Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

R DENGAN

DIAGNOSA MEDIS HIRSCHSPRUNG

Dosen Pengampu : Ns. Andri Yulianto, M. Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Salwa Shafa Az-zahra 2021205201011
2. Widiatun Marcella Putri 2021205201009
3. Ade Diah Amanda 2021205201010
4. Sugeng 2021205201012
5. Syahyadi 2021205201039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “suhan Keperawatan Pada By. R dengan Diagnosa Medis Hirschsprung”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Andri Yulianto, M.
Kes. selaku Dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 19 Juni 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................2
BAB II KONSEP PENYAKIT ........................................................................3
A. Definisi…......................................................... ............................................3
B. Penyebab……............................................................... ...............................3
C. Klasifikasi........................................................... .........................................4
D. Manifestasi Klinis……....................................................................... .........4
E. Pathway................................................ ........................................................7
F. Pemeriksaan Penunjang (lab dan diagnostik)...............................................8
G. Komplikasi................................................ ...................................................8
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan................................................ ...10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..........................................11
A. Pengkajian................................................ ....................................................11
B. Diagnosa Keperawatan............................................... .................................20
C. Rencana Keperawaatan................................................ ................................21
BAB IV PENUTUP ...........................................................................................25
Kesimpulan .........................................................................................................25
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit hisprung merupakan suatu kelainan bawaan yang menyebabkan
gangguan pergerakan usus yang dimulai dari spingter ani internal ke arah
proksimal dengan panjang yang bervariasi dan termasuk anus sampai rektum.
Penyakit hisprung adalah penyebab obstruksi usus bagian bawah yang dapat
muncul pada semua usia akan tetapi yang paling sering pada neonatus.
Penyakit hisprung juga dikatakan sebagai suatu kelainan kongenital
dimana tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus auerbach di
kolon, keadaan abnormal tersebutlah yang dapat menimbulkan tidak adanya
peristaltik dan evakuasi usus secara spontan, spingter rektum tidak dapat
berelaksasi, tidak mampu mencegah keluarnya feses secara spontan, kemudian
dapat menyebabkan isi usus terdorong ke bagian segmen yang tidak adalion dan
akhirnya feses dapat terkumpul pada bagian tersebut sehingga dapat
menyebabkan dilatasi usus proksimal.
Pasien dengan penyakit hisprung pertama kali dilaporkan oleh Frederick
Ruysch pada tahun 1691, tetapi yang baru mempublikasikan adalah Harald
Hirschsprung yang mendeskripsikan megakolon kongenital pada tahun 1863.
Namun patofisiologi terjadinya penyakit ini tidak diketahui secara jelas. Hingga
tahun 1938, dimana Robertson dan Kernohan menyatakan bahwa megakolon yang
dijumpai pada kelainan ini disebabkan oleh gangguan peristaltik dibagian distal
usus defisiensi ganglion.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari penyakit hirschsprung ?


2. Apa penyebab dari penyakit hirschsprung ?
3. Apa saja klasifikasi penyakit hirschsprung ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit hirschsprung?

1
5. Pemeriksaan penunjang apa yang digunakan dalam mendeteksi penyakit
hirschsprung?
6. Komplikasi apa yang bisa terjadi jika pasien menderita penyakit
hirschsprung?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit hirschsprung?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Hirschsprung?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit hirschsprung


2. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit hirschsprung
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit hirschsprung
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit hirschsprung
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang digunakan dalam mendeteksi
penyakit hirschsprung
6. Untuk mengetahui Komplikasi yang bisa terjadi jika pasien menderita penyakit
hirschsprung
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit hirschsprung
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Hirschsprung

2
BAB II

KONSEP PENYAKIT

A. Definisi
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Jadi, karena ada bagian dari usus besar (mulai dari anus
kearah atas) yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi
“kelumpuhan” usus besar dalam menjalanakan fungsinya sehingga usus menjadi
membesar (megakolon). Panjang usus besar yang terkena berbeda-beda untuk
setiap individu.
Penyakit hirschsprung atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-
sel ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Dan ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya
evakuasi usus spontan. Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya
sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai pada usus halus.
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi
pada bayi aterm dengan berat lahir < 3 Kg, lebih banyak laki – laki dari pada
perempuan. ( Arief Mansjoeer, 2000).
Penyakit hirschsprung adalah anomali kongenital yang mengakibatkan
obstruksi mekanik karena ketidak adekuatan motilitas sebagian dari usus. (Donna
L. Wong, 2003)

B. Penyebab
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung itu sendiri adalah sebagai
berikut :
1. Aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai
dari sfingter ani internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah

3
rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitarnya, 5% dapat
mengenai seluruh usus sampai pilorus.
2. Diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak
dengan down syndrome.
3. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

C. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, dapat dibedakan 2 tipe yaitu :
1. Penyakit Hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, ini merupakan 70%
dari kasus penyakit Hirschprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki-
laki dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak pada anak laki maupun prempuan.
(Ngastiyah, 2005).

