DALAM ISLAM
FIQIH MUAMALAH/KELOMPOK 1
DEFINISI HARTA
Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam bersendi pada dua unsur;
Pertama, unsur ‘aniyyah dan Kedua, unsur ‘urf. Unsur ‘aniyyah berarti harta itu
berwujud atau kenyataan (a’yun). sebagai contoh, manfaat sebuah rumah yang
dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak.
Sedangkan unsur ‘urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh
manusia atau oleh sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesutu
kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat yang
bersifat madiyyah maupun ma’nawiyyah.
A. DEFINISI KEPEMILIKAN
HARTA
Milik berarti hubungan seseorang dengan sesuatu harta benda yang diakui oleh
syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu,
sehingga dia berhak atas perlakukan tindakan hukum terhadap harta itu, kecuali
adanya halangan dalam syara’.
1. Ikraj al-mubahat
Adalah bolehnya seseorang memiliki harta yang mubah (belum
dimiliki oleh seseorang) atau “Harta yang tidak termasuk
dalam harta yang dihormati (milik yang sah) dan tidak ada
penghalang syara’ untuk yang dimiliki”.
Untuk memiliki benda-benda mubahat diperlukan dua syarat,
yaitu yang pertama; Benda mubahat belum diikhrazkan oleh
orang lain. Kedua; adanya niat (maksud) memiliki.
B. SEBAB SEBAB
KEPEMILIKAN
2. Khalafiyah
Yang dimaksud dengan khalafiyah ialah:“Bertempatnya seseorang atau sesuatu yang
baru bertempat di tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya”.
Khalafiyah ada dua macam, yaitu pertama; khalafiyah syakhsy ‘an syakhsy, yaitu si
waris menempati tempat si muwaris dalam memiliki harta yang ditinggalkan oleh
muwaris, harta yang ditinggalkan oleh muwariz disebut tirkah. Dan kedua; khalafiyah
syai’an syai’in, yaitu seseorang merugikan milik orang lain atau menyerobot barang
orang lain, kemudian rusak di tangannya atau hilang, maka wajiblah dibayar harganya
dan diganti kerugian-kerugian pemilik harta
B. SEBAB SEBAB KEPEMILIKAN
3. Tawallud min mamluk
Yaitu segala yang terjadi dari benda yang telah dimiliki, menjadi hak bagi yang memiliki
benda tersebut, misalnya bulu domba menjadi milik pemilik domba.
Sebab pemilikan tawallud min mamluk dibagi kepada dua pandangan (I’tibar), yang
pertama; mengingat adanya ikhtiar terhadap hasil-hasil yang dimiliki (I’tibar wujud al
ikhtiyar wa ‘adamihi fiha) dan kedua; pandangan terhadap berkasnya (I’tibar atsariha).
FAKTOR KEPEMILIKAN
HARTA
1. Bekerja (al-‘Amal)
2. Warisan (al-irts).
3. Harta untuk menyambung hidup.
4. Harta pemberian Negara.
5. Harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan daya
dan upaya apapun.
C. JENIS-JENIS KEPEMILIKAN
1. Kepemilikan individu (milkiyah fardhiyah)
ِإَّن َم ا َأْم َو اُلُك ْم َو َأْو اَل ُد ُك ْم ِفْت َن ٌة ۚ َو ُهَّللا ِع ْن َدُه َأْج ٌر َع ِظ يٌم
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala
yang besar.”
اْلَم اُل َو اْلَب ُنوَن ِز يَن ُة اْلَح َي اِة الُّد ْن َي اۖ َو اْلَب اِقَي اُت الَّصاِلَح اُت َخ ْيٌر ِع ْن َد َر ِّب َك َث َو اًبا َو َخ ْيٌر َأَم اًل
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
D. KEDUDUKAN DAN FUNGSI
HARTA
1. Manusia bukan pemilik mutlak, tetapi dibatasi oleh hak-hak Allah sehingga
wajib baginya untuk mengeluarkan sebagian kecil hartanya untuk berzakat dan
ibadah lainnya.
2. Cara-cara pengambilan manfaat harta mengarah kepada kemakmuran bersama,
pelaksanaannya dapat dilakukan oleh masyarakat melalui wakil-wakilnya.
3. Harta perorangan dapat digunakan untuk umum, dengan syarat pemiliknya
memperoleh imbalan yang wajar.
D. KEDUDUKAN DAN FUNGSI HARTA
Fungsi harta secara syari’at yaitu: