Anda di halaman 1dari 16

BAB I

LATAR BELAKANG

A. PENDAHULUAN

Harta dalam bahasa Arab disebut al-amaal yang berasal dari kata ‫ لم ييلل‬- ‫ يلممييلل‬- ‫ لماَلل‬y ang sarana condong,
pengguna, dan miring.Harta menurut syariat: segala sesuatu yang bernilai, bisa dimiliki, dikuasai, yang
menggunakan syariat yang berupa (benda dan manfaatnya).

Harta menurut ulama: sesuatu yang berwujud dan dapat dipegang dalam penggunaan dan manfaat pada
waktu yang diperlukan. Al-Qur'an menyebut kata al-mal (harta) tidak kurang dari 86 kali.Penyebutan
berulang-ulang terhadap sesuatu di dalam al-Qur'an, menunjukkan adanya perhatian khusus dan
sesuatu yang penting. Harta merupakan bagian yang penting dari kehidupan yang tidak terpisah dan
tidak dapat dijinakkan oleh manusia terutama dalam Islam.

Islam mencari orang untuk membeli, memiliki, dan menggunakan harta sebagai sesuatu yang lazim, dan
mendesak. Harta diperoleh, dimiliki, dan dimanfaatkan untuk memenuhi syarat, baik materi maupun non
materi. Manusia berusaha sesuai dengan naluri dan kecenderungan untuk mendapatkan harta.

Al-Qur'an melihat harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada Khaliq-Nya, bukan
tujuan utama yang dicari dalam kehidupan.Dengan panggilan harta, manusia diharapkan memiliki sikap
derma yang memperkokoh sifat kemanusiannya.Jika sikap derma ini berkembang, maka akan
mengantarkan manusia ke derajat yang mulia, baik di sisi Tuhan maupun terhadap sesam manusia.

Oleh karena itu, harta dalam perspektif Al-Qur'an sangat menarik untuk diperlihatkan dalam makalah ini
baik dalam pikiran kepada sang Khaliq, maupun harta yang materi dan non materi.

Harta merupakan komponen pokok dalam kehidupan manusia, tidak dlaruri yang tidak mendesak jadi
saja. Dengan harta, manusia dapat memenuhi segala kebutuhannya, baik yang bersifat materi atau
immateri. Dalam penggunaan kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan horizontal antarmanusia
(mu'amalah), karena pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna dan dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, akan tetapi saling membutuhkan dan terkait dengan manusia lainnya.

Dalam konteks itu, uang digunakan sebagai objek transaksi, harta untuk digunakan dalam transaksi jual
beli, sewa-menyewa, kemitraan (kontrak kerja sama), atau transaksi ekonomi lainnya. Selain itu, dilihat
dari materi (alam), harta juga mendesak dijadikan sebagai objek kepemilikan, namun ada dorongan yang
menghalanginya.

Dalam makalah ini akan diperjelas tentang harta, kemampuan, fungsi, kedudukan, dan harta dalam Islam
yang tepat

B. RUMUSAN MASALAH

Sebuah. Pengertian harta

b. Kedudukan harta

c. Fungsi harta

d. Harta dalam perspektif Islam

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta
Dalam istilah ilmu fiqih, dinyatakan oleh pengelompokan Hanafiyah bahwa harta itu adalah sesuatu yang
digandrungi oleh tabiat manusia dan mungkin untuk dilakukan saat diperlukan. Namun harta itu tidak
akan bernilai jika diperlukan. [1] Menurut Wahbah Zuhaili (1989, IV, hal, 40), secara umum, al
maal didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mendatangkan ketenangan, dan didorong oleh manusia
dengan sebuah upaya ( fi'il ), baik sesuatu itu berupa dzat (materi) seperti; desakan, lamera digital,
hewan ternak, tumbuhan, dan lainnya. Atau pun termasuk manfaat, seperti, kendaraan, atau pin tempat
tinggal.[2]

Harta di dalam bahasa Arab disebut al-mal atau jamaknya al-amwal (Munawir, 1984). Harta ( al-mal )
menurut kamus Al-Muhith tulisan Al Fairuz Abadi, adalah ma malaktahu min kulli syai (segala sesuatu
yang engkau punyai). Menurut istilah syar'i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang digunakan pada
sesuatu yang legal menurut desakan syara '(mendesak Islam) seperti jual beli, pinjaman, konsumsi dan
hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Di dalam Al Quran, kata al mal dengan berbagai bentuk
disebut disebut 87 kali yang tersedia dalam 79 ayat dalam 38 surat.Berdasarkan pengertian tersebut,
orang-orang yang mencurahkan segala yang manusia dalam kehidupan sehari-hari (duniawi) [3], seperti
uang, tanah, kendaraan, rumah, perhiasan, koleksi rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikan-lautan,
dan pakaian termasuk dalam katagori al amwal. Islam sebagai agama yang benar dan sempurna tidak
lebih dari sekedar anugerah Allah swt yang dititipkan kepada manusia.

B. Kedudukan Harta

Sikap Islam terhadap harta adalah bagian dari sikapnya terhadap dunia kehidupan. Sikap Islam demi
dunia adalah sikap pertengahan yang seimbang. Materi atau harta dalam pandangan Islam adalah
sebagai jalan, bukan satu-satunya tujuan, dan bukan sebagai sebab yang dapat menjelaskan semua
peristiwa-kejadian.Maka disan tugas itu lebih dipentingkan.Tetapi materi Menjadi jalan untuk review
merealisir sebagai Kebutuhan-Kebutuhan Dan Manfaat-Manfaat Yang TIDAK Cukup Bagi Manusia, Yaitu
hearts Pelayanan Seseorang tidak ditunjukan kepada Hal Yang bersifat materi, Yang TIDAK bertentangan
DENGAN kemaslahatan Sales manager, Tanpa berbuat dhalim Dan Berlebihan.

Harta yang baik adalah harta jika mengambil dari halal dan yang pada tempatnya. Harta menurut
pandangan Islam adalah kebaikan yang dimiliki keburukan. Oleh karena itu harta yang tercela menurut
pandangan Islam dan Karen itu pula Allah rela memberikan harta itu kepada hamba-Nya. Dan kekayaan
adalah nikmat dari Allah Allah SWT. Telah memberikan beberapa kenikmatan kepada Rasul-Nya berupa
kekayaan.

Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan bijaksana, karena Allah
SWT. Menjadikan harta sebagai hak milik-Nya, kemudian harta ini diberikan kepada orang yang
dikehendakinya untuk dibelanjakan pada jalan Allah.

Dengan kata lain, al-Qur'an adalah sebagai persiapan nisbi, yaitu hanya sebagai wakil dan pemegang,
yang mana pada saat sebagai pemilik, tetapi pada hakikatnya adalah sebagai penerima yang
bertanggung jawab dalam perhitungnnya. Sebagai pemilik yang hakiki adalah terbebas dari hitungan.

Pada al-Qur'an surat al-Kahfi: 46 dan an-Nisa: 14 melukiskan kebutuhan manusia atau terpenuhi manusia
dengan orang yang sama dengan kebutuhan manusia terhadap harta manusia terhadap anak dan
keturunan. Jadi, kebutuhan manusia terhadap harta adalah kebutuhan yang mendasar.

Berkenaan dengan hukum dalam al-Qur'an, juga termasuk dalam istilah-istilah yang mencakup dengan
kegiatan ekonomi, dalam hal ini meliputi: produksi, distribusi dan konsumsi harta:

Sebuah. Perkara-perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia

b. Perkara-perkara yang mempengaruhi hak dan sebagian atau keseluruhan masyarakat, termasuk
perdagangan yang memakai bunga.

c. Penimbunan harta dengan jalan kikir

d. Aktivitas yang merupakan pemborosan

e. Memproduksi, memeperdagangkan, dan mengkonsumsi barang-barang terlarang seperti narkotika


dan minuman keras.
Kaidah ushul fiqh menyebutkan bahwa “Asal atau pokok dalam masalah transaksi mu'amalah adalah sah,
sampai ada dalil yang membatalakan dan yang mengharamkannya”.

C. Fungsi Harta

Fungsi yang bermanfaat bagi manusia sangat banyak. Harta dapat menunjang kegiatan manusia, baik
dalam kegiatan yang baik maupun yang buruk.Oleh karena itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki
dan menguasainya. Tidak jarang dengan menggunakan cara-cara yang dilarang dan dorongan, atau
ketetapan yang disepakati oleh manusia.

Biasa cara dipakai harta, akan mencakup terhadap harta harta. Seperti orang yang menggunakan harta,
ia memfungsikan harta untuk kesenangna semata, seperti mabuk, bermain wanita, judi, dan lain-
lain. MATA, orang yang mencari harta dengan cara yang halal, biasanya memfungsikan hartanya untuk
hal-hal yang bermanfaat.

