai 45 mm. sporanya dapat di lihat pada tumbuhan yang
sudah mulai mengering.
Bagi yang menyenangi, daun mudanya yang di kukus dapat dimakan dengan sambal. Tetapi bila dilihat dari
segi jumlah per satuan luasnya hanya sedikit saja menghasilkan daun.

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)


Kelas: Equisetopsida
Ordo: Equisetales
Famili: Equisetaceae
Genus: Equisetum
Spesies: Equisetum debile Roxb
Nama umun : Rumput bolon
Nama daerah
Jawa : Lorogan haji, Bibitungan, tata-ropongan (Sunda) Rumput belong, lorogan haji, petungan,
sempol, tepung balung, tikei balung, tropongan (Jawa) Sodlisoan (Madura)
Sumatera : Sendep-sendep (Batak Karo) Rumput betung (Melayu)
2. Habitat
Herba ini tumbuh ditempat terbuka dan berkumpul pada tanah lembah berpasir dan berbatu-batu
yang banyak digenangi air, seperti di sepanjang aliran air di pegunungan, tepi sungai, selokan atau di
rawa-rawa. Paku ekor kuda menyukai tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung,
beberapa bahkan tumbuh di air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan ini).
E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang sangat dalam dan
menyebar luas di tanah. Herbisida pun sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput
betung (E. debile) digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda purba dan kerabatnya
(Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah) mendominasi hutan-hutan di bumi.
Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar, mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil
yang ditemukan pada deposit batu bara. Batu bara dianggap sebagai sisa-sisa serasah dari hutan
purba ini yang telah membatu.
3. Habitus
Tanaman Herba ini tumbuh tegak dan menjulang ke atas ini memiliki ketingggian sekitar 1 m.
Batangnya agak lemas, bergaris-garis, beruas panjang dan berongga dengan diameter 2-10 mm.
Pangkal tanaman kadang merayap dan berujung berjuntai.
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan kecil tumbuhan (sekitar 20 spesies) yang
umumnya herba kecil dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti "kuda" dan
setum yang berarti "rambut tebal" dalam bahasa Latin). Semua anggota paku ekor kuda bersifat
tahunan, terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya (hidup di Amerika
Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (E. giganteum dan E. myriochaetum).
4. Daun
Daun pada semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang
duduk berkarang menutupi ruas. Berwarna hijau, sisiknya majemuk, dan tepi daunnya bergerigi.

5. Batang
Batang Bulat, beralur, berlobang, beruas, tiap ruas mudah dilepas, panjang ruas 1,5-5 cm,
tumbuhan ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai organ
fotosintetik menggantikan daun. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang
utama. Batang ini banyak mengandung silika. Ada kelompok yang batangnya bercabang-cabang
dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang tunggal.

6. Akar
Tumbuhan ini berakar Serabut, dan berwarna coklat.
7. Strobilus
Strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya
E. arvense), batang penyangga strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna
hijau) serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak memiliki
perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus), misalnya E. palustre dan E.
debile. Batang fertil E. arvense dengan strobilus di ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim
salju, sebelum munculnya batang steril yang fotosintetik (lihat gambar di taxobox).

8. Spora
Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada, Spora yang dihasilkan Equisetum debile Roxb
umumnya hanya satu macam (homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh
menjadi protalium jantan. Spora keluar dari sporangium yang tersusun pada strobilus. Sporanya
berbeda dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang disebut elater. Elater
berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran spora.

9. Siklus Hidup
Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina (sel telur
atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Kedua organ penghasil sel kelamin ini terletak di bagian
puncak dari tumbuhan. Anteridium yang masak akan melepas sel-sel sperma. Sel-sel sperma
berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk
membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit yang tidak mandiri karena hidupnya disokong
oleh gametofit. Sporofit ini diploid (x = 2n) dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap
kemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung.
Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui meiosis. Sporogonium masak akan
melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkasberkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru.

