Anda di halaman 1dari 3

NAMA:DEWI KUSMIYATI

KELAS: 4A
NPM: 180301007
MK: TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID DAN LIQUID

Menurut International Pharmaceutical Excipient Council, Eksipien merupakan


suatu zat selain bahan obat atau pro-drug yang termasuk pada proses pembuatan atau terdapat
pada sediaan farmasi. US Pharmacopeia- National Formulary (USPNF) mengelompokkan
eksipien berdasarkan fungsi pada saat formulasi, seperti bahan pengikat (binder), bahan
penghancur (disintegrant) dan lain lain (Chaudari, 2012).
Eksipien farmasi adalah suatu komponen dari produk farmasi selain bahan aktif
yang ditambahkan pada saaat formulasi untuk tujuan tertentu. Eksipien dapat dikatakan sebagai
komponen yang sangat diperlukan selain dari bahan aktif obat itu sendiri. Sebagian besar
formulasi obat menggunakan eksipien dengan proporsi yang lebih banyak dibandingkan bahan
aktif obat. Untuk itu, perlu melakukan pemilihan eksipien yang memenuhi sifat ideal (Pawar,
2015)
Eksipien adalah materi yang terdapat dalam, obat namun tidak memiliki zat aktifm.
Fungsinya adalah sebagai pembawa atau pelarut zat aktif sehingga memungkinkan penyampaian
obat. . Eksipien meningkatkan kualitas fisik obat dengan mempengaruhi transport obat dalam
tubuh, mencegah kerusakan sebelum sampai ke sasaran, meningkatkan kelarutan dan
bioavailabilitas, meningkatkan stabilitas obat, menjaga pH dan osmolaritas, menstabilkan emulsi,
mencegah disosiasi zat aktif dan memperbaiki penampilan sediaan. Tahapan awal dalam proses
pembuatan sediaan farmasi yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif, dimana dapat
mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu rancangan bentuk sediaan. Eksipien
adalah zat tambahan yang tidak mempunyai efek farmakologi. Macam-macam fungsi dan contoh
eksipien yaitu penyalut, pelicin, pengisi, penghancur, pewarna, pemanis, pengikat dan pengawet.
Kriteria eksipien yaitu harus netral secara fisiologis, stabil, tidak mempengaruhi bioavailibilitas
obat, sesuai peraturan undang-undang (Ansel,1989).

Syarat-Syarat Suatu Eksipien Farmasi Antara Lain (Pawar, 2015) :


 Stabil secara kimia
 Tidak reaktif
 Penggunaan peralatan rendah dan prosesnya sensitive
 Bersifat inert dalam tubuh
 Tidak toksik
 Karakteristik organoleptik dapat diterima
 Ekonomis
 Efisien dalam hal penggunaan yang diinginkan
Fungsi eksipien semi solid:

a) Pelarut
Berfungsi sebagai pembawa untuk melarutkan suatu jenis obat atau lebih yang kemudian
digunakan sebagai obat dalam, obat luar, maupun untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh
(Depkes RI, 1978).

b) Pengental
Bahan pengental digunakan agar diperoleh struktur yang lebih kental (meningkatkan
viskositas) sehingga diharapkan akan lebih baik daya lekatnya. Bahan-bahan yang umum
ditambahkan sebagai pengental yaitu polimer hidrifilik, baik yang berasal dari alam (natural
polimer) seperti agar, selulosa, tragakan, pektin, natriumalginat; polimer semisintetik seperti
metil selulosa, hidroksi etil selulosa, dan CMC Na; serta polimer sintetik seperti karbopol
(karboper karbosipolimetilen) (Ansel, 2005).

c) Pembawa
1) .Basis hidrokarbon, seperti vaselin putih, vaselin kuning (vaselin flavum), malam putih
(cera album), malam kuning (cera flavum), atau campurannya.
2). Basis absorpsi (basis serap), seperti vaselin putih, campuran 3 bagian kolesterol, 3
bagian steril-alkohol, 8 bagian malam putih, campuran 30 bagian malam kuning dan
70 bagian minyak wijen.
3) .Basis yang dapat dicuci dengan air, misalnya emulsi minyak dalam air (M/A).
4). Basis larut dalam air, misalnya PEG atau campurannya. (Syamsuni, 2006).

d) Pengawet
Berfungsi sebagai sebagai pelindung sediaan semi solid, khususnya yang mengandung
sediaan yang terdiri dari air terhadap serangan mikroba (Syamsuni, 2006).

e) Emulgator
Emulgator adalah suatu bahan yang dalam strukturnya memiliki bagian yang lyofilik
maupun lyofobik, yang mampu mengakomodasi droplet-droplet cairan yang tidak saling campur,
untuk dapat terdispersi dengan stabil. Contoh dari emulgator adalah: Pulvis Gummi Arabicum
(PGA), Tween, dan Span (Lachman, 1994). Emulgator atau surfaktan dapat berfungsi sebagai
penurun tegangan muka, lapisan pelindung antar muka dan membentuk lapisan ganda listrik
(Johanes, 1973).

f) Suspending agent
Memperlambat pengendapan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah
penggumpalan resin dan bahan berlemak. Suspendng agent bekerja dengan cara meningkatkan
kekentalan. Kekentalan yang berlebihan akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan.
Suspensi yang baik mempunyai kekentalan yang sedang dan partikel yang terlindung dari
gumpalan/aglomerasi. Hal ini dapat dicapai dengan mencegah muatan partikel, biasanya muatan
partikel ada pada media air atau sediaan hidrofil. Contoh susppending agent yaitu gomarab,
tragakan, strach, karagen, NaCMC, Na alginat (Lachman, 1994).

g) Humektan
Humektan yang ditambahkan dalam suatu produk berfungsi sebagai pengikat air yang
mampu meningkatkan kekompakkan ikatan jaringan matriks (ikatan hidrogen) sehingga akan
meningkatkan kadar air dari produk (Arvanitoyannis et al., 1997).

h) Enhancer
Berfungsi meningkatkan permeabilitas kulit dengan cara mengubah sifat fisiko kimia
stratum komeum sehingga mengurangi daya tahan difusi. Contohnya DMSO, urea, DMA, DMF
(Ansel, 2005).

i) Antioksidan
Antioksidan ditambahkan ke dalam salep bila diperkirakan terjadi kerusakan basis karena
terjadinya oksidasi. Sistem antioksidan ditentukan oleh komponen formulasi dan pemilihannya
tergantung pada beberapa faktor seperti toksisitas, potensi, kompatibel, bau, kelarutan, stabilitas
dan iritasi. Sering kali digunakan dua antioksidan untuk mendapatkan efek sinergis. Contoh
antioksidan yang sering ditambahkan: Butylated Hydroxyanisole (BHA), Butylated
Hydroxytoluene (BHT), Propylgallate, dan Nordihydroguaiareticacid (NCGA)
(Sulaiman, T.N.S dan Rina Kuswahyuning, 2008).

Anda mungkin juga menyukai