Disusun Oleh:
Kelompok
Anggota
Korektor
: E.2
: Gita Ayu Pradina
Nahyatu Saufiah
Indah Hairunisa
Rosma Fauziah
Hazrini Tanjung Sari
Bernadi Wicaksono
Wulan Priatiwi
:
K100110101
K100110102
K100110104
K100110105
K100110106
K100110107
K100110108
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas Emulsi
2. Mengetahui pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi
3. Mengetahui sifat alir sediaan plastik
4. Menentukan tipe emulsi
B. TINJAUAN PUSTAKA
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi
atau surfaktan yang cocok. Zat pengemulsi gelatin, gom akasia, tragakan,
sabun, senyawa amonium kwartener, senyawa kolesterol, surfaktan atau
emulgator lain yang cocok. Untuk mempertinggi kestabilan dapat ditambahkan
zat pengental, misalnya tragakan, tilosa, natrium karboksimetilselulosa.
Penyimpanan kecuali dinyatakan lain, simpan dalam wadah tertutup baik,
ditempat sejuk. Penandaan pada etiket harus juga tertera KOCOK DAHULU
(Anonim, 1997)
Emulsi terdiri dari dua fase yang tidak dapat bercampur satu dengan
lainnya, dimana yang satu hidrofil, yang lain menunjukkan karakter lipofil.
Fase hidrofil (lipofob) umumnya adalah air atau suatu cairan yang dapat
bercampur dengan air, sedangkan sebagai fase lipofil (hidrofob) bertindak
suatu minyak mineral atau minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak,
parafin, vaselin, lemak coklat, malam bulu domba) atau juga bahan pelarut
lipofil seperti kloroform, benzen, dan sebagainya. Terdapat kemungkinan fase
hidrofil terdispersi kedalam fase hidrofob, atau hidrofob kedalam fase hidrofil.
Dengan demikian dihasilkan dua sistem emulsi yang berbeda, dinyatakan
sebagai emulsi air dalam minyak (emulsi A/M) atau emulsi minyak dalam air
(emulsi M/A).
Komponen-komponen
yang
terdistribusi
dalam
sebuah emulsi,
dinyatakan sebagai fase terdispersi atau fase dalam atau fase terbuka.
Komponen-komponen yang mengandung cairan terdispersi, dinyatakan sebagai
bahan pendispersi atau fase luar atau fase tertutup.
(Voigt, 1994)
Cara menentukan H.L.B. ideal dan tipe kimia surfaktan
Caranya dapat dilakukan dengan eksperimen yang prosedurnya sederhana.
Ada tiga fase :
Fase I
macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang campuran surfaktan,
dengan klas kimia yang sama, misalnya campuran span 20 dan tween 20.
Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang terbaik diperoleh HLB kira-kira.
Bila semua emulsi baik atau jelek maka percobaan diulang dengan mengurangi
atau menambah emulgator.
Fase II
nilai HLB yang diperoleh dari fase I. Dari kelima eulsi tersebut dipilih emulsi
yang terbaik, maka diperoleh nilai HLB yang ideal.
Fase III: membuat lima macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal (lihat
fase II) dengan menggunakan macam-macam surfaktan atau campuran
surfaktan. Dari emulsi yang paling baik dapat diperoleh campuran surfaktan
mana yang paling ideal.
Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Flokulasi dan Creaming
Creaming merupan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, di
mana masing-masing lapis mengandung fase dispers yang berbeda.