Dalam penelitian ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai dengan syara ', antara lain untuk:

1. Kesempurnaan ibadah mahdhah, seperti shalatuling kain untuk menutup aurat.

2. Memelihara dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, sebagai kefakiran
mendekatkan kepada kekufuran.

3. Meneruskan estafeta kehidupan, agar tidak meninggalkan generasi lemah (QS. An-Nisaa ': 9).

4. Menyelaraskan antara dunia dan akhirat, Rasulullah SAW. Bersabda:


‫لماَأللكلل أللحددطللعاَمماَقلطط لخييمراًممين ألين يلأيلكلل ممين لعلممل يلمدمه لواًمنن نلبم ن‬
‫ي ام‬

‫لداًوولدلكاَلن يلأيلكلل ممين لعلممل يلمدمه )رواًه اًلبخاَرى عن اًلمقداًم بن معد يكرب(‬

‫‪Artinya:‬‬

‫‪“ Seseorang yang mencoba sesuatu yang lebih baik dari yang dihasilkan dari keringatnya‬‬
‫‪sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah, Daud, telah makan dari hasil keringatnya sendiri ” (HR. Bukhari dari‬‬
‫)‪Miqdam bin Madi Kariba‬‬

‫‪Dalam hadist lain disebutkan:‬‬

‫ك اًللدينلياَ مللمخلرتممه لولللاًمخلرتلهل لملدينلياَهل‬


‫س بملخييمرلكيم لمين تللر ل‬
‫لليي ل‬

‫غ إمللىَّ ياًللمخلرمة )رواًه اًلبخاَرى(‬


‫ب ممينهللماَلجممييمعاَفلاَ منن اًلددينلياَبللل د‬ ‫لحنتىَّ يل م‬
‫صيي ل‬
Artinya:

“ Kirim orang-orang yang baik untuk mereka, yang membebaskan dunia untuk masalah akhirat, dan
membebaskan masalah akhirat untuk menyelesaikan dunia, tidak seimbang di antara keduanya, karena
masalah dunia dapat Menyampaikan manusia untuk masalah akhirat ” (HR. Bukhari)

5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu.

6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya yang memberi tugas kepada
orang miskin.

7. Untuk memutarkan peran-peran kehidupan yaitu adanya pembantu dan tuan.

8. Untuk menumbuhkan silaturrahim. [4]

D. P a ndangan Islam Memandang Harta

Pandangan Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:

5) Pemiliki Mutlak terhadap segala sesuatu yang ada di muka bumi ini adalah ALLAH
SWT. Kepemilikan oleh manusia bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan amanah mengelola dan
memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya

Harta menurut Imam Hanafiyaitu segala sesuatu yang memenuhi dua kriteria :
1. Sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil manfaatnya. Kedua, sesuatu yang dipunyai dan bisa diambil
manfaatnya secara konkrit (a’ayan) seperti tanah, barang-barang perlengkapan, ternak dan uang.

 Menurut jumhur ulama’ fiqhselain Hanafiyah mendefinisikan konsep harta sebagai adalah seagala
sesuatu yang bernilai dan mesti rusaknya dengan menguasainya.

Dari pengertian di atas, jumhur ulama’ memberikan pandangan bahwa manfaat termasuk harta, sebab
yang penting adalah manfaatnya dan bukan dzatnya. Intinya bahwa segala macam manfaat-manfaat atas
sesuatu benda tersebut dapat dikuasai dengan menguasai tempat dan sumbernya, karena seseorang
yang memiliki sebuah mobil misalnya, tentu akan melarang orang lain mempergunakan mobil itu tanpa
izinnya.

Maksud manfaat menurut jumhur ulama’ dalam pembahasan ini adalah faedah atau kegunaan yang
dihasilkan dari benda yang tampak seperti mendiami rumah atau mengendarai kendaraan. Adapun hak,
yang ditetapkan syara’ kepada seseorang secara khusus dari penguasaan sesuatu, terkadang dikaitkan
dengan harta, seperti hak milik, hak minum, dan lain lain. Akan tetapi terkadang tidak dikaitkan dengan
harta, seperti hak mengasuh dan lain-lain.

 Menurut Imam as-Suyuthi harta ialah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan mempunyai nilai jual
yang akan terus ada, kecuali bila semua orang telah meninggalkannya. Jika baru sebagian orang saja yang
meninggalkannya, barang itu mungkin masih bermanfaat bagi orang lain dan masih mempunyai nilai bagi
mereka.

Menurut ahli hukum positif, dengan berpegang pada konsep harta yang disampaikan Jumhur Ulama’
selain Hanafiyyah, mereka mendefinisikan bahwa benda dan manfaat-manfaat itu adalah kesatuan
dalam katagori harta kekayaan, begitu juga hak-hak, seperti hak paten, hak mengarang, hak cipta dan
sejenisnya.
 Ibnu Najm mengatakan bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama’-
ulama’ Ushul Fiqhadalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal itu
terutama menyangkut yang kongkrit. Dengan demikian tidak termasuk di dalamnya pemilikan semata-
semata atas manfaat-manfaat saja. Dalam hal ini, beliau menganalogikan konsep harta dalam persoalan
waris dan wakaf, sebagaiman al-Kasyf al-Kabir disebutkan bahwa zakat maupun waris hanya dapat
terealisasi dengan menyerahkan benda (harta atau tirkah dalam hal waris) yang konkrit, dan tidak
berlaku jika hanya kepemilikan atas manfaat semata, tanpa menguasai wujudnya.

C. Pembagian Harta dan Akibat Hukumnya

Menurut para fuqaha harta dapat di tinjau dari beberapa segi. Dan harta yang terdapat dalam muamalah
terdiri dari beberapa bagian, dan masing-masing itu memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri.
Berikut adalah beberapa pembagian harta menurut golongan masing-masing dan menurut hukum
masing-masing :

1. Mal Mutaqawwim Dan Ghair Mutaqawwim

a. Harta yang berharga (mutaqawwim) ialah setiap harta yang disimpan oleh seseorang dan syara`
mengharuskan penggunaannya dan cara yang digunakan untuk memperolehnya adalah dengan jalan
yang baik yang dibenarkan oleh syara’. Contohnya seperti daging kambing halal dimakan, tetapi dalam
penyembelihan kambing itu menggunakan cara yang tidak dibenarkan oleh syara’ maka daging kambing
itu menjadi batal menurut syara’. Jadi dalam kasus seperti ini ada hal yang tidak memperbolehkan untuk
memanfaatkan harta itu (daging).

b. Harta yang tidak berharga (Ghayr Mutaqawwim) ialah harta yang tidak di dalam simpanan atau
dimiliki orang, atau harta yang tidak boleh diambil manfatnya baik itu jenis, cara memperolehnya
maupun cara penggunaannya. Harta yang seperti ini adalah kebalikan dari harta yang berharga
(mutaqawwim).

Dari kedua hal diatas mempunyai sebuah tujuan yang mana untuk sebuah kepentingan yang agar
nantinya tidak ada hal yang melenceng :
o Harta yang berharga sah untuk semua urusan berakad dengannya seperti berjual beli, hibah,
meminjam, gadaian, wasiat dan bersyarikat.

o Harta yang tidak berharga tidak sah berakad dalam semua urusan seperti tidak sah menjual arak dan
babi karna haram.

o Wajib membayar ganti rugi oleh orang yang merusakkan harta yang berharga sama ada ganti rugi
barang yang serupa sekiranya ada atau membayar nilai harganya.

o Harta yang tidak berharga tidak wajib membayar ganti rugi orang yang merusakkannya

2. Mal Mitsli Dan Mal Qimi

a. Mal mistsli ialah harta yang ada sebanding atau serupa dengannya tanpa terdapat berlebih kurang
dalam semua juzu`nya(fisik,bagian-bagiannya) atau dengan kata lain harta yang jenisnya mudah
diperoleh secara persis. Harta yang seperti ini adalah harta yang cara memperolehnya sangat mudah di
dapatkan dan banyak sekali imbangannya (persamaannya).

b. Mal Qimi ialah ialah harta yang tidak terdapat padanannya lagi dipasaran atau terdapat
padananya,akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda.

Dalam perjalanannya, harta mistsli bisa berubah menjadi harta qimi atau sebaliknya :

1. Jika harta mitsli susah untuk didapatkan di pasaran (terjadi kelangkaan atau scarcity), maka secara
otomatis berubah menjadi harta qimi,

2. Jika terjadi percampuran antara dua harta mitsli dari dua jenis yang berbeda, seperti modifikasi
Toyota dan Honda, maka mobiltersebut menjadi harta qimi,
3. Jika harta qimi terdapat anyak padanannya di pasaran, maka secara otomatis menjadi harta mitsli.