10. Khasiat
Herba Equiselum debtle berkhasiat sebagai peluruh air seni dan obat mencret. Untuk peluruh air
seni dipakai 10 gram herba Equisetum debile, dicuci dan direbus dengan 1 gelas air selama 15
menit, hasil rebusan diminum sekaligus.
Penyakit Yang Dapat Diobati antara lain:
a) Radang mata merah (acute conjunctivitis).
b) Radang saluran air mata (ductus lacrimalis).
c) Menghambat pembentukan selaput pada mata (pterygium).
d) Influenza, demam.
e) Diare, radang usus.
f) Hepatitis.
g) Kencing berdarah (hematuria), berak darah, darah haid banyak.
h) Kencing kurang lancar, bengkak (edema).
i) Tulang patah, rematik.
j) Wasir (hemorrhoid).
Pemakaian :
Seluruh tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. Sebelum digunakan, cuci bersih
terlebih dahulu tanaman ini lalu dipotong-potong seperlunya. Jemur untuk disimpan. Untuk diminum:
Sediakan 10-15 g herba kering lalu rebus dan diminum airnya.

Pemakaian luar: Buat herba menjadi parem. Lalu digunakan pada bagian persendian yang
sakit. Dapat juga digosokkan pada anak untuk memperkuat anggota gerak dan obat luka.
Berikut pemanfaatan greges otot untuk mengobati beberapa penyakit :
Hepatitis
Sediakan 30 g herba greges otot lalu rebus, dan diminum airnya sebagai teh.
Acute conjunctivitis, radang mata
Sediakan masing-masing 10 g greges otot, biji boroco (Celosia argentea L.), bunga chrysant
(Chrysanthemum indicum), kulit sejenis jangkrik (Cryptotympana atrata = cicada). Lalu rebus semua
bahan tersebut. Setelah dingin, saring dan diminum.
Rematik
Rebus 15 g herba kering bersama sebutir asam (Tamarindus indica) dan 3 gelas air bersih sampai
tersisa 1 gelas. Setelah dingin, disaring dan kemudian diminum setiap pagi dan sore hari, sampai
sembuh.
11. Kandungan
Herba Equisetum debile mengandung alkaloida, saponin, flavonoida dan polifenol. Dalam greges
otot terkandung senyanya kimia berupa asam kersik, asam oksalat, asam malat, asam akonitat
(equisetic acid), asam tanat, kalium, natrium, thiaminase dan saponin. Sifatnya manis, sedikit pahit
dan netral.
Kingdom : Plantae
Divisi

: Pterydophyta

Class

: Lycopodinae

Ordo

:Lycopodiales
Famili :

Licopodiaceae

Genus :Lycopodium

Batang utama menjalar, bawah tanah, bercabang tidak teratur, bantalan daun sempit
jarang berdiameter 3-4 mm; udara naik ke batang tegak, percabangan dikotomus beberapa kali,
bantalan denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun. Daun sebenarnya, melengkung di
bagian atas, linier-lanceoplate, berkumpul di pucuk berakhir di setae membranosus panjang
canucosus, 4-6 mm panjang, 0.5-1 mm luas, seluruh, sessile; urat nyaris tidak terlihat; tekstur
seperti kulit, hijau atau hijau kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun linier
jarang tampak lurus, menghasilkan beberapa kerucut di setiap pucuk dengan tangkai pendek;
kerucut silinder, tegak, 3-8 cm panjang, 4-5 mm; sporophylls lonjong bulat telur, berkumpul di
pucuk dengan membran setaceous, tepi transparan, membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm
luas( Tagawa & Iwats, 1979:11).

Pergiliran keturunan pada tumbuhan paku terjadi secara bergantian antara generasi sporofit dan generasi
gametofit. Generasi sporofit adalah tumbuhan paku itu sendiri, yaitu tumbuhan paku (sporofit) yang
menghasilkan spora. Tumbuhan paku (sporofit) dapat tumbuh dan bertunas melakukan perkembangbiakan
secara aseksual. Spora yang dikeluarkan dari sporangium dan jatuh di tempat yang sesuai akan berkembang
menjadi protalium. Generasi gametofit adalah Protalium yang akan menghasilkan sel kelamin jantan dan
betina. . Protalium berumur lebih pendek dari pada sporofit. Protalium berbentuk seperti jantung, berwarna
hijau, dan melekat pada subtratnya dengan rizoid.
Untuk lebih jelasnya silahkan lihat bagan dibawah ini.

