Anda di halaman 1dari 4

JUDUL PRAKTIKUM MEMBUAT FORMULASI SEDIAAN LAKTULOSA SIRUP

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui cara pembuatan sediaan sirup yang baik dan benar.
2. Membuat rancangan formulasi sirup dengan zat aktif laktulosa.
3. Mengetahui kegunaan dari zat aktif yang digunakan.
TEORI DASAR
Pada dasarnya setiap manusia menginginkan hidup sehat, namun kadang-kadang penyakit
datang dan manusia tidak dapat menolaknya. Penyakit dapat disebabkan dari berbagai hal, mungkin
dari pola makan yang tidak teratur atau lingkungan yang kurang menjaga kebersihan, makanan yang
kurang higienis, dan sebab-sebab lainnya.
Dengan perkembangan teknologi di bidang farmasi saat ini, sangat berperan aktif dalam memperbaiki
kualitas kesehatan masyarakat. Yang dapat ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang
disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat
dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek
farmakologis zat aktif obat (Anief, 2005)
Salah satu sediaan yang digunakan yaitu sediaan larutan. Larutan merupakan salah satu sediaan tertua
yang digunakan dalam dunia pengobatan dan mampu dengan cepat diserap tubuh. Untuk sebagian
orang yang tidak bisa menggunakan bentuk sediaan padat, seperti pasien anak-anak, pasien psikiatri,
dan lain-lain, sediaan larutan merupakan alternatif terbaik (Marriott,2010). Berdasarkan
penggunaannya sediaan larutan dibagi dua, yaitu :
a. Sediaan Oral. Penggunaannya dalam tubuh. Seperti, eliksir, sirup, mixture, dll.
b. Sediaan Eksternal. Penggunaannya di luar tubuh. Seperti, losion, collutoria, dll.
Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa(C12HO11) tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih
dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel, 1989). Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan
sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64%-66%, kecuali dinyatakan lain (Syamsuni,2007).
Sirup adalah cairan berkadar gula tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan dengan sari
buah, atau larutan gula ditambah dengan sari buah. Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang
dalam dunia farmasi yang dikenal luas oleh masyarakat. Selain sukrosa dan gula lain, pada larutan
oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk menghambat
penghabluran dan mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa. Umumnya juga ditambahkan
zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.
Larutan oral yang tidak mengandung gula, tetapi bahan pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam
dan bahan pengental seperti gom selulosa sering digunakan untuk penderita diabetes
(Syamsuni,2007). Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal
mengandung 50% sakarosa (Ansel, 2005)

PREFORMULASI BAHAN AKTIF


1. Laktulosa
Lactulosa; Lactulosum; Laktulioze˙; Laktuloosi; Laktulos; Laktulosa; Laktüloz; Laktulóz.
4-O-β-D-Galactopyranosyl-D-fructose
Pemerian : Putih atau hampir putih, bubuk kristal putih.
Kelarutan : Bebas larut dalam air; sedikit larut dalam metil alkohol; praktis tidak larut dalam toluena.
Konsentrasi 7-10%
Laktulosa adalah pencahar osmotik disakarida sintetis digunakan dalam pengobatan sembelit dan
pada ensefalopati hepatik. (Marriot
Laktulosa digunakan dalam pengobatan sembelit kronis pada pasien dari segala usia sebagai
pengobatan jangka panjang. Dosis laktulosa untuk sembelit idiopatik kronis disesuaikan tergantung
pada tingkat keparahan sembelit dan efek yang diinginkan, dari pelunak tinja ringan hingga
menyebabkan diare. Laktulosa dikontraindikasikan dalam kasus galaktosemia, karena sebagian besar
sediaan mengandung monosakarida galaktosa karena proses sintesisnya.
Laktulosa dapat digunakan untuk melawan efek konstipasi dari opioid, dan dalam pengobatan
simtomatik wasir sebagai pelunak feses.
Laktulosa umumnya diresepkan untuk anak-anak yang mengembangkan rasa takut buang air besar
dan menahan diri. Ini karena laktulosa, bila dosisnya dalam jumlah yang tepat, menyebabkan buang
air besar yang tidak mungkin dipertahankan untuk waktu yang lama. Laktulosa juga digunakan untuk
orang tua karena hasil yang lembut dan konsisten.

PREFORMULASI BAHAN TAMBAHAN


1. Sukrosa
Sukrosa merupakan bahan pemanis yang paling banyak digunakan. Sukrosa
berupa serbuk kristal putih, larut dalam air dan alkohol.
Pemerian : hablur putih atau tidak berwarna; massa hablur atau berbentuk kubus
atau serbuk hablur putih; tidak berbau;rasa manis; stabil di udara. Larutannya
netral terhadap lakmus.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air; lebih mudah larut dalam air mendidih;
sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan dalam eter
(depkes RI, 1995, edisi IV, hal 762)

2. Sorbitol

Sorbitol termasuk suatu poliol (gula alkohol) yang mempunyai tingkat kemanisan
sekitar 60% dari sukrosa. Sorbitol mengandung kalori yang lebih rendah dari sukrosa.
Di alam, sorbitol banyak ditemukan di buah-buahan dan berry. Saat ini, sorbitol
dibuat dengan proses hidrogenasi glukosa dan tersedia dalam bentuk cair dan
kristal (Anonim, 2006b).
Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P, dalam
metanol P, dan dalam asetatP.

3. natrium benzoate
Bahan pengawet yang banyak digunakan misalnya bentuk garam dari asam

benzoat. Bahan pengawet ini dapat larut dalam air dan dapat berfungsi baik

sebagai antifungi maupun antibakteri. (Swarbick, J. and Boylan, C.J., 1994).

Pemerian : butir atau serbuk hablur, putih tidak berbau atau hampir hampir tidak

berbau.

Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P.

4. CMC Na

turunan dari selulosa dan sering dipakai dalam industri pangan, atau digunakan

dalam bahan makanan untuk mencegah terjadinya retrogradasi.

Pemerian : serbuk atau butiran, putih atau putih kuning gading, tidak berbau atau

hampir tidak berbau, higroskopik

Kelarutan : mudah terdispersi dalam air , membentuk suspensi koloidal, tidak


larut dalam etanol (95%) P, dalam eter P dan dalam pelarut organik lain.

5. Aquadest

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.

(FI III hal 96)

Kelarutan : Dapat bercampur dengan pelarut polarlainnya

Anda mungkin juga menyukai