2. Koalesen dan pecahnya Emulsi (cracking atau breaking)
Creaming adalah proses yang bersifat dapat kembali, berbeda dengan proses
cracking (pecahnya emulsi) yang bersifat tidak dapat kembali. Pada creaming,
flokul fase dispers mudah didispersi kembali dan terjadi campuran homogen
Blender
Alat gelas
Viskosimeter elektrik
Mixer
Homogenizer (Mortir)
Batang pengaduk
Tabung reaksi
Mikroskop
Deg glass
Objec glass
Viskometer Stormer
Kompor listrik
B. Bahan :
Oleum arachidis
Tween 80
Span 80
CMC Na 1%
CMC Na 0,5%
Aquadest
Kertas saring
Larutan methilen blue
Kertas skala
Alumunium foil
oleum arachidis
100 g
Tween 80
25 g
Span 80
25 g
Aquadest ad
500 g
Formula I
Formula II
Formula III
Tween 80
75 bagian
50 bagian
25 bagian
Span 80
25 bagian
50 bagian
75 bagian
Pembuatan :
Oleum arachidis + tween + span, dipanaskan 700C
Bagian air dituang ke dalam bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk
Cairan dimasukkan ke dalam blender, diputar 1 menit dimasukkan ke dalam
bekerglas sambil diaduk sampe dingin
oleum arachidis
166,67
CMC-Na
1%
Aquadest ad
1000
Pembuatan :
Dibuat larutan CMC-Na 1% disuspensikan dalam air panas
500 ml
200 ml
2 menit
30 detik
300 ml
penghomogenan sebanyak
3X
Diamati stabilitasnya pada 0, 5, 10, 15, 20, 30, 60 menit, dan pada hari ke 2 dan
ke 3
Dari cairan induk, dibuat larutan CMC-Na 2%, 1,5%, 1%, 0,5%
Beban dilepaskan, dicatat waktu saat jarum lewat angka 0 dan dihentikan saat
jarum lewati angka 100, dihitung harga rpm
Disimpulkan
emulsi tipe O/W dalam waktu singkat membentuk cincin air di sekeliling tetesan.
E. PEMBAHASAN CARA KERJA
Percobaan emulsi bertujuan untuk mengetahui HLB terhadap stabilitas
emulsi. Mengetahui pengeruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi.
Mengetahui sifat alir sediaan plastik dan
merupakan suatu system heterogen yang terdiri atas 2 cairan yang tidak
bercampur, cairan yang satu terdispersi di dalam cairan yang lain dalam bentuk
tetes-tetes kecil yang pada umumnya mempunyai diameter > 0,1 um. Atau secara
secara sederhana dapat di artikan sebagai campuran homogeny dari 2 cairan yang
dalam keadaan normal tidak dapat bercampur( fase air dan fase minyak), dengan
pertolongan suatu bahan penolong yang di sebut emulgator.
Dalam percobaan ini langkah pertama yang dilakukan adalah mengetahui
pengaruh harga hydrophilic and lipholic balance (HLB) terhadap stabilitas emulsi.
Dalam percobaan ini yaitu membandingkan antara fase hidropilik dan fase
lipofilik yaitu tween 80 dan span 80 sebagai surfaktan yang bersifat non-ionik
yang erfungsi sebagai emulgator. Menggunakan surfaktan non-ionik di
maksudkan agar tidak mengalami ionisasi pada saat bercampur dengan air
sehingga di harapkan akan lebih stabil di bandingkan dengan ukuran pemakaian
yang di kehendaki.
Pada percobaan ini di buat 3 formula, di gunakan tween 80 dan span 80 yang
berfungsi sebagai emulsifier. Keduannya merupakan senyawa derivate sorbital,
yang mengandung lemak. Tiap formula di gunakan tween 80 dan span 80 dengan
perbandingan yang berbeda. formula 1 (tween 80 : span 80 = 0,75:0,25), formula
II (tween 80 : span 80= 0,5:0,5), formula III (tween 80:span 80= 0,25:0,75). Jadi
tween 80 dan span 80 yang di gunakan dalam formula 1 adalah sebanyak = 18,75
gram : 6,25 gram, formula II = 12,5 gram : 12,5 gram, formula III= 6,25 gram :
18,75 gram. tween dan span merupakan bahan atau surfaktan ya ng larut dalam
minyak, oleh karena itu bahan bahan langsung di tambahkan oleum aracnidis
sambil di panaskan 700c baru di tambah aquadest yang telah di panaskan dan di
aduk. Hal ini di maksudkan untuk membantu kelarutan agar lebih homogen dan
juga untuk mengencerkan (mencairkan) campuran minyak tersebut agar tidak
kental, sehingga apabila di campur dengan dengan air cepat homogen. Langkah
selanjutnya adalah menuang bagian air (air dengan suhu 700 c) ke dalam minyak
sambil di aduk sampai tercampur dan kemudian di blender selama 1 menit,
dengan tujuan untuk menghomogenkan campuran minyak dan air sehingga dapat
terbentuk emulsi yang stabil. Kemudian di amati pemisahan yang terjadi, dan
harga viskositas emulsi dengan viscometer elektrik serta masing- masing harga
HLB campuran tween 80 dan span 80 yang di pakai. Kemudian di bandingkan
nilai HLB dengan stabilitas emulsi.