D. Menifestasi Klinis
Penyakit Hirschsprung ini sendiri memiliki gejala klinis berupa
obstipasi, obstruksi akut (baru lahir) dan yang terkena kebanyakan bayi yang
cukup bulan. Dan trias penyakit ini adalah mekonium terlambat keluar (>24
jam), perut kembung, dan muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar
biasanya juga terjadi diare dan enterokolitis kronik.
Sembilan puluh sembilan persen bayi lahir cukup bulan mengeluarkan
mekonium dalam waktu 48 jam setelah lahir. Penyakit Hirschsprung harus
dicurigai apabila seorang bayi cukup bulan (penyakit ini tidak biasa terjadi pada
bayi kurang bulan) yang terlambat mengeluarkan tinja. Beberapa bayi akan
mengeluarkan mekonium secara normal, tetapi selanjutnya memperlihatkan
riwayat konstipasi kronis.

4
Gagal tumbuh dengan hipoproteinemia karena enteropati pembuang
protein sekarang adalah tanda yang kurang sering karena penyakit Hirschsprung
biasanya sudah dikenali pada awal perjalanan penyakit. Bayi yang minum ASI
tadak dapat menampakkan gejala separah bayi yang minum susu formula.
Kegagalan mengeluarkan tinja menyebabkan dilatasi bagian proksimal
usus besar dan perut menjadi kembung. Karena usus besar melebar, tekanan di
dalam lumen meningkat, mengakibatkan aliran darah menurun dan perintang
mukosa terganggu. Stasis memungkinkan proliferasi bakteri, sehingga dapat
menyebabkan enterokolitis (Clostridium difficile, Staphylococcus aureus,
anaerob, koliformis) dengan disertai sepsis dan tanda-tanda obstruksi usus besar.
Pengenalan dini penyakit Hirschsprung sebelum serangan enterokolitis sangat
penting untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas.
Penyakit Hirschsprung pada penderita yang lebih tua harus dibedakan
dari penyebab perut kembung lain dan konstipasi kronis. Riwayat seringkali
menunjukkan kesukaran mengeluarkan tinja yang semakin berat, yang mulai
pada umur minggu-minggu pertama. Massa tinja besar dapat diraba pada sisi kiri
perut, tetapi pada pemeriksaan rektum biasanya tidak ada tinja.
Tinja ini, jika keluar, mungkin akan keluar berupa butir-butir kecil,
seperti pita, atau berkonsistensi cair; tidak ada tinja yang besar dan yang
berkonsistensi seperti tanah pada penderita dengan konstipasi fungsional. Pada
penyakit Hirschsprung masa bayi harus dibedakan dari sindrom sumbat
mekonium, ileus mekonium, dan atresia intestinal. Pemeriksaan rektum
menunjukkan tonus anus normal dan biasanya disertai dengan semprotan tinja
dan gas yang berbau busuk. Serangan intermitten obstruksi intestinum akibat
tinja yang tertahan mungkin disertai dengan nyeri dan demam.
1. Pada bayi
a. Tidak bisa mengeluarkan meconium (feses pertama) dalam 24-28 jam
pertama setelah lahir.
b. Tampak malas mengkonsumsi cairan.
c. Muntah bercampur dengan cairan empedu.
d. Distensi abdomen.

5
e. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare.
f. Demam.
g. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda
yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans, terjadi distensi
abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah (Betz,
Cecily L, et.al. 2002).

2. Pada anak
a. Konstipasi.
b. Tinja seperti pita dan berbau busuk.
c. Distensi abdomen.
d. Failure to thrive (gagal tumbuh).
e. Nafsu makan tidak ada (anoreksia).
f. Adanya masa di fecal, dapat dipalpasi.
g. Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemia.
h. Letargi.
i. Infeksi kolon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda,
yang dapat mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam
dan muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya (Betz,
Cecily L, et.al. 2002)

6
E. Pathway

Absensi ganglion Meissner dan Auerbach


(PENYAKIT HIRSCHPRUNG)
)

Obstipasi,
tidak ada
Mual, muntah, Usus spastis dan mekonium
diare daya dorong tidak
ada

Gangguan
Volume Distensi pola BAB
Nutrisi kurang
cairan tubuh abdomen hebat
dari kebutuhan
tubuh menurun

Perubahan status Gangguan rasa


kesehatan anak nyaman nyeri
Pembedahan

Koping keluarga
Resti gangguan Resiko injuri tidak efektif
integritas kulit

7
F. Pemeriksaan Penunjang (Lab dan Diagnostik)
1. Pemeriksaan laboratorium
Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya
terjadi pada 38%-50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27%-44% pada
obstruksi non strangulata.
Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik
asidosis bila tedapat tanda-tanda shock.
2. Biopsi rectum
Biopsi merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung.
Pemeriksaan ini memberikan diagnosa definitif dan digunakan untuk
mendeteksi ketiadaan ganglion. Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan
penyakit Hirschsprung.
3. Colok dubur
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu
tertentu akan ada tinja yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu
bau dari tinja, kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian
bawah dan akan terjadi pembusukan.

G. Komplikasi
Menurut Corwin (2001) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi. Menurut
Mansjoer (2000) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah sebagai
berikut :

8
1. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
2. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
3. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
4. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
5. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin
karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.

Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain sebagai


berikut :
1. Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga
mengganggu ekspansi paru.
2. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
3. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi
dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.

9
H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Penatalaksanaan bedah
Pembedahan hirschsprung dilakukan dalam 2 tahap, yaitu dilakukan
kolostomi loop atau double-barrel sehingga tonus dan ukuran usus yang
dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal (memerlukan waktu 3-4 bulan),
bila umur bayi itu antara 6-12 bulan, 1 dari 3 prosedur berikut harus
dilakukan:
a. Prosedur Duhamel : penarikan kolon normal kearah bawah dan
menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, menciptakan
dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang ditarik tersebut.
b. Prosedur Swenson : Bagian kolon aganglionik dibuang kemudian
dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran
anal yang dilatasi.
c. Prosedur soave : Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap
utuh. Kolon yang bersaraf normal ditarik sampai ke anus, tempat
dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot
rektosigmoid yang tersisa. (Betz. Sowden 2002)

2. Penatalaksanaan keperawatan
Masalah utama adalah terjadinya gangguan defekasi (obstipasi). Perawatan
yang dilakukan adalah melakukan spuling dengan air garam fisiologis hangat
setiap hari (bila ada persetujuan dokter) dan mempertahankan kesehatan
pasien dengan memberi makanan yang cukup bergizi serta mencegah
terjadinya infeksi. (Ngastiyah 2005)

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan Kesehatan Anak Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan Hirschprung Disease.

Tanggal Masuk RS : 13 Mei 2023 Ruang rawat : R. Polibedah 15


Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2023 No. Register : 00.68.73.57
Perwat yang mengkaji : Diagnosa Medis : Hirschprung

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien dan Keluarga
a. Nama : Rayyanza Al Ghipari
b. Tanggal lahir/umur : 07/11/2022 / 6 bulan
c. Agama : Islam
d. Alamat : Pringsewu

a. Nama Ayah : Hartono


b. Umur : 30 tahun
c. Pekerjaan : Buruh
d. Pendidikan : SD
e. Agama : Islam

a. Nama Ibu : Lilis


b. Umur : 27 tahun
c. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
d. Pendidikan : SD
e. Agama : Islam

11
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
• Alasan masuk rumah sakit
Pasien datang dengan gangguan pada eliminasi BAB, pasien datang
terpasang colostomi darah sekitar anus rembes, ibu klien mengatakan
sudah berencana untuk melakukan operasi penutupan kedua.
• Keluhan utama : nyeri akut
P : nyeri timbul saat beraktivitas
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : nyeeri di daerah abdomen kanan
S : skala nyeri 4
T : nyeri hilang timbul

Riwayat Kesehatan Masa Lalu


• Penyakit yang pernah dialami
a. Demam : ya / tidak
b. Kejang : ya / tidak
c. Batuk / pilek : ya / tidak
d. Mimisan : ya / tidak
• Dirawat di RS : ya / tidak (1x / tahun), di RSUD H. Abdul Moloek, 6
bulan lalu, hirschprung disaese, 1 minggu, status kesehatan anak ; belum
sembuh / pulang atas permintaan dokter / harus kontrol tiap 1 bulan x ke
poli bedah anak
• Pernah dioperasi : ya / tidak (1x /tahun)
• Jenis operasi : operasi
• Jenis obar yang pernah digunakan
• Kecelakaan (terbentur / jatuh) : ya / tidak

12
Riwayat keluarga (genogram)

Keterangan

: laki-laki

: Perempuan

: Klien

: meninggal

? : tidak diketahui

: garis perkawinan

13
: garis keturunan

: garis serumah

Riwayat kehamilan dan kelahiran


• Saat kelahiran
a. ANC : ya / tidak (3 kali selama kehamilan)
b. Imunisasi : ya / tidak (imunisasi TT)
c. Kejadian khusus selama kehamilan : tidak ada
d. Nutrisi saat hamil : nasi, sayur, daging/lauk pauk,buah dan susu

• Saat lahiran
a. Penolong : bidan
b. Tempat : puskesmas
c. Usia kehamilan : 37 minggu
d. Jenis persalinan : normal
e. Kondisi saat lahir : normal
f. BB dan PB saat lahir : 2700 gram, 48 cm

• Setelah kelahiran
Keterampilan ibu : ibu mengatakan mampu melakukan perawatam tali
pusat, memandikan bayi, menyusui, perawatan
payudara.

Riwayat Imunisasi
No Jenis Usia
1. BCG 1 bulan
2. DPT - 1 2 bulan

14
3. DPT - 2 3 bulan
4. DPT - 3 4 bulan
5. Polio - 1 1 bulan
6. Polio - 2 2 bulan
7. Polio - 3 3 bulan
8. Polio - 4 4 bulan
9. Hepatitis - 1 -
10. Hepatitis - 2 -
11. Hepatitis - 3 -
12. Campak -

Riwayat usis anak usia 6 bulan


• Miring : usia 4 bulam
• Tengkurap : usia 5 bulam
• Merangkak :-
• Tumbuh gigi pertama : -
• Berdiri :-
• Berbicara :-
• Berjalan :-

Riwayat psikososial
1. Pola interaksi dengan orang baik, bagus. Ibu klien mengatakan
pembawaan secara umum baik, anak selalu ceri
2. Pola kuktural : tidak terkaji
3. Pola rekreasi : tidak terkaji
4. Lingkungan fisik tempat tinggal
5. Penanaman nilai kepercayaan

15
3. Pola Kebutuhan Sehari-hari
(sebelum sakit)
a. Pola nutrisi
1) Pola makan : 3x sehari
2) Makanan pokok : asi
3) Makanan yang disukai :-
4) Porsi : belum makan MPASI
5) Lauk pauk :-
6) Sayuran :-
7) Nafsu makan : baik
8) Aleegi terhadap makanan : tidak ada

b. Pola cairan
1) Jenis menuman dan jumlah : asi, sufor 30 cc/hari
2) Minuman yang disukai :-
3) Cairan tambahan : infus 20x/tm
4) Total intake cairan/hari : 20x/tm hari

c. Pola tidur : malam 12 jam, siang 2-3 jam

d. Pola hygene tubuh


1) Mandi : 2x/ hari
2) Sikat gigi : 2x/hari
3) Kebersihan rambut : baik
4) Kebersihan kuku : baik

e. Pola aktivitas
1) Bermain : ya/tidak
2) Sekolah :-
3) Aktivitas di RS :-

16
4. Kondisi Psikisosial (saat sakit)
1. An. Hanya terbaring banyak menghabiskan waktu di tempat tidur
bersama orang tua
2. Pola pertahanan keluarga
Orang tua selalu mendampingi anaknya
3. Pengetahuan keluarga
Keluarga mengatakan sudah paham tentang penyakit yang diderita buah
hatinya dan membantu melakukan perawatan

5. Pemeriksaan Fisik Umum


a. Pengukuran pertumbuhan
1. tinggi badan : 8 cm
2. BB sebelum sakit : 7,8 kg
3. BB saat sakit : 8 kg
4. Lingkar kepala : 43 cm
5. lingkar dada : 64,5 cm
6. lingkar perut :-
7. LLA :-

b. pengukuran perkembangan (DESA)


1. Motorik halus :-
2. Motorik kasar :-
3. Bahasa dan kognitif : tidak terkaji
4. Kemandirian :-

c. Reflek primitif
1. Morro, saat bayi dikagetkan respon bayi seperti ingin memeluk
2. Menggenggam, bayi menggenggam tangan pemeriksa
3. Rooting, bayi menoleh saat disentuh pipinya
4. Menghisap, reflek menghisap bagus
5. Menelan, bayi dapat menelan

