Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KAJIAN MAKALAH

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLIDA DAN


LIKUIDA

LARUTAN SIRUP

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Farmasi VI B

Muhammad Hamdani NIM. 11194761920255


Muhammad Fahmi Ramadani NIM. 11194761920256
Norhabibah NIM. 11194761920263
Rahmayani NIM. 11194761920268
Yeni Ermila Yanti NIM. 11194761920279

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
A. Teori..........................................................................................................3
B. Analisis Kajian..........................................................................................5
BAB III..................................................................................................................10
KESIMPULAN......................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi
yang dikenal luas oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang
beredar di pasaran dari berbagai macam merk, baik yang generik maupun
yang paten. Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup karena
disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis
dan aroma yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh
berbagai kalangan, terutama anak-anak dan orang yang susah menelan obat
dalam bentuk sediaan oral lainnya.
Larutan atau solutiones adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat
tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair.
Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan larutan
tidak langsung (indirect).
Sirup didefinisikan sebagai sediaan cair yang mengandung sakarosa.
Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64% dan tidak
lebiih dari 66%. Secara umum, sirup dibagi menjadi 2 macam yaitu Non
Medicated Syrup/Flavored Vehicle Syrup (Seperti cherry syrup, cocoa syrup,
orange syrup) dan Medicated Syrup/Sirup Obat (Seperti sirup piperazina
sitrat, sirup isoniazid).
Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih
antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,
sehingga cepat menimbulkan efek. Setiap obat yang dapat larut dalam air dan
stabil dalam larutan berair dapat dibuat menjadi sediaan sirup (Ansel, 1989).
Bentuk sediaan sirup disamping mudah dalam pemakaiannya, sirup juga
mempunyai rasa manis dan harum serta warna yang menarik karena
mengandung bahan pemanis dan bahan pewarna, sehingga diharapkan bentuk
sediaan sirup dapat disukai dan diminati oleh semua kalangan masyarakat.
Keuntungan obat dalam sediaan sirup yaitu merupakan campuran
yang homogen, dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan, obat lebih mudah

1
di absorbsi, mempunyai rasa manis, mudah diberi bau-bauan dan warna
sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak-anak, membantu pasien yang
mendapat kesulitan dalam menelan obat. Kerugian obat dalam sediaan sirup
yaitu ada obat yang tidak stabil dalam larutan, volume bentuk larutan lebih
besar, ada yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam sirup (Ansel, 1989).
B. Tujuan
Mengetahui bagaimana cara untuk memformulasikan sediaan
sirup/larutan dan evaluasi untuk menguji kestabilitasan sediaan sirup

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori
Larutan atau solutiones adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan terjadi jika sebuah bahan padat
tercampur atau terlarut secara kimia maupun fisika ke dalam bahan cair.
Larutan dapat digolongkan menjadi larutan langsung (direct) dan larutan
tidak langsung (indirect). Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
atau lebih zat kimia yang terlarut, missal terdispersi secara molecular dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur (FI IV,
1995). Larutan adalah sediaan cair yang di buat dengan melarutkan satu jenis
obat atau lebih di dalam pelarut, dimaksudkan ke dalam organ tubuh
(Formularium Nasional, 1978).
Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa.
Sirup adalah sediaan cairan kental untuk pemakaian dalam, yang minimal
mengandung 90% sakarosa. Kandungan sakarosa dari sirup umumnya antara
60-65%. Hal itu menentukan daya tahan dari sediaan, atas dasar daya
tahannya maka sediaan berkonsentrasi tinggi dinilai paling baik, meskipun
demikian perlu diperhatikan bahwa dengan meningkatnya kandungan gula
dari sirup menyebabkan kelarutan bahan obat tertentu di dalamnya berkurang.
Sirup merupakan bentuk sediaan cair yang mempunyai nilai lebih
antara lain dapat digunakan oleh hampir semua usia, cepat diabsorpsi,
sehingga cepat menimbulkan efek. Setiap obat yang dapat larut dalam air dan
stabil dalam larutan berair dapat dibuat menjadi sediaan sirup (Ansel, 1989).
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan
atau tanpa bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif sebagai obat (Ansel,
1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dalam kadar tinggi. Menurut Mun’im dan Endang (2012), menyatakan bahwa
sirup mengandung paling sedikit 50% sukrosa dan biasanya 60-65%.
Komponen-komponen sirup terdiri dari beberapa macam komponen
(Katzung, 2012) yaitu :

3
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari
kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan
pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya
sorbitol, sakarin dan sukrosa sdangkan yang berkalori rendah seperti
laktosa.
b. Pengawet antimikroba
Pengawet antimikroba digunakan untuk menjaga kestabilan obat
dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi
oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau
bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa
yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus
mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke
dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian
pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup
dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam
kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan
cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna
biasanya dibuat konsisen dengan rasa. Juga banyak sediaan sirup, terutama
yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus,
pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Sifat-sifat fisika sediaan sirup terdiri dari menurut (Syamsuni, 2009)
adalah sebagai berikut :
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang
berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan
didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara

4
berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar
lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan
tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk
menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan
dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan
perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi.
Suhu dipertahankan dalam batas tidak lebih dari 0,1 C.
b. Uji Mudah Tidaknya Dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas
sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah
menjadikan cairan akan smakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik
ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan.
Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan
sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat
menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan
pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama
penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan
selama waktu tertentu.
Evaluasi sediaan sirup terdiri dari uji stabilitas fisik sirup, kimia
sirup, mikrobiologi, farmakologi, dan toksisitas. Uji fisik sirup meliputi uji
volume sedimentasi, uji viskositas, uji pH, dan uji organoleptis.
B. Analisis Kajian
Judul : FORMULASI DAN UJI STABILITAS
SEDIAAN SIRUP ANTI ALERGI DENGAN
BAHAN AKTIF CHLORPHENIRAMIN
MALEAT (CTM)
Jurnal : Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika
Volume & Halaman : Vol.1 No.1, Page ISSN: 2654-8364
Tahun : Desember 2018
Penulis : Djelang Zainuddin Fickri, S. Farm., M.

5
Farm.Klin., Apt.

Pada penelitian formulasi ini digunakan bahan aktif Chlorpheniramin


(CTM) yang merupakan zat yang berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit
yang mudah larut dalam air, etanol dan kloroform dan stabil pada ph 4-5.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi sirup dari bahan
aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dan untuk mengetahui evaluasi yang
dilakukan pada sediaan sirup chlorpheniraminmaleat.
Formulasi yang digunakan adalah pada penelitian ini adalah :

Alat dan bahan yang digunakan :


Alat antara lain mortir, stamfer, pipet tetes, beaker glass, gelas ukur, kaca
arloji, sendok tanduk, batang pengaduk, indicator pH, cawan, kertas
perkamen, timbangan gram, hot plate, sudip, viscometer kapiler, piknometer.
Bahan antara lain Chlorpheniramine Maleat (CTM), propilen glikol, sukrosa,
asam sitrat, esensial jeruk, sunset yellow, aquadest, natrium sitrat.
Cara Pembuatan sediaan sirup yaitu :
1. Menimbang CTM 48 mg, setelah itu dilarutkan dengan aquadest 20ml
(disisihkan).
2. Sukrosa ditimbang sebanyak 36 gram lalu di larutkan dalam 15 ml air
panas (disisihkan).
3. Timbang propilen glikol sebanyak 18 gram, asam sitrat 1,2 gram , dan
natrium sitrat 1,2 gram.

6
4. Kemudian asam sitrat dan natrium sitrat dilarutkan dalam 10 ml aquadest
(disisihkan).
5. Aduk sukrosa (2) dan propilen glikol sampai homogen.
6. Kemudian CTM dan campuran sukrosa propilen diaduk sampai homogen.
7. Campuran tadi di tambahkan esensial jeruk secukupnya.
8. Larutan yang sudah di tambahkan larutan jeruk di campur dengan
campuran asam sitrat dan natrium sitrat sampai homogen.
9. Kemudian di tambahkan sisa aquadest ad 60 ml.
Evaluasi Sediaan Sirup Chlorpheniramini Maleas
1. Uji Organoleptis
a. Penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap, viskositas , ukuran dan
bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar dan diameter serta
bentuk bahan.
b. Indra peraba yang berkaitan dengan struktur, tekstur dan konsistensi.
Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun, tekstur merupakan
sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau perabaan dengan jari,
dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus.
c. Indra pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator
terjadinya kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang
menandakan produk tersebut telah mengalami kerusakan.
d. Indra pengecap, dalam hal kepekaan rasa, maka rasa manis, asin, asam,
pahit, dan gurih.
2. Penetapan pH
3. Uji Kejernihan, uji di lakukan secara visual dengan mengamati sediaan.
4. Bobot Jenis, gunakan piknometer yang bersih dan kering. Timbang piknometer
kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap sampai
kering dan ditimbang (W2). Buang air suling tersebut, keringkan piknometer
lalu isi dengan cairan yang akan diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama
pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3).
5. Viskositas/ kekentalan

