Anda di halaman 1dari 28

I.

Judul : Titrasi Penetralan (Asidi-Alkalimetri)

II. Tanggal Percobaan : 6 April 2023

III. Waktu Percobaan : 09.30 - Selesai

IV. Tujuan : 1. Menentukan standarisasi larutan basa

2. Menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH


yang sudah di standarisasi

V. Dasar Teori :

Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan


standar ditambahkan ke dalam larutan dengan tujuan mengetahui komponen yang
tidak dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
secara pasti. Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan menjadi larutan
standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu
dengan kemurnian tinggi (konsentrasi diketahui dari massa-volume larutan).
Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan
menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah
sehingga konsentrasi diketahui dari hasil standarisasi (Day & Underwood, 1999).

Menurut Sodiq Ibnu, et al (2005), bahan kimia yang dapat digunakan


sebagai bahan membuat larutan standar primer harus memenuhi tiga persyaratan
berikut :

1. Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor sebesar 0,02%.

2. Stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat higroskopis.

3. Memiliki berat ekivalen besar sehingga meminimalkan kesalahan akibat


penimbangan.

Larutan baku dapat dibuat dengan cara penimbangan zat-nya lalu dilarutkan dalam
sejumlah pelarut (air). Larutan baku ini sangat bergantung pada jenis zat yang
ditimbangnya/dibuat. Larutan yang dibuat dari zat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu disebut larutan baku primer. Syarat agar suatu zat menjadi larutan baku
primer adalah :
1. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-1200C)
dan disimpan dalam keadaan murni.

2. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.

3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.

4. Sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.

5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih

6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik


dan langsung.

Kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan
mudah. Larutan baku primer biasanya dibuat hanya sedikit, penimbangan yang
dilakukan pun harus teliti dan dilarutkan dengan volume yang akurat. Pembuatan
larutan baku primer ini biasanya dilakukan dalam labu ukur yang volumenya
tertentu. Zat yang dapat dibuat sebagai larutan baku primer adalah asam oksalat,
boraks, asam benzoat (C6H5COOH), K2Cr2O7, AS2O3, NaCl (M. Sodiq Ibnu & et
al., 2005).

Standardisasi larutan merupakan proses saat konsentrasi larutan standar


sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara mentitrasi dengan larutan standar
primer (John, 2003). Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk
mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses
titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah
larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen
adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya
analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.

Titrasi asidi-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan asam


dan basa. Metode asidi-alkalimetri atau metode penetralan merupakan suatu
metode titrasi volumetri yang didasarkan pada sifat senyawa yang akan dititrasi.
Prinsip asidi-alkalimetri adalah terjadinya reaksi netralisasi antara ion hidrogen
dari asam dengan ion hidroksida dari basa menghasilkan air yang bersifat
netral.Metode asidi-alkalimetri atau titrasi balik atau titrasi kembali biasanya
digunakan untuk analit atau zat yang bereaksi terlalu lambat dengan titran
karena kelarutannya yang buruk, sulit memberikan titik akhir yang tajam dan
jelas apabila menggunakan titrasi langsung (Wulandari & Santika, 2022).
Berdasarkan reaksinya dengan pelarut, asam dan basa diklasifikasikan menjafi
asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan
basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam lemah, dan basa kuat dengan garam
dari basa lemah
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
larutan yang dititrasi kemudian dilakukan proses pengenceran (W. Haryadi, 1990)
Pengenceran adalah proses penambahan pelarut yang tidak diikuti terjadinya reaksi
kimia sehingga berlaku hukum kekekalan mol.

Indikator kimia adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kapan suatu
sampel (titrat) telah habis bereaksi. Ketika titrat dan titrat sudah tepat bereaksi atau
habis bereaksi, maka dapat dikatakan bahwa eksperimen tersebut sudah mencapai
titik ekuivalen. Ketika telah melampaui titik ekuivalen, maka akan terjadi
perubahan warna yang spesifik. Pada praktikum titrasi penetralan asidi-alkalimetri
ini menggunakan indikator metil jingga. Metil jingga adalah senyawa dengan rumus
C14H14N3NaO3S. Indikator metil jingga ini akan berubah warna dari merah pada pH
dibawah 3,1 dan menjadi warna kuning pada pH di atas 4,4 (Amalina & Priatmoko,
2016). Indikator lain yang digunakan yaitu metil merah yang merupakan senyawa
dengan rumus C15H15N3O2. Indikator metil merah mengalami perubahan warna
pada suasana basa, yaitu pada rentang pH 4,8-6,0 (Rahayu, Purnamasary, &
Nugraha, 2022). Indikator asam-basa dapat berubah warna bila lingkungan pH
berubah karena indikator asam basa merupakan asam organik lema atau basa
organik lemah sehingga dalam larutan terionisasi dan bentuk molekul indikator
mempunyai warna yang berbeda dengan warna indikatornya. Letak trayek berbeda
pH bergantung pada besar kecilnya kesetimbangan dan keterbatasan mata
membedakan campuran warna. Indikator yang baik atau tepat apabila beruba warna
tepat pada saat titran menjadi ekivalen dengan titrat selain itu perubahan warna
harus terjadi dengan mendadak agar tidak ada keragu-raguan kapan penambahan
titran dihentikan sehingga diperoleh titik akhir titrasi yang jelas. Untuk
mendapatkan indikator yang baik maka harus dipilih indikator yang mempunyai
trayek pH yang mencakup pH larutan tepat pada atau sangat mendekati titik
ekivalen bahkan trayek pH indikator tersebut harus memotong bagian yang sangat
curam dari kurva titrasi (Padmaningrum, 2006).

Untuk perhitungan pada praktikum titrasi dapat menggunakan rumus


dibawah ini, yaitu:

𝒂 𝒙 𝑴𝒂 𝒙 𝑽𝒂 = 𝒃 𝒙 𝑴𝒃 𝒙 𝑽𝒃

Keterangan:

a = Valensi larutan asam

Ma = Konsentrasi larutan asam (M)

Va = Volume larutan asam (l/mL)

B = Valensi larutan basa

Mb = Konsentrasi larutan basa (M)

Vb = Volume larutan basa (l/mL)


VI. Alat dan Bahan

 Alat

1. Buret 50mL 1 Buah

2. Labu Erlenmeyer 250mL 1 Buah

3. Labu ukur 250mL 1 Buah

4. Labu ukur 100mL 1 Buah

5. Kaca arloji 1 Buah

6. Neraca timbang 1 Buah

7. Batang pengaduk 1 Buah

8. Pipet tetes 1 Buah

9. Pipet ukur 1 Buah

10. Klem dan statif 1 Pasang

11. Botol cuci 1 Buah

 Bahan

1. Larutan HCl pekat ± 9 mL

2. Larutan HCl 0,1 N 2-3 mL

3. Na2B4O7.10H2O (s) ± 4,7-4,8 gram

4. Na2CO3 ± 1,3 gram

5. Larutan Na2CO3 25 mL

6. Larutan NaOH 6,5 mL

7. Indikator metil merah 2-3 tetes

8. Indikator metil jingga 2-3 tetes

9. Indikator fenolftalein 2-3 tetes


10. Aquades 10 mL

11. Larutan H2C2O4 0,1N 10 mL

12. Padatan H2C2O4 ±1,6 gram


VII. Alur Percobaan

Larutan Na2CO3
Larutan HCl

1. Bilas buret dengan HCl 1. Masukkan 25mL dalam


labu erlenmeyer 250mL
2. HCl dimasukkan dalam buret hingga
melebihi titik nol 2. Maukkan 25mL aquades

3. Keran dibuka perlahan 3. Tambahkan 2-3 tetes


indikator metil jingga
4. Larutan diturunkan sampai titik nol

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna


2. Dibaca dan dicatat angka pada buret
3. Ulangi 3 kali percobaan
4. Hitung konsentrasi rata-rata

Hasil

Larutan HCl Larutan Boraks

1. Bilas buret dengan HCl 1. Masukkan 25mL dalam


2. HCl dimasukkan dalam buret hingga labu erlenmeyer 250mL
melebihi titik nol 2. Maukkan 25mL aquades
3. Keran dibuka perlahan 3. Tambahkan 2-3 tetes
4. Larutan diturunkan sampai titik nol indikator metil merah

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna


2. Dibaca dan dicatat angka pada buret
3. Ulangi 3 kali percobaan
4. Hitung konsentrasi rata-rata

Hasil
Larutan NaOH Larutan Baku asam oksalat

1. Bilas buret dengan NaOH 1. Masukkan 10mL


2. NaOH dimasukkan dalam dalam labu erlenmeyer
buret hingga melebihi titik nol 250mL

3. Keran dibuka perlahan 2. Maukkan 25mL


aquades
4. Larutan diturunkan sampai
titik nol 3. Tambahkan 3 tetes
indikator PP

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna


2. Dibaca dan dicatat angka pada buret
3. Ulangi 3 kali percobaan
4. Hitung konsentrasi rata-rata

Hasil

Larutan NaOH Larutan Baku HCl

1. Bilas buret dengan NaOH 1. Masukkan 10mL


dalam labu erlenmeyer
2. NaOH dimasukkan dalam
250mL
buret hingga melebihi titik nol
2. Maukkan 25mL
3. Keran dibuka perlahan
aquades
4. Larutan diturunkan sampai
3. Tambahkan 3 tetes
titik nol
indikator PP

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan warna


2. Dibaca dan dicatat angka pada buret
3. Ulangi 3 kali percobaan
4. Hitung konsentrasi rata-rata

Hasil
Reaksi:

1. Na2CO3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + H2O (aq) + CO2 (aq)

2. Na2B4O7 (aq) + 2HCl (aq) + 5H2O (l) → 2NaCl (aq) + 4H3BO3(aq)

3. 2NaOH (aq) + H2C2O (aq) → Na2C2O4 (aq) + H2O (l)

4. NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl(aq) + H2O (l)


VIII. Hasil Pengamatan
No Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1 1. Na2CO3 (aq) +
Larutan Baku
Larutan HCl 2HCl (aq) →
Na2CO3
1. Dibilas buret 2NaCl (aq) + H2O
dengan HCl
1. Dimasukkan (aq) + CO2 (aq)
2. Dimasukkan 25mL dalam labu
HCl dalam buret Erlenmeyer 250mL
hingga melebihi
2. Dimasukkan
titik nol
25mL aquades
3. Dibuka keran
3. Ditambahkan 2-
perlahan
3 tetes indikator
4. Diturunkan metil jingga
larutan sampai
titik nol

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan


warna
2. Dibaca dan dicatat angka pada buret
3. Diulangi 3 kali percobaan
4. Dihitung konsentrasi rata-rata

Hasil
Larutan HCl Larutan Baku
Boraks 1. Na2B4O7 (aq) +
1. Dibilas buret
2HCl (aq) + 5H2O
dengan HCl 1. Dimasukkan
(l) → 2NaCl (aq) +
2. Dimasukkan 25mL dalam
HCl dalam buret labu Erlenmeyer 4H3BO3(aq)
hingga melebihi 250mL
titik nol 2. Dimasukkan
3. Dibuka keran 25mL aquades
perlahan 3. Ditambahkan
4. Diturunkan 2-3 tetes
larutan sampai indikator metil
titik nol merah

1. Dititrasi hingga terjadi perubahan


warna
2. Dibaca dan dicatat angka pada
buret
3. Diulangi 3 kali percobaan
4. Dihitung konsentrasi rata-rata

Hasil
-Larutan -H2C2O4 + H2O = 1. 2NaOH (aq) + Hasil praktikum titrasi
Larutan Larutan Baku NaOH = tidak bewarna asidi alkalimetri sesuai
NaOH H2C2O (aq) →
Asam oksalat H2C2O4 tidak dengan dugaan . Dengan
bewarna -H2C2O4 + H2O + Na2C2O4 (aq) + trayek PH (8,2-12).Warna
1. Dibilas buret -Larutan Indikator pp = yang dihasilkan dari
1. Dimasukkan H2O (l)
dengan NaOH asam larutan tidak pencampuran larutan
10mL dalam labu oksalat 0,1 bewarna NaOH + asam oksalat 0,05
2. Dimasukkan Erlenmeyer 250mL N = tidak m + indikator pp
NaOH dalam bewarna -H2C2O4 + H2O + Rumus = menghasilkan warna
buret hingga 2. Dimasukkan
-Aquades= Indikator pp e1 x m1 x v1 = e2 softpink
melebihi titik 10mL aquades
tidak +NaOH = larutan x m2 x v2
nol 3. Ditambahkan 3 bewarna beubah menjadi V1 : 10,5 Ml
tetes indikator -Indikator merah muda (pink) m: konsentrasi V2 : 10,7 Ml
3. Dibuka PP = tidak larutan V3 :10,5 mL
keran perlahan fenolftalein (pp)
bewarna -Tabung I =
4. Diturunkan V awal : 0 V : volume larutan
V akhir: 10,5 ml V rata-rata :
larutan sampai
V1 : 10,5 ml e : electron valensi
titik nol
V1+V2+V3/3 :
-Tabung II = 10,5+10,7+10,5/3 :
1. Dititrasi hingga terjadi V awal : 10,5 ml 10,567 mL
perubahan warna V akhir :21,2 ml
2. Dibaca dan dicatat angka pada V2 : 10,7 ml Konsentrasi NaOH :
buret e1 x m1 x v1 = e2 x m2 x
Tabung III= v2
3. Diulangi 3 kali percobaan V awal :
21,2 ml 2x0,05x10=1 x m2 x
4. Dihitung konsentrasi rata-rata V akhir : 10,567
31,7 ml m2=1/10,567
V3 : 10,5 ml m2=0,095 N
Hasil
-Larutan -HCI + H2O = tidak 2. NaOH (aq) + Hasil praktikum titrasi
Larutan Larutan Baku NaOH = bewarna asidi alkalimetri sesuai
NaOH HCl (aq) →
HCl tidak dengan dugaan .Dengan
bewarna -HCI + H2O + NaCl(aq) + H2O (l) trayek PH (8,2-12).Warna
1. Dibilas buret -Larutan Indikator pp = yang dihasilkan dari
dengan NaOH 1. Dimasukkan HCl 0,1 N = pencampuran larutan
larutan tidak
10mL dalam labu Rumus =
tidak bewarna NaOH + HCI + indicator
2. Dimasukkan Erlenmeyer 250mL e1 x m1 x v1 = e2
bewarna pp menghasilkan warna
NaOH dalam x m2 x v2
2. Dimasukkan -Aquades= -HCI + H2O +
buret hingga tidak Indikator pp
melebihi titik 10mL aquades m: konsentrasi - Tabung1 : Merah muda+
bewarna +NaOH =
larutan
nol 3. Ditambahkan 3 -Indikator - Tabung2 : Merah
tetes indikator PP = tidak muda++
3. Dibuka bewarna -Percobaan1 : merah V : volume larutan
keran perlahan fenolftalein (pp) muda+
e : electron valensi -Tabung 3 : Merah muda +
4. Diturunkan -Percobaan2 :
larutan sampai Merah muda++ V1 : 8,9Ml
titik nol V2 : 8,8 Ml
V3 :8,8 mL
1. Dititrasi hingga terjadi -Percobaan3 :
perubahan warna Merah muda + V rata-rata :

2. Dibaca dan dicatat angka pada V1+V2+V3/3 :


buret 8,9+8,8+8,8/3 :
8,833 mL
3. Diulangi 3 kali percobaan
4. Dihitung konsentrasi rata-rata Konsentrasi HCI :
e1 x m1 x v1 = e2 x m2 x
v2
Hasil
1x0,1x10=1 x m2 x 8,833
m2=1/8,833
m2=0,113 N
IX. Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik dengan topik
atau judul praktikum Titrasi Asidi-Alkalimetri yang dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 6 April 2023 yang bertujuan menentukan standarisasi larutan basa dan
menentukan konsentrasi HCl dan larutan NaOH yang sudah di standarisasi.
Analisis di dalam kimia dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan tujuan, antara
lain analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif adalah metode
yang berkaitan dengan identifikasi zat – zat kimia yang mengenali unsur atau
senyawa yang ada dalam suatu sampel. Sedangkan, analisis kuantitatif adalah
metode proses identifikasi yang menekankan terhadap penetapan jumlah suatu zat
tertentu yang terdapat dalam data yang telah diperhitungkan secara teori. Salah satu
fungsi analisis kuantitatif adalah menentukan kadar suatu senyawa dengan
perhitungan.

Titrasi adalah metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutann dengan mereaksikan sejumlah tertentu
volume larutan dengan volume lain yang diketahui konsentrasinya. Praktikum ini
akan menentukan standardisasi NaOH dengan asam oksalat dan NaOH dengan HCl.
Dan hasil akhir dari proses akan diperoleh perubahan warna dan konsentrasi NaOH.

Pertama, standarisasi NaOH dengan asam oksalat. Standardisasi adalah


penentuan konsentrasi larutan standar sekunder melalui standar primer. Larutan
standar adalah salah satu yang konsentrasi diketahui dengan pasti. Larutan standar
dibagi menjadi tiga, yaitu primer, sekunder, dan larutan standar tersier. Larutan
baku primer adalah larutan yang memiliki konsentrasi ditentukan dengan pasti
dengan penyiapan langsung (konsentrasi diketahui dari massa-volume larutan),
sedangkan baku sekunder larutan adalah larutan yang diperoleh dalam konsentrasi
dengan standardisasi karena kemurniannya yang relatif rendah

Titrasi merupakan proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan


konsentrasi yang telah diketahui sebelumnya untuk bereaksi secara lengkap dengan
larutan yang konsentrasinya belum diketahui sebelumnya. Titrasi umumnya
digunakan untuk pembakuan atau standardisasi pada larutan baku sekunder, seperti
NaOH dan HCI dengan menggunakan larutan baku primer, seperti asam oksalat.
NaCl, atau larutan baku sekunder yang telah dilakukan standardisasi terlebih dahulu
menjadi larutan baku primer. Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam
adalah melalui proses titrasi alkalimetri. Cara ini cukup mudah dan cepat, ketelitian
dan ketepatannya juga cukup tinggi.

Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai


titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa.
Alkalimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai
titrannya.dengan larutan standar asam kuat atau titrasi terhadap larutan garam yang
berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam kuat. Alkalimetri merupakan
metode yang berdasarkan pada reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan air hidroksida yang berasal dari basa yang
membentuk molekul air. Oleh sebab itu, alkalimetri dapat didefinisikan sebagai
metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu sampel dengan menggunakan
larutan basa yang sesuai.

Pada prosedur pertama yaitu menstandarisasi larutan NaOH dengan asam


oksalat baku. Standarisasi adalah penentuan konsentrasi sekunder melalui larutan
standar primer. Larutan baku sekunder yaitu larutan NaOH dan asam oksalat
sebagai larutan baku primer. Larutan baku NaOH merupakan larutan murni
higroskopis atau mudah menyerap air, jika kita ingin menggunakan larutan NaOH
maka diperlukan standarisasi terlebih dahulu karena pada saat penimbangan NaOH
bercampur dengan air. Syarat-syarat bahan standar utama yaitu, pertama harus
langsung tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Kedua, zat tersebut harus mudah mengering dan tidak boleh terlalu
higrokopis karena dapat mengakibatkan air terikut saat penimbangan. Zat tersebut
tidak boleh kehilangan berat saat terpapar udara. Ketiga, standar utama itu
diinginkan memiliki berat ekivalen yang tinggi untuk meminimalkan akibat-akibat
dari kesalahan saat penimbangan. Keempat, asam atau basa tersebut lebih disukai
yang kuat, yakni sangat terdisosiasi namun asam atau basah lemah dapat digunakan
sebagai standar utama tanpa kerugian yang berarti khususnya ketika larutan standar
tersebut akan digunakan untuk menganalisis sampel dari asam atau basa lemah.
Raksi antara titran dengan substansi yang terpilih sebagai standar primer harus
memenuhi sejumlah persyaratan analisi titrimetrik. Standar primer harus
mempunyai karakteristik yang pertama, harus tersedia dalam bentuk muni atau
dalam suatu tingkat kemurniannya diketahui. Jumlah total pengotor tidak boleh
melebihi 0,01 sampai 0,02% dan harus dilakukan tes mendeteksi kuantitas
pengotor-pengotor tersebut. Kedua, substansi tersebut harus stabil. Harus mudah
dikeringkan dan tidak terlalu higrokopis sehingga tidak banyak menyerap air
selama penimbanganmemiliki berat setara yang tinggi untuk meminimalkan
konsekuensi kesalahan saat menimbang.Massa yang setara adalah massa suatu zat
dengan jumlah mol secara stoikiometri dengan 1 mol elektron. Massa ekuivalen
suatu unsur sama dengan relatifnya massa atom unsur tersebut dibagi dengan
perubahan bilangan oksidasinya berpengalaman dalam reaksi elektrolisis. Massa
ekivalen setinggi massa zat yang diperlukan untuk menghasilkan satu mol elektron
reaksi elektrolisis, misalnya boraks, asam benzoat, dan asam oksalat. Dan asam dan
basa yang terakhir lebih memilih yang kuat karena mereka sangat terdisosiasi. Ini
karena asam dan basa yang lebih kuat memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
cepat dan efektif dengan zat lain. Di dalam selain itu, asam dan basa kuat dapat
digunakan dalam reaksi kimia itu membutuhkan kekuatan reaktan yang tinggi.
Semakin besar nilai derajat disosiasi, jumlah ion yang dihasilkan juga akan semakin
banyak, menyebabkan kekuatan asam dan basa menjadi lebih besar. Namun,
penggunaan asam dan basa lemah juga dapat digunakan sebagai standar primer
buret harus dibilas terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi dengan pengotor dan
menghasilkan perubahan warna yang sesuai. Kemudian, NaOH dimasukkan ke
dalam buret sampai batas miniskus. Miniskus dibagi menjadi dua yakni miniskus
atas dan miniskus bawah.