17
6. Babinski, saat telapak kaki disentuh, jempol kaki bergerak fleksi
sementara jari-jari lain ekstensi

d. Keadaan umum
1. Tingkat kesadaran : compos mentismentis
2. Tanda vital : suhu : 36,5oC Respirasi : 46x/menit
Nadi : 104x/menit

6. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Sistem Penglihatan
1. Fungsi penglihatan normal tidak ada terus konjungtiva merah muda
pupil isokor
2. Posisi mata simetris
3. Keadaan kelopak baik, tidak ada benjolan
4. Pergerakan bola mata simetris mengikuti arah
5. Keadaan konjungtiva, merah muda tidak pucat
6. Keadaan kornea, baik simetris
7. Keadaan sklera tidak Ikterus
8. Keadaan pupil, isokur
9. Tanda pendengaran, tidak ada
b. Sistem Pendengaran
1. Fungsi pendengaran normal
2. Posisi telinga simetris tidak ada serumen
3. Keadaan daun telinga tidak ada serumen bersih
c. Tanda peradangan tidak ada
d. Sistem pernapasan
1. Pernapasan hidung, normal tidak ada
2. Bersihan jalan nafas efektif
3. batuk, tidak ada
4. Jenis pernapasanpernapasan

18
5. Bentuk dada simetris Barrel chest
6. Bentuk hidung normal, tidak terdapat sekret, tidak terdapat polip,
dan tidak terjadi perdarahan hidung (epistaksis).
e. Pemeriksaan Telinga
Telinga tampak bersih, tidak terdapat serumen, tidak terjadi perdarahan
pada telinga, tulang telinga masih lunak.
f. Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan
Mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, terpasang Oral Gastric Tube
(OGT), kemampuan menghisap lemah, mukosa faring merah muda,
terdapat jamur berwarna putih di lidah, dan bibir, tidak terdapat
perdarahan gusi, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.
g. Pemeriksaan Tengkuk dan Leher
Tidak ada kelainan pada bentuk tengkuk dan leher.
h. Pemeriksaan Thorax/Dada
Bentuk dada normal, saat inspirasi dan ekspirasi simetris kanan dan kiri,
tidak terdapat retraksi dada.
Paru : tidak terdapat otot bantu pernapasan, frekuensi napas 56x/menit
Jantung : irama jantung regular, denyut jantung 166x/menit
i. Pemeriksaan Punggung
Punggung simetris, tidak terdapat luka, tulang belakang teraba simetris
disumbu tengah.
j. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen sopel, terdapat luka post op ileustomi yang masih basah, tidak
terdapat distensi abdomen, bising usus normal 5x/mnt.
k. Pemeriksaan Genetalia dan Anus
Genitalia bersih, terpasang kateter,jenis kelamin laki-laki dan terdapat
lubang anus.
l. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Tidak terdapat edema ekstremitas, kekuatan otot lemah, gerak tonus
lemah, tangan menggenggam lemah, tidak ada tanda-tanda phlebitis.
m. Pemeriksaan Neurologi

19
Tidak terkaji karena pasien masih neonates.
n. Pemeriksaan Integumen akral hangat,
turgor kulit menurun tipis, CRT < 2 detik, tidak terdapat sianosis dan
tidak ada oedema.

B. Diagnosa Keperawatan
Test Diagnostik
Hasil Laboratarium
No Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal
1. SGOT 47 < 77
2. SGPT 15 < 56
3. Gula darah sewaktu 22 < 140
4. Ureum 18 11-36
5. Creatinine 0,28 < 0,85
6. Natrium 130 132 - 142
7. Kalium 3,7 4,4 – 6,0
8. Calsium 10,1 9,0 – 11,0
9. Chlorida 98 97 - 108
10. Al bumin 2,5 3,5 – 5,2
11. Globulin 1,8 2,3 – 3,5
12. Protoin total 4,3 6,4 – 8,3

Pengobatan/ terapi
Tanggal Jenis terapi/obat, cairan Dosis caea Waktu
Died, 02, ddi pemberian pemberian
15/05/2023 • Cafitaxime IV melakui selang 06.00 WIB
• Paracetamol infus 18. 00 WIB
• Mebronidazole Dosis : 400 gr/ 12g
120kg/ 8 g

20
60 kg/ 8 g
16/05/2023 • Cafiaxone IV melakui selang 06.00 WIB
• PCT infus 18.00 WIB
• Metronidatole Dosis : 400 gr/ 12g
120kg/ 8 g
60 kg/ 8 g
17/05/2023 • Cefo mx im IV melakui selang 06.00 WIB
• Metronidazole infus 18.00 WIB
• Paracetamol Pls Dosis : 400 gr/ 12g
120kg/ 8 g
60 kg/ 8 g

• Pasien datang dengan keluhan terpasang culostomi, dam daerah di sekitar


anus rembes luka operasi

• Daata Fokus
Data Objektif : S : 35,3oC RR : 46x/menit
N : 104x/menit
Data Subjektif :
- Ibu klien mengatakan anaknya mengalami gangguan eliminasi BAB
- Nyeri akut
- Ibu klien mengatakan takut dengan kondisi anaknya.

C. Rencana Keperawatan
No Hari/tgl Dx Perencanaan
keperawatan
Tujuan intervensi rasional
1 Nyeri akut b. Lakukan Manajemen -Untuk
d insisi tindakan nyeri mengetahui
pembedahan keperawatan Observasi lokasi,

21
selama 1 x 24 -Identifikasi karakteristik
jam diharapkan lokasi, durasi,
nyeri dapat karakteristik frekuensi,
berkurang durasi, kualitas,
dengan kriteria frekuensi, intensitas nyeri
hasilhasil kualitas, -untuk
-Nyeri menurun intensitas nyeri mengetahui
-Meringis 37 skala nyeri
menurun -identifikasi
-sikap protektif skala nyeri
menurun
-gelisah menurun Terapeutik
-kesualitan tidur -fasilitasi
menurun istirahat tidur

Edukasi
-Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri -anjurkan
teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
Lakukan
pemberian

22
analgetik Jika
perlu
2 Inkontinensia Setelah Latihan -Memonitor
fekal b. d dilakukan eliminasi fekal peristaltik usus
pasca operasi tindakan (1.04150) teratur -
pull through keperawatan Observasi menganjurkan
selama 1 x 24 -monitor waktu yang
jam diharapkan peristaltik usus konsisten
inkontinensia fal secara teratur untuk buang
b.d pasca operasi air besar
pull through dan Terapeutik -menganjurkan
penutupan Anjurkan asupan cairan
kolostomi waktu yang adekuat sesuai
konsisten kebutuhan
untuk buang -menganjurkan
air besar mengkonsumsi
makanan
Edukasi tertentu sesuai
-Anjurkan program atau
asupan cairan hasil
yang yang kuat konsultasi
sesuai -kolaborasikan
kebutuhan penggunaan
-anjurkan obat supostoria
mengonsumsi
makanan
tertentu sesuai
program atau
hasil konsultasi

Kolaborasi

23
Kolaborasi
penggunaan
obatobat
supostoria

24
BABA IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit Hirschsprung disebut juga kongenital aganglionik megakolon.
Penyakit ini merupakan keadaan usus besar (kolon) yang tidak mempunyai
persarafan (aganglionik). Pembagian Penyakit Hirschprung : Penyakit
Hirschprung segmen pendek dan Penyakit Hirschprung segmen panjang.
Penyebab penyakit Hirschsprung karena ada kegagalan sel neural pada masa
embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi kraniokaudal pada myenterik dan
submukosa dinding pleksus.

Manifestasi Klinis Hirschsprung: Konstipasi, Diare berulang, Tinja seperti


pita, berbau busuk, Distensi abdomen dan Gagal tumbuh. Komplikasi : Gawat
pernapasan, Enterokolitis, Striktura ani (pasca bedah), Inkontinensia (jangka
panjang). Pemeriksaan Diagnostik dapat berupa Foto abdomen, Enema barium,
Biopsi rectal dan Manometri anorektal.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, jika terdapat kesalahan dalam penulis
maupun penyampaiannya penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca.
Atas kritikan dan saran dari pembaca penulis ucapkan terima kasih

25
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Sowden, 2002, Keperawatan Pediatric Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Mansjoer , Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran .Edisi Ke-3 . Jakarta : Media
Aesulapius FKUI
Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi
ke-3. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa : Brahm U Pendit.
Jakarta : EGC.
Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Staf Pengajar Ilmu kesehatan Anak . 1991. Ilmu Kesehatan Anak . Edisi Ke-2 . Jakarta :
FKUI .

26

Anda mungkin juga menyukai