Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH TURUNNYA DAN PENULISAN AL-QUR’AN ASBAB AN


NUZUL
Kelompok 4.Unit 1.Semester 1.

Diajukan Memenuhi Persyaratan Lulus Mata Kuliah Ilmu al-qur‟an dan Hadis

Program Studi: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampun: Fajri,S.Pd.I.M.Ag

Di susun oleh :

1.Wahyu Rifka (202221003)

2.Resti Angraini(202221014)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIAH DAN


ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)
LHOSEUMAWE
LHOKSEUMAWE TAHUN 2022\2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ,puji syukur kehadiran Allah Swt. Yang telah mengajarkan manusia ilmu dengan
pena dan mengajarkan manusia tentang apa apa yang tidak diketahuinya.Shalawat dan salam
senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi agung, Muhammad Saw.yang telah membawa kita
dari jaman jahiliyah menuju jalan yang rahmatan lil alamin

Makalah ini di susun guna membahas tentang “ Sejarah turunnya dan penulis al-qur‟an asbab an
nuzul”.Dengan terselesaikannya makalah ini .Kami menyampaikan terimakasih kepada seluruh
pihak dalam penyusunan makalah ini.Terlebih kepada dosen pengampun bapak Fajri
S.Pd.I.M.Ag selaku dosen pengajar mata kuliah “ ilmu al-qur‟an dan hadis”.

Kami selaku penyusun.Mengharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dan informasi


yang tepat.Demi penyempurnaan makalah ini.Di harapka adanya keritikan.Dan saran dari
pembaca serta mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam penulisan makalah ini.

Lhokseumawe,20 september 2022

Penyusu

( Kelompok 4)
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI………………………………………………………………………

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………
A. Latar belakang masalah……………………………………………………………………
B. Rumusan masalah………………………………………………………………………….
C. Tujuan pembahasan………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

A.Sejarah turun dan penulisan al-qur’an


a.pengertian al-qur‟an………………………………………………………………………..
b.hikmah diwahyukannya al-qur,an secara berangsur-angsur……………………………….
c.pengumpulan al-qur‟an(jam‟al-qur‟an……………………………………………………..
B.Asbab an Nuzul…………………………………………………………………………….
a.pengertian asbab an nuzul………………………………………………………………….
b.urgensi dan kegunaaan asbab an nuzul……………………………………………………
c. cara mengetahui riwayat asbab an nuzul…………………………………………………
d.macam macam asbab an nuzul……………………………………………………………
e.kaidah al ibrah…………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………
A.Kesimpulan…………………………………………………………………………………
B.Saran………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang masalah

AL-QUR,AN merupakan suatu mukzizat terbesar dari segala mukzizat yang pernah
diberikan Allah Swt kepada seluruh nabi nabi dan rasulnya .Yang disampaikan kepada kita
secara mutawatir dalam bahasa arab sebagai sebagai petunjuk bagi umat manusia serta
diturunkan untuk menjadi pegangan bagi manusia agar mereka terbimbing dengan petunjuknya
ke jalan yang benar sekaligus menjadi mukzizat kerasulan nabi Muhammad Saw .Yang apabila
dibaca bernilai ibadah ,di mulai dari surah Al-fatihah dan ditutup surat an-nas di susun menjadi
114 surah dalam suatu mushaf yang sampai sekarang terpelihara keorisinalannya serta tidak
berubah sedikit pun ,baik dari susunan kata maupun kalimatnnya.

Banyak sekali berbagai pendapat mengenai AL-QUR‟AN baik dari pengertian,


perkembangan, serta penulisan AL-QUR‟AN .Selain itu juga,masih banyak seseorang yang
mengaku beragama islam dan perpedoman pada kitab AL-QUR‟AN namun belum mengerti dan
paham betul mengenai AL-QUR‟AN.Maka dari itu beberapa ahli membuat surat kesepakatan
mengenai ilmu yang berkaitan dengan AL-QUR‟AN yang dinamakan Ulumul Qur‟an

Dari segi turunnya AL-QUR‟AN dan penulisan AL-QUR‟AN terdapat pula beberapa
perbedaan perbedaan para ahli.Dari beberapa perbedaan pendapat tersebut,para ahli kemudian
mengkaji lebih mendalam dari segi pengertian AL-QUR‟AN sejarah turunnya AL-QUR‟AN
dan penulisan AL-QUR‟AN pada masa Nabi Muhammad Saw dan bagaimana proses
penyempurnaan dan sejarah penulisan serta sebab sebab turunnya AL-QURAN.
B.Rumusan Masalah

a. Bagaimana sejarah turunnya al-qur‟an?

b. Bagaimana cara penulisan al-qur‟an

c . Apa yang dimaksud dengan asbab an nuzul

C.Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui sejarah turunnya al-qur‟an

b.Untuk mengetahui cara penulisan al-qur‟an

c.Untuk mengetahui tentang asbab an nuzul

BAB II

PEMBAHASAN
A.Sejarah turunnya al-quran

Sejarah pertama kali al-qur‟an turun sejarah nuzulul qur‟an ini jatuh pada malam 17
ramadhan.Dimana,malaikat jibril mengirimkan wahyu kitab suci al-qur‟an kepada nabi
Muhammad di gua hira,yaitu sekitar 5 kilo meter dari kota makkah. Dikatakan bahwa nabi
Muhammad menerima wahyu pertama tersebut saat berusia 40 tahun.

a.pengertian al-qur’an

al-quran adalah sebuah kitab suci utama dalam agama islam kalam Allah Swt,yang dipercayai
muslim bahwa kitab ini diturunkan oleh Allah,yang diturunkan kepada nabi Muhammad
Saw.Kitab ini terbagi ke dalam beberapa surah 114 surah dan setiap surah nya terbagi ke dalam
beberapa ayat.

Para ulama ulama yang mengatakan bahwa cara melafalkannya mengunakan hamzah pun telah
terpecah menjadi dua pendapat

1.sebagian dari mereka,diantaranya Al-Lihyani, berkata bahwa kata “ al-qur‟an” merupakan kata
jadiaan dari kata dasar “qara‟a” ( membaca) sebagaimana kata rujhan dan ghufran. Kata jadian
ini kemudian dijadikan sebagai nama bagi firman Allah yang dirunkan kepada nabi Muhammad
Saw.Penamaan ini masuk kedalam kata gori “tasmiah al-maful bi al-mashdar”( penamaan isim
maf ul dengan isim mashdar ). Mereka merujuk firman Allah pada surat al-qiyamah [ 75] ayat

17-18

٧١َّ-ََََّّّّۚ‫اِنََّّ َعلَ ْيىَاَّ َج ْمعَهََّّ َوقُ ْر ٰاوَه‬


Sesungguhnya kami yang mengumpulkan [do dadamu]dan membuatmu pandai.75:17

٧١َّ-ََََّّّّۚ‫فَ ِاذَاَّقَ َرأْ ٰو َّهَُّفَات ِب َّْعَّقُ ْر ٰاوَه‬


Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu 75:18

2. Sebagian dari mereka,di antaranya Al-zujaj,menjelaskan bahwa kata al-qur‟an merupakan


kata sifat yang berasal dari kata dasar “al-qar” yang artinya menghimpunkan . kata sifat ini
kemudian dijadikan nama bagi firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, karena
kitab itu menghimpun surat,ayat,kisah,perintah,dan larangan. Atau karena kitab ini
menghimpun inti sari kitab kitab suci sebelumnya.

b.Hikmah diwahyukannaya al-qur’an secara berangsur angsur


1.Menguatkan hati nabi Muhammad Saw dalam menyampaikan dakwah

Pada saat nabi muhammad dan para sahabat berdakwah era makkiyah kerapkali mendapatkan banyak
penentang, dijauhi bahkan dicemooh dan disiksa.
sebagaimana diisyaratkan oleh firman allah yang artinya :

“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar).”

(QS. al-Furqan :32)

Selain itu, dukungan agar semakin kukuh dan kuat atas kedzoliman orang kafir, Allah mencoba
menenangkan hati Nabi Muhammad SAW dengan turunnya Surat Al-An‟am ayat 34 yang
artinya:

“Dan sesungguhnya rasul-rasul sebelum engkau pun telah didustakan, tetapi mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang
pertolongan Kami kepada mereka.”
(QS. Al-An‟am: 34)

2. Menantang Orang-orang Kafir yang Mendustakan Al-Qur’an

Pada dasarnya tujuan kaum musyrik ingin sekali melemahkan Nabi Muhammad SAW dalam
dorongan berdakwah, sehingga berbagai cara akan dilakukan oleh kaum Kafir. Seperti
memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit dan tidak masuk akal, seperti hari kiamat yang
dilontarkan orang-orang musyrik dengan tujuan melemahkan Nabi Muhammad SAW.

saja menjawab pertanyaan itu, namun bisa juga menantang mereka untuk membuat sesuatu yang
serupa dengan Al-Qur-an. Kemudian ketika mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu, maka
hal itu sekaligus merupakan salah satu mu`jizat Al-Qur-an yang datang dari Allah Subhanahu wa
ta’ala.

3. Menyesuaikan dengan Peristiwa-peristiwa dalam Penetapan Hukum

Al-Qur‟an diturunkan mengikuti setiap kejadian dan melakukan pentahapan dalam penetapan
aqidah yang benar, hukum-hukum syari`at, dan akhlak mulia.

Misalnya, dalam menentukan ke haraman khamar, ia tidak diharamkan secara mutlak namun
melalui penahapan. Pertama, Al Quran menyebut mudharatnya lebih besar dari manfaatnya,
dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah Ayat 219 menjelaskan:b

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang
lebih dari keperluan”. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.”

