PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimanakah Konsep Harta dalam Pandangan Islam ?
- Apakah Bahaya dari Harta Haram?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Oleh karena itu kecintaan manusia terhadap harta ini harus
mendapatkan bimbingan wahyu yang mengarahkannya bahwa harta
bukanlah tujuan hidup ini akan tetapi hanya sebagai wasilah belaka yang
nanti di hari kiamat harus dipertanggung jawabkan.
Harta dalam Islam dianggap sebagai bagian dari aktivitas dan tiang
kehidupan yang dijadikan Allah sebagai sarana untuk membantu proses
tukar-menukar (jual beli), dan juga digunakan sebagai ukuran terhadap nilai.
Allah memerintahkan untuk saling menukarkannya dan melarang
menimbunnya. Oleh karena itu syariat Islam dengan kaidah dan konsepnya
akan mengontrol cara untuk mendapatkan harta, menyalurkannya, proses
pertukaran dengan barang lain serta pengaturan hak-hak orang lain dalam
harta itu.
3
Pengertian Harta dalam al-Quran: Dijadikan indah dalam
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imron
3:14).
Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa harta dalam pandangan al-
Quran adalah segala sesuatu yang disenangi manusia seperti emas, perak,
kuda pilihan, hewan ternak, sawah ladang dan lain sebagainya yang
kesemuanya itu diperlukan untuk memenuhi hajat hidup. Menurut al-Quran,
harta menjadi baik bila digunakan sesuai petunjuk Ilahi, dan sebaliknya akan
menjadi buruk bila penggunaannya tidak sesuai dengan petunjuk-Nya.
Dari hadis ini dapat diketahui bahwa mal/harta sebagai milik pribadi
menjadi nikmat bila digunakan untuk kebaikan semisal dengan kebaikan
orang salih yang menggunakan harta tersebut. Namun demikian,
keberadaan harta bukan menjadi tujuan hidup. Karenanya, pemilik harta
diharapkan tidak lupa mengabdi kepada Allah.
4
Oleh karena itu, secara khusus, beberapa ulama ahli tafsir menafsirkan
penghidupan yang sempit/sengsara dalam ayat ini dengan kasbul haram
(penghasilan/harta yang haram), yang menandakan bahwa harta haram
merupakan salah satu faktor utama yang menjadikan manusia selalu ditimpa
bencana dan kesulitan dalam hidupnya.
Imam Ibnul Jauzi menukil ucapan Sahabat yang mulia, Abdullah bin
Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa beliau berkata:Penghidupan yang
sempit (artinya) disempitkan baginya pintu-pintu kebaikan (penghasilan
yang halal), sehingga dia tidak mendapatkan petunjuk kepada kebaikan dan
dia mempunyai pengahasilan yang haram sebagai usahanya.
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan karena
sesungguhnya syaithan adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya
syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, serta mengatakan
tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui. [al-Baqarah/2:168-169].
5
Mengikuti langkah-langkah syaithan adalah dengan mengharamkan
apa yang dihalalkan oleh Allah dan mengahalalkan apa yang diharamkan-
Nya, termasuk dalam hal ini memakan harta yang haram.[13]
6
Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwa
sesungguhnya Aku Maha Dekat, Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi
(segala perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam petunjuk [al-Baqarah/2:186].
Musibah apa yang lebih besar bagi hamba jika doanya tidak dikabulkan oleh
Allah? Bukankah setiap saat dia punya kebutuhan dalam urusan dunia
maupun agama? Lalu siapakah yang dapat memenuhi kebutuhan dan
memudahkan urusannya selain Allah? Siapakah yang dapat mengabulkan
permohonannya jika Allah berpaling darinya?
Hai manusia, kamulah yang butuh kepada (rahmat) Allah; dan Allah Dia-lah
Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
[Fathir/35:15]
7
4. Tidak diterimanya harta yang haram meskipun
diinfakkan/dibelanjakan dalam ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda yang
artinya,Sesungguhnya Allah Maha Baik dan Dia tidak menerima kecuali
yang baik (halal)[20].
Wahai rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik (halal), dan kerjakanlah
amal yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.[al-Mukminun/23:51].
8
6. Mengkonsumsi harta yang haram termasuk sifat mayoritas orang-
orang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla (orang-orang Yahudi). Allah Azza wa
Jalla berfirman:
9
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh
perbuatan (dosa)mu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu).[asy-Syura/42:30].
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Harta dinamakan al-mal mengingat semua orang, siapa, kapan
dan dimanapun pada dasarnya adalah condong, senang, mau dan cinta
pada harta khususnya uang. Maka dari itu, pencarian dan penggunaan harta
haruslah didasari pada Al-Quran dan As-Sunnah supaya seseorang tidak
menghalalkan segala cara dalam mendapatkan harta yang digemarinya.
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa banyak sekali dalil yang
mengatakan bahaya menggunakan harta yang haram. Bahaya
mengonsumsi harta haram sangat banyak dan dapat dikatakan fatal, karena
harta haram dapat memberikan sebab turunnya bencana Azab dari Alloh
SWT. Selain itu, harta haram juga dapat membuat tidak dikabulkannya doa
pelaku, serta perbuatan tersebut sangatlah dimurkai Alloh SWT, sehingga
10
walaupun harta haram tersebut diinfakkan, maka amalan tersebut tidak
diterima oleh Alloh SWT.
B. SARAN
Setiap muslim hendaknya mengetahui konsep harta di dalam
pandangan islam, serta memahami bahaya menggunakan harta haram agar
terhindar darinya. Pemahaman akan kedua hal tersebut merupakan sesuatu
yang sangat mendesak karena harta merupakan benda yang tidak bisa
terlepas dari kehidupan manusia di dunia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://annajihah91.blogspot.co.id/2015/04/penerapan-ekonomi-syariah-saat-
ini-dan.html
http://ihsanamirul.blogspot.co.id/2012/06/tujuan-dan-asumsi-ekonomi-
islam.html
11