Miniskus atas terbentuk pada permukaan atas cairan di dalam buret, sedangkan
miniskus bawah terbentuk pada permukaan bawah cairan di dalam buret. Miniskus
atas digunakan apabila larutan yang diukur memang memiliki miniskus atas dan
juga untuk larutan berwarna. Sedangkan untuk miniskus bawah digunakan untuk
membaca volume di alat ukur jika larutan berwarna bening atau masih jelas dan
pastinya memiliki miniskusus bawah. Kemudian, kran dibuka perlahan lalu larutan
NaOH diturunkan sampai titik nol dan dicatat angkanya. Setelah itu, larutan standar
asam oksalat 0,1 N dipipet sebanyak 10 ml menggunakan pipet seukuran dan
dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer 250 ml. Kemudian, ditambahkan air
suling atau aquades sebanyak 10 ml. Aquades berpengaruh terhadap konsentrasi
tetapi tidak mempengaruhi jumlah zat nya. Perbedaan aquades dengan air yaitu,
aquades sudah melalui proses destilasi dan mengandung senyawa H₂O dan galam
mineral lainnya. Sedangkan, air mengandung zat dan mineral lain.

Setelah itu ditambahkan 3 tetes indikator PP. Fungsi penambahan indikator


PP yaitu untuk mempermudah dalam mengamati titik akhir titrasi. Indikator PP
adalah asam diprotik dan tidak berwarna. Indikaror PP mendeteksi OH sehingga
terjadi perubahan warna. Prinsip kerja PP yaitu proton lepas pertama, proton lepas
lagi sehingga terjadi perubahan warna tertentu dan terbentuk H 3O+ In. H₂O adalah
ion hidronium. Menggunakan indikator PP karena pada pratikum ini larutan asam
oksalat merupakan asam lemah ditambah dengan larutan NaOH yang merupakan
basa kuat menghasilkan garam yang bersifat basa. Garam yang bersifat basa
memiliki trayek PH >7 dan PH PP memiliki trayek PH 8,2-12 sehingga
menggunakan phenolftalein sebagai indikator.

Asam oksalat dapat diganti dengan senyawa lain yaitu kalium hidrogen
iodidat, asam sulfamat, natrium karbonat. Selanjutnya, dititrasi hingga terjadi
perubahan warna indikator. Perubahan warna tersebut menghasikan warna soft pink
karena ketika melakukan titrasi larutan asam oksalat dititrasi dengan NaOH terjadi
reaksi penetralan. Kelebihan dari larutan NaOH ini bereaksi dengan indikator PP
sehingga menghasilkan warna soft pink. Setelah itu dihentikan saat terjadi
perubahan warna. Lalu dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan akhir
titrasi. Dan diulangi sebanyak 3 kali. Hasil pengamatan sebelum dan sesudah
percobaan adalah sebelum percobaan larutan NaOH, larutan standar asam oksalat,
aquades, dan Indikator PP merupakan larutan tidak berwarna.

Dan sesudah percobaan didapatkan larutan asam oksalat aquades menghasilkan


larutan tidak berwarna. larutan asam oksalat + aquades + indikator PP
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah dititrasi, larutan asam oksalat +
aquades + indikator PP + larutan NaOH menghasilkan larutan berwarna soft pink.
Dan didapatkan Volume NaOH pada erlenmeyer 1 yaitu 10,5 mL. Pada erlenmeyer
2 didapatkan 10,7 mL dan pada erlenmeyer 3 didapatkan 10,5 mL. Didapatkan rata-
rata volume NaOH yaitu 10,567 mL dan didapatkan konsentrasi NaOH sebesar
0,095 N.

Reaksi: 2NaOH(aq) + C₂H₂O, (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2H₂O (1).

Rx Indikator: H2In + [OH-] → H3O+ + In2-

Pada percobaan kedua yaitu menentukan konsentrasi larutan HCI dengan


larutan NaOH yang telah distandarisasi. Pada larutan NaOH langkah pertama yaitu
membilas buret dengan larutan NaOH. Buret harus dibilas terlebih dahulu agar
tidak terkontaminasi dengan pengotor dan menghasilkan perubahan warna yang
sesuai. Kemudian, NaOH dimasukkan ke dalam buret sampai batas miniskus.
Miniskus dibagi menjadi dua yakni miniskus atas dan miniskus bawah. Miniskus
atas terbentuk pada permukaan atas cairan di dalam buret, sedangkan miniskus
bawah terbentuk pada permukaan bawah cairan di dalam buret. Miniskus atas
digunakan apabila larutan yang diukur memang memiliki miniskus atas dan juga
untuk larutan berwarna. Sedangkan untuk miniskus bawah digunakan untuk
membaca volume di alat ukur jika larutan berwarna bening atau masih jelas dan
pastinya memiliki miniskusus bawah. Kemudian, kran dibuka perlahan lalu larutan
NaOH diturunkan sampai titik nol dan dicatat angkanya. Setelah itu, larutan HCI
dipipet sebanyak 10 ml menggunakan pipet seukuran dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer 250 ml. Kemudian, ditambahkan air suling atau aquades sebanyak
10 ml. Aquades berpengaruh terhadap konsentrasi tetapi tidak mempengaruhi
jumlah zat nya. Perbedaan aquades dengan air yaitu, aquades sudah melalui proses
destilasi dan mengandung senyawa H₂O dan garam mineral lainnya. Sedangkan, air
mengandung zat dan mineral lain.

