A. Tujuan
1. Dapat memahami cara penetapan indeks pembusaan simplisia umbi jalar.
2. Dapat mengetahui manfaat indeks pembusaan.
B. Dasar Teori
Banyak bahan tumbuhan obat yang mengandung saponin, yaitu
senyawa yang dapat menyababkan timbulnya busa yang dapat bertahan lama
ketika bahan tumbuhan tersebut direbus dalam air dan kemudian dikocok.
Kemampuan pembusaan dari rebusan air dari bahan tumbuhan dan eksraknya
diukur denga istilah indeks pembusaan.
Karakteristik saponin selain menimbulkan busa pada saat dikocok
dalam air adalah saponin membentuk larutan koloid dalam air, memiliki rasa
pahit, rasa yang tajam, dan pada umumnya dapat mengiritasi mukosa. Saponin
juga dapat merusak sel darah merah dan bersifat racun (toksik) terutama untuk
hewan berdarah dingin, sehinngah banyak digunakan sebagai racun ikan.
Saponin yang beracun sering disebut dengan “sapotoxin”. Sapotoxin
menyebabkan gangguan perut yang parah dan toksisitasnya timbul karena
terbentuknya suatu senyawa saat bereaksi dengan lesitin yang mempunyai
komponen utama dari sebagian besar lamak pada sel hewan. Hal ini dapat
memicu timbulnya gangguan saraf pusat dan jantung.
Sifat-sifat Saponin adalah sebagai berikut :
a Mempunyai rasa pahit.
b Dalam larutan air membentuk busa yang stabil.
c Menghemolisa eritrosit.
d Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi.
e Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksisteroid lainnya.
f Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi.
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua
kelompok yaitu : saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin steroid
tersusun atas inti steroid (C 27) dengan molekul karbohidrat. Steroid saponin
di hidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang dikenal sebagai saraponin. Tipe
saponin ini memiliki efek anti jamur. Pada binatang menunjukkan
penghambatan aktifitas otot polos. Saponin steroid diekskresikan setelah
konjugasi dengan asam glukoronida dan digunakan sebagai bahan baku pada
proses biosintesis dari obat kortikosteroid. Contoh senyawa saponin steroid
diantaranya adalah Asparagosides (Asparagus officinalis), Avenocosides
(Avena sativa), Disogenin (Dioscorea floribunda dan Trigonella foenum
graceum). Saponin triterpenoid tersusun atas inti triterpenoid dengan molekul
karbohidrat. Di hidrolisis menghasilkan suatu aglikon yang disebut sapogenin.
Ini merupakan suatu senyawa yang mudah dikristalkan lewat asetilasi
sehingga dapat dimurnikan. Tipe saponin ini adalah turunan β-amyirine.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya :
- Timbangan analitik
- Beker glass 500 ml
- Penangas
- Labu takar 100 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Stopwatch
- Corong
- Penggaris
- Tabung reaksi bertutup
- Kertas saring
2. Bahan yang digunakan :
- Simplisia umbi jalar
- Aquadest
D. Prosedur
1. Timbang simplisia sebanyak 2 gram.
2. Tambahkan aquades mendidih 100 ml, panaskan hingga mendidih selama
30 menit.
3. Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan aquades sampai 100
ml.
4. Buat seri pengenceran dalam 10 tabung reaksi :
No tabung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rebusan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
simplisia
(ml)
Aquades 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
(ml)
Simplisia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah umbi jalar.
Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang
tanaman dapat mencapai 3 m, tergantung pada kultivarnya. Batang tanaman
berbentuk bulat, tidak berkayu, tidak berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya
merambat. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau
berlekuk dangkal sampai berlekuk dalam, sedangkan bagian ujungnya
meruncing. Bentuk ubi yang ideal dan bermutu baik adalah lonjong agak
panjang 1 dan tidak banyak lekukan dengan bobot antara 200 g – 250 g per
ubi (Rukmana, 1997 dalam Wanhar, 2013).
G. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa simplisia umbi jalar
memiliki nilai indeks busa sebesar 200, hal ini menunjukan bahwa simplisia
umbi jalar positif mengandung saponin.
H. Daftar Pustaka
Sudjadi, Drs. 1986. Metode Pemisahan. UGM Press. Yogyakarta.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi 1).
Swadaya. Jakarta
DEPKES. 1989. Materi Medika Indonesia. Jakarta. Dirjen POM
Wiryowidagdo, sumaali. Prof. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta