Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan kesenian Islam mengalami proses penyesuaian atau percampuran
dengan kesenian setempat yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia sebelum
kedatangan Islam. Kesenian yang berkembang yaitu seni bangunan, seni pahat,
kaligrafi, seni musik, seni sastra, dan lain-lain. Seni bangunan dapat kita lihat pada
bentuk bangunan keraton dan bangunan masjid.
Seni musik merupakan salah satu bidang kesenian yang tidak luput dari pengaruh
budaya Islam. Hal ini dapat kita lihat dari munculnya kesenian musik seperti
terbangan, qasidah, gambus, yang berkembang di daerah Jawa dan Sumatra. Jelas
sekali bahwa jenis-jenis musik yang disebutkan di atas tidak pernah dikenal
sebelumnya pada masa pra-Islam.
Hal ini dapat kita lihat dari seni tembang terutama dalam jenis Laras Madya yang
meskipun menggunakan teks-teks Jawa tetapi berisi shalawatan atau semacam puji-
pujian kepada Nabi Muhammad saw. Bidang seni lainnya yang berkembang pada
masa Islam adalah seni tari. Beberapa contoh seni tari yang dipengaruhi oleh budaya
Islam di antaranya adalah Tari Srandul, Kuntulan, Emprak, serta Seudati. Di beberapa
daerah terdapat seni tari yang diiringi dengan pembacaan shalawat dan bacaaan
lainnya dari Al-Qur an, seperti permainan debus dan Seudati (Aceh).
BAB 11
PEMBAHASAN
A.Seni Tari Pada Zaman Indonesia Islam
Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan
baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai bermunculan. 

Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang berisi
tentang penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755.

Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri,


antara lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu menciptakan karya tari
dengan penampilan yang berbeda. 

Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat dilihat dari sikap anggota tubuh dalam melakukan
gerak tari. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, antara lain, mengakibatkan meluasnya
tata pergaulan hidup masyarakat daerah.

Lalu lintas budaya antardaerah dan antarbangsa pun semakin meningkat. Hal itu
menimbulkan perubahan dalam pikiran, pandangan hidup, dan tingkat kehidupan bangsa kita.
Selain itu, lalu lintas budaya memengaruhi kehidupan seni, termasuk seni tari. Kondisi
tersebut mendorong seniman muda untuk menciptakan karya tari baru. Namun, kita harus
tetap selektif untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangan seni tari kita.

Seni tari hasil ciptaan yang baru diharapkan tetap memerhatikan nilai-nilai seni dan
keindahan sesuai dengan budaya bangsa kita. Agar dapat bersikap selektif, kita perlu
melakukan hal-hal berikut:
a.   Menjaga kelangsungan hidup seni tari bangsa kita dari kemungkinan terseret ke dalam
arus penetrasi budaya dari luar bangsa kita.

b.   Menciptakan keseimbangan nilai-nilai seni tari kita dengan nilai seni tari di luar bangsa
kita.

c. Memanfaatkan nilai-nilai seni tari dari luar lingkungan kita untuk memperkaya dan
menyempurnakan perkembangan seni tari kita.

Jika kamu banyak melakukan apresiasi seni tari, kamu akan mengetahui perkembangan seni
tari bangsa kita saat ini. Salah satu perkembangan itu tampak pada keragaman tema tari,
misalnya, pada tema tari Ah. Tari Ah bertema sosial. Tari ini merupakan karya tari kreasi
baru yang menceritakan beberapa gadis pemakai narkoba. 