Setelah itu ditambahkan 3 tetes indikator PP. Fungsi penambahan indikator


PP yaitu untuk mempermudah dalam mengamati titik akhir titrasi. Indikator PP
adalah asam diprotik dan tidak berwarna. Indikaror PP mendeteksi OH sehingga
terjadi perubahan warna. Prinsip kerja PP yaitu proton lepas pertama, proton lepas
lagi sehingga terjadi perubahan warna tertentu dan terbentuk H 3O+ In. H3O adalah
ion hidronium. Selanjutnya, dititrasi hingga terjadi perubahan warna indikator.
Kelebihan dari larutan NaOH ini bereaksi dengan indikator PP sehingga
menghasilkan warna soft pink. Setelah itu dihentikan saat terjadi perubahan warna.
Lalu dibaca dan dicatat angka pada buret pada awal dan akhir titrasi. Dan diulangi
sebanyak 3 kali. Hasil pengamatan sebelum dan sesudah percobaan adalah sebelum
percobaan larutan NaOH, larutan HCl, aquades, dan Indikator PP merupakan
larutan tidak berwarna. Dan sesudah percobaan didapatkan larutan HCI + aquades
menghasilkan larutan tidak berwarna. larutan HCI + aquades + indikator PP
menghasilkan larutan tidak berwarna. Setelah dititrasi, larutan HCI+ aquades +
indikator PP larutan NaOH menghasilkan larutan berwarna soft pink. Dan
didapatkan Volume NaOH pada erlenmeyer 1 yaitu 8,9 ml. Pada erlenmeyer 2
didapatkan 8,8 ml. Dan pada erlenmeyer 3 didapatkan 8,8 ml. Didapatkan rata-rata
volume NaOH yaitu 8,83 ml dan didapatkan konsentarsi HCI sebesar 0,113 N.

Reaksi: HCI (aq) + NaOH(aq) → NaCl (aq) + H₂O (1)

Rx Indikator: H2In + [OH-] → H3O+ + In2-


X. Diskusi
-
XI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Titrasi Asidi-alkalimetri dapat diambil kesimpulan bahwa
sesuai dengan dugaan, warna yang dihasilkan dari pentitrasi Larutan standar
NaOH + asam oksalat 0,1N + indikator fenolftalein menghasilkan warna merah
muda dengan Volume rata-rata NaOH sebesar 10,567 mL dan Konsentrasi NaOH
sebesar 0,095 N .

Sedangkan untuk hasil titrasi Larutan standar NaOH + HCl + Indikator


fenolftalein mengasilkan warna yang sesuai pula dengan dugaan yaitu berwarna
merah muda, dengan volume rata-rata NaOH sebesar 8,833 mL dan Konsentrasi
HCl sebesar 0,113N

XII. Saran
Dalam melakukan praktikum titrasi, diharapkan agar praktikan harus bersabar
dalam proses men-titrasi. Praktikan juga diharapkan berhati-hati dalam
menuangkan larutan-larutan agar tidak terjadi pengurangan volume/konsentrasi
dikarenakan larutan tidak tepat dengan jumlah yang seharusnya dibutuhkan.
Praktikan juga diharapkan memahami Langkah-langkah dengan baik dan benar
agar tidak banyak terjadi kekeliruan. Karena hasil yang maksimal didapatkan
dengan keakuratan dalam men-titrasi NaOH yang dilakukan tetes demi tetes.
XIII. Daftar Pustaka
Amalina, E., & Priatmoko, H. (2016). Pengaruh Doping-N Pada Aktivitas
Fotokatalis TiO2, Untuk Degradasi Methyl Orange. Indonesian Journal of
Chemical Science, 70-72.

Day, & Underwood. (1999). Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

John, K. (2003). Analytical Chemistry for Technicians. Washington: Lewis


Publisher.

M. Sodiq Ibnu, & et al. (2005). Kimia Analitik I. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Padmaningrum, R. (2006). TITRASI ASIDIMETRI. Jurdik Kimia, 1-9.

Rahayu, R., Purnamasary, I., & Nugraha, A. (2022). Pengembangan Indikator


Bromofenol Biru dan Metil Merah pada Label Pintar Sebagai Sensor
Kematangan Buah Tomat. e-Journal Pustaka Kesehatan, 46-51.

W. Haryadi. (1990). Ilmu Kimia Analitim Dasar. Jakarta: Gramedia.

Wulandari, M., & Santika, I. (2022). Penetapan Kadar Tablet Asetosal Dengan
Metode Asidi-Alkalimetri. Journal Scientific of Mandalika (JSM), 664-
669.
XIV. Lampiran

a. Jawaban Pertanyaan

1. Mengapa pembuatan larutan NaOH harus memakai air yang sudah dididihkan?

Jawab:

Tujuan menggunakan air yang mendidih adalah untuk menghindari ledakan, sebab
reaksi logam alkali (Na) bersifat eksoterm. Dan juga logam alkali (Na) mudah
bereaksi dengan air.

2. Apa beda antara:

a. Larutan baku dan larutan standar?

Jawab:

- Larutan Baku: Larutan yang konsentrasinya diketaui melalui hasil dari


penimbangan dan pengenceran, dan konsentrasi ditentukan dari hasil
perhitungan.
- Larutan Standar: Larutan yang konsentrasinya sudah ditetapkan secara
akurat.

b. Asidimetri dan alkalimetri?

Jawab:

- Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai


titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa.
- Alkalimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai
titrannya dan sebagai analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat
asam.

3. Berikan alasan penggunaan indikator pada titrasi diatas!

Jawab:

Pada titrasi antara NaOH dengan asam oksalat atau HCl menggunakan indikator
fenolftalein (pp) karena indikator fenolftalein (pp) memiliki pH basa yaitu rentang
8,3-10 yang cocok digunakan untuk dititrasi dengan NaOH yang juga bersifat basa.
Pada titrasi antara HCl dengan Na2CO3 menggunakan indikator metil jingga karena
titrasi tersebut asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 3,1-4,4.

Pada titrasi antara HCl dengan Na2B4O7 menggunakan indikator metil merah
karena titrasi tersebut asam kuat dengan basa lemah yang memiliki rentang pH 4,2-
6,2.

b. Perhitungan

1. NaOH dengan asam oksalat

2NaOH + H2C2O4 → Na2C2O4 + 2H2O

𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣

𝑉 =0

𝑉 = 10,5 𝑚𝐿

𝑉 = 10,7 𝑚𝐿

𝑉 = 10,5 𝑚𝐿

 V rata-rata

𝑉 + 𝑉 + 𝑉 10,5 + 10,7 + 10,5


= = 10,567 𝑚𝐿
3 3

 Konsentrasi NaOH

𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣

2 𝑥 0,05 𝑥 10 = 1 𝑥 𝑚 𝑥 10,567

𝑚 = 0,095 𝑁

2. NaOH dengan HCl

NaOH + HCl → NaCl + H2O

𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣

𝑉 =0
𝑉 = 8,9 𝑚𝐿

𝑉 = 8,8 𝑚𝐿

𝑉 = 8,8 𝑚𝐿

 V rata-rata

𝑉 + 𝑉 + 𝑉 8,9 + 8,8 + 8,8


= = 8,833 𝑚𝐿
3 3

N=MxV

0,1 = M x 1

M = 0,1N

 Konsentrasi HCl

𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣 = 𝑒 𝑥𝑚 𝑥𝑣

1 𝑥 0,1 𝑥 10 = 1 𝑥 𝑚 𝑥 8,833

1
𝑚 = = 0,113𝑁
8,833
d. Dokumentasi

1. Titrasi NaOH dengan Asam oksalat

No Gambar Keterangan
1 Pengambilan larutan NaOH
yang digunakan untuk membilas
buret

2 Pengambilan larutan baku asam


oksalat 0,1N

3 Penambahan 10mL aquades


pada larutan baku asam oksalat
0,1 N

4. Ditambahkan 3 tetes indikator


fenolftalein

5. Larutan di titrasi hingga


mengalami perubahan warna
menjadi merah muda

6. Hasil titrasi pada Labu


Erlenmeyer tabung I,II,III
2. Titrasi NaOH dengan HCl

No Gambar Keterangan
1. Pengambilan larutan NaOH
yang digunakan untuk membilas
buret

2. Pengambilan larutan HCl 0,1N

3. Penambahan 10 mL aquades
pada larutan baku HCl

4. Penambahan indikator
fenolftalein 3 tetes

5. Larutan di titrasi ingga


mengalami perubahan warna
menjadi merah muda

6. Hasil titrasi pada Labu


Erlenmeyer tabung I,II,III
f. Pralab

Anda mungkin juga menyukai