Implikasi hokum dengan adanya pembagian harta mitsli dan qimi, memiliki implikasi sebagai berikut :

1. Harta mitsli bisa menjadi tsaman (harga) dalam jual-beli hanya dengan menyebutkan jenis dan
sifatnya, sedangkan harta qimi tidak bisa menjadi tsman. Jika harta qimi dikaitkan dengan hak-hak
finansial, maka harus disebutkan secara detail, karena hal itu akan mempengaruhi nilai yang
dicerminkannya, seperti domba Australia, tentunya akan berbeda nilainya dengan domba Indonesia,
walaupun mungkin jenis dan sifatnya sama.

2. Jika harta mitsli dirusak oleh orang, maka wajib diganti dengan padanannya yang mendekati nilai
ekonomisnya (finansial), atau sama.

3. Tapi jika harta qimi dirusak, maka harus diganti sesuai dengan keinginanya, walaupun tanpa izin
dari pihak lain. Berbeda dengan harta qimi walaupun mungkin jenisnya sama, tapi nilainya bisa berbeda,
dengan demikian pengambilan harus atas izin orang-orang yang berserikat.

4. Harta mitsli rentan dengan riba fadl. Jika terjadi pertukara diantara harta mitsli, dan tidak terdaat
persamaan dalam kualitas, kuantitas, dankadarnya, maka akan terjebak dalam riba fadl. Berbeda dengan
harta qimiyang relatif resisten terhadap riba. Jika dipertukarkan dan terdapatperbedaan, maka tidak ada
masalah. Diperbolehkan menjual satu domba dengan dua domba.

3. Harta Istihlak dan Harta Isti’mal

a. Harta istihlak adalah harta yang dalam pemakainannya harus menghabiskannya atau dengan kata lain
hanya bisa dipakai satu kali pemakaian. Harta yang seperti ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :harta
istihlaki haqiqi dan istihlaki huquqi. Harta istihlaki haqiqiadalah harta yang sudah dimanfaatkan
kegunaannya dan sudah jelas habis wujudnya. Dengan artian bahwa harta yang seperti ini dalam
pemanfaatannya habis langsung dan tidak membekas. Sedangkan istihlaki huquqiadalah harta yang
habis ketika digunakan tetapi wujud dari barang itu masih atau dengan kata lain hanya berpindah
kepemilikan.
b. Harta isti’mal yaitu harta yang dapat dipakai berulang kali atau dengan kata lain dapat digunakan
berulang-ulang dan tidak akan habis wujud dan hak kepemilkikannya. Barang yang seperti ini buku,
sepatu, celana.

4. Harta Manqul dan Harta Ghaiu Manqul

a. Harta manqul (harta alih) yaitu harta yang dapat dipindahkan baik itu zat wujud dari satu tempat
ketempat yang lain. Harta dengan kriteria ini mempunyai sebuah keunggulan dalam bidang dapat
dipindah-pindakan dari satu tempat ketempat yang lain.

b. Harta Ghair Manqul (tidak bergerak) ialahharta yang tidak dapat dipindah-pindah dari satu
ketempat ketempat yang ,lain dan harta mempunyaia sifat tetap dan tidak bergerak.

Kedua hal tersebut bila dilihat dari hukum positif disebut dengan benda bergerak dan benda tetap.

5. Harta ‘Ain dan Harta Dayn

Harta ‘Ain yaitu harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian, dan lainnya. Harta yang seperti ini
terbagi dalam 2 :

o Harta ‘ain dzati qimah yaitu benda yang memiliki bentuk yang dipandang sebagai harta karena
memiliki nilai.

o Harta ‘ain ghayr dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang sebagai harta karena tidak
memilki nilai, misalnya sebiji beras.

Harta dayn adalah harta yang berada dalam tanggung jawab seseorang atau harta yang di hutang orang
lain. Sehingga harta yang dipinjam itu beralih tanggung jawab kepada orang lain atau pihak penghutang.
6. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Naf’i

a. Mal al-‘ain ialah benda yang memiliki nilai dan berwujud. Hal yang ini mempunyai pengertian
bahwa benda yang mempunyai nilai dan benda itu juga mempunyai wujud maka hal itu bisa disebut
dengan harta.

b. Harta nafi’ a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut perkembangan ,masa, oleh karena itu
mal al-na’I tidak berwujud dan tidak disimpan.