7
Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut.
6. Volume terpindahkan Botol 60 ml yang sebelumnya telah di kalibrasi. Sedian
sirup yang telah jadi kemudiaan dimasukan ke dalam 60 ml sampai batas
kalibrasi. Tuang kembali sirup dalam gelas ukur untuk mengetahui volume
terpindahkannya serta ketepatan dalam melakukan kalibrasi.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan, dengan studi literatur dari
berbagai sumber maka didapatkan formulasi yang tepat untul sediaan CTM sirup.
Sediaan yang didapat berupa CTM sirup dengan kadar 4 mg dalam 5 ml untuk
setiap kemasan ditujukan untuk usia 6-12 tahun, dan berkhasiat untuk meredakan
gejala alergi.
Efektifitas dan stabilitas dari sediaan maka dilakukan beberapa pengujian
dengan hasil sebagai berikut. Uji yang pertama adalah uji organoleptis dengan
menggunakan panca indera penglihatan, penciuman dan perasa meliputi
pemeriksaan warna, bau dan rasa. Spesifikasi yang dikehendaki dalam sediaan
adalah warna kuning, bau jeruk dan rasa manis. Uji ini dilakukan setelah
penyimpanan selama satu minggu, dalam satu minggu setelah diuji tidak dialami
perubahan warna maupun bau serta rasa, semua masih sesuai dengan spesifikasi
awal.
Uji selanjutnya yakni uji pH dengan menggunakan pH meter dan pH
universal setelah satu minggu disimpan dihasilkan pH sirup 4,5 pada pH universal
dan 4,57 pada alat pH meter. Berdasarkan literatur CTM stabil pada pH 4-5 (FI
III. 1979) hal ini menunjukkan hasil sirup CTM sesuai dengan spesifikasi sediaan.
Uji selanjutnya adalah uji bobot jenis dengan menggunakan piknometer
menghasilkan 1.27 g/ml. Diketahui bahwa pada literatur menyebutkan bahwa BJ
Sirup yaitu 1,3 g/ml (FI III, 1979). Berdasarkan hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa BJ sediaan sudah mendekati nilai Bj pada literatur.
Uji selanjutnya adalah uji viskositas dengan menggunakan viskometer
kapiler, menghasilkan nilai viskositas sebesar 1,89 cps sedangkan menurut
Pratama, 2014 menyatakan bahwa sediaan sirup dipasaran memiliki nilai
viskositas 1,811 Cps, hal ini menunjukkan sediaan sudah mencapai nilai

8
viskositas yang sesuai. Uji yang terakhir dilakukan untuk melihat adanya mikroba
berupa jamur melalui penerusan cahaya dengan menggunakan senter,
menghasilkan bahwa sediaan ditumbuhi jamur karena sediaan sedikit keruh
danterdapat fibrin seperti benang halus yang mengindikasikan ada jamur dan
mikroba pada sediaan tersebut, hal ini bisa terjadi dikarenakan zat pengawet yang
digunakan hanya 1 senyawa yaitu Propilen glikol sehingga kurang mampu untuk
menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba, seharusnya dikombinasikan
dengan Metil paraben (Nipagin) karena nipagin berdasarkan (FII III, 1979) dapat
mempertahankan sediaan lebih tahan lama dan tidak ditumbuhi mikroba atau
jamur pada konsentrasi tertentu sesuai kebutuhan.

9
BAB III
KESIMPULAN

Formulasi sediaan sirup anti alergi dengan bahan aktif chlorpheniramin


maleat (ctm) setelah dilakukan evaluasi uji stabilitas sediaan menunjukkan hasil
sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Uji organoleptis sesuai dengan spesifikasi
warna kuning, bau jeruk dan rasa manis. uji pH dihasilkan pH sirup 4,5 pada pH
universal dan 4,57 pada alat pH meter. Uji bobot jenis menghasilkan 1.27 g/ml
mendekati nilai Bj pada literatur. Uji viskositas menghasilkan nilai viskositas
sebesar 1,89 cps menunjukkan sediaan sudah mencapai nilai viskositas yang
sesuai. Hasil yang didapatkan sudah sesuai dengan literatur yang telah disebutkan
diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah. Edisi keempat. Jakarta. UI Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1978. Formularium Nasional Edisi Kedua.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Djelang Zainuddin Fickri. 2018. Formulasi Dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti
Alergi Dengan Bahan Aktif Chlorpheniramin Maleat (CTM). Journal of
Pharmaceutical Care Anwar Medika. Vol.1, ISSN: 2654-8364.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 10. EGC. Jakarta
Mun’im, Abdul dan Endang Hanani. 2012. Fitoterapi Dasar. Dian Rakyat. Jakarta.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai