Anda di halaman 1dari 5

Kesenian Kompang Pada Masyarakat Desa Pangkalan

Batang Barat

A. LATAR BELAKANG

Desa Pangkalan Batang Barat adalah sebuah desa yang terletak di pulau
Bengkalis, yang dikenal kaya dengan ragam kesenian yang mendapat
pengaruh dari agama Islam. Kehadiran agama Islam ditengah kehidupan
masyarakat pada akhirnya merasuk dengan begitu dalam, sehingga norma dan
nilai Islam dijadikan landasan ideal kebudayaan mereka. Hampir dalam segala
aspek kehidupan masyarakat itu, secara ideal disesuaikannya dengan norma
dan nilai-nilai Islam. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat Melayu.
Dan desa Pangkalan Batang Barat adalah bagian dari rumpun melayu.

Salah satu kesenian rakyat yang bernafaskan Islam dan begitu populer di
tengah masyarakat adalah Kompang. Kompang dapat dijumpai hampir di
seluruh pelosok negri, sehingga tidak salah jika Bengkalis dijuluki sebagai
“negeri seribu kompang”, bahkan ada ungkapan di tengah masyarakat
setempat dimane ade orang melayu, disitu ade kompang. Hal ini menjelaskan
betapa Kompang begitu melekat dalam kehidupan masyarakat Melayu
Bengkalis.

Di desa Pangkalan Batang Barat, Kompang telah menjadi bagian tak


terpisahkan dalam setiap perhelatan perkawinan, sunatan, serta perhelatan
lainnya. Kompang tradisi lazim dikenal sebagai permainan alat musik
Kompang yang dipukul dengan ritme tertentu, diiringi dengan nyanyian dari
kitab berzanji yaitu puji-pujian terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW.

1
Kitab berzanji adalah karya sastra arab yang berisi cerita bernafaskan
Islam berupa puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya
dan puji-pujian kepada Allah SWT.

B. PEMBAHASAN

Kompang adalah sejenis alat musik tradisional yang paling popular bagi
masyarakat melayu. Ia tergolong dalam kumpulan alat musik gendang. Kulit
kompang biasanya dibuat dari kulit kambing betina. Namun akhir-akhir ini,
kulitnya juga dibuat dari kulit lembu, kerbau.

Pada kebiasaannya, seurat rotan akan diselit dari bagian belakang antara
kulit dan bingkai kayu bertujuan menegangkan permukaan kompang dan
menguatkan bunyi kompang.

Terdapat dua bagian kompang yaitu bagian muka (ada kulit) dipanggil
belulang, sedangkan bagian badan (kayu) dipanggil baluh. Kompang perlu
diletakkan penegang atau disebut sedak yaitu sejenis rotan yang diletakkan
antara belulang dan baluh, sedak ini diletakkan bertujuan untuk menegangkan
bagian belulang dan menyedapkan bunyi kompang apabila dipalu.

Alat musik ini berasal dari dunia Arab dan dipercayai dibawa masuk ke
Tanah Melayu ketika zaman Kesultanan Melaka oleh pedagang India Muslim,
atau melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab.

Kompang biasanya berukuran enam belas inci ukur lilit dan ditutup
dengan kepingan kulit pada sebelah permukaan. Ia mempunyai bukaan cetek
dan dimainkan dengan memegang dengan sebelah tangan sementara dipalu
dengan sebelah tangan yang lain.

Cara memalu kompang adalah dengan menepuk kulit kompang dengan


bagian jari-jari atau telapak tangan mengikut rentak. Bunyi yang berlainan
dihasilkan dengan membedakan cara bukaan telapak tangan. Bunyi 'bum'

2
didapati dengan tepukan di sisi kompang dan telapak tangan dikuncup/rapat.
Bunyi 'pak' didapati dengan tepukan di tengah kompang dengan jari tangan
yang terbuka. 

Kompang biasanya dimainkan pada saat berarak pengantin dan upacara-


upacara tradisi lain. Kompang dimainkan secara beregu dalam keadaan duduk,
berdiri atau berjalan. Jika kompang dimainkan dalam acara berzanji, pemain
akan duduk bersila atau duduk di atas kursi. Jika dimainkan dalam acara
pernikahan dan pawai menyambut pejabat daerah atau pejabat negara, pemain
kompang ini berjalan mengiringi pengantin atau pejabat daerah, atau pejabat
negara tersebut.

Sebagai sebuah seni rakyat yang populer, Kompang tradisi selalu hadir
dalam setiap acara perhelatan di tengah masyarakat Bengkalis. Kompang pada
umumnya dimainkan oleh laki-laki tetapi ada juga Kompang yang
menampilkan pemain perempuan. Mereka biasanya memainkan Kompang
secara bersama-sama dalam bentuk arak-arakan sehingga tidak heran jika
pemain Kompang terbilang banyak sehingga seringkali mengundang
keriuhan. Begitu bunyi Kompang terdengar, masyarakat akan keluar
berduyun-duyun untuk menyaksikan pertunjukan Kompang.

Di Pangkalan Batang Barat, kompang sering dimainkan pada acara


pernikahan dan acara acara lainnya untuk memartabatkan kembali kesenian
Melayu yang telah hampir punah Sebagai sebuah arak-arakan, pertunjukan
kompang biasa ditampilkan oleh sebuah kelompok. Dapat dikatakan tradisi
arak-arakan kompang adalah sebuah pertunjukan, karena melibatkan banyak
para pemain kompang dari beberapa kelompok. Begitu pula dengan
antusiasme dan riuh banyak penonton yang ikut memberikan dukungan bagi
arak-arakan kompang yang tengah mereka tonton di sepanjang rute perjalanan
ini. 

3
Pertunjukan Kompang beranggotakan laki-laki yang sudah baliqh,
berjumlah empat belas orang dengan memakai kostum Melayu disetiap
penampilannya. Laki-laki yang sudah baliqh dipercaya masyarakat lebih
cepat dalam menghafal isi dari kitab berjanzi untuk vokal pertunjukan dan
lebih mampu melakukan gerakan-gerakan energik serta mempunyai tenaga
yang lebih besar dalam melakukan pukulan- pukulan terhadap instrumen
kompang dalam durasi waktu yang cukup lama. Dengan kata lain, para
pemain Kompang adalah seniman yang berbakat karena disamping
memiliki keahlian memainkan alat musik Kompang, mereka juga mampu
berolah vokal dengan baik, serta memiliki kepekaan dan keahlian dalam
memperagakan gerak-gerak yang atraktif dan energik.

C. KESIMPULAN

Sebagai sebuah tradisi pada masyarakat melayu, arak-arakan kompang


begitu digemari oleh berbagai lapisan masyarakat. Kelompok-kelompok
kesenian kompang dijumpai hampir di seluruh pelosok Bengkalis. Setiap desa
memiliki kelompok kompang sendiri yang selalu meramaikan berbagai
perhelatan rakyat dari pesta perkawinan, perayaan keagamaan, sampai acara
sunatan. Begitu pula para pemain kompang yang terdiri dari berbagai lapisan,
dari kelompok kompang anak-anak, kelompok kompang remaja, sampai
kalangan kelompok kompang tua ikut terlibat pada pertunjukan.

Fenomena pertunjukan kompang pada masyarakat Bengkalis adalah


sebuah gejala perkembangan seni pertunjukan yang menarik dicermati. Tradisi
arak-arakan kompang yang telah begitu dikenal pada masyarakat Bengkalis
bagaimanapun tidak luput dari tuntutan perubahan. Adanya kebutuhan
masyarakat akan sebuah suguhan pertunjukan yang lebih menarik, telah
mendorong seniman setempat untuk mengembangkan sebuah suguhan
tontonan yang dikenal dengan Pertunjukan Atraksi Kompang.

4
5

Anda mungkin juga menyukai