Percobaan selanjutnya adalah mengetahui pengaruh alat terhadap stabilitas
emulsi dan mengetahui sifat alir sediaan plastik. Formula emulsi yang di buat
dalam percobaan ini mengandung oleum arachidis sebagai fase minyak dan
aquadest sebagai fase air. Agar kedua fase ini dapat bercampur di tambahkan
emulgator tipe hidrokoloid yaitu CMC yang di berikan dalam bentuk
garamnya(CMC-Na). di antara zat pengemulsi dan zat penstabil untuk sistem
farmasi adalah bahan-bahan karbohidrat seperti zat-zat yang terjadi secara alami:
akasia (gom),tragakan,agaran pectin. Bahan bahan ini membentuk koloid
hidrofilik bila di tambahkan ke dalam air mrnghasilkan emulsi m/a. CMC-Na
sebagai emulgator hidrokoloid dapat menstabilkan emulsi dengan cara
membentuk lapisan rigid/kaku, bersifat viskoelastik pada permukaan minyakair.
Aksinya sebagai emulgator adalah membentuk film multimolekuler yang kuat dan
mencegah terjadinya koalisen. Selain itu juga menaikkan viskositas media dispers.
( Ansel.H.1989)
Pada pengujian pengaruh alat terhadap stabilitas emulsi, di gunakan alat
mixer, blender dan homogenizer. Tahap pertama adalah pembuatan larutan CMCNa dengan mensuspensikan CMC-Na dalam air panas yang di maksudkan agar
cepat terbentuk koloid, kemudian larutan di aduk
berikutnya
adalah
penentuan
sediaan
plastic
dengan
viskosimeter stormer, yang termasuk dalam viskosimeter cup and bob. Larutan
yang akan ditentukan sifat alirnya adalah larutan CMC-Na 1% dan 0,5%.
Konsentrasi di buat berbeda untuk membandingkan sifat alir yang lebih baik. Cara
kerja nya adalah menempatkan larutan CMC-Na dalam wadah antara mangkok
dan rotor. Kemudian di tambahkam beban awal hingga bob berputar kemudian
di catat waktu yang diperlukan CMC-Na dalam bentuk larutan untuk menempuh
25 putaran. Untuk mendapatkan titik-titik yang bias untuk menggambarkan pola
sifat alir dari larutan CMC-Na ini maka beban yang dapat mentebabkan putaran di
tambah 5 gram, kemudian di lakukan pengurangan.
Kemudian percobaan selanjutnya adalah penetapan jenis emulsi yaitu
dengan metode warna dan prcobaan cincin. Pada metode warna yaitu campurkan
beberapa tetes larutan metilen blue ke dalam sample emulsi. Jika seluruh emulsi
berwarna seragam, maka emulsi bertipe O/W. Dan pada percobaan cincin yaitu
teteskan emulsi pada kertas saring, maka emulsi tipe O/W dalam waktu singkat
membentuk cincin air di sekeliling tetesan.
