DI
OLEH:
KELOMPOK : 5
ANGGOTA : HERA
RASYIDIN
RESA SAPUTRI
RISKA ASTI
UNIT :5
SEMESTER : VI
PRODI : HES
PEMBIMBING : BANAZIR, M.A
A. Lata Belakang
Di dalam Al-qur’an telah di jelaskan bahwa hanya milik Allah lah segala
yang ada di dunia begitupun pada harta yang kita miliki, manusia hanyalah
sebagai pengelola. Tujuan dalam memiliki harta pun tidak lain yang utama adalah
mendistribusikan kekayaan yang di miliki karena dalam harta kita ada bagian
milik orang lain yang membutuhkan, agar harta itu tidak beredar pada orang-
adanya perhatian khusus dan penting terhadap sesuatu itu. Harta merupakan
bagian penting dari kehidupan yang tidak dipisahkan dan selalu diupayakan oleh
adalah pengakuan bahwa alam semesta beserta isinya adalah milik Allah. Di
<ٓ ۗ ُء َو ﱠXَ َY Z=َ ُُ َ] ﱢ\بY<ٓ ُء َوXَ َY ZKَ ِM ^ُ ِ-_ۡ َ`َ; ُOٱ
ٖء:ۡ Rَ S ﱢTُ ٰUَVWَ ُOٱ ۖ ﱠbِ ِc 45ُ Aۡ d<
ِ eَُ Y
٢٨٤ ^ٌ Y@ِ َg
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala
dharuri yang tidak bisa ditinggalkan dengan begitu saja. Dengan harta manusia
antar manusia (mu’amalah), karena pada dasarnya tidak ada manusia yang
Dalam konteks tersebut, harta hadir sebagai objek transaksi, harta bisa
konteks tersebut, harta hadir sebagai objek transaksi, harta bisa dijadikan objek
transaksi ekonomi lainnya. Secara asal, harta benda boleh dimiliki. Namun,
tersebut. Seperti harta yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan dan manfaat
publik (fasilitas umum) seperti jalan umum, jembatan, benteng, sungai, laut,
yang ada di tangan manusia tidak serta merta dapat dikosumsi, tetapi harus dilihat
non publik, semoga makalah ini membantu pembaca dalam hal penambahan
pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Aset
atau secara luas bisa juga dimaknai bahwa aset adalah sebuah sumber ekonomi
Harta dalam bahasa Arab disebut, al-mal yang berasal dari kata - ﻳﻤﻴﻞ-ﻣﺎل
Harta: sesuatu yang sudah dikenali, dan makna ورﺟﻞ ﻣﺎلyakni laki-laki
banyak hartanya.3[3]
Ar-Razi dalam kamusnya ini mengartikan harta dengan sesuatu yang
sudah dikenal, kerena memang harta sudah dikenal oleh semua orang, sehingga
ketika disebut lapaz " "ﻣﺎلmaka orang langsung mengerti karena sudah
mengetahuinya.
di bawah ini:
menurut bahasa adalah seperti barang yang mungkin dimiliki oleh manusia baik
berupa benda ('ain) seperti emas, perak, tanah, dan rumah maupun manfaat seperti
Adapun harta menurut istilah ahli fiqih terbagi dalam dua pendapat:
Artinya:
"Harta adalah segala sesuatu yang mungkin diambil dan dikuasai serta
Dari defenisi ini dapat dipahami bahwa untuk bisa dianggap sebagai harta,
− Dimiliki dan dikuasai. Apabila sesuatu itu tidak bisa dimiliki dan dikuasai, maka
− Milik adalah segala sesuatu yang dapat digunakan secara khusus dan tidak
− Sedangkan harta adalah segala sesuatu yang dapat disimpan untuk digunakan
ketika dibutuhkan. Dan dalam penggunaannya, harta bisa dicampuri orang lain.
Jadi menurut Hanafiyah yang dimaksud harta hanyalah sesuatu yang berwujud
(a'yan).9[9]
Zuhaili:
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa harta ialah segala sesuatu yang
mempunyai nilai, baik berupa benda yang kelihatan, seperti hak dan manfaat.
Definisi ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Imam Asy-Syafi'i:
[10]١٠ن ﻗﻠﺖ ﻻ ﻳﻘﻊ اﺳﻢ ﻣﺎل إﻻ ﻋﻠﻰ ﻣﺎﻟﻪ ﻗﻴﻤﺔ ﻳﺒﺎع ﻓﻴﻬﺎ وﻳﻠﺰم ﻣﺘﻠﻔﻪ وإ
Dari dua definisi ini terlihat bahwa adanya perbedaan pandangan antara
yang penting dari suatu benda adalah manfaatnya bukan zatnya. Yang dimaksud
manfaat disini adalah faedah atau kegunaan yang dihasilkan dari benda yang
Pengertian Publik
Publik biasanya dilawankan dengan swasta atau pribadi, seperti pada perusahaan
publik, atau suatu jalan. Publik juga kadang didefinisikan sebagai masyarakat
suatu bangsa yang tidak berafiliasi dengan pemerintahan bangsa tersebut. Dalam
Harta yang telah ditetapkan hak miliknya oleh as-syari’ (Allah), dan
boleh dikuasai oleh hanya seorang saja. Karena milik umum, maka setiap individu
Harta milik umum jenis pertama adalah barang tambang (sumber alam)
yang jumlahnya tak terbatas, yaitu barang tambang yang diprediksi oleh para ahli
membolehkan bilal bin Harist al-Mazany memiliki barang tambang yang sudah
ada (sejak dahulu) dibagian wilayah hijaz, pada saat itu bilal telah meminta
Oleh karena itu pertambangan emas, perak dan barang tambang lainnya
seperti halnya juga Negara boleh memberikan barang tambang seperti itu kepada
diproduksinya kepada baitul mal, baik yang dieksploitasinya itu sedikit ataupun
banyak.
sehingga tidak boleh dimiliki oleh seorang atau beberapa orang. Tidak boleh
berat, seperti garam, dan (batu) celak mata, dengan barang tambang yang terdapat
diperut bumi, yang eksploitasinya memerlukan usaha yang berat, seperti emas,
perak, besi, tembaga, maupun yang bentuk cair seperti minyak bumi, atau
bumi baik berbentuk cairan maupun padat dan memerlukan peralatan dan industri.
berjumlah banyak dan tidak terbatas sebagai bagian dari pemilik umum adalah
hadist yang diriwayatkan dari Abidh bin hamal sl-mazany yang artinya:
salah seorang laki-laki yang ada dalam majlis, “apakah engkau mengetahui apa
yang telah engkau berikan kepadanya? Sesungguhnya apa yang telah engkau
berikan itu laksana (memberikan) air yang mengalir” akhirnya beliau bersabda:
menggunakan alat-alat dan industri yang dimiliki Negara, maka kepemilikan atas
peralatan dan industri tersebut boleh tetap menjadi milik Negara, namun Negara
perorangan, maka yang bersangkutan memperoleh upah sebagai ganti rugi usaha/
atau jasa dan manfaat yang diberikannya, atau alat yang disewakannya. Namun,
yang perlu diperhatikan disini, jika kepemilikan seseorang atas alat-alat dan
industri ini bukan berarti boleh melakukan eksploitasi barang tambang yang
boleh menggunakan peralatan dan industri milik Negara dan industri milik
individu.
Tipe lain dari hak milik adalah pemilikan secara umum (kolektif). Konsep
hak milik umum pada mulanya digunakan dalam islam dan tidak terdapat pada
masa sebelumnya. Hak milik dalam islam tentu saja memiliki makna yang sangat
berbeda dan tidak memiliki persamaan langsung dengan apa yang dimasud oleh
sistem kapitalis, sosialis dan komunis. Maksudnya, tipe ini memiliki bentuk yang
kepada warganya. Sebagian dari benda yang memberikan manfaat besar pada
umum. Contoh lain, tentang pemilikan harta kekayaan secara kolektif adalah
wakaf.
