Anda di halaman 1dari 67

PENERAPAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA ANAK DENGAN

DIAGOSA MEDIS HISPRUNG UNTUK MENGURANGI RASA NYERI


DENGAN METODE DISTRAKSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Koordinator : Sri Wulandari N, S.Kep.,M.Kep.,Ns.Sp.Kep.An
Dosen Pembimbing : Siti Dewi Rahmayanti, S.Kp.,M.Kep

Kelompok 2
Anggota :

Azni Azhani K 2350321017 Lasari Triska 2350321085


Reizihan Fadhilah 2350321043 Linda Sari 2350321092
Rossa Natalia 2350321062 Dandi Riswandi 2350321122
Alinda Nirbaya 2350321063 Ganjar Tresna 2350321126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hirschsprung’s Disease (Penyakit Hirschsprung) adalah kelainan
pada persyarafan usus besar paling bawah mulai anus sampai usus bagian
atas dan bersifat kongenital (menurun) terutama pada bagian bawah kolon
yang terhubung dengan anus melalui rektum (rectosigmoid). Sebagian
besar kasus menjadi semakin parah selama periode neonatal, namun jarang
sekali terdiagnosis pada pasien dewasa (Wibowo, 2021).
Secara umum ada 2 tipe Hirschsprung berdasarkan letak segmen
aganglionik pada rektum dan kolon yaitu Tipe I disebut short segmen,
aganglionik mulai dari anus sampai kolon sigmoid. Tipe II disebut long
segmen, aganglionik mengenai seluruh kolon atau usus halus (Novtarina,
2020). Hirschsprung muncul dengan gejala sembelit, seperti
keterlambatan lebih dari 48 jam dalam menghilangkan meconium, perut
kembung, dan muntah. Presentasi 80% kasus penyakit ini dapat
didiagnosis pada tahun pertama kehidupan, tidak umum pada masa remaja
dan dewasa, kasus seperti itu biasanya muncul dalam bentuk penyakit
segmen ultrashort (Silambi et al., 2020).
Menurut Wibowo (2021) penderita Hirschsprung sering tidak
terdiagnosis di awal kehidupannya disebabkan usus besar bagian atas
menebal karena penyumbatan di bagian bawah rektum yang tidak
berganglion. Penyempitan usus menyebabkan kotoran tidak dapat keluar
sampai bawah. Penderita mengalami konstipasi yang sangat berat.
Hirschsprung adalah penyakit kongenital dengan angka kejadian 1 dari
5000 kelahiran. Dua pertiga kasus terdiagnosis pada 3 bulan pertama
kehidupan dan hanya sedikit kasus yang terdeteksi setelah umur 5 tahun.
Penatalaksanaan Hirschsprung yaitu melalui tindakan pembedahan,
terdiri dari tindakan bedah sementara dan tindakan bedah definitif.
Tindakan bedah sementara yaitu prosedur kolostomi (pembuatan stoma
pada dinding
perut yang tersambung pada usus besar). Sedangkan, tindakan bedah
definitif Hirschsprung menggunakan prosedur di antaranya yaitu Duhamel,
Swenson, Soave, dan Rehbein yang semuanya dikenal dengan istilah Pull
Through (M. P. Sari, 2020). Rentang waktu kapan dikolostomi sampai
definitif adalah lebih dari 6 bulan. Kolostomi dikerjakan awal setelah
diagnosis ditegakkan yang bertujuan untuk sarana dekompresi dan diversi.
Sarana dekompresi untuk menghilangkan gejala distensi abdomen karena
penimbunan gas dan feses (Wahid, 2018).Kelainan kongenital atau
bawaan adalah kelainan yang sudah ada sejak lahir yang dapat disebabkan
oleh faktor genetik maupun non genetik. Hirschsprung’s Disease sekitar
25% disebabkan karena faktor genetik (inherited) dan 75% penyebabnya
tidak diketahui (Novtarina, 2020). Suatu kelainan kongenital terkadang
belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu bayi lahir, tetapi baru
ditemukan beberapa saat setelah kelahiran bayi (Nurhayati et al., 2017).
Menurut data World Health Organization (WHO) dalam Jirana (2022)
kelainan kongenital menyumbang 12,57% dari 2,35 juta kematian bayi
baru lahir di seluruh dunia. Diperkirakan sekitar 295.000 bayi baru lahir
meninggal karena kelainan kongenital dalam 28 hari setelah lahir setiap
tahunnya.
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami tertarik untuk membuat
makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa
medis Hirschsprung di ruang bedah anak RSUD Cibabat Kota Cimahi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep teori Hirschsprung?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa medis
Hirschsprung di ruang bedah anak RSUD Cibabat Kota Cimahi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori Hirschsprung.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada An. M dengan diagnosa
medis Hirschsprung di ruang bedah anak RSUD Cibabat Kota Cimahi.
D. Manfaat
1. Bagi Perawat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan,
dan bahan rujukan untuk menerapkan asuhan keperawatan yang
komprehensif melalui 3S (SDKI, SLKI, SIKI).
2. Bagi Rumah Sakit
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi rumah sakit sebagai
bahan edukasi dan asuhan dalam mengatasi pasien Hirschsprung.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan menjadi sumber informasi dan acuan
dalam meningkatkan keilmuan khususnya mahasiswa profesi ners
mengenai penyakit Hirschsprung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP HIRSCHSPRUNG
1. Definisi
Penyakit Hisprung atau Hirschsprung Disease adalah suatu kondisi
langkayang menyebabkan feses menjadi terjebak di dalam usus besar.
Penyakit hirschsprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu kelainan
bawaan berupa tidak adanya ganglion pada usus besar, mulai dari
sfingter ani interna kearah proksimal, termasuk rektum, dengan gejala
klinis berupa gangguan pasase usus. Penyakit Hirschsprung
merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering pada
usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan
menekan feses hingga ke rectum.
Pada penyakit Hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi
untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini
mengakibatkan feses tidak dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis
seharusnya Penyakit Hirschsprung adalah penyebab obstruksi usus
yang paling sering dialami oleh neonatus. Demikian pula, kebanyakan
kasus Hirschsprung terdiagnosis pada bayi, walaupun beberapa kasus
baru dapat terdiagnosis hingga usia remaja atau dewasa muda
(Agustina, 2022).
Kelainan hisprung merupakan masalah perkembangan sistem saraf
enterik pada usus besar atau kolon, dimana tidak terdapat saraf sel
ganglion kolon sehingga kolon tidak mampu megembang (obstruksi
mekanik). Pada keadaan normal, saraf ini akan menekan feses sampai
rektum secara ritmis. Namun, pada penyakit hisprung, saraf yang
megontrol usus tersebut tidak ada sehingga feses tidak terdorong
(Agussafutri. dkk, 2022).

5
Penyakit hisprung atau secara awam dikenal sebagai megakolon
kongenital adalah penyakit saluran cerna yang ditandai dengan tidak
aanya sel saraf pada saluran cerna sehingga menyebabkan gejala
sumbatan usus. Akibatnya, dibagian atas dari sumbatan tersebut usus
akan melebar (megakolon) (Titis, 2015).

2. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit hisprung belum diketahui secara
pasti. Namun ada beberapa faktor terkait seperti keluarga yang miliki
penyakit hisprung dan menderita penyakit bawaan lain yang bersifat
genetik seperti down syndrome atau penyakit jantung bawaan.
Penyakit Hirschsprung yang paling umum terjadi adalah :
a. Kurangnya atau tidak adanya sel ganglion di usus
Yang menyebabkan tidak adanya peristalsis dan mengakibatkan
terjadinya akumulasi materi feses dan obstruksi usus.
b. Akibat sfigter rektal yang tidak mampu untuk relaksasi
Sehingga mencegah evakuasi benda padat, cairan atau gas dan
menyebabkan obstruksi (penyempitas usus).
c. Kelainan perkembangan komponen intrinsik pada sistem saraf
enterik
Ditandai oleh absennya sel-sel ganglion pada pleksus myenterik
dan submukosa di intestinal distal yang akan menyebabkan
onstruksi intestinal fungsional pada level aganglion (Alravido,
Fitriani, Anteng & Florencia, 2017).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala utama pada bayi baru lahir adalah :
a. Kegagalan mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah
kelahiran.
Telambatnya mengeluarkan mekonium merupakan tanda yang
signifikan.
b. Berkurangnya keinginan bayi untuk minum.
c. Distensi abdomen (menumpuknya cairan atau feses) sehingga perut
menjadi buncit.
d. Mual dan muntah yang bercampur empedu atau muntah hijau.

Untuk bayi yang lebih tua bisa mengalami gagal tumbuh,


konstipasi, diare yang berlebihan, muntah dan distensi abdomen. Jika
pada saat peyakit tidak terdiagnosis hingga masa kanak-kanak,
gejalanya meliputi malnutrisi, letargi (penurunan kesadaran, atrofi otot,
abdomen membesar, konstipasi kronis dan keluarnya feses berbentuk
seperti pita. Pada beberapa bayi baru lahir dapat timbul diare, distensi
abdomen, feses berbau busuk dan disertai demam. Pada anak gejala
klinis yang menonjol adalah konstipasi krnis dan gizi buruk (Alravido,
Fitriani, Anteng & Florencia, 2017).

4. Klasifikasi
Hisprung dapat klasifikasikan berdasarkan panjang segmen
aganglion menjadi 5, yaitu :
a. Penyakit hirschprung segmen pendek / short-segment HSCR (80%)
segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid. Merupakan 80%
dari kasus penyakit hirschprung dan sering ditemukan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan.
b. Penyakit hirschprung segmen panjang / long-segment HSCR (15%)
daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid bahkan dapat
mengenai seluruh kolon dan sampai usus halus. Ditemukan sama
banyak pada anak laki-laki dan perempuan.
c. Total colonic aganglionosis (5%) bila segmen mengenai seluruh
kolon (Agussafutri. dkk, 2022)

5. Patofisiologi
Megakolon aganglionik merupakan istilah yang menggambarkan
adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel-sel ganglion
parasimpatik otonom pada pleksus submucosa (Meissner) dan
myenteric (Auerbach) pada satu segmen kolon atau lebih. Keadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan peristaltik yang
menyebabkan penumpukkan isi usus dan distensi usus yang berdekatan
dengan kerusakan (megacolon). Selain itu, kegagalan sfingter anus
internal untuk berelaksasi berkontribusi terhadap gejala klinis adanya
obstruksi, karena dapat mempersulit evakuasi zat padat (feses), cairan
dan gas.Kegagalan migrasi kraniokaudal pada precursor sel ganglion
sepanjang saluran gastrointestinal antara usia kehamilan minggu ke-5
dan ke-12 merupakan penyebab penyakit hirschsprung. Distensi dan
iskemia pada usus bisa terjadi sebagai akibat distensi pada dinding
usus, yang berkontribusi menyebabkan enterokolitis (inflamasi pada
usus halus dan kolon), yang merupakan penyebab kematian pada bayi
atau anak dengan penyakit hirschsprung (Radeanty, Ilawanda, &
Anjarwati, 2020).
6. Pathway
Predisposisi genetic gangguan perkembangan dari sistem
saraf enteric dan tak adanya pada bagian distal kolon

Tidak adanya peristaltik usus

Makanan menumpuk dikolon (Megakolon)

Penyakit Hirschprung

Penimbunan feses Prosedur Pembedahan


(Colostomy)

Gangguan gastrointestinal Terdapat stoma, Terpajan


terpasang Colostomy bag lingkungan
luar
Mual, muntah kembung (Mikroorganis
anoreksia me)
Merangsang area Terputusnya kontinuitas
Sensorik Jaringan
Defisit Nutrisi Risiko Infeksi
(0.0019) (0.0142)
Merangsang saraf
Perifer Gangguan integritas
Intake nutrisi tidak, adekuat kulit (D.0124)
kehilangan cairan dan Impuls diteruskan ke
elektrdit korteks serebri
- Orang tua belum tau cara
perawatan stoma
Pelepasan mediator - Orang tua takut menyentuh
IMT kategori sangat kimia (histamin. stima dan memegang
kurus Serotonin, Prostaglandin colostomy bag
bradikinin) - Orang tua khawatir dengan
adanya stoma
Gangguan
pertumbuhan fisik Persepsi nyeri

Bangguan Tumbuh Nyeri Akut


Defisit
Kembang (0.0106) (0.0017)
Pengetahuan
(0.0019)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan colok dubur Pada penderita hirsprung disease
pemeriksaan colok anus sangat penting untuk dilakukan. Saat
pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rektum
yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara
dan mekonium (feses) yang menyemprot.
b. Pemeriksaan Lain
1) Foto polos abdomen tegak akan merperlihatkan usus-usus
melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
2) Pemeriksaan radiologis akan memperlihatkan kelainan pada
kolon setelah enema barium. Radiografi biasanya akan
memperlihatkan dilatasi dari kolon diatas segmen aganglonik.
3) Biopsi rektal dilakukan dengan anastesi umum, hal ini
melibatkan diperolehnya sempel lapisan otot rektum untuk
pemeriksaan adanya sel ganglion dan pleksus Aurbach (biopsi)
yang lebih superfisial untuk memperoleh mukosa dan
submukosa bagi pemeriksaan pleksus meissner.
4) Manometri anorektal merupakan uji dengan suatu balon yang
ditempatkan dalam rektum dan dikembangkan. Secara normal,
dikembangkannya balon akan menghambat sfingter ani
interna. Efek inhibisi pada penyakit hirsprung disease tidak ada
dan jika balon berada dalam usus angelionik, dapat
diidentifikasikan gelombang rektal yang abnormal. Uji ini
efektif dilakukan pada masa nounatus karena dapat diperoleh
hasil baik positf palsu ataupun negatif palsu.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gejala obstipasi dan pencegahan enterokolitis
dapat dilakukan dengan bilas kolon, menggunakan garam faali. Cara
ini efektif dilakukan pada Hirsprung Disease tipe segmen pendek.
Untuk tujuan yang sama dapat dilakukan tindakan kolostomi didaerah
gangglioner. Membuang segmen agangglionik dan mengembalikan
kontinuitas usus dapat dikerjakan dalam satu atau dua tahap. Teknik
ini disebut operasi definitif, yang dapat dikerjakan bila berat badan
bayi sudah cukup (lebih dari 9 kg).
Tindakan konservatif ini sebenarnya mengaburkan gambarn
pemeriksaan barium enema yang dibuat kemudian. Kolostomi, operasi
darurat, dilakukan dan dimaksudkan untuk menghilangkan gejala
obstruksi usus, sambil menunggu dan memperbaiki keadaan umum
penederita sebelum operasi definitif. Dukung orang tua, karena
kolostomi sementara sukar untuk diterima. Orang tua harus belajar
bagaimana merawat anak dengan kolostomi, observasi yang perlu
dilakukan, bagaimana membersihkan stoma, dan bagaimana
mengenakan kantong kolostomi. Intervensi bedah, terdiri atas
pengangkatan segmen usus agangglionik yang mengalami obstruksi.
Pembedahan Rekto-Sigmidektomi dilakukan dengan teknik pull-
through dan dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap
kedua, dan tahap ketiga. Rekto-Sigmoidoskopi didahului oleh
kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur tahap kedua. Pull-
through (Swenson, Renbein, dan Duhamel) adalah jenis pembedahan
dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik usus sehat
kearah anus. Operasi Swenson dilakukan melalui teknik anastomosis
intususepsi ujung ke ujung anus anganglionik dan ganglionik melalui
anus dan reseksi serta anastomosis sepanjang garis bertitik-titik.
Operasi duhamel merupakan modifikasi prosedur pull-through dan
pembuatan anastomosis longitudinal diantara segmen proksimal kolon
berganglion dan rektum, meninggalkan rektum insitu. Persiapan pra
bedah rutin meliputi lavase kolon, pemberian antibiotik, infusi
intavena, pemasangan slang nasogastrik . Sementara itu,
penatalaksanaan pasca bedah terdiri atas perawatan luka, perawatan
kolostomi, peritonitis, ileus paralitik, dan peningkatan suhu. Selain itu,
beri dukungan kepada keluarga.

9. Komplikasi
Enterocolitis merupakan ancaman komplikasi yang serius bagi
penderita hirschprung yang dapat menyerang pada usia kapan saja,
namun paling tinggi saat usia 2-4 minggu, meskipun sudah dapat
dijumpai pada usia 1 minggu. Gejalanya berupa diare, distensi
abdomen, feses berbau busuk dan disertai dengan demam. Sekitar 1/3
kasus hirscprung datang dengan tanda dan gejala enterocolitis, bahkan
dapat pula terjadi meski telah dilakukan kolostomi (Agussafutri. dkk,
2022).

B. KONSEP EVIDENCE-BASED NURSING (EBN)


1. Definisi
Tindakan yang diberikan pada anak sebagai penanganan
kecemasan dan nyeri yang fungsinya untuk membantu dalam proses
penyembuhan merupakan pengertian terapi bermain (Sholikah, 2018).
Kegiatan yang disalurkan untuk anak sebelum masuk di ruang
perawatan yang berfungsi mengurangi kecemasan dan nyeri anak
akibat hospitalisasi merupakan pengertian terapi bermain (Sadeghian,
2019).
Menurut Alini (2017), mengatakan anak akan memperoleh
kecemasan yang lebih tinggi sebab ketika diruang medis anak akan
melewati prosedur keperawatan. Anak beranggapan dengan
menjalankan suatu tindakan medis tersebut akan melukai daerah
tersebut sehingga munculah rasa cemas, ketakutan, marah, sedih dan
nyeri, dengan diberikan tindakan terapi bermain anak dapat terhindar
dari rasa takut yang dilewatinya.
Origami merupakan salah satu permainan yang dapat digunakan
sebagai terapi. Menurut Lestari (2015), permainan origami dapat
mengurangi pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri. Permainan
origami akan mengajarkan anak bagaimana mengasah keterampilan
dan imajinasi dengan melipat kertas menjadi bentuk tertentu.
Dengan penerapan terapi bermain melipat kertas origami pada anak
sakit yang dilakukan dirumah sakit untuk menjalani terapi sebagai
bentuk perlindungan dari berbagai penyakit yang mengancam anak.
Dengan terapi bermain origami juga akan membantu anak berfokus
pada permainan dan mendistraksi atau mengalihkan rasa nyeri yang
mereka rasakan. ”Istilah origami berasal dari Bahasa Jepang, yaitu
‘ori’ berarti lipat dan ‘gami’ berarti kertas. Jadi, origami bermakna
melipat kertas. Origami memiliki peran penting sebagai media
komunikasi yang menyenangkan antara orang dewasa dengan anak.
Jika dilatih secara konsisten dan diaplikasikan dengan metode yang
tepat, yaitu mampu mengembangkan motorik halus anak bersamaan
dengan alat permainan anak yang tidak membahayakan.

2. Tujuan
a. Mengurangi rasa cemas, takut, marah, sedih dan nyeri.
b. Membuat anak fokus dan konsentrasi sehingga bisa mengalihkan
atau mendistraksi rasa nyeri yang dirasakan.
c. Mengasah keterampilan dan imajinasi.
d. Mengembangkan motorik halus pada anak.

3. Cara Kerja
No Kegiatan Waktu Subjek terapi
1 Persiapan : 5 menit Ruangan, alat, anak
1. Menyiapkan ruangan dan keluarga siap
2. Menyiapkan alat – alat
3. Menyiapkan anak dan
keluarga
2 Proses : 20 menit Menjawab salam,
a. Membuka proses terapi dengan memperkenalkan diri,
mengucapkan salam, memperhatikan
b. memperkenalkan diri
c. Menjelaskan pada anak dan
keluarga tentang tujuan dan Bermain bersama
manfaat bermain, menjelaskan dengan
cara permainan antusias dan
d. Mengajak anak bermain mengungkapkan
e. Mengevaluasi respon anak dan perasaannya
keluarga
3 Penutup 5 menit Memperhatikan dan
1. Menutup dan menjawab salam
mengucapkan salam

Metode melipat kertas (sasaran 6-12 tahun)


a. Siapkan kertas berbentuk persegi.
b. Lalu lipat menjadi bentuk persegi panjang begitupun dengan sisi yang
satunya.
c. Kemudian lipatlah kertas berbentuk segitiga begitupun sisi yang lainnya.
d. Lipatlah kertas seperti gambar 4 dibawah pada setiap sudut kertas (total 4
kali).
e. Satukanlah tiap pojok kertas tersebut sehingga membentuk gambar 5
seperti di bawah.
f. Setelah tiap pojok disatukan, lalu buka lipatan bagian depan dan
belakang.
g. Lipatlah masing-masing sudut di sisi kanan dan kiri ketengah.
h. Sudut yang sudah dilipat kemudian satukan sehingga membuka sisi yang
lain.
i. Lipatlah kertas yang tidak bercabang ke atas.
j. Setelah dilipat, bukalah lipatan disisi yang lain.
k. Bukalah lipatan depan dan belakang sehingga berbentuk sayap.
l. Lipatlah kertas bagian tengah sehingga membentuk kepala dan ekor
burung.
C. Konsep Perkembangan Anak
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah peningkatan kemampuan (keterampilan) pada
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diperkirakan sebagai akibat dari proses pematangan atau perubahan
yang dialami oleh individu dan organisme menuju tingkat kematangannya.
Proses ini terjadi secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan dalam
bidang fisik dan psikis. Perkembangan merupakan hasil dari proses
pematangan atau perubahan (Sulistiani, 2018).
Kemajuan seseorang atau organisme menuju kedewasaan atau
kedewasaan melalui perubahan fisik dan psikologis yang terjadi secara
sistematis, progresif dan terus menerus dikenal sebagai perkembangan.
Akibatnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah
perubahan dan perluasan bertahap, perkembangan dari tingkat kompleksitas
yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan dan
memperluas kapasitas seseorang. Keterlambatan perkembangan dini anak
dapat dideteksi melalui pemantauan perkembangan secara berkala
(Maddeppungeng, 2018)
Menurut Kail dan Reese, perkembangan anak usia dini meliputi
perkembangan sosial, moral, fisik, bahasa, dan kognitif. Menurut Bukatko
dan Daehler, perkembangan otak, keterampilan motorik, perkembangan
fisik, persepsi, bahasa, perkembangan kognitif, kecerdasan, emosi, konsep
diri, nilai, dan jenis kelamin adalah semua aspek perkembangan anak usia
dini.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak


a. Hereditas (keturunan/pembawaan)
Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi
perkembangan individu. Dalam hal ini hereditas diartikan sebagai
“totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki
individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma)
sebagai pewaris dari pihak orang tua melalui gen-gen. Dari
penjelasan di atas menggambarkan bahwa orang tua adalah faktor
pertama yang sangat mempengaruhi perkembangan anak. Sebab
orangtualah yang mewarisi kepada anak segala potensi, baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
(pembuahan ovum oleh sperma).
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah “keseluruhan fenomena (peristiwa situasi
atau kondisi) fisik/alam atau sosial yang memengaruhi atau
dipengaruhi perkembangan individu”. Faktor lingkungan yang
dibahas pada paparan berikut adalah lingkungan keluarga, sekolah.
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga sangat penting dipandang sebagai faktor
penentu utama terhadap perkembangan anak. Orang tua
mempunyai peranan sangat penting bagi tumbuhkembangnya anak
sehingga menjadi seorang pribadi yang sehat, cerdas,terampil,
mandiri,dan berakhlak mulia. Seiring perjalanan hidupnya yang
diwarnai faktor internal (kondisi fisik, psikis,dan moralitas anggota
keluarga) dan faktor eksternal (perkembangan sosial budaya), maka
setiap keluarga memiliki perubahan yang beragam.
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan
latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu
mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-
spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Mengenai peran
sekolah dalam megembangkan kepribadian anak, Hurlock
mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir,
bersikap maupun cara berprilaku. Menurut penjelasan di atas serta
menurut Hurlock jelaslah bahwa Sekolah merupakan lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa
agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut
aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Serta
merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak
(siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berprilaku.

3. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Sekolah


a. Perkembangan fisik-motorik
Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan psikologis yang
bersifat progresif dan kontinu serta berlangsung pada priode
tertentu. Pertumbuhan itu meliputi perubahan progresif yang
bersifat internal maupun eksternal. Perubahan internal antara lain,
meliputi perubahan ukuran alat pencernaan makanan,
bertambahnya besar dan berat jantung dan paru-paru serta
bertambah sempurnannya sistem kelenjar endoktrin/kelamin dan
berbagai jaringan tubuh.adapun perubahan ekternal meliputi
bertambahnya tinggi badan, bertambahnya lingkaran tubuh
perbandingan ukuran panjang dan lebar tubuh, ukuran besarnya
organ seks, dan munculnya atau tumbuhnya tandatanda kelamin
sekunder.
Adapun yang dimaksud dengan motorik ialah segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Dalam
perkembagan motoris,unsur-unsur yang menentukan ialah
otot,saraf, dan otak. Ketiga unsur itu melaksanakan masing-masing
peranannya secara “interaktif positif”, artinya unsur-unsur yang
satu saling berkaitan saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi
motoris yang lebih sempurna keadaannya . selain mengandalkan
kekuatan otot, rupanya kesempurnaan otak juga turut menetukan
keadaan.
Dari penjelasan di atas menggambarkan Perkembangan fisik
adalah suatu proses perubahan psikologis yang bersifat progresif
dan kontinu dan berlangsung pada priode tertentu. Pertumbuhan itu
meliputi perubahan progresif yang bersifat internal maupun
eksternal. Sedangkan motorik ialah segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh.
b. Perkembangan Intelektual
Pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang
menuntut kemampuan intelaktual atau kemampuan kognitif
(seperti: membaca, menulis, dan berhitung). Sebelum masa ini,
yaitu masa prasekolah, daya pikir anak masih bersifat imajinatif,
berangan-angan(berkhayal), sedang pada usia SD daya berfikirnya
sudah berkembang kearah berfikir konkret dan rasional (dapat
diterima akal).
c. Perkembangan Emosi.
Emosi memainkan peran yang sedemikian penting dalam
kehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan dan
pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.
Sebenarnya kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah
ada pada bayi yang baru lahir. Gejala pertama perilaku emosional
adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat.
Keterangsangan yang berlebih-lebihan ini tercermin dalam aktivitas
yang banyak pada bayi yang baru lahir.
Meskipun demikian, pada saat bayi baru lahir, bayi tidak
memperlihatkan reaksi yang secara jelas dapat dinyatakan sebagai
keadaan emosional yang spesifik. Bahkan sebelum bayi berusia
satu tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan ekspresi
dengan orang dewasa. Bayi menunjukkan berbagai macam reaksi
emosional yang semakin banyak antara lain kegembiraan,
kemarahan,ketakutan, dan kebahagiaan. Reaksi ini dapat
ditimbulkan dengan cara memberikan berbagai macam rangsangan
yang meliputi manusia serta obyek dan situasi yang tidak efektif
bagi bayi yang lebih muda.
Meningkat usia anak, reaksi emosional mereka menjadi kurang
menyebar, kurang sembarangan, dan lebih dapat dibedakan.
Sebagai contoh , anak yang lebih muda memperlihatkan ketidak
senangan semata-mata dengan menjerit dan menangis. Kemudian
reaksi mereka semakin bertambah yang meliputi perlawanan,
melemparkan benda, mengejangkan tubuh, lari meghindar,
bersembunyi, dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya
umur, maka reaksi yang berwujud bahasa meningkat, sedangkan
reaksi gerak otot berkurang.
Dari penjelasan di atas menunjukan bahwa Sebenarnya
kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi
yang baru lahir. Bayi menunjukkan berbagai macam reaksi
emosional yang semakin banyak antara lain kegembiraan,
kemarahan,ketakutan, dan kebahagiaan. Maka dalam hal ini orang
tuanyalah yang berperan penting untuk mengarahkan emosi
anaknya kearah yang positif
d. Perkembangan Moral
Istilah moral berasal dari kata latin „mos” (moris) yang berarti
adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara
kehidupan. Sedang moralitas merupakan kemampuan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prisip-prinsip
moral. Nilai-nilai moral itu seperti (a) seruan untuk berbuat baik
kepada orag lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersih dan memelihara hak orang lain, dan (b) dan
larangan mencuri, berzina,memebunuh, meminum-minuman keras
dan berjudi. Seorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah
laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung
tinggi oleh kelompok sosial.
Perkembangan moral seorang anak banyak dipengaruhi oleh
lingkungannya. Anak memperoleh nilai-nilai moral dari
lingkungannya, terutama dari orangtuanya. Dalam
mengembangkan moral anak peran orang tua sangatlah penting
terutama pada waktu anak masih kecil. Moralitas merupakan
kemampuan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai
atau prisip-prinsip moral. Seorang dapat dikatakan bermoral,
apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral
yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosial.

4. Tahap Perkembangan Anak


Menurut Hurlock dalam bukunya yang berjudul Child Development,
perkembangan anak dibagi menjadi 5 periode, yaitu:
a. Periode pra lahir yang dimulai dari saat pembuahan sampai lahir.
Pada periode ini terjadi perkembangan fisiologis yang sangat
cepat yaitu pertumbuhan seluruh tubuh secara utuh.
b. Periode neonatus adalah masa bayi yang baru lahir. Masa ini
terhitung mulai 0 sampai dengan 14 hari. Pada periode ini bayi
mengadakan adaptasi terhadap lingkungan yang sama sekali baru
untuk bayi tersebut yaitu lingkungan di luar rahim ibu.
c. Masa bayi adalah masa bayi berumur 2 minggu sampai 2 tahun.
Pada masa ini bayi belajar mengendalikan ototnya sendiri sampai
bayi tersebut mempunyai keinginan untuk mandiri.
d. Masa kanak-kanak terdiri dari 2 bagian yaitu masa kanak-kanak
dini dan akhir masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak dini adalah
masa anak berusia 2 sampai 6 tahun, masa ini disebut juga masa
pra sekolah yaitu masa anak menyesuaikan diri secara sosial.
Akhir masa kanak-kanak adalah anak usia 6 sampai 13 tahun,
biasa disebut sebagai usia sekolah.
e. Masa puber adalah masa anak berusia 11 sampai 16 tahun. Masa
ini termasuk periode yang tumpang tindih karena merupakan 2
tahun masa kanak-kanak akhir dan 2 tahun masa awal remaja.
Secara fisik tubuh anak pada periode ini berubah menjadi tubuh
orang dewasa.
5. Faktor Yang berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan anak, yaitu :
a. Faktor sebelum lahir, misalnya kekurangan nutrisi pada ibu
dan janin
b. Faktor ketika lahir, misalnya pendarahan pada kepala bayi
yang dikarenakan tekanan dari dinding rahim ibu seweaktu ia
dilahirkan
c. Faktor sesudah lahir, misalnya infeksi pada otak dan selaput
otak
d. Faktor psikologis, misalnya dititipkan dalam panti asuhan
sehingga kurang mendapatkan perhatian dan cinta kasih

Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu:


a. Faktor warisan sejak lahir
b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan
c. Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis
d. Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, bisa
menolak atau menyetujui.

6. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Psiko-Fisik Anak


Ada beberapa karakteristik pertumbuhan dan perkembangan psiko-
fisik anak menurut Kartini Kartono dalam buku Psikologi Anak,
yaitu :
a. Umur 1 – 6 tahun : kecakapan moral berkembang, aktivitas dan
ruang gerak mulai aktif, permainan bersifat individu, sudah
mengerti ruang dan waktu, bersifat spontan dan ingin tahu, warna
mempunyai pengaruh terhadap anak, suka mendengarkan dongeng.
b. Umur 6 – 8 tahun : koordinasi psiko motorik semakin berkembang,
permainan sifatnya berkelompok, tidak terlalu tergantung pada
orang tua, kontak dengan lingkungan luar semakin matang,
menyadari kehadiran alam disekelilingnya, bentuk lebih
berpengaruh daripada warna, rasa tanggung jawab mulai tumbuh,
puncak kesenangan bermain adalah pada umur 8 tahun.
c. Umur 8 – 12 tahun : koordinasi psiko motorik semakin baik,
permainan berkelompok, teratur, disiplin, kegiatan bermain
merupakan kegiatan setelah belajar, menunjukkan minat pada hal-
hal tertentu, sifat ingin tahu, coba-coba, menyelidiki, aktif, dapat
memisahkan persepsi dengan tindakan yang menggunakan logika,
dapat memahami peraturan.
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Biodata Klien
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosis
medis.Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu
pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung
misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
b. Keluhan utama Klien
Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada
saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya,
sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Perhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam
setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.
Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan
tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat
kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi.
e. Riwayat Nutrisi
Meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak
f. Riwayat psikologis
Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita
apakah ada perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien
mengekspresikannya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang
lain yang menderita Hirschsprung.
h. Riwayat social
Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya
dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.
i. Riwayat tumbuh kembang
Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah
BAB.
j. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas.

2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum terlihat lemah atau gelisah. Tanda - tanda vital
biasa didapatkan hipertermi dan takikardi dimana menandakan
terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi. Tanda
dehidrasi dan demam bisadidapatkan pada kondisi syok atau sepsis.
Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipat paha, dan
rektum akan didapatkan:
a. Inspeksi: tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal.
Pemeriksaan rektum dan feses akan didapatkan adanya
perubahan feses seperti pita dan dan berbau busuk.
b. Auskultasi: penurunan bising usus dan berlanjut dengan
hilangnya bising usus.
c. Perkusi: timpani akibat abdominal mengalami kembung.
d. Palpasi: teraba dilatasi kolon pada abdominal.

3. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan:
a. Pemeriksaan laboratorium: mendeteksi leukositosis, gangguan
elektrolit, dan gangguan metabolik
b. Foto polos abdomen: pemeriksaan foto polos abdomen dengan
dua posisi, yaitu posisi tegak dan posisi berbaring untuk
mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus
c. USG: mendeteksi kelainan intra abdominal.

4. Analisa Data

No. Data Menyimpang Etiologi Masalah Keperawatan


1. DS: Penyakit
- Mengeluh nyeri hirschprung Nyeri Akut
DO: ↓
- Tampak Prosedur
meringis pembedahan
- Bersikap (colostomi)
protektif ↓
(waspada, Merangsang area
menghindari sensorik
nyeri) ↓
- Gelisah Pelepasan
- Frekuensi nadi mediator kimia
meningkat (histamin,
serotonin,
Sulit tidur prostaglandin,
bradikinin)

Merangsang
saraf perifer

Impuls
diteruskan ke
korteks serebri

Nyeri Akut

2. DS: Penyakit Defisit Nutrisi


- Nafsu makan hirschpung
menurun ↓
Penimbunan
DO:
feses
- Berat badan

menurun
Gangguan
minimal 10% di
gastrointenstinal
bawah rentang

ideal.
Mual, muntah,
- Bising usus
kembung,
hiperaktif
anoreksia
- Otot pengunyah

lemah
Intake nutrisi
- Otot menelan
tidak adekuat
lemah
kehilangan cairan
- Membran
dan elektrolit
mukosa pucat

- Sariawan
Defisit nutrisi
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare

3. DS Prosedur Gangguan
- (Tidak tersedia) pembedahan Integritas Kulit
DO: (colostomy)
- Kerusakan ↓
jaringan Terputusnya
dan/atau jaringan
lapisan kontinuitas
- Nyeri ↓
- Perdarahan Terdapat stoma,
- Kemerahan terpasang
- Hematoma kantong
kolostomi

Gangguan
Integritas Kulit
4. DS: Penyakit Gangguan Tumbuh
(tidak tersedia) hirschpung Kembang
DO: ↓
- Tidak mampu Penimbunan
melakukan feses
keterampilan ↓
atau perilaku Gangguan
khas sesuai usia gastrointenstinal
(fisik, bahasa, ↓
motorik, Mual, muntah,
psikososial) kembung,
- Pertumbuhan anoreksia
fisik terganggu ↓
- Tidak mampu Intake nutrisi
melakukan tidak adekuat
perawatan diri kehilangan cairan
sesuai usia dan elektrolit
- Afek datar ↓
- Respon sosial Defisit nutrisi
lambat ↓
- Kontak mata IMT dalam
terbatas kategori sangat
- Nafsu makan kurus
menurun ↓
- Mudah marah Pertumbuhan
- Regresi fisik terganggu
- Pola tidur ↓
terganggu Gangguan tumbuh
kembang

5. DS : menanyakan Penyakit Defisit Pengetahuan


masalah yang dihadapi hirschpung
DO : ↓
Proses
- Menunjukan pembedahan
perilaku tidak (colostomy)
sesuai anjuran ↓
- Menunjukkan Terputusnya
persepsi yang jaringan
keliru terhadap kontinuitas
masalah ↓
- Menjalani Terdapat stoma,
pemeriksaan terpasang
yang tidak tepat kantong
- Menunjukkan kolostomi
perilaku ↓
berlebihan (mis. - Orang tua
Apatis, belum tau cara
bermusuhan, perawatan
agitasi, stoma
hysteria) - Orang tua
takut
menyentuh
stoma dan
memegang
colostomi bag
- Orang tua
khawatir
dengan
adanya stoma

Defisit
pengetahuan
6. Faktor risiko : Prosedur Risiko Infeksi
- Penyakit kronis pembedahan
(mis. diabetes. (colostomy)
melitus). ↓
- Efek prosedur Terputusnya
invasi. jaringan
- Malnutrisi. kontinuitas
- Peningkatan ↓
paparan Terpajan
organisme lingkungan luar
patogen (mikroorganisme
lingkungan. )
- Ketidakadekuatan ↓
pertahanan tubuh Risiko Infeksi
primer :
- Gangguan
peristaltik,
- Kerusakan
integritas kulit,
- Perubahan
sekresi pH,
- Penurunan
kerja siliaris,
- Merokok,

5. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi
colostomy) d.d klien tampak meringis (D.0077)
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d
berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
(D.0019)
c. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (colostomy)
(D.0129)
d. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulus d.d
pertumbuhan fisik terganggu (D.0106)
e. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi d.d
menanyakan masalah yang dihadapi (D.0111)
f. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142)
6. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Perencanaan Tindakan Keperawatan


Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri - Mengetahui
agen asuhan keperawat (1.08238) kualitas nyeri
pencedera selama 3x24 jam Observasi yang dirasakan
fisik (prosedur diharapkan tingkat - Lokasi, Klien
operasi nyeri menurun karakteristik, - Mengetahui
colostomy) d.d (L.08066) dengan durasi, tingkat nyeri atau
klien tampak kriteria hasil : frekuensi, skala nyeri
meringis 1. Keluhan kualitas, - Mengetahui faktor
(D.0077) nyeri intensitas yang
menurun nyeri memperberat dan
2. Meringis - Lokasi skala memperingan
menurun nyeri nyeri
3. Sikap - Identifikasi - Memberikan cara
protektif faktor yang mengatasi nyeri
menurun memperberat secara
4. Gelisah dan nonfarmakologis
menurun memperingan - Mengontrol
5. membantu nyeri lingkungan untuk
tidur Terapeutik mengurangi nyeri
menurun - Berikan - Memfasilitasi
6. Frekuensi Teknik non istirahat dan tidur
nadi farmakologis untuk mengurangi
membaik untuk nyeri
mengurangi - Memberikan
nyeri analgetik untuk
- Kontrol mengurangi nyeri
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
(mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
gangguan)
- Fasilitasi
istirahat dan
tidur
Edukasi
- Ajarkan
Teknik
farmakologis
untuk
mengurangi
rasa sakit
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi - mengetahui
b.d asuhan (I. 03119) kebutuhan nutrisi
ketidakmampu keperawatan Observasi yang diperlukan
an selama 3x24 jam - Identifikasi - agar dapat
mengabsorbsi diharapkan status status nutrisi dilakukan
nutrien d.d nutrisi (L.03030) - Identifikasi perencanaan dalam
berat badan membaik dengan alergi dan pemberian
menurun kriteria hasil : intoleransi makanan atau obat-
minimal 10% 1. Porsi makanan obatan
di bawah makan yang - Identifikasi - mempermudah
rentang ideal dihabiskan makanan yang dalam pemenuhan
(D.0019) meningkat - Monitor adanya nutrisi
2. Nyeri mual muntah - mual muntah
abdomen - Monitor berat mempengaruhi
menurun badan pemenuhan nutrisi
3. Berat badan Terapeutik - membantu dalam
membaik - Lakukan oral mengidentifikasi
4. Nafsu hygiene defisit nutrisi dan
makan sebelum makan kebutuhan diet
membaik atau perawatan - membuat mulut
5. Bising usus mulut membuat menjadi segar
membaik mulut menjadi - Agar makan tidak
segar tersedak
Edukasi - untuk menentukan
- Anjurkan jumlah dan jenis
posisi duduk kalori yang
jika mampu dibutuhkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi jika perlu
3. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan - Untuk
integritas kulit asuhan keperawat integritas kulit mengetahui
b.d factor selama 3x24 jam (1.11353) penyebab
mekanis diharapkan Observasi: kerusakan
(colostomy) integritas kulit - Identifikasi integritas kulit
(D.0129) meningkat penyebab - Menjaga
(L.14125) dengan gangguan kelembaban
kriteria hasil : integritas kulit kulit
1. Kerusakan (misalnya - Menjaga
integritas perubahan kelambaban
kulit sirkulasi, kulit
membaik perubahan - Meningkatkan
2. Kemerahan status nutrisi, metabolism
berkurang penurunan dan kesehatan
3. Hematoma kelembaban, kulit
berkurang suhu - Mengurangi
lingkungan iritasi pada
ekstrim, kulit
penurunan - Menjaga
mobilitas) kelembaban
Terapeutik: kulit
- Gunakan
produk
berbahan
petroleum
atau minyak
pada kulit
kering
Edukasi
- Anjurkan
menggunakan
pelembab
(misalnya
lotion serum)
- Anjurkan
meningkatkan
asupan buah
dan sayur
- Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrem
- Anjurkan
mandi dan
menggunakan
sabun
secukupnya
4. Gangguan Setelah dilakukan Perawatan - Untuk mengetahui
tumbuh asuhan keperawat Perkembangan capaian tumbuh
kembang b.d selama 3x24 jam (I.10339) kembang anak
defisiensi diharapkan status Observasi - Agar nyeri tidak
stimulus d.d perkembangan - Identifikasi bertambah
pertumbuhan membaik L. 10101 pencapaian - Untuk kenyamanan
fisik dengan kriteria tugas dan terhindar dari
terganggu hasil: perkembangan kebisingan
(D.0106) 1. Keterampilan/ anak - Untuk mendukung
perilaku sesuai Terapeutik perkembangan
usia meningkat - Minimalkan - Agar anak belajar
2. Kemampuan nyeri berinteraksi
melakukan - Minimalkan - Agar anak mau
perawatan diri kebisingan berinteraksi
meningkat ruangan - Untuk memfasilitasi
- Pertahankan anak berinteraksi
lingkungan - Agar anak
yang menganggap dirinya
mendukung berharga
perkembangan - Untuk kenyamanan
optimal anak
- Motivasi anak - Untuk melatih
berinteraksi kebutuhan mandiri
dengan anak anak
lain - Untuk bermain
- Sediakan bersama
aktivitas yang - Untuk belajar
memotivasi mendengarkan
anak cerika
berinteraksi - Mendukung anak di
dengan anak sekolah
lainnya - Agaar orang tua
- Fasilitasi anak mengetahui
berbagi dan perkembangan anak
bergantian/berg - Agar anak dan
ilir orang tua saling
- Dukung anak berinteraksi
mengekspresik - Agar anak bisa
an diri melalui berinteraksi
penghargaan - Agar anak mampu
positif atau menyampaikan
umpan balik pendapatnya
atas usahanya - Agar mengetahui
- Pertahankan perkembangan anak
kenyamanan dengan konseling
anak
- Fasilitasi anak
melatih
keterampilan
pemenuhan
kebutuhan
secara mandiri
(mis: makan,
sikat gigi, cuci
tangan,
memakai baju)
- Bernyanyi
Bersama anak
lagu-lagu yang
disukai
- Bacakan cerita
atau dongeng
- Dukung
partisipasi anak
di sekolah,
ekstrakulikuler
dan aktivitas
komunitas
- Edukasi
- Jelaskan orang
tua dan/atau
pengasuh
tentang
milestone
perkembangan
anak dan
perilaku anak
- Anjurkan orang
tua berinteraksi
dengan
anaknya
- Ajarkan anak
keterampilan
berinteraksi
- Ajarkan anak
teknik asertif
- Kolaborasi
- Rujuk untuk
konseling, jika
perlu
5.. Defisit Setelah dilakukan Edukasi - Agar mengetahui
Pengetahuan asuhan keperawat Kesehatan kesiapan dan
b.d Kurang selama 3x24 jam (1.12383) kemampuan
terpapar diharapkan Tingkat Observasi : dalam menerima
informasi d.d Pengetahuan - Identifikas informasi
menanyakan (L.12111) i kesiapan - Agar lebih mudah
masalah yang meningkat dengan dan memahami
dihadapi kriteria hasil : kemampu edukasi yang
(D.0111) 1. Perilaku sesuai an diberikan
anjuran meningkat menerima - Agar mengetahui
2. Pertanyaan informasi faktor risiko yang
tentang masalah - Idetifikasi dapat
yang dihadapi faktor- mempengaruhi
menurun faktor kesehatan
3. Persepsi yang yang dapat
keliru terhadap meningkat
masalah menurun kan dan
4. Menjalani menurunk
pemeriksaan yang an
tidak tepat motivasi
menurun perilaku
5. Perilaku hidup
membaik bersih dan
sehat

