V. Dasar Teori :
1. Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor sebesar 0,02%.
Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zat-nya lalu dilarutkan dalam
sejumlah pelarut (air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang
ditimbangnya/dibuat. Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu disebut larutan baku primer. Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku
primer adalah :
1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.
2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
Kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan
mudah. Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang
dilakukan pun harus teliti dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan
larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya
tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat,
boraks, asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl (M. Sodiq Ibnu & et
al., 2005).
Indikator kimia adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kapan suatu
sampel (titrat) telah habis bereaksi. Ketika titrat dan titrat sudah tepat bereaksi atau
habis bereaksi, maka dapat dikatakan bahwa eksperimen tersebut sudah mencapai
titik ekuivalen. Ketika telah melampaui titik ekuivalen, maka akan terjadi
perubahan warna yang spesifik. Pada praktikum titrasi penetralan asidi-alkalimetri
ini menggunakan indikator metil jingga. Metil jingga adalah senyawa dengan rumus
C14H14N3NaO3S. Indikator metil jingga ini akan berubah warna dari merah pada pH
dibawah 3,1 dan menjadi warna kuning pada pH di atas 4,4 (Amalina & Priatmoko,
2016). Indikator lain yang digunakan yaitu metil merah yang merupakan senyawa
dengan rumus C15H15N3O2. Indikator metil merah mengalami perubahan warna
pada suasana basa, yaitu pada rentang pH 4,8-6,0 (Rahayu, Purnamasary, &
Nugraha, 2022). Indikator asam-basa dapat berubah warna bila lingkungan pH
berubah karena indikator asam basa merupakan asam organik lema atau basa
organik lemah sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk molekul indikator
mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikatornya. Letak trayek berbeda
pH bergantung pada besar kecilnya kesetimbangan dan keterbatasan mata
membedakan campuran warna. Indikator yang baik atau tepat apabila beruba warna
tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat selain itu perubahan warna
harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan kapan penambahan
titran dihentikan sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang jelas. Untuk
mendapatkan indikator yang baik maka harus dipilih indikator yang mempunyai
trayek pH yang mencakup pH larutan tepat pada atau sangat mendekati titik
ekivalen bahkan trayek pH indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat
curam dari kurva titrasi (Padmaningrum, 2006).
𝒂 𝒙 𝑴𝒂 𝒙 𝑽𝒂 = 𝒃 𝒙 𝑴𝒃 𝒙 𝑽𝒃
Keterangan:
Alat
Bahan
5. Larutan Na2CO3 25 mL
Larutan Na2CO3
Larutan HCl
Hasil
Hasil
Larutan NaOH Larutan Baku asam oksalat
Hasil
Hasil
Reaksi:
1. Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O (aq) + CO2 (aq)
Hasil
Larutan HCl Larutan Baku
Boraks 1. Na2B4O7 (aq) +
1. Dibilas buret
2HCl (aq) + 5H2O
dengan HCl 1. Dimasukkan
(l) → 2NaCl (aq) +
2. Dimasukkan 25mL dalam
HCl dalam buret labu Erlenmeyer 4H3BO3(aq)
hingga melebihi 250mL
titik nol 2. Dimasukkan
3. Dibuka keran 25mL aquades
perlahan 3. Ditambahkan
4. Diturunkan 2-3 tetes
larutan sampai indikator metil
titik nol merah
Hasil
-Larutan -H2C2O4 + H2O = 1. 2NaOH (aq) + Hasil praktikum titrasi
Larutan Larutan Baku NaOH = tidak bewarna asidi alkalimetri sesuai
NaOH H2C2O (aq) →
Asam oksalat H2C2O4 tidak dengan dugaan . Dengan
bewarna -H2C2O4 + H2O + Na2C2O4 (aq) + trayek PH (8,2-12).Warna
1. Dibilas buret -Larutan Indikator pp = yang dihasilkan dari
1. Dimasukkan H2O (l)
dengan NaOH asam larutan tidak pencampuran larutan
10mL dalam labu oksalat 0,1 bewarna NaOH + asam oksalat 0,05
2. Dimasukkan Erlenmeyer 250mL N = tidak m + indikator pp
NaOH dalam bewarna -H2C2O4 + H2O + Rumus = menghasilkan warna
buret hingga 2. Dimasukkan
-Aquades= Indikator pp e1 x m1 x v1 = e2 softpink
melebihi titik 10mL aquades
tidak +NaOH = larutan x m2 x v2
nol 3. Ditambahkan 3 bewarna beubah menjadi V1 : 10,5 Ml
tetes indikator -Indikator merah muda (pink) m: konsentrasi V2 : 10,7 Ml
3. Dibuka PP = tidak larutan V3 :10,5 mL
keran perlahan fenolftalein (pp)
bewarna -Tabung I =
4. Diturunkan V awal : 0 V : volume larutan
V akhir: 10,5 ml V rata-rata :
larutan sampai
V1 : 10,5 ml e : electron valensi
titik nol
V1+V2+V3/3 :
-Tabung II = 10,5+10,7+10,5/3 :
1. Dititrasi hingga terjadi V awal : 10,5 ml 10,567 mL
perubahan warna V akhir :21,2 ml
2. Dibaca dan dicatat angka pada V2 : 10,7 ml Konsentrasi NaOH :
buret e1 x m1 x v1 = e2 x m2 x
Tabung III= v2
3. Diulangi 3 kali percobaan V awal :
21,2 ml 2x0,05x10=1 x m2 x
4. Dihitung konsentrasi rata-rata V akhir : 10,567
31,7 ml m2=1/10,567
V3 : 10,5 ml m2=0,095 N
Hasil
-Larutan -HCI + H2O = tidak 2. NaOH (aq) + Hasil praktikum titrasi
Larutan Larutan Baku NaOH = bewarna asidi alkalimetri sesuai
NaOH HCl (aq) →
HCl tidak dengan dugaan .Dengan
bewarna -HCI + H2O + NaCl(aq) + H2O (l) trayek PH (8,2-12).Warna
1. Dibilas buret -Larutan Indikator pp = yang dihasilkan dari
dengan NaOH 1. Dimasukkan HCl 0,1 N = pencampuran larutan
larutan tidak
10mL dalam labu Rumus =
tidak bewarna NaOH + HCI + indicator
2. Dimasukkan Erlenmeyer 250mL e1 x m1 x v1 = e2
bewarna pp menghasilkan warna
NaOH dalam x m2 x v2
2. Dimasukkan -Aquades= -HCI + H2O +
buret hingga tidak Indikator pp
melebihi titik 10mL aquades m: konsentrasi - Tabung1 : Merah muda+
bewarna +NaOH =
larutan
nol 3. Ditambahkan 3 -Indikator - Tabung2 : Merah
tetes indikator PP = tidak muda++
3. Dibuka bewarna -Percobaan1 : merah V : volume larutan
keran perlahan fenolftalein (pp) muda+
e : electron valensi -Tabung 3 : Merah muda +
4. Diturunkan -Percobaan2 :
larutan sampai Merah muda++ V1 : 8,9Ml
titik nol V2 : 8,8 Ml
V3 :8,8 mL
1. Dititrasi hingga terjadi -Percobaan3 :
perubahan warna Merah muda + V rata-rata :
Titrasi adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutann dengan mereaksikan sejumlah tertentu
volume larutan dengan volume lain yang diketahui konsentrasinya. Praktikum ini
akan menentukan standardisasi NaOH dengan asam oksalat dan NaOH dengan HCl.
Dan hasil akhir dari proses akan diperoleh perubahan warna dan konsentrasi NaOH.
Miniskus atas terbentuk pada permukaan atas cairan di dalam buret, sedangkan
miniskus bawah terbentuk pada permukaan bawah cairan di dalam buret. Miniskus
atas digunakan apabila larutan yang diukur memang memiliki miniskus atas dan
juga untuk larutan berwarna. Sedangkan untuk miniskus bawah digunakan untuk
membaca volume di alat ukur jika larutan berwarna bening atau masih jelas dan
pastinya memiliki miniskusus bawah. Kemudian, kran dibuka perlahan lalu larutan
NaOH diturunkan sampai titik nol dan dicatat angkanya. Setelah itu, larutan standar
asam oksalat 0,1 N dipipet sebanyak 10 ml menggunakan pipet seukuran dan
dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250 ml. Kemudian, ditambahkan air
suling atau aquades sebanyak 10 ml. Aquades berpengaruh terhadap konsentrasi
tetapi tidak mempengaruhi jumlah zat nya. Perbedaan aquades dengan air yaitu,
aquades sudah melalui proses destilasi dan mengandung senyawa H₂O dan galam
mineral lainnya. Sedangkan, air mengandung zat dan mineral lain.
Asam oksalat dapat diganti dengan senyawa lain yaitu kalium hidrogen
iodidat, asam sulfamat, natrium karbonat. Selanjutnya, dititrasi hingga terjadi
perubahan warna indikator. Perubahan warna tersebut menghasikan warna soft pink
karena ketika melakukan titrasi larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH terjadi
reaksi penetralan. Kelebihan dari larutan NaOH ini bereaksi dengan indikator PP
sehingga menghasilkan warna soft pink. Setelah itu dihentikan saat terjadi
perubahan warna. Lalu dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan akhir
titrasi. Dan diulangi sebanyak 3 kali. Hasil pengamatan sebelum dan sesudah
percobaan adalah sebelum percobaan larutan NaOH, larutan standar asam oksalat,
aquades, dan Indikator PP merupakan larutan tidak berwarna.
XII. Saran
Dalam melakukan praktikum titrasi, diharapkan agar praktikan harus bersabar
dalam proses men-titrasi. Praktikan juga diharapkan berhati-hati dalam
menuangkan larutan-larutan agar tidak terjadi pengurangan volume/konsentrasi
dikarenakan larutan tidak tepat dengan jumlah yang seharusnya dibutuhkan.
Praktikan juga diharapkan memahami Langkah-langkah dengan baik dan benar
agar tidak banyak terjadi kekeliruan. Karena hasil yang maksimal didapatkan
dengan keakuratan dalam men-titrasi NaOH yang dilakukan tetes demi tetes.
XIII. Daftar Pustaka
Amalina, E., & Priatmoko, H. (2016). Pengaruh Doping-N Pada Aktivitas
Fotokatalis TiO2, Untuk Degradasi Methyl Orange. Indonesian Journal of
Chemical Science, 70-72.
M. Sodiq Ibnu, & et al. (2005). Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wulandari, M., & Santika, I. (2022). Penetapan Kadar Tablet Asetosal Dengan
Metode Asidi-Alkalimetri. Journal Scientific of Mandalika (JSM), 664-
669.
XIV. Lampiran
a. Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?
Jawab:
Tujuan menggunakan air yang mendidih adalah untuk menghindari ledakan, sebab
reaksi logam alkali (Na) bersifat eksoterm. Dan juga logam alkali (Na) mudah
bereaksi dengan air.
Jawab:
Jawab:
Jawab:
Pada titrasi antara NaOH dengan asam oksalat atau HCl menggunakan indikator
fenolftalein (pp) karena indikator fenolftalein (pp) memiliki pH basa yaitu rentang
8,3-10 yang cocok digunakan untuk dititrasi dengan NaOH yang juga bersifat basa.
Pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil jingga karena
titrasi tersebut asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 3,1-4,4.
Pada titrasi antara HCl dengan Na2B4O7 menggunakan indikator metil merah
karena titrasi tersebut asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 4,2-
6,2.
b. Perhitungan
𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣
𝑉 =0
𝑉 = 10,5 𝑚𝐿
𝑉 = 10,7 𝑚𝐿
𝑉 = 10,5 𝑚𝐿
V rata-rata
Konsentrasi NaOH
𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣
2 𝑥 0,05 𝑥 10 = 1 𝑥 𝑚 𝑥 10,567
𝑚 = 0,095 𝑁
𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣
𝑉 =0
𝑉 = 8,9 𝑚𝐿
𝑉 = 8,8 𝑚𝐿
𝑉 = 8,8 𝑚𝐿
V rata-rata
N=MxV
0,1 = M x 1
M = 0,1N
Konsentrasi HCl
𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣
1 𝑥 0,1 𝑥 10 = 1 𝑥 𝑚 𝑥 8,833
1
𝑚 = = 0,113𝑁
8,833
d. Dokumentasi
No Gambar Keterangan
1 Pengambilan larutan NaOH
yang digunakan untuk membilas
buret
No Gambar Keterangan
1. Pengambilan larutan NaOH
yang digunakan untuk membilas
buret
3. Penambahan 10 mL aquades
pada larutan baku HCl
4. Penambahan indikator
fenolftalein 3 tetes