Anda di halaman 1dari 12

JEJAK REKAM EKONOMI ISLAM

A. Urgensi Memahami Sejarah Islam Dalam MEnggali Pemikiran Ekonomi Islami


Interpretasi Islam terhadap sejarah didasari keyakinan bahwa Islam adalah benar, dan
apa saja yang bertentangan dengan Islam adalah salah. Setiap yang disyariatkan Alah dalam
Islam, baik menyangkut ibadah, jihad, muamalah termasuk di dalamnya tentang ekonomi
atau yang lainnya adalah benar dan tidak memerlukan apologia tau justifikasi dari manapun.
Intrepretasi Islam terhadap sejarah bukanlah interpretasi materiliastik, yang hanya
mengakui faktor-faktor material seperti alat-alat produksi sebagai satu-satunya yang member
pengaruh terhadap sejarah umat manusia. Juga bukan interpretasi material yang menganggap
perubahan sejarah berasal dari faktor-faktor eksternal, seperti lingkungan fisik, iklim,
geografi, ekonomi dan lainnya, sebagaimana ideolgi Barat.
Menurut Islam, peradaban besar adalah peradaban yang menciptakan lingkungan yang
kondusif secara politik, sosial, ekonomi, kultural dan material, dan mengantarkan warganya
untuk dapat mengamalkan perintah-perintah Allah dalam seluruh aktifitasnya.
Peradaban Islam sendiri telah melewati beberapa tahapan. Sebagain besar pencapaian
materialnya justru tidak terjadi selama periode-periode awal. Namun, prilaku muslim periode
awal jelas lebih sesuai dengan ajaran syariat. Nabi sendirin menegaskan hal itu dalam
sabdanya yg artinya: “Sebaik-baik generasi adalah generasiku, lalu setelah mereka, dan
generasi setelah itu”. Tampaknya, dengan mengevaluasi kembali sejarah yang ada, akan
terungkap distori-distori yang menyesatkan dalam sejarah kita, dan berikutnya kemungkinan
akan terjadi perubahan pandangan dan pemahaman kita terhadap periode Umayyah dan
Abasiyah serta periode berikutnya.
B.     Perniagaan Pada Masa Arab Pra Islam
Kehidupan perniagaan bangsa merupakan fakta yang telah dikenal dalam sejarah.
Mata pencharian penduduk di kawasan ini dengan kondisi wilayah yang kering, padang pasir
penuh dengan bebatuan dan pegunungan tandus adalah berdagang. Tidak ada hasil pertanian
yang dapat dipetik dari daerah itu.
Diantara banyak suku arab, terdapat suku Quraisy yang merupakan suku asal Nabi
Muhammad SAW. suku ini dikenal memiliki otoritas sebagai penjaga Ka’bah. Posisi ini
membuat suku Quraisy sangat leluasa dan aman untuk melakukan perjalanan dagang
diseluruh kawasan ini. Sebagai kaum yang memiliki hubungan dagang lintas Negara, kaum
Quraisy mempunyai pengetahuan dagang yang sangat baik. Usaha perdagangan dilakukan
dalam berbagai bentuk. Syirkah dan Mudharabah dengan berbagai tipenya pun sudah mereka
jalankan.
C.     Bunga Sebagai Komponen Ekonomi
Masyarakat Arab Pra Islam tidak membedakan antara riba dengan perdagangan. Pada
kenyataannya mereka memang menganggap riba sebagai salah satu bentuk perdagangan.
Bunga dianggap sebagai komponen yang sangat penting dalam system perekonomian yang
ada.
Karena bunga telah berakar sedemikian rupa dalam kehidupan masyarakat, maka
Allah yang Mahabijaksana dan Mahamengetahui menurunkan larangan bunga secara
bertahap, sehingga aturan baru ini tidak mengacaukan kehidupan ekonomi masyarakat atau
menimbulkan kesulitan bagi mereka. al-Qur’an telah meluruskan pemikiran riba tersebut,
bahwa perdagangan tidaklah seperti riba, dan riba bukanlah bentuk perdagangan.
D.    Pengaruh Sejarah Islam Terhadap Pembentukan Sistem Ekonomi Islam
Untuk mengetahui bagaimana perangkat syariah styariah Islam memengaruhi
terbentuk suatu ekonomi dalam masyarakat Arab pada masa Rasulullah SAW, kita harus
melakukan kajian serius terhadap al-Qur’an, karena al-Qur’anlah yang dijadikan Rasululah
SAW sebagai sumber rujukan dalam mendidik dan mengelola masyarakat pada waktu itu.
Satu hal yang penting untuk digarisbawahi adalah, kajian sejarah menyebutkan bahwa
dalam masyarakat Islam sebenarnya dikenal istilah perangkat peraturan yang bersifat
normative maupun positif, karena perangkat peraturan yang dilakukan secara konsisten telah
membawa masyarakat ketingkat kesejahteraan yang berkeadilan. Contoh pencapaian prestasi
dari system ekonomi islami, nyata tercatat dalam sejarah.
Pembahasan tentang perkembangan pemiiran ekonomi Islami masa-masa para
Khalifah yang mengaitkan Rasulullah saw akan bekisar pada pengembangan perangkat
peratuan yang diperlukan untuk memperkuat dilaksanakannya perilaku ekonomi Islami
secara benar.

JEJAK REKAM PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN NABI


MUHAMMAD SAW
Periode awal islam, yang terdiri dari era kenabian Muhammad SAW dan era
Khulafaur Rasyidin merupakan rentang waktu yang sangat penting dalam sejarah Islam.
Sebabnya adalah, pada periode ini ajaran islam yang komprehensif yang meliputi seluruh
aspek kehidupan, baik ibadah, sosial, politik maupun ekonomi betul-betul
diimplementasikan. Dengan kata lain, periode awal islam merupakan prototype ideal yang
harus ditiru oleh masyarakat kita sekarang.
Pembangunan ekonomi yang dimaksudkan disini adalah segala upaya yang secara
sadar dilakukan Nabi Muhammad SAW sebagai Kepala Negara untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Petunjuk dan bimbingan langsung beliau dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat inilah yang kelak dikemudian hari dikenal sebagai
kebijaksanaan pembangunan dengan menggunakan berbagai instrument fiscal dan moneter.
Banyak sekali hadits rasulullah SAW yang menunjukkan secara nyata kepedulian beliau
kepada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW berdo’a, yang artinya : “Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kemiskinan, dan aku berlindung kepada-Mu dari
kekurangan dan kehinaan, serta aku berlindung kepada-Mu dari berbuat kejam dan
dizalimi”. Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang
artinya : “Sesungguhnya orang kafir, bila mengerjakan suatu kebaikan, itu akan
menghasilkan sebuah kelezatan di dunia. Sedangkan orang yang beriman, maka Allah
menyimpankan untuknya kebaikan-kebaikannya di akhirat dan memberikan rezeki
kepadanya di dunia sesuai dengan ketaatannya kepada Allah SWT”.
Masalah pembangunan dalam hal mempertahankan keuangan yang sehat dan meraih
tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan masalah yang menjadi perhatian rasululah SAW.
karena ekonomi pada saat itu merupakan ekonomi yang didasarkan pada pertanian, maka
perhatian utama Nabi SAW di antaranya ada pada peningkatan hasil tanah dan
pengembangan wilayah untuk ditanami. Hal ini misalnya ditunjukkan oleh Rasulullah SAW
melalu sabdanya, yang artinya : “orang yang menghidupkan tanah mati dialah pemiliknya.”
Menurut Abu Yusuf, menghidupkan tanah bearti membajak, menanami dan mengairi tanah
tersebut.
Adapun bangunan pada masa Rasulullah SAW, adalah:
  Penciptaan sumber keuangan Negara melalui zakat, khumus, fa’I, kharaj, dan kafarat.
  Pengembangan dasar kebijakan fisikal yang menyangkut penerimaan subjek dan objek
kewajiban kharaj, zakat, ushr, jizyah, dan kafarat, penentuan batas minimal wajib zakat
(nisab) dan umur objek terkena kewajiban (haul).
  Pengembangan dasar-dasar kebijaksanaan anggaran belanja Negara yang mencakup
pengendalian Negara dalam batas penerimaan (Balance Budget Policy)
  Peletakkan dasar-dasar kebijaksanaan melalui:
         Penggunaan emas (dinar) dan dirham sebagai alat transaksi
         Pembebasan tariff dan bea masuk impor emas, perak dan barang komoditi
         Larangan penimbunan uang
         Larangan penimbunan barang untuk menjaga stabilitas nilai uang
         Larangan membungakan uang dan menggalakkan model model perjanjian bagi hasil dan
resiko
         Mencegah kegiatan spekulasi
         Meningkatkan produksi barang dan jasa
         Penghapusan monopoli dagang

JEJAK REKAM EKONOMI PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN


(11 H/632 M s.d 60 H/661 M)
System ekonomi yang dipraktekkan pada masa khulfaur Rasyidin memiliki basis yang
jelas yaitu syariat Islam yang menyeluruh. Ia bukan sekedar proses keuangan ditangan
penguasa, tetapi didasarkan pada petunjuk syariah dan bertujuan untuk kemaslahatan umum.
Prinsip-prinsip umum system ekonomi  diturunkan dari ayat-ayat al-Qur’an. Penting
diketahui al-Qur’an tidak memberikan perincian kebijakan keuangan, akan tetapi terdapat
ajaran-ajaran Ekonomik dan prinsip-prinsip yang mengarahkan dan menentukan kebijakan
semacam itu. Perincian dan prinsip-prinsip itu diklasifikasi oleh Nabi Muhammad SAW
untuk tujuan praktis dan fungsional. Dengan demikian, Sunnah Nabi SAW menjadi sumber
penting kedua system ekonomi di masa ini setelah al-Qur’an.
Dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang membentuk prilaku
ekonomi umat Islam, diketemukan doktrin-doktrin ekonomi yang merupakan dasar-dasar
sistem ekonomi Islam, yaitu :
1)      Agama Islam mengakui hak pemilikan harta pribadi tetapi sebagai titipan (amanat) dari
Allah SWT yang pemanfaatannya akan dimintai pertangngjawabnnya.terhadap harta ini
diwajibkan bagi seorang muslim membayar zakat apabila telah mencapai nisab dan haulnya,
dan bagi non muslim diberlakukan pajak.
2)      Setiap individu diwajibkan mencari rezeki yang halal dan baik melalui perdagangan atau
penyertaan modal. mencari nafkah/rezeki dengan membungakan uang (riba) itu dilarang
dalam Islam.
3)      Agama Islam mengakui mekanisme pasar dimana harga dibentuk oleh kekuatan permintaan
dan penawaran. Allah-lah yang mengatur kekuatan permintaan dan penawaran itu. Penguasa
diwajibkan menghilangkan gangguan (distorsi) terhadap mekanisme pasar dengan cara
melarang adanya penimbunan barang, spekulasi dan kecurangan seperti penimpangan pada
alat yang dipakai sebagai timbangan, ukuran. Dan lain sebagainya.
4)      Agama Islam mengakui keberadaan lembaga yang mengatur peredaran uang (baiutl mal),
penerimaan dan pengeluaran Negara. Zakat dan pajak dipungut oleh penguasa dan
pengeluaranya kepada 8 asnaf juga dilakukan oleh penguasa. Lembaga yang mengawasi agar
mekanisme pasar berjalan wajar (hisbah) juga diakui keberadaannya.
5)      Transaksi ekonomi antara individu dengan individu atau individu dengan lembaga wajib
dilakukan emlalui akad-akad yang sesuai dengan prinsip syariat Islam.
Pada zaman pemerintahan Khulafaur Rasyidin, doktrin-doktrin ini terus diperkuat dan
dikembangkan sehingga mempunyai dampak yang optimal terhadap pencapaian Visi dan
Misi Ekonomi Islam.
  Khlaifah Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A
  Penerapan Prinsip Persamaan Dalam Distribusi kekayaan Negara
Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan rakyat, Khalifah Abu Bakar ra
melaksanakan kebijakan ekonomi sebagaimana yang dilakukan oelh Rasulullah SAW. ia
sangat memperhatikan akurasi penghitungan zakat. Hasil pengumpulan zakat dijadikan
sebagai pendapatan Negara yang disimpan dalam baitul mal dan langsung didistribusikan
seluruhnya kepada kaum muslimin.
Abu bakar ra mengiuti langkah-langkah Nabi SAW dalam mengeluarkan pendapatan
yang berasal dari zakat. Ia membayar uang dalam jumlah yang sama kepada seluruh sahabat
Nabi, dan tidak membeda-bedakan antara kaum muslim terdahulu dengan para muallaf,
antara budak dengan orang merdeka dan antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini ia
berprinsip persamaan hak warga Negara dalam ekonomi. Sekali waktu beliau menerima
kekayaan yang berlimpah dari Negara yang ditaklukan dan Abu Bakar mendistribusikannya
orang-orang secara sama. Umar ra dan para sahabat lain menyatakan bahwa kaum muslimin
terdahulu harus diberi keistemewaan dari kaum muallaf. Abu Bakar menjawab, “Aku sadar
sepenuhnya tentang keunggulan dan keistemewaan orang-orang yang engkau sebutkan;
semua itu akan dibalas oleh Allah SWT. tetapi ini adalah masalah kebutuhan hidup, dimana
menurutku prinsip persamaan lebih baik daripada prinsip pengistemewaan.”
Dengan demikian, selama masa kekhalifahan Abu Bakar ra, harta baiutl mal tidak
pernah menumpuk dalam jan gka waktu lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh
kaum muslimin. Semua warga Negara Muslim mendapat bagian yang sama dari Baitul Mal.
Ketika pendapatan Baiutl Mal meningkat, semua mendapat manfaat yang sama dan tidak ada
hidup dalam kemiskinan. Tatkala Abu Bakar meninggal dunia dan telah dikuburkan, Umar ra
memanggil orang kepercayannya dan diantaranya Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin
Affan, mereka masuk ke dalam baitul mal dan membukanya. Mereka tidak mendapatkan satu
dinar dan dirhampun di dalamnya.
Selama masa Kekhalifahannya, Abu Bakar ash-Shiddiq ra menerapkan beberapa
kebijakan dalam bidang ekonomi, yakni :
1)      Menetapkan praktek akad-akad perdagangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
2)      Menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar zakat.
3)      Tidak menjadikan Ahli Badar dalam pembagian kekayaan Negara.
4)      Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri dari emas, perak, perunggu, besi dan baja,
sehingga menjadi sumber pendapatan Negara.
5)      Menetapkan gaji para pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan masing-masing.
6)      Tidak merubah kebijakan Rasulullah SAW dalam maslah jizyah. Sebagaimana Rasulullah
SAW, Abu Bakar ra tidak membuat ketentuan khusus tentang jenis dan kadar jizyah. Maka
pada masanya, jizyah dapat berupa emas, perhiasan, pakaian, kambing, onta, kayu-kayu, atau
benda-benda lainnya.
  Khalifah Umar bin Khattab R.A
  Khalifah Umar ra Membentuk Dewan Ekonomi
Pada masa Rasulullah SAW dan Khalifah Abu Bakar ra, Masjid Nabawai adalah
istana Negara. Ketika itu, masjid sudah cukup untuk merefleksikan aktifitas ekonomi Negara,
dimana saat itu harta yang dimiliki dan dikelola Negara masih sedikit. Ketika wilayah kerja
ekonomi semakin luas pada masa Umar bin Khattab ra, aktifitas ekonomi Negara
membutuhkan kantor pusat. Maka Umar ra mendirikikan dewan untuk tujuan itu, yaitu dewan
pengeluaran dan pembagian, yang khusus menangani devisa umum Negara.
Menurut catatan Ibnu Khaldun, Khalifah Umar bin Khatab (13 H/634 M) membentuk
dewan itu pada tahun 20 H, dengan tugas di antaranya sebagai berikut :
1)      Mendirikikan Baitul Mal (Kantor Bendahara Negara) menempa Uang, membentuk Negara
untuk menjaga dan melindungi tapal batas, mengatur gaji, mengangkat hakim-hakim,
mengatur perjalanan pos, dan lain-lain.
2)      Mengadakan dan menjalankan hisbah (pengawasan terhadap pasar, pengontrolan terhadap
timbangan dan takaran, penjagaan terhada tata tertib dan susila, pengawasan terhadap
kebersihan jalan, dan lain sebagainya).
3)      Memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, misalnya: hak
penguasaan tanah yang didapat dari perang yang semula diberikan kepada kaum Muslimin
dirubah menjadi tetap hak pemilik semula tetapi dikenakan pajak tanah atau Kharaj, dan
peninjauan kembali persyaratan untuk pembagian zakat bagi orang-orang yang dijinakkan
hatinya atau al muallafatu qulubuhum.
Menurut Irfan Mahmud Ra’ana, umar melakukan reformasi hak  penguasaan tanah
dengan mencontoh rasulullah SAW pada waktu membagikan tanah Khaibar.
  Khalifah Umar ra Membuat Dokumen Negara
Khalifah Umar ra adalah orang pertama yang membuar dokumen Negara dalam
Islam. Para fukaha berbeda pendapat mengenai latar belakang pembuatan dokumen Negara
ini oleh Umar ra. Terdapat beberapa riwayat tentang pembuatan dokumen Negara pada masa
Khalifah Umar ra, salah satunya diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, bahwa ia mneghadap
khlaifah dengan membawa sejumlah uang sejumlah 500.000 dirham dari Bahrain. Uang
kemudian melakukan musyawarah dengan kaum Muslimin tentang uang itu dan disrankan
kepadanya untuk membuat dokumen untuk itu.
  Khalifah Utsma bin Affan R.A
  Kebijakan Ekonomi Utsman bin Affan
Ada beberapa kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh Khalifah Utsman bin Affan,
yakni diantaranya:
1)      Mempertahankan system pembagian berdasarkan prinsip engistemewaan sebagaimana
dilakukan Khalifah Umar ra.
2)      Menaikkan dana pension sebesar 100 dirham dan menberikan ransum tambahan berupa
pakaian.
3)      Memperkenalkan teradisi mendistribusikan makanan ke masjdi untuk para fakr miskin dan
musafir.
4)      Membebaskan zakat atas harta terpendam (emas, perak, dan lain-lain).
Menurut Dr Badri yatim, MA, Khalifah Utsman bin Affan berjasa dalam membangun
prasarana ekonomi seperti: bendungan, pengairan, jalan, jembatan dan masjid. Sebagai
seorang fukaha dan orang yang pertama kali mendirikan gedung pengadilan, maka Khalifah
Utsman bin Affan tentunya mempunyai kepedulian yang tinggi kepada penegakan hokum
termasuk hokum yang membentuk system ekonomi yang telah dirintis oleh Rasulullah SAW
dan Khalifah-Khalifah sebelumnya.
  Khalifah Ali bin Abi Thalib R.A
Setelah pengangkatannya sebagai Khlaifah, Ali ra langsung mengambil beberapa
tindakan, seperti memberhentikan para pejabat yang terbukti melakukan korupsi.
Diriwayatkan, Khalifah Ali pernah memenjarakan Gubernur Ray yang dianggapnya
melkukan korupsi.
Tindakan lain yang diambil Khlaifah adalah mendistribusikan pendapatan pajak
tasunan sesuai dengan yang telah ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra.
Sedangkan untuk alokasi belanja Negara, kebijakan Khalifah Ali ra kurang lebih sama dan
tidak ada perkembangan berarti pada masa itu. Ali ra membentuk kesatuan polisi yang
terorganisir secar resmi yang disebut Syurthah, dan komandannya deberi gelar Shahibus-
Syurthah.
Selama masa kekhalifahannya, Ali ra menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun
sebesar 4000 dirham dan mngidzinkan Ibnu Abbas, Gubernur Kufah untuk memungut zakat
terhadap sayuran segar. Salah satu kekayaan fiqih ekonomi yang merupakan hasil ijtihad Ali
ra pada masa kekhalifahannya dan diaplikasikan hingga saat ini adalah kompensasi bagi para
pekerja jika mereka merusak barang-barang pekerjaannya.
Adapun kebijakan Ekonomi Ali bin Abi Thalib ra pada masa kekhalifahannya adalah:
1)      Mengedepankan prinsip pemerataan dalam pendistribusian kekayaan Negara kepada
masyarakat.
2)      Menetapkan pajak terhadap para pemilik kebun dan mengidzinkan pemungutan zakat
terhadapsayuran segar.
3)      Pembayaran gaji pegawai dengan system mingguan.
4)      Melakukan control pasar dan memberantas pedagang licik. Penimbun barang, dan pasar
gelap.
Aturan kompensasi bagi para pekerja jika mereka merusak barang-barang pekerjaannya.

JEJAK REKAM PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA KHALIFAH BANI


UMAYAH (41 H/661 M s.d 132 H/750 M)
Bangunan ekonomi yang ada pada masa Bani Umayyah adalah :
  Ilmu ekonomi berkembang sebagai suatu disiplin ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian
para fukaha, sufi, filosof, psikolog, dan politikus
  Pada masa Bani Umayyah, mncul beberapa pemikir, antara lain:
a)      Abu Hanifah an- Nu’man; diantara kontribusinya adalah merincai dengan Jelas hal-hal yang
mesti dietahui dan dinyatakan dalam kontrak salam (pemesana barang). Ia juga menolak
akad muzara’ah (kontrak bagi hasil pertanian).
b)      Al-Awza’i; memperbolehkan konsep muzara’ah (kontrak bagi hasil pertanian).
c)      Imam Malik; membenarkan pemerintahan Islam untuk memungut pajak lebih apabila
diperlukan untuk kesejahteran rakyat.
d)     Abu Yusuf; penulis kitabul kharaj. Dia sangat menekuni kajian tentang kebijaksanaan
ekonomi.
e)      Asy-Syaibani; penulis dua kitab besar dalam ilmu ekonomi. Pertama kitab al-iktisan fir Rizq
al-Mustathob (buku tentang pendapatan untuk kehidupan yang bersih) dan al-Asl yang
merupakan bahan standar untuk berbagai transaksi ekonomi.
Ketika mencermati masa-masa pertama politik Bani Umayah kita akan melihat
perbedaan yang diterapkan Bani Umayyah dengan yang pernah diterapkan pada masa
Khulafaur Rasyidin, yaitu dari system kekhalifahan menjadi system kerajaan.perubahan
system ini pernah diisyaratkan oleh Nabi SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh HR
Ahmad dan Tirmidzi, yang artinya: “Kekhalifahan setelahku adalah tigapuluh tahun,
kemudian akan menjadi kerajaan yang menggigit…..”.
Mu’awiyah menetapkan anggaran gaji tetap kepada tentara, mencetak mata uang,
menerbitkan angkatan perang, dan mengembangkan jabatan Qadhi (hakim) sebagai jabatan
professional. Abdul malik bin Marwan bin Hakam mengembangkan pemikiran yang serius
dalam hal penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat Islam. Al-Walid bin Abdul
Malik bin Marwan membangun panti-panti untuk orang cacat, jalan-jalan yang
menghubungkan suatu dareah dengan-daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-gedung
pemerintahan dan masjid-masjid yang megah. Umar bin Abdul Aziz melakukan reformasi
atas semua yang dianggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mulia. Ia memulai
langkah ishlah itu dari dirinya sendiri, keluarga dan kerabatnya, kemudian masyarakat
sampai Negara.

JEJAK REKAM PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA KHILAFAH BANI


ABBASIYAH I
Setelah berakhirnya masa kekhalifahan bani Umayyah, kepemimpinankaum Muslimin
dilanjutkan oleh Bani Abbasiyah I. Pergiliran  kekuasaan ke tangan Bani Abbasiyah ini,
sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari, telah disyaratkan Rasulullah saw,
yaitu ketika beliau memberitahukan kepada Abbas bin Abdul Muthalib, paman beliau, bahwa
khilafah akan berada di tangan anak cucunya.
Masa Abbasiyah I ini ditandai dengan banyaknya pemikir ekonomi Islam, diantaranya
yakni:
a)      Yahya bin Adam; yang menulis Kitabul Kharaj, yang membahas tentang Keuangan Negara.
b)      Abu Ubaid al-Qasim bin Salam; yang menulis kitab al-Amwal, sebuah karya lengkap tentang
Keuangan Negara dalam Islam.
c)      Ahmad bin Hanbal; yang mengecam praktek penurunan harga untuk mematikan usaha orang
lain. Menurutnya pemerintah harus ikut campur tangan agar tidak terjadi praktek monopoli.
Disamping itu ia juga mendukung fleksibeltas dalam persyaratan kontrak.
d)     Junaid al-Baghdadi; yang mengungkapkan pentingnya tasawuf dalam perniagaan.
e)      Ibnu Miskawaih; yang memandang pentingnya intervensi pemerintah untuk menjamin
keadilan beberapa pihak dalam bertransaksi.
f)       Al-Mawardi; penulis kitab al-Ahkam as-Sulthaniyyah, yang membahas tentang kewajiban
penguasa, penerimaan, dan pengeluaran public, tanah public, tanah umum, dan prerogratif
Negara untuk menghibahkan tanah dan mengawasi pasar.
g)      Ibnu Hazm; yan melarang menjual tanah.
h)      Nizamul Mulk at-Tusi; penulis kitab Siasah Nemeh, yang membahas tentang kewajiban
mengurangi kekuasaan dan hak mutlak tuan tanah dan menjadikan pemerintah lebih berkuasa
atas tanah.
i)        Al-Ghazali; yang mengutuk praktek riba fadhl dan penimbunan uang.
j)        Nashiruddin at-Tusi; diantara pemikirannya adalah: menekankan pentingnya bertani sebagai
mata pencharian dan mengecam keras pola konsumsi yang berlebihan.
Khalifah Bani Abbasiyah I yang berkedudukan di Baghdad dan memerintah dalam
kurun waktu cukup lama itu (dari tahun 132 H/ 749 M samp;ai dengan 656 H/1258 M)
akhirnya ditumbangkan oleh serbuan Mongol pada tahun 656 H/1258 M. menurut catatan
sejarah, penguasa Mongol yang berkuasa pada waktu daulah Abbasiyah I  adalah temuchin
atau Gen-ghis Khan (1162-1227 M) dan Hulagho khan. Demikianlah, dengan jatuhnya kota
Bagdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri masa
pemerinyahan Khilafah Abbasiyah I yang berkuasa selama 508 tahun, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam.
Namun dengan kehendaknya, roda sejarah pun bergulir kembali. Setelah dua tahun
dikuasi bangsa Mongol dengan berbagai peristiwa yang menyertainya, kaum Mslimin dapat
memperoleh kekhalifahannya kembali. Bani Abbasiyah melanjutkan kembali
kekhalifahannya yang disebut sejarawan sebagai periode Khalifah Abbasiyah II.

JEJAK REKAM PEMIKIRAN EKONOMI ADA MASA KHILAFAH BANI


ABBASIYAH II (659 H/1261 m s.d 903 H/1505 M)
Banyak kalangan mengira jatuhnya Bagdad pada tahun 656 H adalah akhir dari
kejayaan Islam. Tahun 657 dan 658 H berlalu, dua tahun lamanya dunia Islam tidak memilki
seorang Khalifah. Namun takdir dan kehendak Allah berbicara lain. Dua tahun pasca
runtuhnya Bagdad, Mesir kembali merebut kejayaannya dengan meruntuhkan bangsa
Mongolia. Kemudian Mesir kembali kembali mempunyai khalifah yang dikenal dengan
Khilafah Abbasiyah II. Saat itu pula penetapan kota Kairo sebagai pusat pemerintahan
Khilafah Abasiyah II. Disamping itu, pada masa Khilafah bani Abbasiyah 11 juga terjadi
banyak kemajuan dibidang arsitektur. Banyak arsitek didatangkan ke Mesir untuk
membangun sekolah-sekolah, rumah sakit dan masjid-masjid yang indah. Khilafah
Abbasiyah II dengan 18 khalifahnya memimpin umat Islam selama 264 tahun (659 H- 923
H).
Sebagaimana Khilafah Abbasiyah I, pada zaman Khilafah Abbasiyah II juga banyak
pemikir ekonomi Islam. Dianta para pemikir itu adalah:
a)      Ibnu Taimiyyah; perhatian utamanya adalah bagaimana masyarakat membawa dirinya sesuai
dengan syariah. Perhatiannya juga tertuju pada masalah-masalah kemasyarakatan seperti
perjanjian dan upaya mentaatinya, harga-harga dan dibawah kondisi apa dapat dianggap
wajar dan adil, pengawasan pasar, keuangan Negara dan peranan Negara dalam memenuhi
kebutuhan.
b)      Ibnu Qayyim; focus kajiannya seputar permasalhan zakat. Ia berpendapat bahwa zakat
memiliki dimensi ekonomi yang sangat luas.
c)      Syathibi; selain pemikirannya tentang pajak dan kepemilikan, pemikirannya yang menarik
adalah tentang hirarki kebutuhan manusia. Hirarki kebutuhan manusia berdasarkan skala
prioritas adalah sebagai berikut: Kebutuhan Fsikologi (Physiologic Needs), Kebutuhan
Keamanan (Safety Needs), Kebutuhan Sosial (Social Needs), Kebutuhan Penghargaan
(Esteen Needs), Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs).
d)     Ibnu Khaldun; kitabnya yang terkenal adalah Muqaddimah, karya terbesar dalam analisa
sosial, politik dan ekonomi dalam tradisi Islam, menyajikan wawasan tentang subjek-subjek:
pembagian kerja (division of labor), uang dan harga, produksi dan distribusi, perdagangan
internasional, pembentukan modal (capital formation) dan pertumbuhan, siklus perdagangan,
kemiskinan dan kemakmuran, kependudukan, pertanian, industry dan perdagangan dan
makro eonomi dari perpajakan dan pengeluaran public.
e)      Al-Maqrizi; dia memfokuskan kajiannya pada uang dan inflasi. Menurutnya inflasi bisa
terjadi karena adanya bencana alam, gagal panen, dan lain-lain. Sedangkan factor kesalahan
manusia antara lain korupsi dan administrasi yang buruk. Beban pajak yang berat dan
kenaikan pasokan uang fulus (tembaga).
f)       Syah Waliyullah; ia berpandangan bahwa penyebab kemerosotan negaranya (India) adalah
pengeluaran uang untuk keperluan yang tidak produktif dan pajak yang berat.

JEJAK PEMIKIRAN EKONOMI PADA MASA KHILAFAH UTSMANIYAH (923-


1342 H/ 1517 M-1923 M)
Khilafah Utsmaniayah merupakan periode terpanjang dalam sejarah kekhalifahan
kaum Muslimin. Selama lima abad khalifah dari tahun 923 H/1517 M sampai dengan 1342
H/1923 M, Utsmaniyah menjadi pemerintahan Islam terkuat, bahkan merupakan Negara
terbesar di Dunia pada masa itu.
Bangunan ekonomi pada masa Khilafah Utsmaniyah, ditemukan proto bank pertama
(Galata Sarraf) yang melayani pertukaran mata uang asing, memberikan pinjaman lunak,
serta menyediakan pembelian piutang. Akan tetapi, tidak ditemukan adanya indikasi
penerimaan tabungan masyarakat padanya.
Dari sudut pandang pengambilan kebijakan ekonomi, para sultan Utsmani dapat
dinilai sebagai penguasa yang bekerja secara realistis, jika tidak mungkin disebut pragmatis,
sesuai dengan ketersediaan dana. Mereka tidak mengenal adanya istilah serta kemungkinan
bangkrut dalam suatu perekonomian walaupun tingkat pajak yang dikumpulkan dari
masyarakat termasuk yang paling rendah diseluruh Eropa. Ketrbatasan pengetahuan elit
penguasa adalah terhadap ilmu statistic serta praktik penerapannya juga menyulitkan staf
pengusul kebijakan untuk memberikan pertimbangan-pertimbangan yang akurat dan dapat
dipercaya. Satu-satunya pencatatan yang dapat dianggap memenuhi syarat validitas adalah
daftar kekuatan ketentaraan serta kebutuhan logistiknya, tentu saja keperluan ini tidak
mencakupi segala kebutuhan perbaikan ekonomi yang terus memburuk. Secara tidak
langsung, pemikiran ekonomi serta keijakan ekonomi yang berkembang pada Daulah
Utsmaniyah perlu dilihat dari besarnya perhatian serta tingkat apresiasi pemerintah
terhadapkemajuan sains, metodologi pembelajaran, serta aplikasi teknologi pada umumnya.
Menjelang dibebaskannya Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-fatih (Mehmet
II) pada tahun 1543 M, terutama setelah peristiwa bersejarah itu, banyak madrasah yang
dibangun diwilayah Utsmaniayah. Madrasah-madrasah ini memberikan perhatian khusus
pada pengajaran aritmatika, astronomi, dan kedokteran yang kemudian dikembangkan hingga
ke pengajaran geografi dan kartografi. Ilmu astronominya, dengan mesin-mesin ciptaannya
serta keahlianna membuat jam-mekanik, pada tahun 1565 M, menyusun panduan umum
tentang jam mekanik.

JEJAK REKAM PEMIKIRAN EKONOMI PASCA RUNTUHYA KHILAFAH


UTSMANIYAH (1924 M)
Apa yang sekarang dikenal secara umum sebagai kebangkitan ekonom Islam,
sesungguhnya telah dimulai sejak tahun tigapuluhan. Dan selanjutnya, Islam telah
memberikan kontribusi yang tidak terhitung pada masa-masa akhir era colonial pada awal
tahun enampuluhan. Selanjutnya, dengan diperolehnya kemerdekaan polotik, maka
manajemen ekonomi kembali ke tangan pribumi. Hal ini membuat perhatian yang lebih besar
kemudian diarahkan kepada pemerintahan Islam yang releven dengan ilmu ekonomi.
Bangunan ekonomi masa asca runtuhnya Khilafah Utsmaniyah adalah mnculnya teori
ekonomi Islami. Dimana pembahasan tentang keuangan Negara, khususnya masalah zakat,
ushr, keamanan, sosial, hubungan industry konsumsi, produksi, pertukaran bagi hasil, dan
perkembangan tanpa bunga sudah marak diperbincangkan. Penelitia ilmu Ekonomi Islam
berkembang ke area yang lebih luas, yaitu ekonomi mikro, makro, fiscal, moneter,
pembangunan ekonomi, dan lain-lain. Dimulainya gerakan mendirikan lembaga keuangan
Islam. Lembaga zakat secara parsial telah diperkenalkan di beberapa Negara Islam. Bahkan
pada tahun 1976, berdiri Islamic Development Bank di Jeddah dan Dubai Islamic bank.
Bergulirnya roda gerakan pendirian lembaga keuangan Islami telah membuat para
peneliti ekonomi dan hokum tergerak untuk mangkaji berbagai hal yang berhubungan dengan
teknis operasionalisasi lembaga-lembaga tersebut. Tetapi yang lebih penting adalah kerasnya
usaha yang dilakukan para pejuang ekonomi Islam saat ini untuk menangkap suatu
pandangan dari system ekonomi Islami secara keseluruhan, khususnya dalam kerangka
analisis makro ekonomi konvensional.
Sementara itu sebagai sebuah disiplin ilmu tersendiri, ilmu ekonomi saat ini telah
diajarkan di banyak perguruan tinggi. Beberapa diantaranya bahkan menjadi kajian pemikran
ekonomi islam sebagai bahan disertasi doktor. Selain itu, terdapat sekitar enam lembaga
penelitian yang secra khusus menekuni ilmu Ekonomi Islam, dan lebih banyak lagi upaya
telah diarahkan untuk membahas kembali pelajaran ilmu ekonomi dalam perspektif Islam.
PERBANDINGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAMI DENGAN PEMIKIRAN
EKONOMI KONVENSIONAL
Dalam terminologi ekonomi konvensional, terdapat masa sebelum era pra klasik.
Dimasa ini setiap orang yang member kontribusi dalam berbagai bidang pengetahuan
digolongkan sebagai Philosophers. Diantara para philosopher terkenal pada masa itu adalah
Plato, Aristoteles, Socrates dan lainnnya. Setelah itu, masa awal-awal masehi sampai dengan
masa Islam digolongkan sebagai masa Scholastik. Pada masa ini tidak ada pemikir baru
dalam pemikiran ekonomi konvensional, tetapi sudah ada Bible, Taurat, Philosophy, dan
etika.
Berikutnya adalah masa Rasulullah saw yang dalam terminology ekonomi
konvensional tetap digolongkan kedalam masa Scholastik. Pada masa ini juga masih ada
pemikir konvensional, sehingga dalam kurun waktu ini tokohnya adalah Rasulullah saw
sendiri dan para sahabatnya. Tat kehidupan dan pemikiran ekonomi saat itu didasarkan pada
al-Qur’an dan Sunnah, terutama pada masyarakat sekitar Madinah  dan Mekkah, tempat di
dimana Islam tumbuh dan berkembang.
Pemikir Ekonomi Islam dengan Ekonomi Konvensional :
a)      Ibnu Miskawaih (1030 M) memahami money as medium of change, padahal dalam ekonomi
konvensional saat itu pemikiran tentang hal ini sama sekali belum ada.
b)      Al-Ghazali (1055-1111 M) mendiskusikan tentang kontribusi uang yang disebut syarb dan
perlunya uang dalam perdagangan. Jean Boudine baru membicarakannya pada abad ke-15.
c)      Abu Hasan al-Mawardi (1058 M) mengemukakan tentang Task of government , yaitu
mengenai pelaksanaan, pengelolaan, dan administrasi pemerintahan. Sementara pada saat itu
ekonomi konvensiaonal belum membahas market system apalagi intervensi
pemerintahan dalam ekonomi.
d)     Nizamul Mulk at-Tusi (1018-1083 M) mempunyai konsep yang dikenal dengan Tusi’s
Siyasat Nameh. Konsep ini sangad berbeda dengan konsep feodalisme Eropa yang sangad
menonjolkan peran tuan tanah. Menurut pendapat at-Tusi, peran tuan tanah harus dibatasi,
sebaliknya peran hokum harus dimaksimalkan. Dipihak lain, ekonomi konvensional baru
melahirkan teori yang menyebutkan tentang perlunya pertanian pada masa Fisiocrat ada abad
ke-14.
e)      Ibnu Qayyim (1292-1350 M) mengemukakan dua fungsi uang; sebagai alat ukur tukar dan
sebagai alat pengukur nilai. Menurut Ibnu Qayyim, jika uang hanya digunakan menimbun
nilai, maka akan terjadi kegoncangan. Pada saat itu system ekonomi konvensional sama
sekali belum membahas ini.

PENUTUP
Apabila mainstream pemikiran ekonomi islam dibandingakan dengan konvensional,
secara singkat dapat dikatakan letak perbedan diantara keduanya adalah; jika mainstream
pemikiran ekonomi konvensional hanya berlaku parsial karena dibatasi oelh dimensi waktu
dan tempat, maka pada mainstream ekonomi Islam berlaku untuk segala zaman dan tempat,
dan secara prinsip bersifat saling melengkapi. Berbeda dengan para pemikir konvensional,
para pemikir muslim tidak menganggap bahwa tuntutan agama, etika, dan moral sebagai
suatu yang normatif dan terpisah dnga kegiatan ekonomi yang  bersifat positif. Hal ini karena
dalam ajaran, prilaku muamalat seorang muslim dibentuk oleh pola-pola tertentu yang
didasarkan pada syariat Islam.
Oleh karena itu, patut disyukuri kemunculan para fukaha, sufi dan ahli filsafat muda
pada abad modern, seperti Yusuf Qardawi. Begitu pula dengan munculnya para ekonom
Islam seperti Muhammad A. Manan, Kursid Ahmad, Mohammad Anas Zarqa, Muhammad
nejatullah Siddiqi, Hussain Hamid Hasan, Sultan Abu Ali, M.Fahim Khan, Ausaf Ahmad,
Abdul Hamid Junaid, Munawar Iqbal, S.M Husanuz Zaman, Mohamed Aslam Haneef, Abdul
Hasan M.Sadeq, Aidit Ghazali, Muhammad Akram Khan, Omer Chapra, dan lain-lain.
Melalui tokoh-tokoh ini dengan izin Allah SWT ilmu ekonomi Islam akan dapat
diwujudkan dalam waktu dekat sebagai pelengkap atau bahkan alternative ketika ilmu
ekonomi konvensional tidak mampu lagi memecahkan berbagai permasalahan ekonomi
sekarang ini.
Perkembangan yang harus disyukuri adalah bahwa kini telah beredar banyak tulisan
dan buku tentang system ekonomi Islam, ilmu ekonomi Islam, dan juga tentang lembaga
keuangan syariah. Kedepan, akan sangad diperlukan berbagai kajian, tulisan, diskusi, dan
penggalian tentang pemikiran ekonomi Islam, agar system ekonomi Islam dapat tampil
sebagai solusi bagi seluruh permasalahan ekonomi dunia, yang sudah tak mampu lagi
diselesaikan oleh system konvensional. Sehingga pada  gilirannya nanti, semua manusia akan
mengakui keunggulan Islam sebagai agama samawi yang sempurna.
“Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku, pada hari ini telah Ku-
sempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu” (QS al-Maaidah[4]: 3)

Anda mungkin juga menyukai