Terapeutik :
- Sediakan
materi dan
media
Pendidika
n
kesehatan
- Jadwalkan
Pendidika
n
kesehatan
sesuai
kesepakat
an
- Berikan
kesempata
n untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan
faktor
resiko
yang dapat
mempeng
aruhi
kesehatan
- Ajarkan
perilaku
hidup
bersih dan
sehat
- Ajarkan
strategi
yang dapat
digunakan
untuk
meningkat
kan
perilaku
hidup
bersih dan
sehat

Perawatan stoma
(1.12432)
Terapeutik
- Menyedia
kan materi
dan media
pendidika
n
kesehatan
perawatan
stoma
- Memberik
an
kesempata
n untuk
bertanya
Edukasi
- Menjelask
an
pentingny
a teknik
aseptik
selama
merawat
stoma
- Menjelask
an
pentingny
a stoma
terbebas
dari sabun
- Menganju
rkan area
stoma agar
tidak
terkena
pakaian
- Menganju
rkan
melapor
jika
ditemukan
herniasi,
atropi,
atau
perburuka
n dari
stoma
- Mengajark
an cara
memonito
r stoma
(mis.
karakterist
ik stoma,
tanda dan
gejala
komplikas
i,
karakterist
ik feses)
- Mengajark
an cara
perawatan
stoma

6. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan - Untuk


b.d efek asuhan keperawat infeksi (I.14539) mengetahui tanda
prosedur selama 3x24 jam - Monitor gejala infeksi
invasive diharapkan Tingkat tanda dan - Untuk mengatasi
(D.0142) infeksi (L.14137) gejala infeksi perawatan edema
menurun dengan local dan - Untuk menjaga
kriteria hasil : sistemik kebersihan dari
1. Nyeri menurun - Berikan mikroorganisme
2. Kemerahan perawatan - Mencegah infeksi
menurun kulit pada - Untuk
3. Bengkak area edema mengetahui tanda
menurun - Cuci tangan gejala infeksi
sebelum dan - Agar tahu cara
sesudah perawatan luka
kontak - Agar nutrisi
dengan terpenuhi
pasien
- Pertahankan
teknik
aseptic pada
pasien
beresiko
tinggi
- Jelaskan
tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka
atau luka
operasi
- Anjurkan
meningkatka
n asupan
nutrisi
BAB III
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
PENERAPAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI PADA PASIEN POST
OP COLOSTOMY DENGAN KASUS HIRSCHSPRUNG DI RUANG
BEDAH ANAK RSUD CIBABAT

A. Identitas dan Pengenalan Klien


1. Identitas Klien
Nama Pasien : An. M
Usia : 10 tahun
Alamat Pasien : Kp. Cidahu Desa Tanimulya
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Ruang Rawat : Gedung B Lantai 3 Ruang Bedah Anak
3023
Tanggal dirawat : 14 November 2023
Tanggal dikaji : 16 November 2023
No. RM : 00867405
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 36 tahun
Suku Bangsa : Sunda
Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT
Hub. dengan Pasien : Ibu

B. Keluhan Saat Masuk RS


- Tidak bisa BAB

Keluhan Saat dikaji


- Nyeri
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri disertai pusing, nyeri bertambah apabila banyak
melakukan aktivitas dan berkurang ketika istirahat. Nyeri di bagian perut
sebelah kiri post op. Nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk dengan skala
nyeri 6 (nyeri sedang), nyeri dirasakan hilang timbul.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Keluarga klien mengatakan klien sudah dari lahir mengalami kesulitan
BAB. Klien BAB 2 minggu sekali dengan dibantu obat pencahar
(microlax) dan BAB tidak bisa dikontrol apabila sudah menggunakan obat
pencahar (microlax). Konsistensi BAB sesudah menggunakan obat
pencahar (microlax) yaitu padat kecil dan berwarna hitam. Klien sewaktu
kecil juga mengalami riwayat gizi buruk.

E. Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram)


Keluarga mengatakan tidak ada yang mempunyai riwayat kesehatan
keluarga yang berkaitan dengan penyakit klien.

F. Riwayat Imunisasi
Hepatitis 1 2 3 4 PCV 1 2 3
Polio 0 1 2 3 Rotavirus 1 2 3
BCG 1 Influenza 1
DPT 1 2 3 MR/ MMR 1
HIB 1 2 3 Lainnya

G. Mental Psikologis
1. Pola Interaksi
Klien berinteraksi dengan baik, mampu menjawab pertanyaan
2. Pola Kognitif
Klien baik tidak ada masalah, klien mampu mengingat kejadian yang
terjadi
3. Pola Emosi
Emosi klien stabil sehingga bisa diajak berkomunikasi
4. Konsep Diri
Klien menggambarkan dirinya sebagai anak yang kuat
5. Pola Pertahanan Keluarga
Keluarga selalu menjaga dan merawatnya saat sakit

H. Sosial
1. Kultural
Klien tidak menganut budaya yang menentang pada tindakan
kesehatan
2. Pola Interaksi
Klien mampu berinteraksi dengan siapa saja
3. Lingkungan Rumah
Klien mengatakan lingkungan rumah bersih

I. Spiritual
1. Anak
Kebutuhan spiritual terpenuhi (berdoa sebelum makan, tidur)
2. Orang Tua
Kebutuhan spiritual terpenuhi (sholat dan berdoa)

J. Reaksi Hospitalisasi
Reaksi klien sedih dan ingin segera pulang ke rumah

K. Pola Kegiatan Sehari-hari (ADL)

No. ADL Di Rumah Di Rumah Sakit


1. Pola Makan/ Minum
Makan Puasa POD 1
Jenis Makanan Berat (Nasi,
Ayam, Sayur)
Frekuensi 1 – 2x / hari
Pantangan Tidak Ada
Keluhan Jarang Makan dan
Kurang Nafsu Makan
Diet Tidak Ada Puasa POD 1
Jenis Air Putih
Frekuensi 5 – 6 gelas
Pantangan Tidak Ada
Keluhan Tidak Ada
2. Pola Istirahat/ Tidur
a) Tidur Malam
Frekuensi 7 – 8 jam 2 – 3 jam
Keluhan Tidak ada Nyeri di Bagian
b) Tidur Siang Perut
Frekuensi Jarang Tidur Siang
Keluhan Tidak Ada
3. Pola Eliminasi
a) BAB
Frekuensi 1x / 2 minggu Terpasang kolostomi
Konsistensi Keras di abdomen kiri
Keluhan Sulit BAB bawah dengan
b) BAK konsistensi darah
Frekuensi 3 – 4x/ hari dan air
Warna Kuning Jernih
Keluhan Tidak Ada
4. Personal Hygiene
a) Gosok Gigi 2x/ hari -
b) Mandi 2x/ hari Di seka 1x / hari
c) Keramas 1 – 3x/ hari -
d) Kebersihan Kuku Bersih Panjang
5. Pola Aktivitas
a) Olahraga 1 – 2x/ minggu -
b) Bermain Sering -

L. Pengkajian Fisik (Biologis)


1. Tanda – Tanda Vital
TD : 110 mmHg
S : 36,5℃
SPO2 : 96%
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
Skala Nyeri : Nyeri sedang (6)
2. Antropometri
BB : 20 kg
TB : 120 cm
IMT berdasarkan usia : sangat kurus
BB(kg)
IMT =
TB ( m ) x TB(m)
20 20
= = =13 , 8
1, 20 x 1 , 20 1, 44

3. Pemeriksaan Fisik Head to Toe


a. Kepala
Bentuk normal simetris, kulit kepala bersih, tidak ada lesi, warna
rambut hitam, rambut tidak rontok, tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada tanda – tanda trauma
b. Wajah
Wajah simetris, tidak ada pembekakan, bersih, tidak ada lesi, tidak
ada luka.
c. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva merah muda, sklera putih, reaksi
pupil miosis, pupil isokor, kemampuan visual baik, mata bersih,
lapang pandang baik.

d. Telinga
Struktur dan bentuk pina normal, telinga bersih, pendengaran baik,
tidak ada pembengkakan pada mastoid, tidak keluar cairan dan
tidak berbau
e. Hidung
Struktur dan bentuk normal, tidak ada secret, hidung bersih, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada perdarahan.
f. Leher
Leher simetris, tidak ada peradangan, tidak ada luka, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening, tidak
ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan VJP.
g. Mulut dan Kerongkongan
Mukosa bibir kering, warna bibir merah muda, tidak ada lesi, tidak
ada pembekakan tonsil dan gusi, posisi lidah di tengah
h. Dada
Bentuk dada normal chest, getaran dada kanan dan kiri sama,
ukuran dan bentuk dada simetris, tidak ada otot bantu nafas,
perkembangan dada dan irama nafas normal, tidak ada bunyi nafas
dan bunyi jantung tambahan, suara napas vesikuler, tidak ada
murmur, tidak ada nyeri tekan
i. Perut
Terdapat luka operasi di sebelah kiri yang tertutup kasa, terpasang
kolostomi dengan konsistensi darah dan air
j. Punggung
Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada kelainan dan fraktur pada
tulang belakang
k. Genetalia Perempuan
Genetalia eksterna (labia, uretra, klitoris) normal, tidak ada lesi
l. Anus
Tidak ada benjolan, lubang anus baik
m. Ekstremitas
CRT < 2 detik, kekuatan otot 5 5
5 5
n. Kuku dan Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit normal, tidak ada lesi,
tidak ada ruam, warna kuku merah muda, clubbing fingers tidak
ada, suhu 36,5℃
o. Pengkajian Refleks
Refleks biseps normal, refleks triseps normal, refleks patela
normal, refleks brakioradialis normal, refleks achilles normal,
refleks superfisialis normal, refleks babinski normal, refleks
hoffmann normal, refleks tromner normal dan tidak ada keluhan
M.Diagnosa Medis
Hirschsprung
N. Terapi Medis
1. IVFD RL 20 tpm :mempertahankan hidrasi
2. Inj. Ceftriaxon IV 2 x 1 gr : antibiotic
3. Inj, Paracetamol IV3 x 400 mg : meredakan demam dan rasa
nyeri kepala
4. Inj. Metronidazole IV 2 x 300 mg : antibiotic untuk mengobati
infeksi bakteri
O. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Masalah Kesehatan Anak
Ibu klien mengatakan sebenarnya sudah mengetahui apa
penyebab dan penanganan penyakit anaknya, tetapi mengalami
hambatan dalam hal waktu. Maka setelah meluangkan waktu dan
kesempatan, pasien menjalani tindakan operasi

P. Pemeriksaan Penunjang

Nama Test Hasil Nilai Interpret


Normal asi
Hematologi
Hemoglobin 12,3 g/dl 11,5 – Normal
Lekosit 7,200/ 15,5 g/dl Normal
Hematokrit mm3 4,500 – Normal
Trombosit 38 % 13,500/m Normal
Eritrosit 420,000 / m3 Tidak
MCV mm3 35 – 45% Normal
MCH 4.62 150,000 – Normal
MCHC juta/uL 440,000 / Normal
Hitung 83.2 fL mm3 Normal
Jenis 26.7 pg 4.88 –
Lekosit 32.1 % 6.16 Normal
Basofil juta/uL Tidak
Eosinofil -% 77 – 95 fL Normal
Mielosit -% 25 – 33 pg Normal
Metamielosi -% 31 – 37 % Normal
t -% Tidak
Batang -% 0–1% Normal
Segmen 56% 1–3% Normal
Lymfosit 37% -% Normal
Monosit 4% -% Normal
NLR 1.51 1–4%
Masa 1’30” 25 – 60 % Normal
Perdarahan/ menit 20 – 40 % Normal
BT 1’30” 2–8%
Masa menit
Pembekuan/ 1–3
CT menit
Imunoserol NON 1–6
ogi REAKTI menit
Skrining 3 F
Parameter NON
HBsAg REAKTI NON Normal
Anti HCV F REAKTIF Tidak
Anti HIV NON Non Normal
REAKTI Reaktif, Normal
F Abs < Co Tidak
Kimia Reaktif, Normal
Klinik Abs > Co Normal
Glukosa NON
Darah 108 mg% REAKTIF
Sewaktu 19 mg% , COI<1.0
Ureum 0,6 mg% REAKTIF
Kreatinin 131 , COI
Natrium mmol/L >=1.0
(Na) 3,90
Kalium (K) mmol/L < 140 mg
%
20 – 40
mg%
0,39 –
0,73 mg%
135 – 155
mmol/L
3,5 – 5,5
mmol/L

Q. Analisa Masalah Keperawatan

No. Data Menyimpang Etiologi Masalah


Keperawatan
1. DS: Penyakit hirschprung
- Mengeluh nyeri ↓ Nyeri Akut
DO: Prosedur pembedahan
- Tampak (colostomi)
meringis ↓
- Bersikap Merangsang area
protektif sensorik
(waspada, ↓
menghindari Pelepasan mediator
nyeri) kimia (histamin,
- Gelisah serotonin,
- Frekuensi nadi prostaglandin,
meningkat bradikinin)

Sulit tidur Merangsang saraf
perifer

Impuls diteruskan ke
korteks serebri

Nyeri Akut

2. DS: Penyakit hirschpung Defisit Nutrisi


- Nafsu makan ↓
menurun
DO: Penimbunan feses
- Berat badan ↓
menurun Gangguan
minimal 10% di gastrointenstinal
bawah rentang ↓
ideal. Mual, muntah,
- Bising usus kembung, anoreksia
hiperaktif ↓
- Otot pengunyah Intake nutrisi tidak
lemah adekuat kehilangan
- Otot menelan cairan dan elektrolit
lemah ↓
- Membran Defisit nutrisi
mukosa pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare

3. DS Prosedur pembedahan Gangg


- (Tidak tersedia) (colostomy) uan
DO: ↓ Integri
- Kerusakan Terputusnya jaringan tas
jaringan kontinuitas Kulit
dan/atau ↓
lapisan Terdapat stoma,
- Nyeri terpasang kantong
- Perdarahan kolostomi
- Kemerahan ↓
- Hematoma Gangguan Integritas
Kulit
4. DS : - Penyakit hirschpung Gangg
DO : ↓ uan
- BB : 20 kg Penimbunan feses Tumb
- TB : 120 cm ↓ uh
- IMT berdasarkan usia Gangguan Kemb
: sangat kurus gastrointenstinal ang

Mual, muntah,
kembung, anoreksia

Intake nutrisi tidak
adekuat kehilangan
cairan dan elektrolit

Defisit nutrisi

IMT dalam kategori
sangat kurus

Pertumbuhan fisik
terganggu

Gangguan tumbuh
kembang

5. DS : Penyakit hirschpung Defisit


- Ibu klien ↓ Pengetahuan
mengatakan bahwa Proses pembedahan
klien mengalami (colostomy)
kesulitan BAB ↓
sejak lahir tetapi Terputusnya jaringan
baru dibawa ke RS kontinuitas
saat usia 5 tahun ↓
- Ibu klien Terdapat stoma,
mengatakan dokter terpasang kantong
telah mendiagnosa kolostomi
hisrchprung sejak ↓
anaknya berusia 10 - Orang tua belum tau
tahun di bulan cara perawatan
februari 2023 dan stoma
disarankan untuk - Orang tua takut
dilakukan operasi menyentuh stoma
kolostomi, tetapi dan memegang
keluarga baru colostomi bag
menyetujui - Orang tua khawatir
dilakukan tindakan dengan adanya
operasi kolostomi stoma
pada bulan ↓
November 2023. Defisit pengetahuan
DO :
- Ibu klien tidak
menindaklanjuti
dan tidak mencari
informasi mengenai
rumah sakit lain
untuk
memeriksakan
anaknya sampai
usia 10 tahun.
6. DS : - Prosedur pembedahan Risiko Infeksi
DO : (colostomy)
- Terdapat luka dan ↓
adanya jaringan Terputusnya jaringan
usus yang tertarik kontinuitas
keluar ↓
Terpajan lingkungan
luar (mikroorganisme)

Risiko Infeksi

R. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi colostomy) d.d
klien tampak meringis (D.0077)
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d.d berat
badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal (D.0019)
c. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis (colostomy) (D.0129)
d. Gangguan tumbuh kembang b.d pertumbuhan fisik terganggu d.d nafsu
makan menurun (D.0106)
e. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang dihadapi (D.0111)
f. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasive (D.0142)
S. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
(SMART)
1. Nyeri akut Setelah Manajemen Nyeri 1. Mengetahui
(D.0077) b.d dilakukan (I. 08238) keadaan sejauh
agen pencedera tindakan Observasi mana nyeri
fisik (operasi keperawatan - Identifikasi terjadi
colostomi) d.d 3 x 24 jam lokasi, 2. Membantu
tampak diharapkan karakteristik, mengevaluasi
meringgis Tingkat Nyeri durasi, derajat nyeri
(L.08066) frekuensi, 3. Memberikan
Ekspetasi : kualitas, rasa nyaman
menurun intensitas pada pasien
dengan nyeri dengan
kriteria hasil : - Identifikasi mengurangi
a. Keluhan skala nyeri factor rasa
nyeri - Identifikasi nyeri
menurun factor yang 4. Lingkungan
(5) memperberat yang nyaman
b. Meringis dan dapat
menurun memperingan mengurangi
(5) nyeri rasa nyeri
c. Kesulitan Terapeutik 5. Agar klien bisa
tidur - Kontrol meredakan
menurun lingkungan nyeri secara
(5) yang mandiri
memperberat 6. Agar nyeri
rasa nyeri yang dirasakan
Edukasi mengurang
- Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
Kolaborasi
- Anjurkan
pemberian
analgetik, jika
- Memberikan
teknik non
farmakologi
(seperti
bernain
origami)
2. Defisit nutrisi Setelah Manajemen 1. Untuk
(D.0019) b.d dilakukan nutrisi (I.03119) mengidentifikasi
ketidakmampua tindakan Observasi : status nutrisi
n mengabsorsi keperawatan - Identifikasi pasien
nutrien 3 x 24 jam status nutrisi 2. Untuk
diharapkan - Identifikasi mencegah
status nutrisi makanan adanya
baik yang disukai konstipasi
(L.03030), Terapeutik : 3. Untuk
dengan - Berikan menambah
kriteria : makanan nafsu makan
a. Nyeri tinggi serat 4. Menganjurkan
abdomen untuk diet yang
menurun mencegah diprogramkan
(5) konstipasi Untuk
b. Frekuensi - Berikan menambah
makan suplemen nafsu makan
meningkat makanan, jika pasien
(5) perlu
Nafsu makan Edukasi :
meningkat (5) - Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
3. Gangguan Setelah Perawatan luka 1. Mencegah
integritas kulit dilakukan (I.14564) terjadinya
(D.0129) b.d tindakan Observasi : kebocoran pada
kerusakan kulit keperawatan - Monitor kantong
d.d luka post op diharapkan karakteristik kolostomi
integritas luka (mis: 2. Pemasangan
kulit drainase, yang tepat dan
(L.14125) warna, penggunaan
ekspetasi : ukuran , bau) barrier
meningkat - Terapeutik : melindungi area
dengan - Gunakan periostoma.
kriteria hasil : kantong 3. Agar terhindar
- kerusakan ostomi dari infeksi
lapisan kulit berukuran pas
menurun (5) dengan barrier
- nyeri kulit
menurun (5) - Ganti
kantonng
kolostomi
setiap 24 jam
sekali
- ganti kantong
kolostomi jika
bocor
4. Gangguan Setelah Manajemen 1. Untuk
tumbuh dilakukan nutrisi (I.03119) mengidentifikasi
kembang b.d tindakan Observasi : status nutrisi
pertumbuhan keperawatan - Identifikasi pasien
fisik terganggu 3 x 24 jam status nutrisi 2. Untuk mencegah
d.d nafsu makan diharapkan - Identifikasi adanya
menurun Status makanan konstipasi
(D.0106) pertumbuhan yang disukai 3. Untuk
(L.10102) Terapeutik : menambah nafsu
meningkat - Berikan makan
kriteria hasil : makanan 4. Menganjurkan
- Berat badan tinggi serat diet yang
sesuai usia untuk diprogramkan
meningkat (5) mencegah Untuk menambah
- Indeks konstipasi nafsu makan pasien
massa tubuh - Berikan
meningkat (5) suplemen
makanan, jika
perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu
5. Defisit Setelah Edukasi - Agar
Pengetahuan dilakukan Kesehatan mengetahui
(D.0111) b.d asuhan (1.12383) kesiapan dan
Kurang terpapar keperawat Observasi : kemampuan
informasi d.d selama 3x24 - Identifikasi dalam
menanyakan jam kesiapan dan menerima
masalah yang diharapkan kemampuan informasi
dihadapi Tingkat menerima - Agar
Pengetahuan informasi mengetahui
(L.12111) - Idetifikasi faktor yang
meningkat faktor-faktor dapat
dengan yang dapat meingkatkan
kriteria hasil : meningkatkan dan
1. Perilaku dan menurunkan
sesuai anjuran menurunkan motivasi dalam
meningkat (5) motivasi berperilaku
2. Pertanyaan perilaku hidup bersih
tentang hidup bersih dan sehat
masalah yang dan sehat - Agar mudah
dihadapi Terapeutik : mengerti saat
menurun (5) - Sediakan diberi
3. Persepsi materi dan Pendidikan
yang keliru media kesehatan
terhadap Pendidikan - Agar
masalah kesehatan mengetahui
menurun (5) - Berikan faktor yang
4. Menjalani kesempatan dapat
pemeriksaan untuk mempengaruhi
yang tidak bertanya kesehatan
tepat menurun Edukasi : - Agar
(5) - Jelaskan berperilaku
5. Perilaku faktor risiko hidup bersih
membaik (5) yang dapat dan sehat
mempegaruhi
kesehatan
- Ajarkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku
hidup bersih
dan sehat.

Perawatan stoma
(1.12432)
Terapeutik
- Sediakan
materi dan
media
pendidikan
kesehatan
perawatan
stoma
- Berikan
kesempatan
untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan
pentingnya
teknik aseptik
selama
merawat
stoma
- Jelaskan
pentingnya
stoma
terbebas dari
sabun
- Anjurkan area
stoma agar
tidak terkena
pakaian
- Anjurkan
melapor jika
ditemukan
herniasi,
atropi, atau
perburukan
dari stoma
- Ajarkan cara
memonitor
stoma (mis.
karakteristik
stoma, tanda
dan gejala
komplikasi,
karakteristik
feses)
- Ajarkan cara
perawatan
stoma
5. Risiko infeksi Setelah Manajemen Nyeri 1. Untuk melihat
(D.0142) d.d dilakukan (I. 14539) perkembangan
luka post OP tindakan Observasi kesehatan
keperawatan - Monitor tanda pasien
3 x 24 jam dan gejala 2. Mengurangi
diharapkan infeksi local risiko terpajan
Tingkat dan sistemik 3. Mengurangi
Infeksi Terapeutik penyebaran
(L.14137) - Batasi jumlah bakteri
Ekspetasi : pengunjung 4. Mengurangi
menurun - Berikan risiko infeksi
dengan perawatan 5. Mempercepat
kriteria hasil : kulit pada penyembuhan
a. Nyeri area edema luka
menurun Edukasi 6. Pemberian obat
(5) - Jelaskan yang benar
b. Demam tanda dan
menurun gejala infeksi
(5) - Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Kolaborasi
- Anjurkan
pemberian
antibiotik,
jika perlu
T. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Hari/tanggal/jam Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Nyeri akut Kamis, 16 - Mengidentifikasi S : Klien
(D.0077) b.d november 2023 lokasi, mengeluh nyeri
agen pencedera 15.00 karakteristik, post op di
fisik (operasi durasi, frekuensi, bagian
colostomi) d.d kualitas, abdomen kiri
tampak integritas nyeri bawah
meringgis R/ nyeri post op O : Nyeri post
dibagian op seperti di
abdomen kiri tusuk-tusuk
bawah A : Masalah
- Mengidentifikasi belum teratasi
16.30 skala nyeri P: Lanjutkan
R/ skala nyeri 6 intervensi
- Mengidentifikasi
17.00 faktor yang
memperberat
nyeri
R/ Klien
18.00 mengatakan
nyeri seperti
ditusuk-tusuk
- Memonitor tanda
tanda vital pasien
R/ TD : 110/90
mmHg, N : 88
x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,5
- Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
R/ Klien
mengerti apa
yang diajarkan
- Memberikan
obat analgetik
R/ Klien
menerima
pemberian obat
tersebut
2. Defisit nutrisi Kamis, 16 - Mengidentifikasi S : Pasien
(D.0019) b.d november 2023 status nutrisi masih puasa
ketidakmampua 15.00 R/ pasien masih O : pasien
n mengabsorsi puasa terlihat lemas
nutrien A : Masalah
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
3. Gangguan Kamis, 16 - Mengganti S : Pasien
integritas kulit november 2023 kantong apabila mengeluh nyeri
(D.0129) b.d 15.00 bocor di area luka
kerusakan kulit - Mengganti post op
d.d luka post op kantonng O : tampak ada
kolostomi setiap balutan
24 jam sekali kolostomi
A : Masalah
belum teratasi
P : lanjutkan
intervensi
4. Gangguan Kamis, 16 - Mengidentifikasi S : Pasien
tumbuh november 2023 status nutrisi mengatakan
kembang b.d - Mengidentifikasi kurang nafsu
pertumbuhan makanan yang makan
fisik terganggu disukai O : pasien
d.d nafsu makan - Memberikan puasa setelah
menurun makanan tinggi post po
serat untuk A : Masalah
mencegah belum teratasi
konstipasi P : lanjutkan
- Memberikan intervensi
suplemen
makanan, jika
perlu

5. Defisit Kamis, 16 - Mengidentifikasi S : Keluarga


Pengetahuan november 2023 kesiapan dan pasien
(D.0111) b.d kemampuan mengatakan
kurang terpapar menerima mulai
informasi d.d informasi memahami
menanyakan R/ keluarga dan tentang masalah
masalah yang klien siap dan kesehatan
dihadapi mampu anaknya
menerima O : Perilaku
informasi tampak sesuai
- Mengidetifikasi anjuran,
faktor-faktor keluarga
yang dapat tampak
meningkatkan bertanya
dan menurunkan tentang masalah
motivasi perilaku yang dihadapi
hidup bersih dan A : Masalah
sehat belum teratasi
R/ keluarga klien P : Lanjutkan
memiliki intervensi
motivasi untuk
berperilaku
hidup bersih dan
sehat
- Menyediakan
materi dan media
Pendidikan
kesehatan
R/ klien dan
keluarga
menyimak materi
yang diberikan
- Memberikan
kesempatan
untuk bertanya
R/ keluarga
bertanya tentang
penyakit
hisprung
- Menjelaskan
faktor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
R/ klien dan
keluarga
memahami
faktor yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
- Mengajarkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
R/ keluarga klien
mau belajar
tentang perilaku
hidup bersih dan
sehat
- Mengajarkan
strategi yang
dapat digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
R/ keluarga klien
memahami
strategi untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
- Menyediakan
materi dan media
pendidikan
kesehatan
perawatan stoma
R/ klien dan
keluarga
menyimak materi
tentang
perawatan stoma
- Memberikan
kesempatan
untuk bertanya
R/ keluarga klien
bertanya tentang
perawatan stoma
dirumah
- Menjelaskan
pentingnya
teknik aseptik
selama merawat
stoma
R/ keluarga klien
memahami
pentingnya
teknik aseptik
selama merawat
stoma
- Menjelaskan
pentingnya
stoma terbebas
dari sabun
R/ keluarga klien
mengerti
pentingnya
stoma terbebas
dari sabun
- Menganjurkan
area stoma agar
tidak terkena
pakaian
R/ keluarga klien
mengerti apa
yang dianjurkan
- Menganjurkan
melapor jika
ditemukan
herniasi, atropi,
atau perburukan
dari stoma
R/ keluarga klien
mengerti apa
yang harus
dianjurkan
- Mengajarkan
cara memonitor
stoma (mis.
karakteristik
stoma, tanda dan
gejala
komplikasi,
karakteristik
feses)
R/ keluarga klien
mengetahui cara
memonitor stoma
- Mengajarkan
cara perawatan
stoma
R/ keluarga klien
mengerti cara
perawatan stoma

6. Risiko infeksi Kamis, 16 - Memonitor tanda S : Klien


(D.0142) d.d november 2023 dan gejala mengeluh nyeri
luka post OP 15.00 infeksi local dan O : Pasien
iskemik terlihat lemah
16.30 R/ Klien A : masalah
mengatakan resiko infeksi
tidak ada infeksi tidak terjadi
18.00 - Memonitor tanda P : Intervensi
tanda vital pasien dilanjutkan
R/ TD : 110/90
mmHg, N : 88
x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,5
- Memberikan
obat analgetik
R/ Klien
menerima
pemberian obat
tersebut
7. Nyeri akut Jumat , 17 - Memonitor nyeri S: Pasien masih
(D.0077) b.d november 2023 R/ Nyeri sudah mengeluh nyeri
agen pencedera 21.30 menurun dengan O : nyeri post
fisik (operasi skala 3 op dibagian kiri
colostomi) d.d 22.00 - Memonitor ttv bawah
tampak pasien A : Malasah
meringgis R/ TD : 110/90 belum teratasi
mmHg, N : 90 P : Lanjutkan
x/menit, R : 20 intervensi
x/menit, S : 36,6
8. Defisit nutrisi Jumat , 17 - mengidentifikasi S : Pasien
(D.0019) b.d november 2023 status nutrisi sudah diberi
ketidakmampua 21.30 R/ pasien baru susu
n mengabsorsi minum susu O : pasien
nutrien - Berikan terlihat lemas
suplemen A : masalah
makanan, jika belum teratasi
perlu P : lanjutkan
R/ Pasien menerima intervensi
pemberian obat
tersebut
9. Gangguan Jumat , 17 - mengganti S : Pasien
integritas kulit november 2023 kantong apabila mengeluh nyeri
(D.0129) b.d 21.30 bocor di area luka
kerusakan kulit - Ganti kantonng post op
d.d luka post op kolostomi setiap O : tampak
24 jam sekali balutan
kolostomi
A : intervensi
dilanjutkan
P : lanjutkan
intervensi
10 Gangguan Jumat , 17 - Identifikasi S : Pasien
. tumbuh november 2023 status nutrisi mengatakan
kembang b.d - Identifikasi kurang nafsu
pertumbuhan makanan yang makan
fisik terganggu disukai O : pasien baru
d.d nafsu makan - Berikan dikasih susu
menurun makanan tinggi A : intervensi
serat untuk dilanjutkan
mencegah P : lanjutkan
konstipasi intervensi
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu

11 Risiko infeksi Jumat , 17 - Memonitor tanda S: Klien


. (D.0142) d.d november 2023 dan gejala mengeluh nyeri
luka post OP 21.30 infeksi local dan O : Pasien
iskemik terlihat lemah
22.00 R/ Klien A : masalah
mengatakan resiko infeksi
tidak ada infeksi tidak terjadi
- Memonitor tanda P : Intervensi
tanda vital pasien dilanjutkan
R/ TD : 110/90
mmHg,
N : 90 x/menit,
R : 20 x/menit,
S : 36,5
13 Nyeri akut Sabtu , 18 Mengidentifikasi S: Klien sudah
. (D.0077) b.d november 2023 skala nyeri merasa nyaman
agen pencedera 05.00 R/ skala nyeri 3 dari hari
fisik (operasi Mengidentifikasi sebelumnya
colostomi) d.d 05.30 faktor yang O : nyeri sudah
tampak memperberat nyeri berkurang
meringgis R/ Klien mengatakan A : masalah
nyeri hilang timbul nyeri akut
06.30 Memonitor tanda sedikit teratasi
tanda vital pasien P : Intervensi
R/ TD : 110/90 dilanjutkan
mmHg, N : 100
x/menit, R : 20
x/menit, S : 36,5
Memberikan obat
analgetik
R/ Klien menerima
pemberian obat
tersebut
14 Defisit nutrisi Sabtu , 18 - Identifikasi S : Pasien
. (D.0019) b.d november 2023 status nutrisi sudah diberi
ketidakmampua 07.00 R/ Pasien sudah makan bubur
n mengabsorsi diberi makan bubur O : Pasien
nutrien - Berikan sudah merasa
suplemen nyaman
makanan, jika A : Masalah
perlu belum teratasi
R/ pasien menerima P : Lanjutkan
obat tersebut intervensi
15 Gangguan Sabtu, 18 - mengganti S : Pasien
. integritas kulit november 2023 kantong apabila mengeluh nyeri
(D.0129) b.d 07.00 bocor di area luka
kerusakan kulit - Ganti kantonng post op
d.d luka post op kolostomi setiap O : Tampak
24 jam sekali balutan
kolostomi
A : Masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
16 Gangguan Sabtu , 18 - Identifikasi S : Pasien
. tumbuh november 2023 status nutrisi mengatakan
kembang b.d - Identifikasi sudah diberi
pertumbuhan makanan yang bubur
fisik terganggu disukai O:
d.d nafsu makan - Berikan A : Masalah
menurun makanan tinggi belum teratasi
serat untuk P : Lanjutkan
mencegah intervensi
konstipasi
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu

17 Risiko infeksi Sabtu, 18 Memonitor tanda S: Klien sudah


. (D.0142) d.d november 2023 dan gejala infeksi merasa nyaman
luka post OP 05.00 local dan iskemik O : pasien
R/ Klien mengatakan sudah sedikit
05.30 tidak ada infeksi membaik
Memonitor tanda A : masalah
06.30 tanda vital pasien resiko infeksi
R/ TD : 110/90 tidak terjadi
mmHg, N : 100 P : Intervensi
x/menit, R : 20 dilanjutkan
x/menit, S : 36,5
Mengajarkan klien
dan keluarga untuk
perawatan dirumah
R/ klien dan
keluarga mengerti
apa diajarkan

U. Catatan Perkembangan

No Tanggal / No. diagnosa Catatan perkembangan


jam keperawatan
1. Minggu, Nyeri S:
19 akut - Klien mengeluh nyeri post op di
november abdomen kiri bawah berkurang
2023 O:
07.30 – - Kesadaran umum : composmentis
14.00 - GCS 15
- Tanda tanda vital
 TD : 120/70 mmHg
 N : 88 x/menit
 R : 20 x/menit
 S : 36,50 C
 SpO2 : 91%
- Skala nyeri 2 (Nyeri ringan)
A : Nyeri akut teratasi sebagian
P : intervensi manajemen nyeri dilanjutjan
dirumah
I : implementasi manajemen nyeri
dilanjutkan dirumah
E : manajemen nyeri teratasi sebagian
R : Intervensi dilanjutkan dirumah (pasien
BLPL)
2. Minggu, Defisit S:
19 nutrisi - Klien mengatakan nafsu makan
november sedikit bertambah
2023 O:
07.30 – - Kesadaran umum : composmentis
14.00 - GCS 15
- Tanda tanda vital
 TD : 120/70 mmHg
 N : 88 x/menit
 R : 20 x/menit
 S : 36,50 C
 SpO2 : 91%
- Skala nyeri 2 (Nyeri ringan)
- IMT : 13,8 (sangat kurus)
A : Defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi manajemen nutrisi
dilanjutkan dirumah
I : Implementasi manajemen nutrisi
dilanjutkan dirumah
E : Manajemen nutrisi teratasi sebagian
R : Intervensi dilanjutkan dirumah (pasien
BLPL)
3. Minggu, Gangguan S :
19 integritas - Klien mengatakan masih adanya
november kulit nyeri gesekan antara luka dan
2023 kantong stomi
07.30 – O:
14.00 - Kesadaran umum : composmentis
- GCS 15
- Tanda tanda vital
 TD : 120/70 mmHg
 N : 88 x/menit
 R : 20 x/menit
 S : 36,50 C
 SpO2 : 91%
- Skala nyeri 2 (Nyeri ringan)
- Terpasang colostomy bag
A : gangguan integritas kulit teratasi
sebagian
P : intervensi perawatan luka dilanjutkan
dirumah
I : implementasi perawatan luka
dilanjutkan dirumah
E : perawatan luka teratasi sebagian
R : Intervensi dilanjutkan dirumah (pasien
BLPL)
4. Minggu, Resiko S:
19 Infeksi - O : Kesadaran umum :
november composmentis
2023 - GCS 15
07.30 – - Tanda tanda vital
14.00  TD : 120/70 mmHg
 N : 88 x/menit
 R : 20 x/menit
 S : 36,50 C
 SpO2 : 91%
- Skala nyeri 2 (Nyeri ringan)
- Terpasang stoma dan terpasang
colostomy bag
A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Intervensi pencegahan infeksi
dilanjutkan dirumah
I : Implementasi pencegahan infeksi
dilanjutkan dirumah
E : pencegahan infeksi teratasi sebagian
R : Intervensi dilanjutkan dirumah (pasien
BLPL)
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Penyakit hirschprung disebut juga congenital aganglionosis atau
megakolon (aganglionik megakolon) yaitu adanya sel ganglion
parasimpatik,mulai dari spingter ani interna kearah proksimal dengan
panjang yang bervariasi, dapat dari kolon sampai pada usus halus.
Penyebab penyakit hirschprung karena adanya kegagalan sel-sel
neural pada masa embrio dalam dinding usus, gangguan pada peristaltik
dibagian usus distal dengan defidiensi ganglion. Berdasarkan panjang
segmen yang terkena, penyakit hirschprung dapat dibedakan 2 tipe, yaitu:
penyakit hirschprung segmen pendek dan penyakit hirschprung segmen
panjang.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan bawaan tunggal. Jarang sekali ini terjadi pada bayi
prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan yang lain.

B. Saran
1. Perawat
Perawat harus lebih meningkatkan pengetahuan tentang perawatan
anak khususnya pada anak dengan Hirschprung agar dapat
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
2. Rumah Sakit
Dalam rangka memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada
klien dengan tepat dan sesuai prosedur hendaknya rumah sakit
meningkatkan sarana dan fasilitas yang sudah ada menjadi lebih baik
lagi.

3. Institusi Pendidikan
Kepada institusi pendidikan hendaknya lebih memperhatikan
waktu yang disediakan untuk Penulis dalam memberikan asuhan
keperawtan kepada klien. Sehingga Penulis dapat benar-benar
memahami keadaan klien dan memberikan asuhan keperawatan pada
klien sesuai dengan kebutuhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. 2022. Tanda dan Gejala Hisprung Pada Anak. RSUP dr. Mohammad
Hoesin. Palembang
Alravido., Fitriani., Anteng & Florencia. 2017. Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan “Hirschsprung pada Anak”. Universitas Ngudi Waluyo.
Ungaran. Semarang
Brahmayda, W. L. 2022. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. R Dengan
Diagnosa Medis Total Colonic Aganglionosis (Tca) Hirschsprung’s
Disease Di Ruang NICU Central Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.
Doctoral Dissertation, Stikes Hang Tuah. Surabaya
Suryandari, A. E. 2017. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Hirschsprung Di
Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Bidan Prada.
Agussafutri, dkk. 2022. Buku Ajar Bayi Baru Lahir DIII Kebidanan Jilid II.
Mahakarya Citra Utama. Jakarta Selatan

Anda mungkin juga menyukai