Harga HLB
12,325
9,65
6,975
Hari
ke
Menit
ke
15
30
60
-
2
3
Formula I
Viskosi Tinggi
tas
Pemisahan
120
0 cm
130
0 cm
140
0 cm
130
0 cm
130
0 cm
Formula II
Viskosi Tinggi
tas
Pemisahan
130
0 cm
125
0 cm
130
0 cm
120
0 cm
120
0 cm
Formula III
Viskosi Tinggi
tas
Pemisahan
100
0 cm
110
0 cm
110
0 cm
100
0 cm
100
0 cm
2
3
Waktu
(menit)
0
15
30
60
-
0,3 cm
2 cm
2 cm
2,25 cm
2,5 cm
3 cm
0,33 cm
1, 33 cm
1,5 cm
1,6 cm
1,7 cm
1,8 cm
Homogenize
r
0,5 cm
1,83 cm
1,9 cm
2 cm
2,5 cm
3,4 cm
Range
diameter
globul
0 10
10 20
20 30
30 40
40 50
Jumlah Globul
Mixer
Hari 1
Hari 3
6
0
13
0
5
20
3
25
1
4
Blender
Hari 1
57
30
16
19
1
Hari 3
0
18
20
13
3
Homogenizer
Hari 1
Hari 3
0
0
29
0
15
0
3
25
1
13
CMC Na 0,5%
Beban
Waktu untuk 25 rpm
(g)
putaran (detik)
30
22 detik
68,18
40
15 detik
100
50
60
70
80
27 detik
21 detik
11 detik
8 detik
55,55
71,43
136,36
187,5
50
60
70
80
10 detik
8 detik
7 detik
6 detik
150
187,5
214,29
250
Emulsi 1
Emulsi 2
Metode cincin
Membentuk cincin (o/w)
Tidak terbentuk cincin (w/o)
Keterangan :
Emulsi 1 = Emulsi dengan emulgator kombinasi Tween 80 Span 80
Emulsi 2 = Emulsi dengan emulgator CMC Na
Perhitungan
1. Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi
Perhitungan harga HLB
Diketahui : Nilai HLB Tween 80 = 15.0
Nilai HLB Span 80 = 4.3
Zat
Tween 80
Span 80
Formula I
75
25
Formula II
50
50
Formula II
Formula III
25
75
Formula III
Tween 80 = 25/100 x 15.0 = 3.75
Span 80
= 25/100 x 25 g = 6.25 g
Formula II
Tween 80 = 50/100 x 25 g = 12.50 g
Span 80
= 50/100 x 25 g = 12.50 g
Formula III
Tween 80 = 25/100 x 25 g = 6.25 g
Span 80
= 75/100 x 25 g = 18.75 g
Ho
Hu
Rumus F =
Hari 1 menit ke 0
Mixer
F =
Ho
Hu =
0,3 cm
0,3 cm
=1
Blender
Ho
F = Hu =
Homogenizer
Ho
F = Hu =
0,33 cm
0,33 cm
=1
0,5 cm
0,5 cm
Hari ke 1 menit ke 15
Mixer
F =
Ho
Hu =
2cm
0,3 cm
= 6,67
Blender
Ho
F = Hu =
Homogenizer
Ho
F = Hu =
1,33 cm
0,33 cm
= 4,03
1,83 cm
0,5 cm
= 3,66
Hari ke 1 menit ke 30
Mixer
F=
Ho
Hu =
2 cm
2 cm
Blender
Ho
= F = Hu =
Homogenizer
Ho
F = Hu =
1,5 cm
1,33 cm
= 1,13
1,9 cm
1,83 cm
= 1,04
Hari ke 1 menit ke 60
Mixer
F
2,25 cm
2 cm
Blender
Ho
Ho
=
F
=
Hu
Hu =
1,6 cm
1,5 cm
Homogenizer
F
= 1,07
2 cm
1,9 cm
= 1,125
Ho
Hu =
= 1,05
Hari ke 2
Mixer
F
Blender
Ho
Ho
Hu = F = Hu =
1,7 cm
1,6 cm
Homogenizer
F
Ho
Hu =
2,5 cm
2,25 cm
= 1,11
2,5 cm
2cm
= 1,06
= 1,25
Hari ke 3
Mixer
F=
= 1,08
Ho
Hu =
2,7 cm
2,5 cm
Blender
Ho
F = Hu =
1,8 cm
1,7 cm
= 1,04
Homogenizer
F
3,4 cm
2,5 cm
Ho
Hu =
= 1,36
Blender
Total partikel = 54
Jumlah ukuran partikel = 1.360 m
Rata-rata partikel = 1.360 m / 54 = 25,18 m
Homogenizer
Total partikel = 38
Jumlah ukuran partikel = 1.460 m
Rata-rata partikel = 1.460 m / 38 = 38,42 m
3. Mengetahui sifat alir sediaan plastis
A. 1 % CMC.Na
Beban 30 gram 66 detik
Rpm = 60 x 25 = 22,73 rpm
66
Beban 40 gram 48 detik
Rpm = 60 x 25 = 31,25 rpm
48
Beban 50 gram 27 detik
Rpm = 60 x 25 = 55,55 rpm
27
Beban 60 gram 21 detik
Rpm = 60 x 25 = 71,43 rpm
21
Beban 70 gram 11 detik
Rpm = 60 x 25 = 136,36 rpm
11
Beban 80 gram 8 detik
Rpm = 60 x 25 = 187,5 rpm
8
B. 0,5 % CMC.Na
Beban 30 gram 22 detik
Rpm = 60 x 25 = 68,18 rpm
22
Beban 40 gram 15 detik
Rpm = 60 x 25 = 100 rpm
15
Beban 50 gram 10 detik
Rpm = 60 x 25 = 150 rpm
10
Beban 60 gram 8 detik
Rpm = 60 x 25 = 187,5 rpm
8
Beban 70 gram 7 detik
Rpm = 60 x 25 = 214,29 rpm
7
Beban 80 gram 6 detik
Rpm = 60 x 25 = 250 rpm
6
aquadest yang telah dipanaskan dan diaduk. Hal ini dimaksudkan untuk
membantu kelarutan agar lebih homogen dan juga untuk mengencerkan
(mencairkan) campuran minyak tersebut agar tidak kental, sehingga apabila
dicampur dengan dengan air cepat homogen.
Dari perbandingan nilai HLB di atas, dapat diketahui bahwa semakin
rendah nilai HLB maka semakin lipofil surfaktan tersebut, sebaliknya bila
harga HLB tinggi, maka surfaktan semakin hidrofil. Pada percobaan stabilitas
emulsi dan penentuan viskositas emulsi formula I, II, dan III menunjukkan
emulsi yang stabil karena tidak terjadi pemisahan dan memiliki nilai viskositas
yang tinggi. Hal ini tidak sesuai teori, seharusnya emulsi yang paling stabil
adalah formula II karena perbandingan Tween 80 dan span 80 sama banyak.
Bila HLB tinggi, maka viskositas akan turun bila HLB rendah, viskositas dan
kestabilan naik. Ketidaksesuaian dengan teori mungkin karena ketiga formula
emulsi homogen/ tercampur baik dengan ukuran partikel yang lebih kecil.
Secara teoritis nilai HLB campuran 3-6 termasuk pengemulsi tipe A/M
sedangkan jika HLB campurannya 8-18 termasuk tipe M/A (Anief,1997).
Penggunaan alat untuk pencampuran emulsi juga mempengaruhi
stabilitas emulsi. Kali ini alat yang digunakan antara lain blender, mixer dan
mortir. Pada penggunaan alat tersebut diharapkan yang paling stabil
emulsinnya adalah emulsi dengan alat blender karena fase minyak terdispersi
dalam fase air sehingga stabilitas yang terbentuk sangat baik. Yang kedua
dengan mixer dan yang terakhir dengan alat homogenizer. Karena pada
homogenizer, fase minyak tidak terdispersi dalam fase air (berada di atas fase
air) sehingga cepat memisah. Adapun homogenizer mempunyai karakteristik
memperkecil ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel homogenitas
larutan juga semakin baik dan stabilitas emulsi mempertahankan kondisi
larutan supaya stabil juga akan semakin tinggi, sehingga emulsi yang diperoleh
tidak mudah memisah. Dari percobaan dapat diketahui bahwa emulsi yang
paling stabil adalah emulsi dengan blender. Ini ditunjukkan dengan paling
sedikit penurunan pemisahan yang terjadi pada emulsi dengan blender, disusul
semakin hidrofil.
Pengaruh penggunaan alat terhadap stabilitas emulsi sesuai dengan
I. DAFTAR PUSTAKA
Anief,Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press :
Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Jakarta.
Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gajah Mada University
Press : Yogyakarta.