Anda di halaman 1dari 9

Di Indonesia, terdapat beragam suku bangsa.

Keberagaman tersebut

menciptakan kebudayaan yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya,

yang kemudian dikenal dengan nama kebudayaan lokal yang kemudian menyatu

menjadi kebudayaan nasional. Masyarakat adat pada dasarnya sangat menjunjung

tinggi kebudayaan lokal sebagai sebuah warisan budaya dari para leluhur. Namun,

tak jarang budaya lokal semakin tergerus karena generasi muda yang seharusnya

menjadi pewaris lebih condong terhadapat budaya-budaya asing yang baru.

Kebudayaan lokal dengan beragam keunikan dan ciri khas yang ada,

sebenarnya memiliki pesona yang sangat kuat. Pelestarian budaya akan

memungkinkan masyarakat asli maupun pengunjung untuk memperlajari kearifan

lokal yang termuat di dalamnya. Dan bahkan pesona kebudayaan lokal tak jarang

menjadi salah satu daya tarik wisata. Di Lombok misalnya, pulau dengan suku asli

Sasak ini memiliki beragam budaya unik. Beberapa diantaranya merupakan

budaya hasil dari akulturasi dengan budaya Bali dan Jawa.

Kebudayaan masyarakat Sasak Lombok memang tidak bisa dipisahkan

dari pengaruh kebudayaan Bali dan Jawa. Hal ini juga dipertegas dengan latar

belakang historis yang menyebutkan bahwa kerajaan Bali pernah berkuasa sekitar

tahun 1678 hingga 1849. Dengan memperhatikan rentang waktu yang cukup lama

kekuasaan Bali atas Lombok maka tak aneh jika akulturasi dua kebudayaan, yakni

penduduk lokal dan Bali melahirkan sebuah kebudayaan baru dalam kehidupan

sosial etnis sasak. Contohnya dalam bidang seni tradisional Cepung, dimana

terlihat kedua budaya saling tarik-menarik dan melengkapi satu sama lain.
Berdasarkan catatan Van der Kraan, pengaruh luar yang masuk ke dalam

kebudayaan Sasak juga berasal dari Jawa. Hal ini ditandai dengan masuknya

agama Islam dalam sistem kepercayaan kehidupan masyarakatnya. Bentuk

percampuran dua budaya ini terlihat jelas dalam komponen nonmaterial dalam

bidang seni seperti Kesenian Tari Rudad, Gamelan Rebana, Wayang Sasak juga

Cilokaq. Berikut akan dijabarkan beberapa contoh kebudayaan lokal masyarakat

Sasak Lombok yang lain.

a. Sistem Kepercayaan dan Bahasa

Di atas telah disebutkan bahwa kebudayaan memiliki beberapa komponen,

salah satunya adalah sistem kepercayaan. Sebagian besar masyarakat sasak

menganut agama Islam. Agama kedua terbesar adalah Hindu yang banyak dianut

oleh-oleh warga keturunan Bali. Beberapa penduduk keturunan Cina menganut

Kristen, dan sebagian lagi menganut Budha.

Untuk komunikasi sehari-hari, Bahasa yang banyak digunakan adalah

bahasa Sasak. Namun di beberapa wilayah Lombok seperti di kotamadya

Mataram ada beberapa perkampungan yang menggunakan bahasa Bali.

b. Tradisi Pernikahan Sasak

Contoh budaya Sasak lainnya nampak pada acara nyongkolan, yakni salah

satu rangkaian dari upacara pernikahan. Nyongkolan berupa arak-arakan

rombongan pengantin dari rumah mempelai pria menuju rumah pengantin wanita.

Rombongan pengantin ini akan diiringi dengan tabuhan musik tradisional Sasak
yang disebut Gendang Beleq. Proses ini biasanya dilakukan menjelang sore pada

hari Sabtu dan Minggu.

Adapun tetabuhan Gendang Beleq dimaksudkan agar iring-iringan

menarik perhatian masyarakat sehingga tujuan nyongkolan tercapai yakni

memperkenalkan pasangan pengantin kepada masyarakat sekitar. Selain itu,

Gendang Beleq juga berfungsi untuk mengiringi acara ngurisang (potong rambut

bayi), ngitanang (sunatan), begawe beleq (upacara besar), ataupun untuk acara

festival seperti ulang tahun kota atau provinsi. Sedangkan di zaman dulu,

Gendang Beleq berfungsi sebagai musik perang yang mengiringi ksatria Lombok

saat berangkat atau pulang dari medan laga.

c. Gendang Beleq

Gendang Beleq merupakan salah satu kesenian tradisional yang telah

sangat lama berkembang dan dikenal dengan baik oleh masyarakat suku Sasak.

Dalam perjalanannya, kesenian tradisional Gendang Bedeq telah mengalami

pasang surut perkembangan. Bahkan, dengan perkembangan yang sangat pesat

pada akhir-akhir ini, kesenian tradisional Gendang Beleq telah tumbuh kembali

menjadi kesenian yang sangat populer pada seluruh lapisan masyarakat suku

Sasak.

Kesenian Gendang Beleq telah hadir dengan fungsi sebagai pelengkap

kebudayaan serta menjadi salah satu sarana pengungkap makna-makna luhur

kebudayaan. Pada sisi lain, kesenian Gendang Beleq memiliki potensi yang

sangat besar sebagai media pendidikan bagi masyarakat dan sebagi salah satu

sumber devisa bagi negara yang dengan sendirinya dapat pula meningkatkan
taraf hidup para seniman pendukungnya, Nama kesenian Gendang Beleq diambil

dari salah satu alat musik yang digunakan yaitu dua buah gendang berukuran

besar dan panjang. Bentuk kesenian tradisional Gendang Beleq yang kita

temukan dewasa ini merupakan perkembangan bentuk karena pengaruh kesenian

Bali yaitu Tawaq-Tawaq. Perubahan bentuk kesenian ini pertama kali terjadi

sekitar tahun 1800 M, ketika Anak Agung Gede Ngurang Karang Asem

memerintah di gumi Sasak.

Sebelumnya, kesenian Gendang Beleq hanya terdiri atas sebuah Jidur

(gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan sebuah suling. Demikian

besar pengaruh kebudayaan Bali pada waktu itu, sehingga peralatan kesenian ini

berkembang sesuai dengan alat yang digunakan pada kesenian tawaq-tawaq. Akan

tetapi, agar tidak meninggalkan nilai-nilai Islam, para seniman suku Sasak pada

waktu itu tetap mempertahankan bentuk gendang besar yang menyerupai beduq

yang digunakan di masjid. Selain itu, jumlah personil yang digunakan pun

dibatasi pada jumlah 13 atau 17 orang pemain. Bilangan ini menunjukkan

bilangan rakaat dalam shalat. Demikian pula dengan tata cara memainkan alat ini

merupakan implementasi dari pelaksaan shalat berjamaah dan tuntunan hidup

bermasyarakat dengan nilai-nilai keislaman.

Sebuah grup gendang beleq biasanya terdiri dari 15 – 17 orang yang

biasanya semua laki – laki. Gendang beleq sebenarnya merupakan salah satu

instrumen yang ada pada tarian ini. Disebut gendang beleq karena salah satu

musiknya adalah gendang beleq (gendang besar). Gendang beleq (gendang besar )
ini biasanya terbuat dari kulit sapi, besi tua dan kayu yang panjangnya bisa

mencapai lebih dari satu meter dan disandang pada pundak dua pemain.

Pada umumnya gendang beleq (gendang besar) dicat hitam putih dengan

pola kotak – kotak. Di Lombok kedua warna itu memang mempunyai arti

simbolis. Hitam adalah lambang keadilan sedangkan putih adalah lambang

kesucian. Selain itu, hitam juga diibaratkan sebagai bumi dan putih diibaratkan

sebagai langit yang keduanya merupakan kekuatan yang harus selalu ada dalam

kehidupan manusia

Tari Rudat

Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau

Lombok. Dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip prajurit. Berbaju

lengan panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang

mirip Aladin warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus.

Mereka dipimpin oleh seorang komandan yang mengenakan kopiah mirip

mahkota, lengkap dengan pedang di tangan.

Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al Quran,

Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam lainnya.

Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya

seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang

berbahasa Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri

dari jidur, rebana, dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak
seni bela diri pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga

prajurit Islam tempo dulu.

Itulah sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang

tangan diayun kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka

melakukan gerakan memukul dan menendang.

Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih belum begitu jelas.

Sebagian berpendapat, bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari

zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah

adalah nyanyian yang diiringi seperangkat rebana ukuran besar.