Protalium akan berkembang menjadi anteridium dan arkegonium. Anteridium menghasilkan sperma, sedangkan
arkegonium menghasilkan ovum. Pembuahan hanya berlangsung jika ada air. Peleburan sperma dan ovum
menghasilkan zigot. Zigot akan tumbuh menjadi tumbuhan paku yang diploid. Tumbuhan paku dewasa akan
menghasilkan spora. Spora akan tumbuh lagi menjadi protalium dan begitu seterusnya hingga berulang siklus
pergiliran keturunan.

Tumbuhan paku epifit yang melindungi akarnya dan perangkap humus berupa daun khusus yang mempunyai
sisik kecil diatasnya, yaitu drynaria. Jenis ini mempunyai dua macam daun, yaitu daun fertil dan daun steril.
Tumbuh panjang seperti daun biasa, dan yang lainnya pendek kaku bentuknya seperti daun oak, berwarna
coklat. Daun yang terakhir ini melindungi akar dan berfungsi untuk menengkap serasah sebagai sumber
makanan dan sebagai material penyerap air bagi akar (Lugrayasa, 2004).
DRYNARIA
(Bory) J.Sm., J. Bot. 4: 60. 1841; Copel., Gen. Fil.: 203, 1947.
Rhizome merambat, bersisik. Daun ini terbagi dua jenis: Daun yang bergerombol (atau Daun bersisik) sessile,
bersih, kecil, biasanya ditempat yang tertutupi rhizome, berwarna coklat tapi menetap, biasanya berhumus;

Daun Daun Pinnatifid untuk pinnate, batangnya tidak jelas kelasnya untuk rhizome tapi smua pinnae dikelas
rachis, didalam daun pinnatifid abscission terpisah didasar dan setiap sisi dari bagian daun, tulang daun
anastomosing ke bentuk drynarioid venation (i.e setiap bagian daun atau pinna sangat berbeda letak tulang
daun utamanya yang mana memiliki koneksi dari persilangan pembulu darah terdekat di sudut kanan ke pusat
tulang daun yang berbentuk inti areoles; dalam inti areoles menjadi arealos yang kecil, biasanya dengan bebas
masuknya tulang daun).
LINDSAEA

Mereka pakis dengan rimpang tebal dan sempit dengan tips tipis. The daun monomorfik atau
dimorfik. Stipe tidak diartikulasikan rimpang. Lembar ini terutama 1-2- menyirip , jarang
sederhana atau tri-menyirip. Dengan indusia pendek dan bundar untuk bulat telur atau
memanjang.

Superregnum: Eukaryota
Regnum: Plantae
Filum: Tracheophyta
Divisio: Pteridophyta
Classis: Psilotopsida
Ordo: Ophioglossales
Familia: ophioglossaceae
Genus: Botrychium
Spesies: Botrychium daucifolium
klasifikasi ilmiah
Kerajaan:

Plantae

Divisi:

Pteridophyta

Kelas:

Pteridopsida

Memesan: Athyriales
Keluarga:

blechnaceae

Marga:

Blechnum

Jenis:

B. patersonii

nama binomial
Blechnum patersonii
Klasifikasi
Kingdom: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom:
Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta
(paku-pakuan)
Kelas: Filicopsida
Sub Kelas:
Polypoditae
Ordo:
Polypodiales
Famili:
Pteridaceae
Genus:
Pteris
Spesi
es: Pteris ensiformis Burm.
Keraj
Plantae
aan:
Divis
Pteridophyta
i:
Kela Pteridopsida

s:
Ordo
Polypodiales
:
Fami
Polypodiaceae
li:
Gen
Drynaria
us:
D. quercifol

Kingdom..
plantae
Divisio
.Pteridophy
ta
Classis.
Filicopsida
Subclassis
Filicidae
Ordo.Polypodial
es
Familia..
Spes Polypodiaceae
ies:

Subfamilia

.Davallioideae
Genus
..Lindsaea
Kingdom: Plantae
Divisi: Pteridophyta
Kelas: Filicopsida
Ordo: Polypodiales
Famili: Polypodiaceae
Genus: Polypodium
Spesies: Polypodium
billardier

Anda mungkin juga menyukai