KIMIA ANALITIK
IODOMETRI &
IODIMETRI
Penulis:
Fadila & Tri Mulfiana
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wata’ala
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
modul kimia analitik ini yang berjudul “Iodometri & Iodimetri”. Shalawat beriring salam
semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabiyullah Muhammad Saw, yang telah membawa
manusia dari lembah jahiliyah ke lembah yang berilmu.
Modul ini disusun dengan tujuan uuntuk memehuni tugas dari mata kuliah Kimia
Analitik. Dengan disusunnya modul ini kami berharap dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua, pun kami menyadari bahwa modul ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Apabila dalam modul ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, kami mohon maaf karena sesungguhnya manusia tidak luput dari kata salah.
Dengan demikian, kami menerima saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun
guna sempurnanya modul ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga modul ini dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.
2−¿¿
S2 O 3 +2 H +¿→ ¿ H2S2O3 → H2SO3 + S
Jika tiosulfat dititrasi ke dalam larutan yodium yang bersifat asam, reaksi tidak
akan terjadi selama larutan tercampur rata, tetapi akan berlangsung lambat. Iodium
dan tiosulfat bereaksi jauh lebih cepat dibandingkan proses penguraiannya. Tiosulfat
diubah oleh iodium menjadi ion tetrationat:
2−¿ ¿
−¿+ S4 O 6 ¿
2−¿→2 I ¿
I 2+ 2 S2 O3
Reaksinya berjalan cepat, sampai selesai, dan tidak ada reaksi sampingan.
Berat ekivalen dari Na2S₂O3.5H2O adalah berat molekulnya, 248,17. Tiosulfat
teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
+¿ ¿
2−¿ +10 H ¿
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran.
I 2+ 2e−¿ →2 I ¿
−1
12 + I → I 3 −¿
¿
−¿↔ I O 3 ¿
I 2+ 2OH
−¿ −¿+ H O ¿
+I 2
¿
4 I −¿+ O +4 H
2 ¿
H2 S H 2 S + I 3 → S +3 l −¿
¿
−¿+2 H
+¿ ¿
¿
3+¿ ¿ −¿ +H 2 → AsO 4 ¿
As AsO 3+ I 3
3−¿ −¿ +2H +¿ ¿ ¿
+3 I ¿
−¿¿
+ ¿+ 6 I ¿
N2 H4 N 2 H 4 +2 I −¿→ N +4 H 2 ¿
3
+ ¿¿
−¿+ 2 H ¿
Asam askorbat Askorbat+ I −¿+
3
H 2 O ↔dehidroaskorbat + 3 I ¿
(vitamin C)
+ ¿¿
−¿+2 H ¿
Reaksi: H 2 S + I 2 → S+ 2 I
ek H2S = ek I2
atau 1 mol H2S bereaksi dengan I mol I2
mol H2S = mol I2
12 +2e−¿
→2 I −¿¿ ¿
Larutan kanji atau amilum biasanya digunakan sebagai indikator dalam
mengidentifikasi titik akhir pada titrasi. Banyaknya penambahan indikator tidak
melebihi 0,5-1%. Namu, perlu diketahui bahwa selain indikator amilum juga terdapat
indikator lainnya yang dapat digunakan. Diantaranya karbon tetraklorida atau
kloroform yang dapat mengidentifikasi titik akhir titrasi akan tetapi lebih umum
digunakan suatu larutan (disperse koloidal) kanji. Adapun perubahan warna yang
terjadi dari hasil reaksi antara iodium dengan amilum yaitu warna biru tua. Perlu
diketahui bahwa titrasi iodimetri hanya dapat dilakukan dalam keadaan suasana netral
atau dalam kisaran asam lemah dan basa lemah. Hal tersebut dikarenakan apabila
titrasi tersebut dilakukan pada suasana terlalu asam ataupun basa dalam hal ini asam
kuat dan basa kuat akan mengakibatkan iodine dapat mengalami reaksi
disproporsionasi menjadi hipoidat.
−¿ IO3 ¿
I 2+ 2OH
−¿ −¿ + H O ¿
+I 2
¿
Iodium termasuk larutan yang memiliki potensial reduksi lebih kecil jika
dibandingkan dengan iodin sehinggan iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa
tersebut. Salah satu penerapan dari titrasi iodimetri yang dapat kita lihat yaitu reaksi
antara vitamin C dengan larutan iodium. Diketahui bahwa vitamin C memiliki reduksi
yang lebih kecil dibangding iodium yang menyebabkan terjadinya titrasi langsung
terjadi.
Iodium (I2) merupakan larutan yang bersifat sebagai oksidator lemah, sehingga
apabila terdapat oksidator kuat yang memberikan efek reaksi dengan reduktor maka
akan menimbulkan reaksi sampingan yang membuat penyimpangan pada hasil
penetapan. Oleh sebab itu, larutan I2 digunaka sebagai pengoksidasi reduktor secara
kuantitatif pada titik sekuivalennya.
H. INDIKATOR IODOMETRI DAN IODIMETRI
Iodometri dan iodimetri merupakan titrasi redoks yang merupakan titrasi
terhadap larutan analitit berupa reduktor atau oksidator dengan titran berupa larutan
dari zat standar oksidator atau reduktor. Ada 2 (dua) jenis indikator yang dapat
digunakan dalam titrasi ini diantaranya:
1. Indikator Redoks Reversible
Indikator redoks reversibel bergantung pada variasi potensial larutan
selama titrasi dibandingkan pada satu zat saja. Karena dapat dioksidasi dan
direduksi kembali, indikator ini disebut reversibel dan oleh karena itu sering
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi redoks. Perubahan warna indikator
reversibel berkorelasi dengan potensial elektrokimia, yang setengah reaksinya
dapat dinyatakan sebagai berikut:
-
In Oks + n e ↔ In Red
Warna A Warna B
2. Indikator Khusus
Indikator yang tidak terpengaruh oleh potensial redoks dan mampu
bereaksi dengan salah satu komponen reaktan disebut indikator redoks khusus.
Dalam titrasi redoks iodometrir/iodimetri, amilum merupakan salah satu indikator
redoks yang unik. Jika dikombinasikan dengan iodium, amilum merupakan
indikator yang dapat menghasilkan kompleks berwarna biru tua. Reaksi
pembentukan kompleks iodium dan pati adalah sebagai berikut, tergantung
penggunaannya: