Oleh : Kelompok 2
Adinda Theresia
Aprilia Theodora
Hana Yulianti K
Dasar Teori
Definisi Gel
• Menurut Formularium Nasional hal. 315: Gel adalah
sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang
dibuat dari zarah kecil senyawaan organik atau
makromolekul senyawa organik, masing-masing
terbungkus dan saling terserap oleh cairan.
• Menurut farmakope edisi IV hal. 7 : Gel merupakan
sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekulorganik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Formulasi Sediaan Gel
a. Gelling agent (Carbopol)
Gelling agent merupakan suatu gum alam atau sintesis,
resin maupun hidrokoloid lain yang dapat digunakan
dalam formulasi gel untuk menjaga konsituen cairan
serta padatan dalam suatu bentuk gel yang halus.
Bahan berbasis polisakarida atau protein merupakan
jenis bahan yang biasanya digunakan sebagai
pembentuk gel. Beberapa contoh gelling agent yaitu
CMC-Na, metil selulosa, asam alginat, sodium
alginate, kalium alginat, kalsium alginate, agar,
karagenan, locust bean gum, pektin serta gelatin
(Raton, et al., 1993).
b. Humektan
merupakan bahan dalam produk sediaan kosmetik yang
bertujuan untuk mencegah hilangnya kelembaban dari
suatu produk serta meningkatkan jumlah air pada lapisan
kulit terluar saat produk diaplikasikan (Barel et al., 2009).
Mekanisme kerja dari humektan yaitu dengan cara menjaga
kandungan air pada lapiran stratum korneum serta
mengikat air dari lingkungan ke dalam kulit (Leyden and
Rawlings, 2002)
c. Metil Paraben (Nipagin)
Metil paraben memiliki ciri – ciri serbuk hablur halus,
berwarna putih, hampir tidak berbau serta, tidak memiliki
rasa serta agak membakar dan diikuti rasa tebal (Depkes,
1979; Rowe, et al., 2005). Kegunaan metil paraben yaitu
sebagai bahan pengawet, mencegah adanya kontaminasi,
perusakan serta pembusukan oleh bakteri dan fungi di
dalam formulasi farmasetika, produk makanan, dan
kosmetik pada rentang pH 4 – 8. Pada sediaan topikal,
konsentrasi yang umum digunakan yaitu 0,02 – 0,3%. Metil
paraben dapat larut dalam air panas, etanol dan methanol
(Rowe et al., 2009).
d. Propil Paraben (Nipasol)
Pada konsentrasi 0,01 – 0,6% propil paraben dapat digunakan
sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan, serta produk
farmasetika (Rowe et al., 2009). Pada sediaan gel diperlukaan
penggunaan kombinasi antara metil paraben dan propil paraben
untuk mencegah adanya kontaminasi mikroba yang diakibatnya
tingginya kandungan air pada sediaan. Kombinasi metil paraben
dan propil paraben diperlukan dalam formulasi sediaan gel untuk
mencegah kontaminasi mikroba dikarenakan tingginya kandungan
air pada sediaan. Kombinasi konsentrasi propil paraben 0,02%
dengan metil paraben 0,18% dapat menghasilkan kombinasi
pengawet dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe & Owen,
2006).
e. Aquadest
Aquadest yaitu air murni yang dapat diperoleh melalui suatu tahap
penyulingan. Aquadest merupakan suatu air yang bebas terhadap
kotoran maupun mikroba yang ada jika dibandingan dengan air
biasa. Pada sediaan yang mengandung air, air murni banyak
digunakan tetapi tidak pada sediaan parenteral (Ansel, 1989). Pada
sediaan farmasi aquadest dapat berfungsi sebagai pelarut maupun
medium pendispersi.
FUNGSI GEL
• Untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh
atau mata (gel steril).
• Untuk kosmetik, gel telah digunakan
dalam berbagai produk kosmetik,
termasuk pada shampo, parfum, pasta
gigi, dan kulit – dan sediaan perawatan
rambut (Lachman,1989.
Pharmaceuitical Dosage System.
Dysperse system. Volume 2, hal 495 –
496).
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN GEL
Kerugian gel
- Banyak mengandung air kont.