(QS. 2 : 219) Kedua, Alquran melarang orang yang mabuk karena khamr dari salat, tercantum dalam
Al-Qur‟an Surat An-Nisa Ayat 43 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.”

(QS. 4 : 43)
Ketiga, baru diharamkan secara tegas dalam Surat al-Maidah Ayat 90-91 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

(QS. 5 : 90-91)

4. Memperkuat Bukti dan Keyakinan Bahwa Al-Qur’an Adalah Benar Dari Allah SWT

Walaupun Al-Qur-an turun secara berangsur-angsur dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari dan
dengan banyak sekali perselisihan serta ujian dari kaum kafir atau musyrik. Akan tetapi secara
keseluruhan terdapat keserasian di antara satu bagian al-Qur-an dengan bagian lainnya. Hal ini
tentunya hanya dapat dilakukan Allah yang Maha Bijaksana.

5. Mempermudah dalam Menghafal Serta Memahami Al-Qur’an

Dengan Al-Qur‟an diturunkan secara bertahap, tentu hal ini akan mempermudah umat muslim dalam
membaca serta menghafal tulisan. Karena tidak semua masyarakat Arab saat itu pandai membaca dan
menulis, sehingga pengetahuan mereka adalah daya hafalan dan ingatan. Pada saat itu Nabi
Muhammad SAW memberi petunjuk kepada para sahabatnya untuk mempelajari dan menghafalkan
setiap ayat-ayat Al-Qur‟an yang turun agar tidak ada yang terlewatkan.

C.Pengumpulan Al-qur’an( Jam’ Al-qur’a

Dikalangan ulama,pengumpulan Al-qur‟an(jam‟al-qur‟an) memiliki dua penotasi,konotasi


pengapalan Al-qur‟an dan konotasi penulisannya secara keseluruhan .

1. Proses penghafalan al-qur’an

Kedatangan wahyu merupakan sesuatu yang dirindukan nabi.Oleh karena itu,begitu wahyu
dating,nabi lansung menghafal dan memahaminya. Dengan demikian nabi adalah orang yang
paling pertama menhafal al-qur‟an.Tindakan nabi itu sekaligus merupakan suri teladan yang di
ikuti para sahabatnya.Imam al-bukhari mencatat sekitar tujuh orang sahabat nabi yang terkenal
dengan hafalan al-qur‟anya. Mereka adalah Abdullah bin Mas‟ud,salim bin Mi‟qal ( maula‟nya
abu hudzaifah) Mu‟adz bin Jabal ,Ubai bin Ka‟ab,Zaid bin Tsabit,Abu Zaid bin As-sakan,dan
abu ad-Darda.
2. Proses Penulisan Al-qur‟an

Penulisan dan pengumpulan Al-Qur‟an melewati tiga jenjang.

 Tahap Pertama.

Zaman Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam. Pada jenjang ini penyandaran pada
hafalan lebih banyak daripada penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat
Radhiyallahu „anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa baca tulis dan
sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan mereka yang mendengar satu ayat, dia akan
langsung menghafalnya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma,
potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Jumlah para penghapal Al-Qur‟an
sangat banyak

Dalam kitab Shahih Bukhari [1] dari Anas Ibn Malik Radhiyallahu „anhu bahwasanya Nabi
Shallallahu „alaihi wa sallam mengutus tujuh puluh orang yang disebut Al-Qurra‟. Mereka
dihadang dan dibunuh oleh penduduk dua desa dari suku Bani Sulaim ; Ri‟l dan Dzakwan di
dekat sumur Ma‟unah. Namun di kalangan para sahabat selain mereka masih banyak para
penghapal Al-Qur‟an, seperti Khulafaur Rasyidin, Abdullah Ibn Mas‟ud, Salim bekas budak Abu
Hudzaifah, Ubay Ibn Ka‟ab, Mu‟adz Ibn Jabal, Zaid Ibn Tsabit dan Abu Darda Radhiyallahu
„anhum.

 Tahap Kedua

Pada zaman Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu „anhu tahun dua belas Hijriyah. Penyebabnya
adalah : Pada perang Yamamah banyak dari kalangan Al-Qurra‟ yang terbunuh, di antaranya
Salim bekas budak Abu Hudzaifah ; salah seorang yang Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
memerintahkan untuk mengambil pelajaran Al-Qur‟an darinya.

Maka Abu Bakar Radhiyallahu „anhu memerintahkan untuk mengumpulkan Al-Qur‟an agar
tidak hilang. Dalam kitab Shahih Bukahri [2] disebutkan, bahwa Umar Ibn Khaththab
mengemukakan pandangan tersebut kepada Abu Bakar Radhiyallahu „anhu setelah selesainya
perang Yamamah. Abu Bakar tidak mau melakukannya karena takut dosa, sehingga Umar terus-
menerus mengemukakan pandangannya sampai Allah Subhanahu wa Ta‟ala membukakan pintu
hati Abu Bakar untuk hal itu, dia lalu memanggil Zaid Ibn Tsabit Radhiyallahu „anhu, di
samping Abu Bakar bediri Umar, Abu Bakar mengatakan kepada Zaid : “Sesunguhnya engkau
adalah seorang yang masih muda dan berakal cemrerlang, kami tidak meragukannmu, engkau
dulu pernah menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam, maka sekarang
carilah Al-Qur‟an dan kumpulkanlah!”, Zaid berkata : “Maka akupun mencari dan
mengumpulkan Al-Qur‟an dari pelepah kurma, permukaan batu cadas dan dari hafalan orang-
orang. Mushaf tersebut berada di tangan Abu Bakar hingga dia wafat, kemudian dipegang oleh
Umar hingga wafatnya, dan kemudian di pegang oleh Hafsah Binti Umar Radhiyallahu „anhuma.
Diriwayatkan oleh Bukhari secara panjang lebar.

Kaum muslimin saat itu seluruhnya sepakat dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar, mereka
menganggap perbuatannya itu sebagai nilai positif dan keutamaan bagi Abu Bakar, sampai Ali
Ibn Abi Thalib Radhiyallahu „anhu mengatakan : “Orang yang paling besar pahalanya pada
mushaf Al-Qur‟an adalah Abu Bakar, semoga Allah Subhanahu wa Ta‟ala memberi rahmat
kepada Abu Bakar karena, dialah orang yang pertama kali mengumpulkan Kitab Allah
Subhanahu wa Ta‟ala

 Tahap Ketiga

Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu „anhu pada tahun dua puluh lima
Hijriyah. Sebabnya adalah perbedaan kaum muslimin pada dialek bacaan Al-Qur‟an sesuai
dengan perbedaan mushaf-mushaf yang berada di tangan para sahabat Radhiyallahu „anhum. Hal
itu dikhawatirkan akan menjadi fitnah, maka Utsman Radhiyallahu „anhu memerintahkan untuk
mengumpulkan mushaf-mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak
berbeda bacaannya kemudian bertengkar pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta‟ala dan akhirnya
berpecah belah.

Dalam kitab Shahih Bukhari [3] disebutkan, bahwasanya Hudzaifah Ibnu Yaman Radhiyallahu
„anhu datang menghadap Utsman Ibn Affan Radhiyallahu „anhu dari perang pembebasan
Armenia dan Azerbaijan. Dia khawatir melihat perbedaaan mereka pada dialek bacaan Al-
Qur‟an, dia katakan : “Wahai Amirul Mukminin, selamtakanlah umat ini sebelum mereka
berpecah belah pada Kitab Allah Subhanahu wa Ta‟ala seperti perpecahan kaum Yahudi dan
Nasrani!” Utsman lalu mengutus seseorang kepada Hafsah Radhiyallahu „anhuma : “Kirimkan
kepada kami mushaf yang engkau pegang agar kami gantikan mushaf-mushaf yang ada
dengannya kemudian akan kami kembalikan kepadamu!”, Hafshah lalu mengirimkan mushaf
tersebut.
Kemudian Utsman memerintahkan Zaid Ibn Tsabit, Abdullah Ibn Az-Zubair, Sa‟id Ibnul Ash
dan Abdurrahman Ibnul Harits Ibn Hisyam Radhiyallahu „anhum untuk menuliskannya kembali
dan memperbanyaknya. Zaid Ibn Tsabit berasal dari kaum Anshar sementara tiga orang yang lain
berasal dari Quraisy. Utsman mengatakan kepada ketiganya : “Jika kalian berbeda bacaan
dengan Zaid Ibn Tsabit pada sebagian ayat Al-Qur‟an, maka tuliskanlah dengan dialek Quraisy,
karena Al-Qur‟an diturunkan dengan dialek tersebut!”, merekapun lalu mengerjakannya dan
setelah selesai, Utsman mengembalikan mushaf itu kepada Hafshah dan mengirimkan hasil
pekerjaan tersebut ke seluruh penjuru negeri Islam serta memerintahkan untuk membakar naskah
mushaf Al-Qur‟an selainnya.

Utsman Radhiyallahu „anhu melakukan hal ini setelah meminta pendapat kepada para sahabat
Radhiyalahu „anhum yang lain sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud [4] dari
Ali Radhiyallahu „anhu bahwasanya dia mengatakan : “Demi Allah, tidaklah seseorang
melakukan apa yang dilakukan pada mushaf-mushaf Al-Qur‟an selain harus meminta pendapat
kami semuanya”, Utsman mengatakan : “Aku berpendapat sebaiknya kita mengumpulkan
manusia hanya pada satu Mushaf saja sehingga tidak terjadi perpecahan dan perbedaan”. Kami
menjawab : “Alangkah baiknya pendapatmu itu”.

Mush‟ab Ibn Sa‟ad [5] mengatakan : “Aku melihat orang banyak ketika Utsman membakar
mushaf-mushaf yang ada, merekapun keheranan melihatnya”, atau dia katakan : “Tidak ada
seorangpun dari mereka yang mengingkarinya, hal itu adalah termasuk nilai positif bagi Amirul
Mukminin Utsman Ibn Affan Radhiyallahu „anhu yang disepakati oleh kaum muslimin
seluruhnya. Hal itu adalah penyempurnaan dari pengumpulan yang dilakukan Khalifah
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu „anhu.

B ASBAB AN NUZUL

a.pengertian asbab an nuzul

ungkapan asbab an nuzul merupakan bentuk idhafah dari kata “asbab” dan “ nuzul”secara
etimologi , asbab an nuzul adalah sebab sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama,diantaranya:

 Menurut az-zarqani

“asbab anu nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi seta ada hubungannya dengan
turunnya ayat al-quran sebagai penjelasan hukum pada saat peristiwa itu terjadi.
 Ash-shabuni

“Asbab an nuzul”adalah peristiw atau kejadian yang menyebab kan turunnya suatu atau “asbab
beberapa ayat mulia yang berhubungan denga pristiwa dan kejadian tersebut,baik berupa
pertayaan yang di ajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

 Shubi shalih

“asbab an nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-
qur‟an ( ayat-ayat) terkadang menjiratkan peristiwa itu,sebagai respons atasnya atau sebagai
penjelasan terhadap hukum hukum di saat peristiwa itu terjadi.

 Mana Al-Qthathan

“ asbab an nuzul adalah peristiwa peristiwa yang menyebabkan turunnya as-quran berkenaan
dengannya waktu peristiwa itu terjadi,baik berupa satu kejadiian atau berupa pertanyaan yang di
ajukan kepada nabi.

b.Urgensi Dan Kegunaan Asbab an nuzul

Az-Zarqani dan As-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang berpendapat bahwa mengetahui
asbab an nuzul merupakan hal yang sia sia dalam memahami al-quran . Mereka berangapan
bahwa mencoba memahami al-qur‟an dengan meletakkan ke dalam konteks historis adalah sama
dengan membatasi pesan pesannya pada ruang dan waktu tertentu.Namun ,keberatan seperti ini
tidaklah berdasar,karena tidak mungkin menguniversalkan pesan al-qur‟an di luar masa dan
tempat pewahyuan,kecuali melalui pemahaman yang semestinya terhadap makna al-qur‟an
dalam konteks sejarahnya.

Sementara itu, mayoritas ulama sepakat bahwa konteks kesejarahannya yang terakumulasi
dalam riwayat riwayat asbab an nuzul merupakan satu hal yang di signifikan untuk memahami
pesan pesan al-qur‟an.Dalam satu statemennya Ibu tarmiyah menyatakan

“Asbab an nuzul sangat menolong dalam menginterpretasi al-qur’an”

Ungkapan senada dikemukakan oleh Ibn Daqiq Al‟led dalam pernyataanya

“Penjelasan terhadap asbab an nuzul merupakan motode yang kondusif untuk


menginterpretasikan makna makna al-qur’an”

Bahkan, Al-Wahidi menyatakan ketidak mungkinan untuk menginterpretasikan al-qur‟an tampa


mempertimbangkan aspek kisah dan asbab an nuzul.Urgensi pengetahuan akan asbab an nuzul
dalam memahami al-qur‟an yang diperhatikan oleh para ulama salaf tenyata mendapat dukungan
dari para ulama khalaf. Menarik untuk dikaji adalah pendapat Fazlul Rahman yang
mengambarkan al-qur‟an sebagai puncak dan sebuah gunung es .Sembilan sepersepuluh dari
bagianya terendam di bawah perairan sejarah,dan hannya sepersepuluhnya yang hanya dapat di
lihat.Rahman lebih lanjut menegaskan bahwa sebagian besar ayat Al-Quran sebenarnya
mensyaratkan perlunya pemahaman terhadap situasi situasi historis yang khusus, yang
memperoleh solusi,komentar dan tanggapan dari Al-Qur‟an.Uraian rahman tersebut secara
eksplisit,menginsyaratkan asbab an nuzul dalam memahami Al-Qur‟an.

Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi asbab an nuzul dalam
memahami Al-Qur‟an,sebagai berikut:

 Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam menagkap


pesan ayat ayat Al-Qur‟an .Diantaranya dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah[2] ayat 115
dinyatakan bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah .Dalam kasus
shalat,dengan melihat zahir ayat di atas,seseorang boleh menghadap ke arah mana saja
sesuai dengan kehendakan hatinya.Ia seakan akan tidak berkewajiban untuk menghadap
kiblat ketika shalat akan tetapi setelah melihat asbab an nuzulnya,tahapan bahwa
interpretasi tersebut keliru.Sebab,ayat di atas berkaitan dengan seseorang yang sedang
berada dalam perjalanan dan melakukan shalat di atas kendaraan,atau berkaitan dengan
orang yang berjihad dalam menenentukan arah kiblat.

Contoh kedua,diriwayatkan dalam Shalih Al-Bukhari bahwa Marwan menemui kesulitan ketika
memahami ayat:

ِ ‫سبا َّن الَّ ِذيْنا يا ْف ار ُح ْونا بِ اما ٓ اات ْاوا َّوي ُِحب ُّْونا ا ا ْن يُّحْ امد ُْوا بِ اما لا ْم يا ْفعالُ ْوا فا اَل تاحْ اسبانَّ ُه ْم بِ امفاازا ة ٍ ِ ّمنا ْالعاذاا‬
‫ ِۚ اولا ُه ْم اَذاا ِۚ ا ا ِليْم‬ ‫اَل تاحْ ا‬

Qur’an surah ali Imran ayat 188. “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira
dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak
mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka
akan mendapat azab yang pedih.”

 Mengatasi keraguan ayat yang di duga mengandung pengertian umum.Umpamanya


dalam surat Al‟Anam[6] ayat 145 dikatakan:

َّ ََّ‫ع ٍم َّ ي َ طْ ع َ مُ ه َُّ إ ِ َل َّ أ َ ْن َّ ي َ ك ُ و َن َّ َم ي ْ ت َ ة ً َّ أ َ ْو َّ د َ ًم اَّ َم سْ ف ُ و ًحَّ اَّأ َ ْو َّ ل َ ْح م‬


ِ ‫ح ر ًم اَّ ع َ ل َ ٰى َّ طَ ا‬
َ ‫ي َّ إ ِ ل َ ي َّ ُم‬ ِ ُ ‫ََّل َّأ َ ِج د َُّ ف ِ يَّ َم اَّأ‬
َ ‫وح‬ َ ‫ق ُ ْل‬

ٌَّ‫ك َّ غ َ ف ُ و ٌر َّ َر ِح ي م‬
َ َّ‫َّر ب‬ ْ ‫س َّ أ َ ْو َّ ف ِ سْ ق ً اَّأ ُهِ ل َّ ل ِ غ َ ي ِْر ََّّللا ِ َّ ب ِ هِ َّ َّ ف َ َم ِه َّا‬
َ ‫ض ط ُ ر َّ غ َ ي ْ َر َّ ب َ اغ ٍ َّ َو ََل َّ ع َ ا ٍد َّ ف َ إ ِ ن‬ ٌ ‫َُّر ْج‬ ٍ ‫ِخ ى ْ ِز‬
ِ ‫ير َّ ف َ إ ِ و ه‬

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi -- karena sesungguhnya semua itu
kotor -- atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam
keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas,
maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Menurut Asy-Syafi’I pesan ayat ini tidak bersifat umum(hasr). Untuk mengtasi
kemungkinan adanya keraguan dalam memahami ayat di atas, Asy-Syafi’I menggunakan
alat bantu asbab an nuzul. Menurutnya, ayat ini diturunkan sehubungan dengan orang-
orang kafir yang tidak mau memakan sesuatu, kecuali apa yang telah mereka halalkan
sendiri.

 Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-qur’an,bagi ulama yang


berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus
(As-Sabab) dan bukan lafazh yang bersifat umum( umum al-lafahz).

 Mengindentifikasikan pelaku yang menyebab kan ayat al-qur’an


turun.Umpamanya,A,Isyah pernah menjernihkan kekeliruan Marwan yang
menunjuk Abd Ar-Rahman Ibn Abu Bakar sebagai orang yang menyebapkan
turunnya ayat “ Dan orang yang mengatakan kepada orang tuanya” ( Q.S. Al-
Ahqaf :17).

 Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat,serta untuk memantapkan


wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.Sebab,hubungan sebab akibat
(Musabbab),hukum, peristiwa,dan pelaku,masa,dan tempat merupakan satu
jalinan yang bisa mengikuti hati.

C.Cara mengetahui riwayat asbab an nuzul

Asbabun Nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah Saw. oleh karena itu,tidak
boleh tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan(pentransmisian)
yang benar (Naql As-Shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengarlangsung turunnya
ayat Al-Qur‟an.
Al-Wahidi berkata : “Tidak boleh memperkatakan tentang sebab-sebab turunya al-qur‟an
melainkan dengan dasar riwayat dan mendengar dari orang-orang yang menyaksikan ayat itu
diturunkan dengan mengetahui sebab-sebab serta membahas pengertiannya”.Sejalan dengan itu,
Al-Hakim menjelaskan dalam ilmu Hadis bahwa apabila seorang sahabatyang menyaksikan
masa wahyu dan al-Qur‟an diturunkan ,meriwayatkan tentang suatu ayat Al-Qur‟an bahwa ayat
tersebut turun tentang suatu kejadian Qur‟an diturunkan, meriwayatkan tentang suatu ayat qur‟an
adian), Ibnu Al-Salah dan lainnya jugasejalan dengan pandangan ini.Berdasarkan keterangan di
atas, maka Asbabun Nuzul yang diriwayatkan dari seorangsahabat diterima sekalipun tidak
dikuatkan dan didukung riwayat lain. Adapun Asbabun Nuzul dengan hadis mursal (hadis yang
gugur dari sanadnya seorang sahabat dan mata rantai
periwayatnya hanya sampai kepada seorang tabi‟in), riwayat seperti ini tidak diterima kecuali
sanadnya Sahih dan dikuatkan Hadis Mursal lainnya.Biasanya ulama menggunakan lafadz-lafadz
yang tegas dalam penyampaiannya, seperti:
“sebab turun ayat ini begini”, atau dikatakan dibelakang suatu riwayat “maka turunlah ayatini”.

Contoh : “beberapa orang dari golongan Bani Tamim mengolok


-olok Bilal, maka turunlahayat:Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-
laki merendahkankumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pulasekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang
direndahkan itulebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan
memanggil dengangelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruksesudah iman[1410] dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka
Itulah orang-orangyang zalim. (Q.S. Al Hujrat (49): 11). [1409] Jangan mencela dirimu sendiri
Maksudnyaialah mencela antara sesama mukmin karana orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410]Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari,
seperti panggilankepada orang yang sudah beriman, dengan pangilan seperti: Hai fasik, hai kafir
dan sebagainya.

d.Macam macam asbab an nuzul

 Secara garis besar asbab al-nuzul dapat dibagi menjadi 2 macam yakni dalam bentuk
peristiwa dan dalam bentuk pertanyaan.
Adapun dalam bentuk peristiwa dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sebagai berikut :
Peristiwa berupa pertengkaran, seperti perselisihan yang berkecamuk antara segolongan
dari suku aus dan segolongan dari suku khasraj. Peristiwa itu timbul dari intik-intik yang
ditiupkan orang-orang yahudi sehingga mereka bertetiak-teriak :"senjata-senjata".
Peristiwa tersebut menyebabkan turunnya beberapa ayat surah ali imran melalui dari
firman allah :

َ َ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيهَ آ َمىُىا إِ ْن ت ُ ِطيعُىا فَ ِزيقًا ِمهَ الَّ ِذيهَ أُوتُىا ا ْل ِكت‬
َ‫اب يَ ُزدُّو ُك ْم بَ ْع َد إِي َماوِكُ ْم كَافِ ِزيه‬

"hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orng yang diberi al-
kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman".
(qs.ali'imran ayat 100)
2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius, seperti peristiwa seorang yang mengimami sholat
sedang dalam keadaan mabuk sehingga tersalah membaca surah al-kafirun, dari peristiwa
tersebut maka menyebabkan turunnya ayat :

َ‫َار ٰي َحت َّ ًٰ ت َ ْعلَ ُمىا َما تَقُىلُىن‬


َ ‫سك‬ُ ‫ص ََلةَ َوأ َ ْوت ُ ْم‬
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذيهَ آ َمىُىا ََل تَ ْق َزبُىا ال‬

"hai orang-orang yang beriman, janganlahkamu menghampiri sholat sedang kamu dalam
keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan...." (qs.an-nisaa ayat 43)
 Peristiwa itu berupa cita-cita dan keinginan, seperti persesuaian-persesuaian umar bin
khattab dengan ketentuan ayat al-qur'an. Dalam sejarah ada beberapa harapan umar yang
dikemukakan kepada nabi muhammad swa. Kemudian turun ayat yang dikandungnya
sesuai dengan harapan-harapan umar tersebut. Sebagian ulama telah menulisnya secara
khusus. Sebagai contoh imam al-bukhari dan lainnya meriwayatkan dari anas ra. Bahwa
umar berkata :" aku sepakat dengan tuhanku dalam tiga hal : aku katakan kepada rasul,
bagaimana sekiranya kalau kita jadikan makam ibrahim sebagai tempat sholat". Maka
turunh ataulah ayat surah al-baqarah ayat 125

e. Kaidah “Al-Ibrah”

Ada sebuah persoalan yang penting dalam pembahasan asbab An-Nuzul , misalkan telah
terjadi sesuatu peristiwa atau ada suatu pertayanan, kemudian satu peristiwa atau ada suatu
jawaban, tetapi ungkapan ayat tersebut mengunakan redaksi „amm (umum) hingga boleh menjadi
mempunyai cangkupan yang lebih luas dan tidak terbatas pada kasus pertayanan itu, maka
persoalan adalah apakah ayat tersebut harus dipahami dari keumuman lafazh ataukah dari sebab
khasus (spesifik) itu. Dengan kata alin, apakah ayat iyu berlaku secara khusus ataukah ataukah
umum? Dalam hal ini para ulama berbeda pendapet.

Mayoritas ulama berbedapendapat bahwa yang harus menjadi pertimbangan adalah harus
menjadi pentimbangan adalah keumuman lafazh dan bukannya kekhususan sebab (al-ibrah bi
ummum al-lafzhi bi khusus asbab). As-Suyithi,memberikan alas an bahwa itulah yang dilakukan
oleh para sahabat dan golongan lain.Ini bisa di buktikan,antara lain, ketika turun ayat zihar dalam
kasus Salman Ibn Shakhar ayat lil‟an dalam perkara Hilal Ibn Umayyah,dan ayat qadzab dalam
kasus tuduhan terhapat aisyah penyelesaian terhadap kasus kasus ternyata juga diterapkan
terhadap peristiwa lain yang serupa.

Zamakhsyari dalam penafsiran aurat Al-Humazah[104] mengatakan bahwa boleh jadi surat ini
diturunkan karena sebab khusus,namun ancaman hukuman yang tercangkup di dalamnya jelas
berlaku umum ,mencakup semua orang yanh berbuat kejahatan yang disebutkan Ibn Abbas pun
mengatakan bahwa ayat [5] :8 tentang kejahatan pencurian berlaku umum,tidak hanya bagi
pelaku pencurian seorang wanita dalam asbab An nuzul.

Ibn Tarmiyah berpendapat,bahwa banyak ayat yang diturunkan berkenaan dengan kasus
tertentu bahkan, kadang-kadang nenunjukkan pribadi seseorang,kemudian dipahami sebagai
berlaku umum.Misalnya Surah Al-Maidah [5]: 49 tentang perintah kepada nabi itu hanya berlaku
adil terhadap kedua qabilah itu( ibid)

Di sisi lain ada juga ulama yang berpendapat bahwa ungkapan satu lafadz Al-Qur‟an harus di
pandang dari segi ke khususan sebab bukan dari segi keumuman lafadz ( al-ibrah bi khususu as-
sabab la bi bi‟umum al-lafadz).Jadi ,cakupan ayat tersebut terbatas pada kasus yang
menyebabkan sebuah ayat diturunkan. Adapun kasus lainnya yang serupa,kalaupun akan
mendapat penyelesaian yang sama,hal itu bukan di ambil dari pemahaman terhadap ayat
itu,melainkan dari dalil lain,yaitu dengan qiyas, apabila memang memenuhi syarat-syarat
qiyas,ayat qadzaf,misalnya diturunkan khusus sehubungan dengan kasus hilal dengan istrinya.
Adapun kasus lain yang serupa dengan kasus tersebut,hukumnya ditetapkan melalui jalan qiyas.

BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Sejarah dan penulisan asabab an nuzul
 Sejarah pertama kali al-qur‟an turun sejarah nuzulul qur‟an ini jatuh pada malam 17
ramadhan.Dimana,malaikat jibril mengirimkan wahyu kitab suci al-qur‟an kepada nabi
Muhammad di gua hira,yaitu sekitar 5 kilo meter dari kota makkah. Dikatakan bahwa
nabi Muhammad menerima wahyu pertama tersebut saat berusia 40 tahun

2.Cara penulisan alquran ada beberapa tahap


 Pada msa Nabi Muhammad Saw pada tampilan penyandaraan pada tulisan karena hafalan
para sahabat sangat kuat dan cepat ditulis dan sarananya.Oleh karena itu siapa sajadari
kalangan mereka yang mendengar satu ayat,dia akan lansung menghafalnya atau
menulisnya dengan sarana seadanya di pelepah kurma,potongan kulit,permukaan batu
cadas atau tulang belikat unta.
 Pada masaAbu Bakar Ash-Shidiq memerintahkan untuk mengumpulkan agar Al-Qur‟an
tidak hilang
 Pada zaman Amirul Mukminin Utsman Ibn Affan memerintahkan untuk mengumpulkan
mushaf mushaf tersebut menjadi satu mushaf sehingga kaum muslimin tidak memiliki
bacaan yang berbeda.
3.Mengetahui asbab an nuzul
 Dapat membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur‟an ,dan menghilangkan keraguan
tentangnya.Asaba an nuzul sangat bermanfaat bagi orang mukmin dan yang bukan
mukmin.Adapun bagi orang mukmin akan semakin kuat keimanannya dan jelas baginya
hikmah disyaratkan suatu hukum oleh Allah Swt.

B.Saran

Dalam makalah ini pasti terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dan tidak mungkin
pemakalah sebutkan semua kesalahan,dan kekurangan tersebut, maka dari itu, pemakalah
mohon kritik dan saran yang membangun untuk dapat memperbaiki makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://text-id.123dok.com/document/nzw...

https://www.ilmusaudara.com/2016/05/asbabannuzul

https://alquransuratayat.blogspot.cpm/2021

Besumber dari buku prof.Rosihon Anwar,M,Ag Hal 31-48.

Anda mungkin juga menyukai