Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
Feri Ari Gunadi 221002151
Lufitha Nida Pebrianty 221002147
Luthvia Risya Pratama 221002161
1
dihadapinya mulai dari aspek politik, kondisi ekonomi, sosial dan budaya semua
ditata dari awal. Dari kondisi nol tersebut membutuhkan jiwa seorang pejuang
dan jiwa yang Ikhlas dalam menata sebuah rumah tangga pemerintahan,
menyatukan kelompok-kelompok Masyarakat yang sebelumnya terkenal dengan
perpecahan Dimana masing-masing kelompok menonjolkan karakter dan
budayanya. Disisi lain juga Rasulullah harus mengendalikan depresi yang dialami
kaum muslimin melalui strategi dakwahnya agar umat muslim mempunyai
keteguhan hati (beriman) dalam berjuang, mentata perekonomian yang kurang
sehat dengan menyuruh kaum muslimin bekerja tanpa pamrih dan lain
sebagainya (Haqiqi dan Kurniawan, 2002).
2
1. Memfungsikan Baitul Maal
Selain dari dua diatas ada juga kebijakan pungutan atas muslim dan non
muslim yaitu sebagai berikut:
1. Zakat, yaitu salah satu dari dasar ketetapan Islam yang menjadi sumber
penghasilan bagi suatu pemerintahan Islam pada periode klasik. Sebelum
adanya peraturan zakat itu wajib, zakat hanya bersifat sukarela. Peraturan
mengenai pengeluaran zakat muncul pada tahun ke Sembilan hijriyah ketika
dasar Islam telah kokoh.
2. Ushr, yaitu bea impor yang dikenakan kepada semua pedagang dimana
pembayarannya dilakukan hanya sekali dalam setahun dan hanya berlaku
untuk barang yang nilainya lebih dari 200 dirham. Tingkat bea orang-orang
yang dilindungi adalah 5% dan pedagang muslim 2,5%.
3. Wakaf, yaitu harta benda yang didedikasikan kepada umat Islam yang
disebabkan karena Allah SWT dan pendapatannya akan didepositokan di
baitul maal.
4. Amwal Fadhla, yaitu harta benda yang berasal dari kaum muslimin yang
meninggal tanpa ahli waris, atau berasal dari barang-barang seorang muslim
yang meninggalkan negerinya.
5. Nawaib, yaitu pajak yang jumlahnya cukup besar yang dibebankan kepada
kaum muslimin yang kaya dalam rangka menutupi pengeluaran negara selama
masa darurat dan ini pernah terjadi pada masa perang tabuk.
3
6. Zakat Fitrah, yaitu zakat yang diwajibkan bagi kaum muslimin dalam satu
tahun sekali sebagai pembersih harta yang mereka miliki. Tepatnya pada
bulan Ramadhan dan zakat ini masih berlaku sampai sekarang karena bersifat
wajib.
7. Khums, yaitu karun atau temuan. Khumus ini sudah berlaku pada periode
sebelum Islam.
8. Kafarat, yaitu denda atas kesalahan yang dilakukan seorang muslim pada
acara keagamaan seperti berburu dimusim haji. Kafarat juga bisa terjadi pada
orang muslim yang tidak sanggup melaksanakan kewajiban seperti orang
hamil yang tidak sanggup melaksanakan kewajiban untuk berpuasa maka
dikenai kafarat sebagai penggantinya.
9. Jizyah, yaitu pajak yang dibayarkan oleh orang nonmuslim khususnya ahli
kitab sebagai jaminan perlindungan jiwa, property, bebas dari nilai-nilai dan
tidak wajib militer.
10. Kharaj, yaitu pajak tanah yang dipungut dari kaum nonmuslim khibar
ditaklukkan. Tanah yang diambil alih oleh orang muslim dan pemiliknya
menawarkan untuk mengolah tanah sebagai pengganti sewa tanah dan
bersedia memberikan sebagian hasil produksi kepada negara. Jumlah kharja
dari tanah ini tetap yaitu setengah hasil dari produksi yang diserahkan kepada
negara.
4. Pembangunan Infrastruktur, pada saat itu hal ini sangat penting dan mendapat
perhatian yang besar. Pada zaman Rasulullah dibangun infrastruktur berupa
sumur umum, pos, jalan raya, dan pasar.
4
B. Kebijakan Fiskal Pada Masa Khulafaurrasyidin
Dengan demikian, selama masa pemeritahan Abu Bakar, harta Baitul Mal
tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung
diberikan kepada seluruh kaum muslimin. Sewaktu wafat Abu Bakar hanya
ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan Negara. Apabila pendapatan
meningkat maka kaum muslimin mendapat manfaat yang sama dan tida
seorang pun dibiarkan dalam kemiskinan. Kebijakan tersebut berimplikasi
pada peningkatan aggregate demand dan aggregate supply yang pada akhirnya
akan menaikkan total pendapatan nasional (Amalia, 2010).
5
2. Pengembangan Pembangunan Baitulmal dan penanggung jawab Baitulmal
(Abu Ubaida).
Khalifah Umar bin Khatab hanya memerintah selama sepuluh tahun, akan
tetapi dalam periode yang singkat banyak kemajuan yang dialami umat Islam.
Dapat dikatakan Masa Umar bin Khatab merupakan abad keemas an dalam
Sejarah Islam. Dalam aspek ekonomi sistem yang dikembangkan yaitu
berdasarkan keadilan dan kebersamaan dan ini merupakan letak ketinggian
ajaran Islam. Sistem tersebut didasarkan pada prinsip pengambilan sebagian
kekayaan orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orang-orang miskin.
Faktor-faktor produksi yang dimiliki tidak berada dalam kekuasaan individu.
Semua faktor produksi, tenaga kerja, modal dan organisasi berada pada
komunitas (Huda et al., 2008).
Seiring dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam pada masa Umar bin
Khatab, pendapatan Negara mengalamu peningkatan yang signifikan. Beliau
membuat keputusan untuk tidak menghabiskan harta Baitul Mal sekaligus,
tetapi dikeluarkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, bahkan
disediakan juga dana cadangan. Khalifah Umar bin Khatab juga membuat
ketentuan bahwa pihak eksekutif dilarang ikut campur dalam mengelola harta
Baitul Mal. Negara bertanggung jawab menyediakan makanan bagi para janda,
anak-anak yatim, serta anak-anak terlantar, membiayai penguburan orang-
orang miskin, membayar utang orang yang bangkrut, membayar diyat untuk
kasus-kasus tertentu (Oktaviana dan Harahap, 2020).
6
1. Pendapatan zakat dan ‘ushr
Masa pemerintahan Ustman bin Affan berlangsung selama dua belas tahun.
Pada enam tahun pertama khalifah Ustman bin Affan melakukan penataan
baru dengan mengikuti kebijakan Umar bin Khatab. Berikut hal-hal yang
dilakukan pada enam tahun kepemimpinannya: (Huda et al., 2008)
1. Pembangunan pengairan.
4. Kebijakan pembagian lahan luas milik raja Persia kepada individu dan
hasilnya mengalami peningkatan bila dibandingkan pada masa Umar dari
sembilan juta menjadi lima puluh juta dirham.
5. Selama enam tahun terakhir dari pemerintahan Ustman bin Affan situasi
politik negara mulai kacau. Kepercayaan terhadap pemerintahan Usman
mulai berkurang dan puncaknya rumah Usman dikepung dan beliau
dibunuh dalam usia 82 tahun.
7
Dalam pendistribusian harta Baitul Mal, Ustman bin Affan menerapkan
prinsip keutamaan seperti yang dilakukan Umar bin Khatab. Beliau tetap
mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan
sejumlah besar uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Sementara
dalam pengelolaan zakat Ustman mendelegasikan kewenangan menaksir
harta yang dizakati kepada para pemiliknya. Hal ini dilakukan untuk
mengamankan zakat dari berbagai gangguan dan masalah dalam pemeriksaan
kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa oknum pengumpul zakat (Oktaviana
dan Harahap, 2020).
Khalifah Ali bin Abi Thalib berkuasa selama lima tahun, sejak awal Ali
selalu dapat perlawanan dari kelompok musuhnya, yaitu kaum Khawarij dan
peperangan yang berkepanjangan dengan Muawiyah yang memproklamirkan
dirinya sebagai penguasa yang independent. Ali memiliki konsep yang jelas
tentang pemerintahan dan administrasi umum. Konsep ini dijelaskan dalam
suratnya yang terkenal yang ditunjukan kepada Malik Ashter bin Harith,
Dimana surat tersebut menerangkan tugas kewajiban dispensasi terhadap
keadilan, control terhadap pejabat tinggi dan staf, menguraikan pendapat
pegawai administrasi dan pengadaan bendahara.
Ali bin Abi Thalib membenahi sistem administrasi Baitul Mal, baik
ditingkat pusat maupun daerah hingga semua berjalan dengan baik. Dalam
pendistribusian Baitul Mal Ali menerapkan sistem pemerataan. Selama masa
pemeritahannya Ali menetapkan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4000
dirham dan mengizinkan Ibnu Abas, Gubernur Kufah, memungut zakat
terhadap sayuran segar yang akan digunakan sebagai distribusi setiap pekan
sekali untuk pertama kalinya diadopsi (Oktaviana dan Harahap, 2020).
Pemerintahan Ali berakhir dengan terbunuhnya beliau di tangan Ibnu Muljam
dari kelompok Khawarij pada usia 63 tahun setelah memerintah selama 5
tahun 3 bulan (Huda et al., 2008).
8
Kebijakan Fiskal merupakan salah satu perangkat untuk mencapai tujuan
syariah yang dijelaskan Imam Al-Ghazali termasuk meningkatkan
kesejahteraan dengan tetap menjaga keimanan, kehidupan, intelektualitas,
kekayaan, dan kepemilikan. (Huda et., al 2008)
1) Stabilitas ekonomi
2) Pertumbuhan ekonomi
9
5) Integrasi prinsip-prinsip Islam: Kebijakan fiskal dalam perspektif
ekonomi Islam harus mematuhi prinsip-prinsip yang telah ada, seperti
prinsip muamalah, dan mengintegrasikan prinsip-prinsip teoritis dan
aplikatif fiskal modern (M Nur Arham et all., 2024)
10
stabilitas harga, dengan adanya kebijakan ini pemerintah bisa menambah,
mengurangi serta mempertahankan sejumlah uang yang beredar secara
berlebihan di suatu Negara. (Abdianti et all., 2023)
a. Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah pemilik yang absolut.
c. Semua yang dimiliki dan didaptkan oleh manusia adalah karena seizin
Allah, dan oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung
11
memiliki hak atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya
yang lebih beruntung.
Kebijakan moneter islam harus terbebas dari unsur riba dan bunga bank.
Dalam islam, riba dan yang termasuk didalamnya yaitu bunga bank diharamkan
secara tegas. Dengan adanya pengharaman ini maka bunga bank dalam ekonomi
konvensional yang menjadi instrumen utama manajemen moneter menjadi tidak
berlaku lagi. Manajemen moneter dalam islam ini didasarkan pada prinsip bagi
hasil.
a. Valita asing dari persa dan romawi yang dikenal oleh seluruh lapisan
asayarakat arab, Bahkan menjadi alat bayar resminya adalah dinar dan
dirham.
d. Cek dan Prommsory nota lazim digunakan, misalnya umar bin khattab
menggunakan instrumen ini ketika melakukan impor barang-barang
yang baru dari mesir ke madinah.
12
e. Instrumen factory (anjak utang) yang baru populer pada tahun 1980-an
telah dikenal dengan nama hiwalah, tetapi tentunya bebas dari unsur
riba.
Pada saat itu, bila penerima uang meningkat, maka dinar dan dirham
diimpor. Sebaliknya jika permintaan uang turun maka komoditaslah yang
diimpor. Sebaliknya jika penerimaan uang turun, maka komoditaslah yang
diimpor. Nila emas maupun perak yang terkandung dalam koin dinar maupun
dirham sama dengan nilai nominalnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa
penawaran uang uang cukup elastis. Kelebihan penawaran uang dapat diubah
menjadi barang perhiasan. Kondisi ini dapat meyebabkan permintaan dan
penawaran uang cukup stabil. Kebijakan moneter Rasullah, dengan demikian
selalu terkait dengan sektor riil. Disisi lain mata uang sangat stabil. Kedua hal ini
membawa pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang lebih tinggi. (Nasution dan
Batubara 2023)
Pada masa yang lain nilai tukar dirham-dinar mengalami fluktuasi dengan
nilai paling rendah pada level 1:35-1:50. Instabilitas dalam nilai tukar yang ini
akan mengakibatkan terjadinya bad coins out of circulations atau kualitas buruk
akan menggantikan uang kualitas baik, dalam literatur konvensional peristiwa ini
di sebut hukum Gresham. Seperi yang pernah terjadi pada masa pemerintahan
Bany Mamluk (1263-1328), dimana mata uang yang beredar tersebut dari fulus
(tembaga) mendesak keberadaan uang logam emas dan perak . Oleh ibnu taimiyah
di katakana bahwa uang dengan kualitas rendah akan menendang keluar uang
kualitas baik.
1) The gold cins standard : di mana logam emas mulia sebagai uang yang aktif
dalam peredaran
2) The gold bullion standard : di mana logam emas sebagai para meter dalam
menentukan nilai tukar uang yang beredar.
13
3) The gold exchange standard (bretton woods system): di mana otoritas
moneter menentukan nilai tukar domestic currency dengan foreign
currency yang mampu di back-up secara penuh oleh cadangan emas yang
dimiliki.
F. Studi Kasus
14
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di masa
mendatang.
Kesimpulan : Pemerintah Indonesia telah berhasil merespons dampak
ekonomi dari pandemi Covid-19 melalui implementasi
kebijakan fiskal yang tepat. Strategi kebijakan fiskal yang
difokuskan pada pengaturan pendapatan dan pengeluaran
negara telah membantu dalam memulihkan perekonomian
negara dan menstabilkan ekonomi masyarakat. Pemerintah
juga memberikan insentif pajak dan subsidi kepada sektor
usaha dan masyarakat yang terdampak pandemi untuk
mendukung pemulihan ekonomi. Dengan upaya-upaya ini,
Indonesia berhasil membangkitkan pertumbuhan ekonomi
dan menciptakan stabilitas ekonomi yang lebih baik.
Kebijakan fiskal tahun 2022 yang bertema pemulihan
ekonomi dan reformasi struktural terbukti mampu
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kesimpulannya, implementasi kebijakan fiskal pasca pandemi
Covid-19 di Indonesia telah memberikan dampak positif
dalam memulihkan perekonomian negara dan menstabilkan
ekonomi masyarakat.
15
KESIMPULAN
Kebijakan fiskal dan moneter dalam ekonomi Islam berbeda dengan
konvensional. Kebijakan fiskal Islam bersumber dari Al-Quran yang menjadi
sumber utama dalam sistem kebijakan fiskal. Metode pendistribusian pada waktu
kepemimpinan Rasulullah saw dan Khulafaurrasidin dilakukan dengan cara tepat
sasaran dan langsung tanpa ada harta yang disembunyikan. Islam tidak
mengizinkan praktik bunga dan riba dalam pinjaman luar negeri, yang dianggap
sebagai strategi untuk menjaga kestabilan ekonomi.
Kebijakan moneter dalam Islam dilakukan melalui pengumpulan pajak
yang diperlukan untuk mengendalikan inflasi dan mempertahankan kemampuan
ekonomi untuk tumbuh. Kebijakan fiskal khusus yang dilakukan Rasulullah saw
mencakup penerimaan zakat, yang berisi emas, perak, dan lain-lain. Kebijakan
fiskal dan moneter harus berjalan saling beriringan dan saling mendukung untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang mensejahterakan rakyat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aini, I. (2019). Kebijakan Fiskal dalam Ekonomi Islam. Kajian Ilmu-ilmu Hukum.
Ajuna, L. H. (2017). Kebijakan Moneter Syariah. Al-Buhuts.
Alfian, W. (2023). Kebijakan Fiskal Rasulullah SAW. JEBESH, 43-52.
Amalia, E. (2010). Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
Jakarta: Granada Press.
Andri Tenri Gading Nurul Azizah, A. A. (2024). Analisis Kebijakan Fiskal dan Belanja
Negara dalam Perspektif Islam. Ekonomi Syariah.
Batubara, A. M. (2023). Penerapan Kebijakan Moneter Islam pada Sistem Perekonomian
Indonesia. Penelitian Ekonomi Akuntansi.
Dini Abdianti, A. R. (2023). Konsep Kebijakan Moneter dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Ekonomi, Akuntansi dan Manajemen.
Fuad, A. (2020). Kebijakan Moneter Islam. Syariah.
Hamzah, A. (2009). Khazanah Fiqih Islam. Kerinci: STAIN Kerinci.
Huda, N. (2008). Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis. Jakarta: Prenadamedia Group.
Mike Oktaviana, S. B. (2020). Kebijakan Fiskal Zaman Rasulullah dan Khulafarasyidin.
Nazharat, 283-307.
Musyaddad, A. (2013). Kebijakan Fiskal di Masa Pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Jurnal Ekonomi Islam , 212-227.
Nasywa Rihadatul Aisy, J. A. (2024). Stabilisasi Ekonomi Masa Nabi Muhammad Saw.
Journal Of Social Science Research, 4272-4282.
Putri Fauziyah Haqiqi, R. R. (n.d.). Sejarah Ekonomi Islam Pada Masa Rasulullah dan
Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq. STEI.
Reisa Nadika Markavia, F. N. (2022). Instrumen Kebijakan Fiskal dalam Perspektif
Ekonomi Islam. Ekonomi, Keuangan, dan Perbankan Syariah.
Rosyadi, L. L. (2024). Analisis Kebijakan Fiskal Pasca Pandemi Covid-19 Studi Kasus
Indonesia. Kajian Ekonomi dan Bisnis Islam.
Yulia, D. (2019). Revolusi Hijau Kebijakan Ekonomi Pemerintah Bidang Pertanian di
Kanagarian Selayo Tahun 1974-1998. Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah,
78-89.
Zakiyatul Miskiyah, A. Z. (2022). Kebijakan Fiskal dalam Perspektif Ekonomi Makro Islam.
Istithmar.
17