Mikroba
- Penguapan air sediaan/kulit kering
- Gelling agent (polymer dan gum) zat
nutrisi media pertumbuhan
mikroorganisme
Keuntungan Gel
- Mudah digunakan (dioleskan)
-Memberikan rasa nyaman
(sensasi dingin)
-Mudah dibersihkan
-Memenuhi aspek aseptabilitas
-Tidak menimbulkan bekas/lapisan
tipis seperti film
SIFAT GEL
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
System 2 fasa
FASA TUNGGAL
TERDIRI DARI MAKROMOLEKUL ORGANIK YANG TERSEBAR SAMA DALAM SUATU
CAIRAN SEDEMIKIAN HINGGA TIDAK TERLIHAT ADANYA IKATAN ANTARA MOLEKUL
MAKRO YANG TERDISPERSI DAN CAIRAN. GEL FASE TUNGGAL DAPAT DIBUAT
DARI MAKROMOLEKUL SINTETIK MISALNYA KARBONER ATAU DARI GOM ALAM
MISANYA TRAGAKAN.
SYSTEM 2 FASA
DALAM SISTEM DUA FASE, JIKA UKURAN PARTIKEL DARI FASE TERDISPERSI
RELATIF BESAR , MASSA GEL KADANG-KADANG DINYATAKAN SEBAGAI MAGMA
MISALNYA MAGMA BENTONIT. BAIK GEL MAUPUN MAGMA DAPAT BERUPA
TIKSOTROPIK, MEMBENTUK SEMIPADAT JIKA DIBIARKAN DAN MENJADI CAIR PADA
PENGOCOKAN.SEDIAAN HARUS DIKOCOK DAHULU SEBELUM DIGUNAKAN UNTUK
MENJAMIN HOMOGENITAS.
Stabilitas Gel
Ketidakstabilitas gel pada kondisi normal menunjukkan
perubahan rheology secara irreversible sehingga
menyebabkan hasil akhir yang tidak dapet diterima bila
dig Khusus gel berbahan dasar polisakarida alam akan
mudah mengalami degradasi mikrobial. Maka perlu
penambahan preservatif untuk mencegah serangan
mikrobial. Peningkatan suhu penyimpanan dapat
menyebabkan efek yang berlawanan pada stabilitas
polimer sehingga menghasilkan viskositas yang
berubah dari waktu ke waktu (Zatz and Kushla, 1996).
unakan.
Bahan Aktif Terpilih dan Alasannya
hampir silindrik, serupa kerucut atau berbentuk kubus cekung, pipih atau
Patahan melintang tidak rata, berbutir-butir putih kelabu, merah muda sampai
kelembak dengan dosis 100 mg/kg bb per hari, mampu mereduksi lemak pada
mencit, didapatkan hasil bahwa rhein dapat memblok kadar lemak yang tinggi
pada hewan uji yang mengalami obesitas, diukur berdasarkan massa lemak
dan ukuran dari adiposit putih dan coklat serta penurunan serum kolesterol,
LDL kolesterol dan kadar glukosa darah puasa pada mencit. Berdasarkan
receptor γ (PPARγ) dan ekspresi dari target gen, menunjukkan bahwa rhein
7. Aquades Solven -
(CMC Na)
PERHITUNGAN DAN CARA
PEMBUATAN
PERHITUNGAN SKALA KECIL
5) Nipagin
0,1% × 10 gram = 0,01 gram + 10% = 0,011 gram
6) Nipasol
0,05% × 10 gram = 0,005 gram + 10% = 0,0055 g
7) Air
Gelling Agent (CMC-Na) 5% larut pada 20 bagian air.
Dibuat larut pada 15 bagian air.
Maka air yang dibutuhkan = 15 ml × 0,55 gram = 8,25 ml
Perhitungan skala besar
Dibuat 20 gram (@1 pot 10 gram)
1) Ekstrak Kelembak
1,1 gram × 2 = 2,2 gram
2) CMC-Na (basis)
7,2335 gram × 2 = 14,467 gram
3) Gliserin
0,872 cm3 × 2 = 1,744 cm3
4) Propilen glikol
0,605 cm3 × 2 = 1,21 cm3
5) Nipagin
0,011 gram × 2 = 0,022 gram
6) Nipasol
0,0055 gram × 2 = 0,011 gram
7) Air
8,25 ml × 2 = 16,5 ml
Cara Pembuatan
1) Ekstrak kelembak ditimbang sebanyak 2,2 gram,
kemudian dilarutkan ke dalam pelarut etanol 70% (ad
larut).
2) Ditimbang gelling agent (CMC-Na) sebanyak ....
gram, nipagin sebanyak 0,022 gram, dan nipasol
sebanyak 0,011 gram.
3) Dipipet dengan pipet ukur gliserin sebanyak 1,744
cm3 dan propilen glikol sebanyak 1,21 cm3.
4) Gelling agent (CMC-Na) dikembangkan dengan air
sebanyak 16,5 ml pada mortar 1. Diaduk hingga
mengembang.
5) Nipagin dan nipasol dilarutkan dalam propilen glikol.
6) Ekstrak kelembak (yang sudah cair), nipagin dan nipasol dalam
propilen glikol, dan gliserin didispersikan ke dalam basis gel CMC-
Na yang telah dikembangkan sambil terus diaduk sampai
homogen. Pengadukan dilakukan terus menerus namun jangan
terlalu kuat karena akan menyerap udara sehingga menyebabkan
timbulnya gelembung udara dalam sediaan.
7) Gel ditimbang sebanyak 10 gram sebanyak 2 kali menggunakan
kertas perkamen.
8) Kertas perkamen yang berisi gel digulung sampai menutupi semua
sediaan gel.
9) Gulungan kertas perkamen yang berisi gel dimasukkan ke dalam
tube dengan kondisi ujung tube keluar dalam keadaan tertutup,
kertas perkamen dikeluarkan dengan cara ditarik sambil menjepit
bagian belakang tube, kemudian tube ditutup dengan melipat
bagian belakang yang terbuka.
10) Ujung tube ditutup dengan alat penekuk (gunting) lalu diberi etiket
dan dikemas dalam wadah kemasan sekunder disertai dengan
brosur.
EVALUASI SEDIAAN GEL
Evaluasi organoleptis (FI III, hal
XXX)
• Alat :-
• Tujuan : untuk dapat mengevaluasi
oraganoleptis meliputi warna, bau, rasa,
pada sediaan
• Metode :
Bau : mengenali aroma atau bau
sediaan gel dengan mencium aroma sediaan
Warna : melihat warna dari sediaan gel
Rasa: mengenali bentuk dari sediaan.
Penetapan pH (FI IV, hal 1039)
• Alat : pH universal
• Tujuan : untuk dapat menentukan
pH dari sediaan
• Metode :
-Kertas pH universal dicelupkan kedalam
sediaan
-Dicocokkan dengan indikatornya
sehingga diperoleh pH akhir.
Homogenitas (Goeswin Agoes, hal
127)
• Alat : kaca objek
• Tujuan : untuk mengetahui
homogenitas sediaan
• Metode :
-Sampel diambil pada bagian atas, tengah, atau
bawah
-Sampel dioleskan pada kaca objek kemudian
diratakan pada kaca objek lain sehingga terbentuk
lapisan tipis
-Susunan partikel yang terbentuk atau
ketidakhomogenan diamati secara visual.
Evaluasi daya sebar (Ansel, 1989)
• Alat : lempeng kaca dan anak timbangan
gram
• Tujuan : untuk mengetahui daya sebar gel
• Metode :
-Krim ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca
bundar bagian rengah diatas diberi anak timbangan
sebagai beban dan dibiarkan 1menit.
-Diameter krim yang menyebar (dengan mengambil
panjang rata-rata diameter dari beberapa sisi), diukur.
50 gram, 100 gram,200 gram, 300gram, 400 gram dan
500 gram digunakan sebagai beban,
-pada setiap penambahan beban didiamkan selama 1
menit dan diukur diameter krim yang menyebar.
Evaluasi daya lekat (Ansel, 1989)
• Alat : gelas objek
• Tujuan : untuk mengetahui daya lekat
suatu sediaan gel
• Metode :
-Sejumlah sampel ±0,25 gram dilekatkan diantara dua
gelas objek
-Kemudian ditekan dengan beban 1kg selama 5 menit.
-Setelah itu beban diambil kemudian gelas objek
diangkat menggunakan tangan
-Dihitung waktu gelas objek jatuh (terlepas antara
keduanya).
Desain Kemasan Gel
BROSUR SALEP
TERIMAKASIH