7. Harta yang dapat dibagi dan harta yang tidak dapat dibagi.

a. Harta yang dapat (Mal Qabil Li Al-Qismah) harta yang tidak dapat menimbulkan kerugian atau
kerusakan pada harta apabila harta itu di bagi, misalnya beras dan tepung.

b. Harta yang tidak dapat di bagi (Mal Ghair Qabil Li Al-Qismah) ialah harta yang akan menimbulkan
kerusakan dan kerugian apabila harta itu di bagi-bagi, misal meja, gelas, pensil.

8. Harta pokok dan harta hasil (buah)

Harta pokok harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain, atau dengan kata lain harta modal.
misalnya bulu domba di hasilkan dari domba maka domba asal bulu itu disebut modal. Dan bulu domba
itu disebut sebagai harta hasil (buah). Atau dengan kata lain modalnya disebut harta pokok dan hasilnya
disebut sebagai tsamarah.

9. Harta khas dan harta ‘am


Harta khas adalah harta pribadi, yang mana dalam pemilikannya tidak bersekutu dengan orang atau
dengan kata lain yang boleh mengambil kemanfaatannya hanya orang yang punya saja.Sedangkan harta
‘am harta milik umum (bersama) ialah harta yang boleh diambil manfaat oleh umum atau dengan kata
lain harta bersama. Dalam harta yang seperti ini bukan dalam maksud harta yang dimiliki oleh khalayak
umum pada umumnya atau benda yang belum ada yang punya.

D. Sebab-sebab Kepemilikan Harta

1. Ihraz al-mubahat, yaitu cara kepemilikan melalui penguasaan harta yang belum dimiliki
sesorang,bandan hukum,yang dalam islam disebut sebagaimubahat.Seperti,mengambil kayu di hutan
belantara yang belum menjadi milik seseorang.

2. Melalui transaksi(akad),seperti transaksi jual beli.

3. Warisan,yaitu harta yang diperoleh seseorang dari peninggalan warisnya.

4. Tawallud min mamluk , yaitu harta yang berasal dari suatu harta yang telah dimiliki,seperti anak
kambing yang lahir dari seekor kambing yang telah dimiliki,buah dari kebun yang dimiliki,tabungan dari
investasi,dan hasil dari saham di perusahaan.

5. Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat.

6. Harta yang diperoleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apa pun, seperti :

a. Hubungan pribadi (hadiah & hibah)


b. Tebusan(diyat) dari qishashkepada ahli waris yang memaafkan si pembunuh.

c. Mendapatkan mahar melalui pernikahan.

d. Luqatha (barang temuan)

e. Santunan yang diberikan kepada khilafah atau orang orang yang disamakan
statusnya(malaksanakan tugas pemerintahan)

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan

Harta adalah ujian Allah. Ia merupakan perantaraan dalam kehidupan dan bukanlah segala-galanya atau
menjadi matlamat utama dalam kehidupan manusia. Walaubagaimanapun tanpa harta, manusia akan
mendapat susah. Tanpa berteraskan rahmah dan keihsanan di dalam mengurus harta, ia boleh
membawa kepada perpecahan dan pergaduhan, terutama di kalangan ahli keluarga dalam masalah harta
warisan. Maka sebagai orang Islam, kita berkewajipan menerima ketentuan Allah dalam harta
peninggalan, termasuk wasiat dan faraidh. Adalah perlu ditekankan bahawa harta bukanlah milik kita
selamanya. Pemilik harta yang hakiki hanyalah Allah s.w.t. dan ia harus ditadbir menurut ketentuanNya
Harta merupakan kebutuhan mendasar manusia ,dengan harta tersebut allah menjelaskan dalam
alqur’an bahwa manusia harus menggunakan harta dengan sebaik-baiknya.cara memperoleh harta itu
banyak sekali asalkan dengan jalan yang halal dan diridhai allah SWT,lalu adanya macam-macam harta
yang telah dijelaskan dalam makalah ini supaya kita lebih memahami.fungsi harta juga sangat banyak
,baik kegunaan dalam hal yang baik,maupun kegunaan dalam hal yang jelek.

Anda mungkin juga menyukai