Keberagaman tersebut
menciptakan kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya,
yang kemudian dikenal dengan nama kebudayaan lokal yang kemudian menyatu
tinggi kebudayaan lokal sebagai sebuah warisan budaya dari para leluhur. Namun,
tak jarang budaya lokal semakin tergerus karena generasi muda yang seharusnya
Kebudayaan lokal dengan beragam keunikan dan ciri khas yang ada,
lokal yang termuat di dalamnya. Dan bahkan pesona kebudayaan lokal tak jarang
menjadi salah satu daya tarik wisata. Di Lombok misalnya, pulau dengan suku asli
dari pengaruh kebudayaan Bali dan Jawa. Hal ini juga dipertegas dengan latar
belakang historis yang menyebutkan bahwa kerajaan Bali pernah berkuasa sekitar
tahun 1678 hingga 1849. Dengan memperhatikan rentang waktu yang cukup lama
kekuasaan Bali atas Lombok maka tak aneh jika akulturasi dua kebudayaan, yakni
penduduk lokal dan Bali melahirkan sebuah kebudayaan baru dalam kehidupan
sosial etnis sasak. Contohnya dalam bidang seni tradisional Cepung, dimana
terlihat kedua budaya saling tarik-menarik dan melengkapi satu sama lain.
Berdasarkan catatan Van der Kraan, pengaruh luar yang masuk ke dalam
kebudayaan Sasak juga berasal dari Jawa. Hal ini ditandai dengan masuknya
percampuran dua budaya ini terlihat jelas dalam komponen nonmaterial dalam
bidang seni seperti Kesenian Tari Rudad, Gamelan Rebana, Wayang Sasak juga
menganut agama Islam. Agama kedua terbesar adalah Hindu yang banyak dianut
Contoh budaya Sasak lainnya nampak pada acara nyongkolan, yakni salah
rombongan pengantin dari rumah mempelai pria menuju rumah pengantin wanita.
Rombongan pengantin ini akan diiringi dengan tabuhan musik tradisional Sasak
yang disebut Gendang Beleq. Proses ini biasanya dilakukan menjelang sore pada
Gendang Beleq juga berfungsi untuk mengiringi acara ngurisang (potong rambut
bayi), ngitanang (sunatan), begawe beleq (upacara besar), ataupun untuk acara
festival seperti ulang tahun kota atau provinsi. Sedangkan di zaman dulu,
Gendang Beleq berfungsi sebagai musik perang yang mengiringi ksatria Lombok
c. Gendang Beleq
sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku Sasak.
pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh kembali
menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan masyarakat suku
Sasak.
kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq memiliki potensi yang
sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi salah satu
sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula meningkatkan
taraf hidup para seniman pendukungnya, Nama kesenian Gendang Beleq diambil
dari salah satu alat musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran
besar dan panjang. Bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq yang kita
Bali yaitu Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi
sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem
(gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling. Demikian
besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini
berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan
tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada
waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq
yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun
bilangan rakaat dalam shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini
biasanya semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya merupakan salah satu
instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut gendang beleq karena salah satu
musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Gendang beleq (gendang besar )
ini biasanya terbuat dari kulit sapi, besi tua dan kayu yang panjangnya bisa
mencapai lebih dari satu meter dan disandang pada pundak dua pemain.
Pada umumnya gendang beleq (gendang besar) dicat hitam putih dengan
pola kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang mempunyai arti
kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan sebagai bumi dan putih diibaratkan
sebagai langit yang keduanya merupakan kekuatan yang harus selalu ada dalam
kehidupan manusia
Tari Rudat
Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau
lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang
mirip Aladin warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus.
Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al Quran,
Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.
Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya
seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang
berbahasa Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri
dari jidur, rebana, dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak
seni bela diri pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga
Itulah sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang
tangan diayun kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka
Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih belum begitu jelas.
zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah
Pendapat lain mengatakan, konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama
penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini
kentara sekali warna Islamnya, terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok
Kesenian tradisional Sasak yang cukup banyak mendapat sorotan adalah budaya
dari tingkat desa, hingga kabupaten. Seni bela diri ini menggunakan penjalin
(rotan) sebagai senjata dan ende (perisai) yang terbuat dari kulit rusa atau sapi.
Pemainnya disebut pepadu, terdiri dari dua orang remaja atau dewasa yang
(meneteskan darah).
Kuliner Lombok
Ciri yang menonjol dalam menu-menu masakan Lombok adalah citarasanya yang
pedas. Ini karena beberapa menu terkenal seperti Nasi Puyung, Pelecing
Kangkung, Pelecing Manok juga Ayam Taliwang memang didominasi oleh rasa
pedas.
Namun ada juga menu lain yang manis seperti jajanan Kelepon Kecerit. Jajanan
yang terbuat dari tepung beras dan gula merah ini umumnya berwarna hijau dan
berbentuk bola. Ada sensasi ledakan kecil yang membuat cairan gula merah di
dalamnya muncrat (kecerit) ketika digigit. Menu khas lain adalah Ares yang
dari hati batang pisang yang paling muda, dipotong kecil kemudian diberi bumbu.
Selain karena menggunakan ragi beleq, yakni istilah bumbu lengkap dalam ragian
Sasak, Ares juga membutuhkan proses memasak yang cukup lama. Itulah
sebabnya menu ini kadang hanya ditemui dalam acara-acara tertentu seperti
1. Adat-Istiadat
Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana
perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang
perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini
yang dikenal dengan sebutan “Merarik” atau “Selarian”. Sehari setelah dilarikan
maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga
perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut
Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan “Nyelabar” atau
2. Rumah Adat
Bentuk kebudayaan suku Sasak selain Bahasa dan Agamanya adalah bentuk
bangunan rumah adatnya. Rumah Suku Sasak ini tidak hanya sebagai tempat
tinggal saja , melainkan juga punya nilai estetika dan pesan-pesan filosofi bagi
penghuninya, baik arsitektur maupun tata ruangnya. Rumah adat Sasak pada
anyaman bambu, hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada
jendelanya.
Ruangannya (rong) : inan bale (ruang induk) yang meliputi 2 baguan yaitu
bale luar (ruang tidur) ,bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda,
dimakamkan.
bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain
itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di
antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga)
dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau atau kuda,