Anda di halaman 1dari 12

BAB I

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Harrta pada hakikatnya merujuk pada Semua parameter sumber-
sumber alam. Menurut pandangan Alquran, itu adalah nikmat Allah,
alat-alat provisi (perlengkapan), kesenangan dan kebanggaan. Harta
bukanlah sesuatu yang buruk.Alquran menyatakan bahwa ia adalah
sesuatu yang baik (khair) dan juga sebagai alat yang membantu
kehidupan manusia. Alquran banyak menekankan untuk
mempergunakan kekayaan yang dimiliki dalam hal-hal yang baik
pernyataan bahwa harta itu adalah Sebagai kebaikan, memungkinkan
kita untuk menyatakan bahwa kehidupan tanpa kekayaan itu tidak
baik. Dalam hadis Rasulullah juga sangat menekankan pada umatnya
untuk mencari harta yang halal dan menafkahkan hartanya pada jalan
yang benar. Harta dan anak digambarkan Alquran sebagai sumber
kekuatan dan kehormatan.
Dalam beberapa ayat Alquran menyifati kepemilikan kekayaan
pada manusia. Penyifatan seperti ini bukan berarti manusia adalah
pemilik hakiki. Allah sebagai pemilik hakiki dari kekayaan ini
memberikan mandat kepada manusia untuk menjadi khalifah-Nya
yang diberi karunia-Nya sebagai pemilik sementara harta itu, dan
diberi wewenang untuk mengatur harta benda itu dengan sebaik-
baiknya.

2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kepemilikan?
2. Apa saja ayat-ayat tentang kepemilikan?
3. Apa yang dimaksud dengan kekayaan?
4. Apa saja ayat-ayat tentang kekayaan?
3. Tujuan Masalah
1. Mengetahui maksud dari kepemilikan
2. Mengetahui beberapa ayat tentang kepemilikan
3. Mengetahui maksud dari Kekayaan
4. Mengetahui beberapa ayat tentang kekayaan
BAB II

A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Kepemilikan
Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milik, yang secara etimologi
berarti penguasaan terhadap sesuatu. Al-milk juga berarti sesuatu yang
dimiliki (harta). Milk juga merupakan seseorang dengan suatu yang
diakui oleh syara’, yang menjadikannya mempunyai kekuasaan khusus
terhadap harta itu, sehingga ia dapat melakukantindakan hukum
terhadap harta tersebut, kecuali adanya halangan syara’.1

Secara terminologi, al-milk didefinisikan oleh Muhammad Abu Zahrah


sebagai berikut:
‫ ْخ ِت َص ٌاص ي ُ ْم ِك ُن َصا ِح ُب ُه رَش ْ عًا َأ ْن ي َْستَبِدُّ اِب لتَّرَص ُّ ِف َوا نْ ِت َفاعِ َع ْندَ عَدَ ِم الْ َما ِنع ِ الرَّش ْ ِع ِّي‬.
‫ِإل‬ ‫ِإ‬
Pengkhususan pemilik suatu benda menurut syara’ untuk bertindak
secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama tidak ada
penghalang yang bersifat syara’.2

Artinya, benda yang dikhususkan kepada seseorang itu sepenuhnya


berada dalam penguasaannya, sehingga orang lain tidak boleh
bertindak dan memanfaatkannya. Pemilik harta bebas bertindak hukum
terhadap hartanya, seperti jual beli, hibah, wakaf, dan
meminjamkannya kepada orang lain, selama tidak ada halangan syara’.
Contoh halangan syara’ antara lain orang itu belum cakap bertindak
hukum, misalnya anak kecil, orang gila atau kecakapan hukumnya
hilang, seperti orang yang jatuh pailit, sehingga dalam hal-hal tertentu
mereka tidak dapat bertindak hukum terhadap miliknya sendiri.
1
Firma Lovi Wahyuni, “Wawasan Al-qur'an dan Hadits Tentang Harta dan
Kepemilikan “, Vol.4 No.1 (April 2019), 240.
2
Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h.46.
2. Sebab - Sebab Kepemilikan
Berikut sebab seseorang mempunyai hak kepemilikan:3
a. Melalui Pewarisan
b. Melalui Akad
c. Melalui Penggantian (Khalafiyah)
d. Melalui Tawallud min Mamluk

3. Macam – Macam Kepemilikan


Berikut macam-macam kepemilikan:4
a. Milik Sempurna (Al-milk at-tam)
Materi dan manfaat Harta itu dimanfaatkan bebas oleh
penguasanya, ini kepemilikan mutlak.
b. Milik Tidak Sempurna (Al-milk al-naqish)
Materi dan harta di miliki oleh seseorang tapi manfaatnya
dikuasai oleh orang lain.

4. Ayat – Ayat Tentang Kepemilikan


Berikut beberapa ayat tentang kepemilikan:
a. Al-Mā’idah : 120
َّ ُ ‫هَّلِل ِ ُمكْل‬
‫الس َم َاو ِات َواَأْل ْر ِض َو َما ِف ِهي َّن ۚ َوه َُو عَىَل ٰ لُك ِ ّ يَش ْ ٍء قَ ِد ٌير‬
Artinya:
Hanya milik Allah kerajaan langit dan bumi serta apa pun
yang ada di dalamnya. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Tafsirnya:

(Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi) tempat-tempat


penyimpanan hujan, semua tumbuhan, semua rezeki dan lain-
lainnya (dan apa yang ada di dalamnya) dipergunakan kata

3
Ibid, h.47.
4
Ibid, h.48.
maa, karena kebanyakan makhluk Allah itu terdiri dari yang
tidak berakal (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) di
antara kekuatan-Nya itu ialah memberi pahala kepada orang
yang berbuat benar, dan menyiksa orang yang berbuat dusta.5

b. Al-Ḥadid : 7
‫آ ِمنُوا اِب هَّلل ِ َو َر ُسوهِل ِ َوَأنْ ِف ُقوا ِم َّما َج َعلَمُك ْ ُم ْس َت ْخلَ ِف َني ِفي ِه ۖ فَاذَّل ِ َين آ َمنُوا ِمنْمُك ْ َوَأنْ َف ُقوا لَهُ ْم َأ ْج ٌر‬
ٌ‫َكبِري‬
Artinya:
Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta infakkanlah (di
jalan Allah) sebagian dari apa yang Dia (titipkan kepadamu
dan) telah menjadikanmu berwenang dalam (penggunaan)-
nya. Lalu, orang-orang yang beriman di antaramu dan
menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala
yang sangat besar.
Tafsirnya:
Pada ayat ini Allah swt memerintahkan agar beriman
kepadaNya dan rasul-Nya menafkahkan harta-harta yang
mereka miliki, karena harta dan anak itu adalah titipan Allah
pada seseorang, tentu saja pada suatu hari titipan tersebut akan
diambil kembali. Syu’bah berkata, “Aku mendengar Qatadah
menceritakan tentang Muththarif yang menemui Nabi saw,
beliau membaca Surah atTakatsur, lalu berkata: Manusia
berkata, “Hartaku, hartaku.” Hartamu hanya yang telah engkau
makan lalu habis, atau pakaian yang engkau pakai lalu menjadi
usang, atau sesuatu yang engkau sedekahkan lalu menjadi
kekal (tetap). Maka selain dari itu akan lenyap dan untuk orang
lain. (Riwayat Muslim)
5
Imam jalaludin al-mahalli dan imam jalaludin as-suyuthi, Terjemahan tafsir
jalalain jilid 2, (bandung: sinar baru algensindo,1997), h.142.
Kemudian Allah menerangkan bahwa orang-orang yang
beriman kepada Allah membenarkan rasul-Nya serta
menginfakkan hartaharta yang jatuh menjadi milik dari
peninggalan orang terdahulu, mereka ini akan mendapat pahala
yang besar yang tidak pernah dilihat dan tergores di hati.6
c. Al-Qaṣaṣ : 82
‫ون َو ْيَأَك َّن اهَّلل َ يَب ُْسطُ ّ ِالر ْز َق ِل َم ْن يَشَ ا ُء ِم ْن ِع َبا ِد ِه‬ َ ُ‫ح اذَّل ِ َين تَ َمنَّ ْوا َماَك ن َ ُه اِب َأْل ْم ِس ي َ ُقول‬eَ ‫َو َْأص َب‬
eَ ‫َوي َ ْق ِد ُر ۖ ل َ ْواَل َأ ْن َم َّن اهَّلل ُ عَلَ ْينَا لَخ ََس َف ِبنَا ۖ َو ْيَأَكن َّ ُه اَل ي ُ ْف ِل ُح ْالاَك ِف ُر‬
‫ون‬
Artinya:
Orang-orang yang kemarin mengangan-angankan
kedudukannya (Qarun) itu berkata, “Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari para
hamba-Nya dan Dia (juga) yang menyempitkan (rezeki bagi
mereka). Seandainya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya
pada kita, tentu Dia telah membenamkan kita pula. Aduhai,
benarlah tidak akan beruntung orang-orang yang ingkar
(terhadap nikmat).”
Tafsirnya:
(Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan
kedudukan Karun itu) dalam waktu yang singkat (mereka
berkata, “Aduhai! Benarlah Allah melapangkan) yakni
meluaskan (rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-
hamba-Nya dan membatasinya) menyempitkannya bagi orang-
orang yang dikehendaki-Nya. Lafal Way adalah Isim Fi’il yang
artinya aku sangat kagum, dan huruf Kaf mempunyai makna
huruf Lam. Maksudnya, aku sangat takjub karena
sesungguhnya Allah melapangkan dan seterusnya (kalau Allah
tidak melimpahkan harunia-Nya atas kita, benar-benar Dia
telah membenamkan kita pula) dapat dibaca Lakhasafa dan

6
M. Quraish sihab, Tafsir Al-Misbah,(Jakarta:lentera hati, 2003),h.290
Lakhusifa (Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang
mengingkari.”) nikmat Allah seperti Karun tadi.7

5. Pengertian Kekayaan
6.
Ibnu Najm mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa
yang ditegaskan oleh ulama-ulama ushul fiqh, adalah sesuatu yang
dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu
terutama menyangkut yang kongkrit. Kekayaan juga merupakan
sinonim dari Harta (al-mal), banyak terdapat di dalam al-qur'an ayat
yang bermakna kekayaan sama seperti harta, sebagaimana beberapa
ayat al-qur’an yang menjelaskan tentang jenis kekayaan/harta:8
a. Āli ‘Imrān : 14
‫ُز ِيّ َن ِللنَّ ِاس ُح ُّب الشَّ ه ََو ِات ِم َن ال ِن ّ َسا ِء َوالْ َب ِن َني َوالْ َقنَا ِط ِري الْ ُم َقنْ َط َر ِة ِم َن ا َّذله َِب َوالْ ِفضَّ ِة‬
‫ه ُح ْس ُن الْ َمآ ِب‬eُ َ‫َوالْ َخ ْيلِ الْ ُم َس َّو َم ِة َواَأْلنْ َعا ِم َوالْ َح ْر ِث ۗ َذٰكِل َ َمتَا ُع الْ َح َيا ِة ادلُّ نْ َيا ۖ َواهَّلل ُ ِع ْند‬
Artinya:
Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka
kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda
yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda
pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.
Tafsirnya:
Ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang
mengambil pelajaran dari peristiwa di atas, yaitu dijadikan
terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan dan sulit untuk dibendung, berupa perempuan-
perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam
bentuk emas dan perak, kuda pilihan yang bagus dan terlatih,

7
Aplikasi Tafsir Kemenag.
8
Toha Andiko, “Konsep Harta dan Pengelolaannya Dalam Al-qur'an”, Vol.2 No.1
(Maret 2016), 59.
hewan ternak, dan sawah ladang, atau simbol-simbol
kemewahan duniawi lainnya. Itulah kesenangan hidup di dunia
yang bersifat sementara dan akan hilang cepat atau lambat, dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik, yaitu surga dengan
segala keindahan dan kenikmatannya. Hal-hal yang disebut di
atas adalah baik dan sesuai dengan naluri manusia, tetapi ada
yang lebih baik dari itu semua. Maka katakanlah, wahai Nabi
Muhammad, kepada orang-orang yang terlalu mencintai dunia
dan kepada siapa pun juga, Maukah aku kabarkan kepadamu
apa yang lebih baik dari yang demikian itu’ Bagi orang-orang
yang bertakwa tersedia di sisi Tuhan yang mendidik dan
memelihara mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai, sehingga mereka tidak perlu lagi bersusah payah
mengairi-nya. Selain tempat tinggal yang nyaman itu, mereka
hidup kekal di dalamnya, dan mereka juga dianugerahi
pasangan-pasangan yang suci dari segala macam kekotoran
jasmani dan rohani seperti haid, nifas, dan perangai buruk, serta
kenikmatan rohani yang tidak ada taranya, yaitu rida Allah
yang amat besar. Dan anu-gerah tersebut wajar karena Allah
Maha Melihat hamba-hamba-Nya, mengetahui segala keadaan
mereka dan memberikan balasan yang terbaik. Dalam kitab al-
Tibyan fi Gharib al-Qur’an dijelaskan bahwa para ahli tafsir
berbeda pendapat dalam mengartikan makna al-Qintharah
tersebut. Perbedaan pemahaman yang timbul sekitar berapa
besar harta yang terkandung dalam lafaz dimaksud. Di antara
mereka ada yang berpendapat harta yang disebut al-qintharah
berjumlah sekitar 1000 mitsqal. Sedangkan jika harta tidak
mencapai nilai 1000 mitsqal maka tidak disebut al-qintharah
melainkan disebut al-mal. Walaupun begitu, terdapat juga
ulama yang berpendapat jumlahnya melebihi jumlah yang
dikandungi lafaz al-mal, tanpa menjelaskan angka yang
konkrit. 9

b. An-Najm : 48
eٰ ‫َوَأن َّ ُه ه َُو َأ ْغىَن ٰ َوَأ ْقىَن‬
Artinya:
bahwa sesungguhnya Dialah yang menganugerahkan
kekayaan dan kecukupan.
Tafsirnya:
Ayat ini mengandung hikmah yang besar sekali. Di sini
diterangkan bahwa Dia, Allah Yang Mahakuasa memberikan
kekayaan kepada hamba-Nya. Maka adalah hamba Allah itu
yang menerima kekayaan pemberian Allah itu dengan
bersyukur dan merasa cukup, tenteramlah hidupnya dengan
pemberian Allah, dan itulah kekayaan yang sejati.
Tetapi ada juga hamba Allah yang diberi kekayaan, namun dia
belum juga merasa cukup dengan anugerah Ilahi yang telah
ada, dia masih mengomel dan mengeluh, mengapa Cuma
sebegini saja. Apabila dia telah diberi kekayaan misalnya suatu
lembah daripada emas, dia meminta lagi agar diberi satu
lembah emas lagi, dua lembah emas lagi. Padahal dalam
perjalanan hidup yang sangat terbatas di dunia ini, kesudahan
daripada perjalanan mencari emas tiga empat lembah itu,
akhirnya dia akan mendapat tanah hanyalah seukuran panjang
badannya untuk menjadi kuburannya.
Oleh sebab itu diberi ingatlah manusia kembali bahwa
kekayaan yang sejati ialah merasa cukup dengan apa yang
dikaruniakan Allah. Bersyukur atas apa yang telah diterima dan
bersabar menerima apa yang ada itu, jangan mengeluh dan

9
Muhammad Ali al-Shabuni, Rawai' al-Bayan Tafsir Ayat al-Ahkam, Beirut: Dar al-
Fikr, t.th, juz 2.
tetaplah ingat kepada Allah yang kekuasaan-Nya meliputi akan
seluruh alam, baik yang paling dekat ataupun yang paling
jauh.10

10
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juzu’4, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1983),
hlm. 679.
BAB III

1. Penutup
a. Kesimpulan
Konsep kepemilikan benar-benar diatur dalam Alquran dan Hadis,
artinya banyak ayat Alquran maupun Hadis Rasulullah yang
membicarakan kepemilikan relatif baik kepemilikan pribadi maupun
umum.
Harta kekayaan yang dikuasai manusia bukanlah merupakan milik
hakiki baginya, kepemilikan manusia hanya merupakan pengganti
dan wakil Allah atas bumi. Merupakan sebuah kewajiban bagi
manusia untuk melakukan infak atas harta benda yang dimiliki guna
memenuhi hak Allah atasnya, seperti halnya kewajiban bagi
seseorang untuk memberikan nafkah kepada keluarganya dan
menafkahkan harta orang lain jika diizinkan.

b. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Andiko, toha. 2016. Konsep harta dan pengelolaannya dalam Al-Qur’an,


vol. 2, No. 1.
Al-shabuni, Muhammad ali, rawa’I al-bayan tafsir al-ahkam juz 2. (Beirut:
dar al-fikr).
Ghazali, Abdul Rahman. 2010. Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana)
Hamka. 1983. Tafsir al-azhar juz 4. (Singapura: pustaka nasional).
Imam Jalaludin al-mahalini dan imam Jalaludin as-syuyuthi. 1997.
Terjemahan tafsir jalalain jilid 2. (Bandung: sinar baru algensindo).
Sihab, m. Quraish. 2003. Tafsir al-misbah. (Jakarta: lentera hati).
Wahyuni, Firma Lovi. 2019. Wawasan Al-Qur’an Dan Hadist Tentang
Harta dan Kepemilikan.

Anda mungkin juga menyukai