Harta milik umum jenis kedua adalah sarana umum diperlukan bagi
seluruh rakyat yang diperlukan dalam pemenuhan hidup sehari-hari, yang tidak
mengenai sifat-sifat saran umum, dalam hal ini dari hadist Ibnu Abbas, bahwa
“kaum Muslim itu berserikat dalam tiga hal, yaitu air, padang rumput, dan api”
Air, padang rumput dan api merupakan sebagian harta yang pertama kali
Harta ini tidak terbatas yangdisebutkan pada hadist diatas, tetapi meliputi
Mencermati secara tepat, maka apa yang disebut sarana umum adalah
sarana tersebut hilang maka manusia kesusahan dalam mencarinya. Setiap alat
yaitu sebagai milik umum. Demikian juga alat-alat pembangkit listrik yang
dibangun diatas air (sumber) keperluan seperti saluran dan sungai, tiang-tiang
penyangganya, dan alat-alat lain yang diperlukan, sebab alat-alat ini menghasilkan
listrik dari hasil umum, sehingga status hukum alat-alat ini juga sama milik
umum. Menurut Labib, jika alat pembangkit listrik merupakan bagian dari
kepemilikan umum maka tidak boleh dimiliki oleh perseorangan, hal ini
begitu juga sebaliknya, dalam artian jika semua sarana dimilki individu atau
Demikian juga jalan umum, manusia berhak lalu lalang di atasnya. Oleh
membutuhkan, tidak boleh diizinkan oleh penguasa. Hal tersebut juga berlaku
untuk Masjid. Termasuk dalam kategori ini adalah kereta api, instalasi air dan
adalah milik umum sesuai dengan status jalan umum itu sendiri sebagai milik
Menurut al-Maliki, hak milik umum jenis ini jika berupa sarana umum seperti
halnya kepemilikan jenis pertama, maka dalil yang mencakup saran umum. Hanya
saja jenis kedua ini menurut asal pembentukannya menghalangi seseorang untuk
banyak (umum).
bahwa manusia berhak atas jalan umum tersebut, artinya mereka berhak untuk
melewati jalan tersebut, dan menjauhkan duri/ batu dari jalan umum adalah
sedekah.
Seperti tentang jalan umum yang dibuat untuk seluruh manusia, dan mereka bebas
untuk melewatinya, dan seorang pun tidak boleh memilikinya. Larangan ini
bersifat tetap. Demikian juga tidak boleh menguasai/ memagari sesuatu yang
ﻻﲪﻰ ِ
َ اﻻ ﷲ وﻟﺮﺳﻮﻟﻪ
“Tidak ada penguasaan (atas harta milik umum) kecuali bagi Allah dan
Rasul-Nya”
Dengan kata lain tidak ada penguasa/ pemagaran atas harta milik umum
kecuali oleh Negara. Makna hadist tersebut adalah tidak boleh seseorang
menguasai sesuatu yang merupakan milik semua manusia untuk dirinya sendiri.
air yang keadaannya tetap menjadi milik jalan umum, adalah milik jalan umum.
pengusaan, kecuali oleh Negara. Oleh karena itu, semua yang disebutkan tadi
Barang tambang semacam ini menjadi milik umum sehingga tidak boleh
dimiliki oleh perorangan atau beberapa orang. Demikian juga tidak boleh
terbatas, dapat dimiliki oleh perseorangan atau perserikatan. Hal ini didasarkan
kepada hadith nabi yang mengizinkan kepada Bilal ibn Harith al-Muzani memiliki
barang tambang yang sudah ada dibagian Najd dan Tihamah. Hanya saja mereka
wajib membayar khumus (seperlima) dari yang diproduksinya kepada bait al-
Mal.14[14]
bensin, gas, dan lain-lain, termasuk juga listrik, hutan, air, padang rumput, api,
jalan umum, sungai, dan laut semuanya telah ditetapkan syara’ sebagai
untuk rakyat. Pengelolaan kepemilikan umum oleh negara dapat dilakukan dengan
Air, padang rumput, api, jalan umum, laut, samudra, sungai besar, adalah
benda-benda yang bisa dimanfaatkan secara langsung oleh setiap individu. Siapa
saja dapat mengambil air dari sumur, mengalirkan air sungai untuk pengairan
tanaman dan pepohonan. Karena sungai yang besar cukup luas untuk
tidak membuat pihak lain yaitu seluruh kaum muslim dirugikan, tidak
Kekayaan milik umum yang tidak dapat dengan mudah dimanfaatkan secara
teknologi tinggi, serta biaya yang besar seperti minyak bumi, gas alam, dan
barang tambang lainnya, maka negaralah yang berhak untuk mengelola dan
kas baitul mal. Khalifah adalah pihak yang berwenang dalam pendistribusian hasil
kepada rakyat untuk konsumsi rumah tangga dengan men¬dasarkan pada asas
mendapatkan keuntungan yang wajar darinya jika dijual untuk keperluan produksi
komersial. Sedangkan jika kepemilikan umum tersebut dijual kepada pihak luar
kegiatan operasional badan negara yang ditunjuk untuk mengelola harta pemilikan
keperluan operasi para amil yang mengurusi zakat (dalam QS. At Taubah: 60).
Kedua, dibagikan kepada kaum muslimin atau seluruh rakyat. Dalam hal
ini khalifah boleh mem¬bagikan air minum, listrik, gas, minyak tanah, dan barang
lain untuk keperluan rumah tangga atau pasar-pasar secara gratis atau menjualnya
negeri dibagi keseluruh rakyat, dalam bentuk uang, barang, atau untuk
umum lainnya. Juga untuk menutupi tanggungan Baitul Mal yang wajib dipenuhi
kepala Negara ini adalah adanya kekuasaan yang dimiliki kepala Negara untuk
pengelolaannya. Hak milik Negara semisal harta yang tidak memiliki ahli waris
1. Padang pasir, Gunung, Pantai, dan Tanah Mati yang tidak ada pemilikinya
Padang pasir, gunung, lembah, tanah mati yang tak terurus, dan belum
pernah ditanami tanaman atau tudak terurus atau tidak dikelola pengelolanya,
Hadist ini menunjukkan bahwa padang pasir, gunung, lembah, dan tanah
Milik Allah dan Rasul artinya milik Negara, dalam artian Rasulullah boleh
dan membangunnya. Dengan keterangan ini, jelas bahwa padang pasir, gunung,
dan tanah mati adalah milik Negara. Pemerintah yang mengatur sesuai dengan
muslim.
seperti yang terdapat diantara kufah dan basrah. Tanah-tanah tersebut tertutupi
dengan air Eufrat dan tigris, daerah yang terapit oleh dua sungai itu tergenang
oleh air hingga maenutupi kawasan tersebut sehingga tanah itu tidak layak lagi
untuk pertanian. Dan tanah itu tidak cocok untuk pertanian karena air
menggenangi tanah tersebut, maka tanah itu termasuk tanah mati, tanah itu tetap
menjadi milik baitul mal dan milik negar, selama belum ada yang memiliki.
3. Asy-Syawafis
ditetapkan untuk baitul mal. Yaitu tanah-tanah yang ditaklukan yanag dahulunya
milik negara yang ditaklukan, milik penguasa atau para pemimpin negara itu, tuan
tanah orang yang terbunuh dalam medan perang, atau tanah orang yang lari dalam
peperangan dan meninggalkan tanahnya, maka kholifah yang mengatur semua itu
rumah sakit, atau bangunan yang dimiliki negara itu. Termasuk pula pemilik
negara adalah setiap bangunan yang dibangun negara dan dibeli dari harta baitul
mal, lalu diperuntukkan bagi aparat/ lembaga negara, untuk kepentingan negara
dan biro milik negara dan sarana apapun yang dibangun negara. Selain itu setiap
bangunan atau blairung yang dihadiahkan atau dihibahkan kepada negara, atau
diwasiatkan kepada negara. Atau yang tida memiliki ahli waris, atau milik orang
murtad yang mati atau dihuku mati karena murtadnya, semua itu milik
negara.17[17]
a. Harta ghanimah, anfal (harta yang diperoleh dari rampasan perang dengan orang
kafir), fay' (harta yang diperoleh dari musuh tanpa peperangan) dan khumus.
b. Harta yang berasal dari kharaj (hak kaum muslim atas tanah yang diperoleh dari
c. Harta yang berasal dari jizyah (hak yang diberikan Allah kepada kaum muslim
e. Harta yang berasal dari ushur (pajak penjualan yang diambil pemerinyah dari
berdasarkan agamanya)
f. Harta yang tidak ada ahli warisnya atau kelebihan harta dari sisa waris (amwal al-
fadla)
h. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara, harta yang
meningkat. Demikian pula, berlaku bagi kekayaan yang tak diketahui pemiliknya,
negara untuk mengeluarkan nya guna kepentingan umum. Oleh karena itu, sangat
Kesimpulan
Aset Publik adalah Harta yang telah ditetapkan hak miliknya oleh as-syari’
dan tidak boleh dikuasai oleh hanya seorang saja. Karena milik umum, maka
Jenis dan macam Aset Publik seperti: barang tambang (sumber alam) yang
jumlahnya tak terbatas, sarana umum diperlukan bagi seluruh rakyat yang
kepala Negara, dimana dia bisa memberikan sesuatu kepada rakyatnya sesuai
dengan kebijakannya. Makna pengelolaan oleh kepala Negara ini adalah adanya
Diantara harta milik Negara adalah: Padang pasir, Gunung, Pantai, dan
Tanah Mati yang tidak ada pemilikinya, Tanah Endapan Sungai, Asy-Syawafis,
Bangunan dan Blairung seperti: Harta ghanimah, anfal, fay' dan khumus. Harta
yang berasal dari kharaj. Harta yang berasal dari jizyah. Harta yang berasal dari
daribah (pajak). Harta yang berasal dari usyur. Harta yang tidak ada ahli warisnya
atau kelebihan harta dari sisa waris. Harta yang ditinggalkan oleh orang-orang
murtad. Harta yang diperoleh secara tidak sah para penguasa, pegawai negara,
harta yang didapat tidak sejalan dengan shara’. Harta lain milik negara, semisal:
padang pasir, gunung, pantai, laut dan tanah mati yang tidak ada pemiliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Persada 2002.
Abu ‘Ubaid al-Qasim, Ensiklopedia Keuangan Publik (al-Amwal), cetk. I, alih bahasa
grafindo persada,2007)
yang Lebih Adil, cet. I, alih bahasa Edrijani Azwaldi, (Bandung: Mizan, 2007),
Meity Taqdir Qodratullah, Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar, (Jakarta: BPPB
Islamiyah, Dar Al- Fikr Al-'Arabiy 1976. disadur dari buku Drs. H. Ahmad Wardi
Muhammad ibnu Abi Bakar Ar-Razi, Mukhtar Ash-Shahah, Mushthafa Al-Babiy Al-
Halabiy, Mesir 1338 H, disadur dari buku Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih
Taqiyuddin an-Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, cet. VI, Hafidz Abd. Rahman, (Bogor:
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiyah wa Adilatuh, Juz 4, dar Al-Fikr, Damaskus, cet.III
1989. disadur dari buku Drs.H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqih Muamalat.
http://ichlasulamal.blogspot.com/2009/01/konsep-kepemilikan-dalam-islam.html Konsep
https://id.wikipedia.org/wiki/Publik