Pendapat lain mengatakan, konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama

penyebaran agama Islam di Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini

kentara sekali warna Islamnya, terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok

Timur dapat kita jumpai dan saksikan hampir di semua Kecamatan.

Seni Bela Diri Perisaian

Kesenian tradisional Sasak yang cukup banyak mendapat sorotan adalah budaya

Perisaian. Walaupun pada zaman dulu perisaian digunakan sebagai tarian

pemanggil hujan, sekarang perisaian telah berkembang menjadi sebuah permainan

rakyat yang terorganisir dalam bentuk event perlombaan yang diselenggarakan

dari tingkat desa, hingga kabupaten. Seni bela diri ini menggunakan penjalin

(rotan) sebagai senjata dan ende (perisai) yang terbuat dari kulit rusa atau sapi.

Pemainnya disebut pepadu, terdiri dari dua orang remaja atau dewasa yang

kemudian beradu keterampilan. Tanda kemenangan atas lawan dari seorang


pepadu adalah apabila berhasil memukul lawan dibagian kepala hingga bocor

(meneteskan darah).

Kuliner Lombok

Ciri yang menonjol dalam menu-menu masakan Lombok adalah citarasanya yang

pedas. Ini karena beberapa menu terkenal seperti Nasi Puyung, Pelecing

Kangkung, Pelecing Manok juga Ayam Taliwang memang didominasi oleh rasa

pedas.

Namun ada juga menu lain yang manis seperti jajanan Kelepon Kecerit. Jajanan

yang terbuat dari tepung beras dan gula merah ini umumnya berwarna hijau dan

berbentuk bola. Ada sensasi ledakan kecil yang membuat cairan gula merah di

dalamnya muncrat (kecerit) ketika digigit. Menu khas lain adalah Ares yang

sering ditemukan pada acara-acara begawe (pesta/upacara besar). Ares terbuat

dari hati batang pisang yang paling muda, dipotong kecil kemudian diberi bumbu.

Selain karena menggunakan ragi beleq, yakni istilah bumbu lengkap dalam ragian

Sasak, Ares juga membutuhkan proses memasak yang cukup lama. Itulah

sebabnya menu ini kadang hanya ditemui dalam acara-acara tertentu seperti

pernikahan, kelahiran ataupun kematian.

1. Adat-Istiadat

Adat istiadat suku sasak dapat di saksikan pada saat resepsi perkawinan, dimana

perempuan apabila mereka mau dinikahkan oleh seorang lelaki maka yang

perempuan harus dilarikan dulu kerumah keluarganya dari pihak laki laki, ini

yang dikenal dengan sebutan “Merarik” atau “Selarian”. Sehari setelah dilarikan
maka akan diutus salah seorang untuk memberitahukan kepada pihak keluarga

perempuan bahwa anaknya akan dinikahkan oleh seseorang, ini yang disebut

dengan “Mesejati” atau semacam pemberitahuan kepada keluarga perempuan.

Setalah selesai makan akan diadakan yang disebut dengan “Nyelabar” atau

kesepakatan mengenai biaya resepsi.

2. Rumah Adat

Bentuk kebudayaan suku Sasak selain Bahasa dan Agamanya adalah bentuk

bangunan rumah adatnya. Rumah Suku Sasak ini tidak hanya sebagai tempat

tinggal saja , melainkan juga punya nilai estetika dan pesan-pesan filosofi bagi

penghuninya, baik arsitektur maupun tata ruangnya. Rumah adat Sasak pada

bagian atapnya berbentuk seperti gunungan, menukik ke bawah dengan jarak

sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah.

 Atap dan bubungannya (bungus): terbuat dari alang-alang, dindingnya dari

anyaman bambu, hanya mempunyai satu berukuran kecil dan tidak ada

jendelanya.

 Ruangannya (rong) : inan bale (ruang induk) yang meliputi 2 baguan yaitu

bale luar (ruang tidur) ,bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda,

ruang ibu melahirkan sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum

dimakamkan.

 Ruangan bale dalam dilengkapi amben, dapur, dan sempare (tempat

menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari

bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang. Selain

itu ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem geser. Di
antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga)

dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau atau kuda,

getah, dan abu jerami. Undak-undak (tangga), digunakan sebagai

penghubung antara bale luar dan bale dalam.

Sumber : http://www.Dunia Pendidikan Cerdas Masyarakat dan

Kebudayaan Suku Sasak di Pulau Lombok.html

Anda mungkin juga menyukai