Tarian ini memiliki pesan moral yang ditujukan kepada generasi muda agar tidak mencoba
narkoba. Narkoba dapat menghancurkan masa depan. Karya tari Ah diciptakan oleh seniman
muda Eka dan Titin pada saat kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta
B. Contoh Tarian yang Tergolong dalam Seni Islam

Contoh tarian yang tergolong dalam seni Islam adalah tari apa saja? Seperti yang kita
tahu, Indonesia memiliki kekayaan tradisi, seni, dan budaya yang sangat melimpah, yang
beberapa di antaranya dipengaruhi oleh peradaban Islam.
Bisa dikatakan bahwa Islam memberikan pengaruh yang besar terhadap kesenian di
Indonesia, salah satunya dalam wujud tari. Salah satu tarian yang mendapat pengaruh kental
dari agama Islam yakni Tari Saman.
Tentunya, tarian ini sudah cukup familiar di kalangan masyarakat Indonesia karena kerap
ditampilkan di berbagai acara nasional maupun internasional. Selain Tari Saman, adakah seni
tari lain yang tergolong sebagai seni Islam?
Contoh Tari yang Terpengaruh Budaya Islam
Islam adalah agama yang universal yang merasuk dalam aspek kehidupan masyarakat.
Tidak hanya dalam aqidah dan fiqh saja, tetapi dalam aspek kehidupan lainnya. Seperti
ekonomi, sosial, pilitik dan ragam seni budaya, sehingga Islam dapat diterima di setiap
kalangan. Bahkan zaman dahulu para walisongo dalam mensyiarkan syariat islam
menggunakan kesenian sebagai wadahnya. Sebut saja gamelan dan rebana.
Ada beberapa contoh tari tradisional Indonesia yang terpengaruh oleh kebudayaan Islam.
Beberapa jenis tari tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Tari Saman (Aceh)

Per besar
Tari Saman Aceh di UNESCO International Dance Day. (Arsip KBRI Selandia Baru)

Tari Saman mulai dipopulerkan oleh seorang Ulama yang bernama Syekh Saman pada abad
14 di masyarakat Gayo. Tarian ucapan selamat datang yang berasal dari kota yang dijuluki
serambi mekah ini memiliki keunikannnya tersendiri. Awal mulanya tari saman adalah
sebuah permainan masyarakat Gayo yang bernama Pok Ane, kemudian Islam mempengaruhi
kebudayaan Gayo sehingga permainan Pok Ane berkulturasi yang awal mulanya nyanyian
hanya sebagai pengiring permainan berubah syairnya menjadi berisi pujian kepada Allah dan
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tari Saman pada masa Kesultanan Aceh ditampilkan pada acara peringatan Maulid Nabi
Muhammad, kemudian pada perkembangan selanjutnya Tari Saman ditampilkan pada acara
adat ataupun pada acara penyambutan tamu kehormatan.

Indonesia sangat kaya akan kesenian, tradisi, dan budaya yang dipengaruhi peradaban Islam.
Pengaruh Islam dalam kesenian dapat dilihat dalam wujud seni tari. Seperti Tari Saman yang
merupakan perpaduan unsur-unsur Islam dan budaya lokal Aceh.

Tari Saman adalah seni tari khas Aceh yang awalnya adalah sebuah permainan yang
dimainkan oleh masyarakat Gayo.
Setelah Islam masuk ke Aceh, syair dalam permainan tersebut berubah menjadi puji-pujian
kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW.
2. Tari Seudati (Pidie, Aceh)

Selain Tari Saman, Tari Seudati juga termasuk tarian bernapas Islam yang dimiliki oleh
masyarakat Aceh. Seni tari ini asalnya dari Desa Gigieng, Kecamatan Simpang, Kabupaten
Pidie, Aceh.
Awal mulanya, tari ini merupakan tarian pesisir yang dimainkan untuk mengawali permainan
sabung ayam. Selain itu, tarian ini juga dimainkan saat musim panen tiba, tepatnya saat bulan
purnama.
3. Tari Rudat (Lombok)

Tarian Ratoh Jaroe dari Aceh.


Tari Rudat adalah tari tradisional asal Lombok yang mengandung nilai-nilai ajaran Islam.
Tarian ini adalah warisan nenek moyang Suku Sasak dari abad 15. Tarian ini awalnya dibawa
oleh orang Turki yang menganut kepercayaan Islam.
Lombok terkenal dengan wisata alamnya yang mempesona dan keaneka ragaman budayanya,
salah satunya adalah Tari Rudat yang berasal dari Suku Sasak. Awal mulanya, tari rudat
ditampilkan di jalanan untuk mengiringi pengantin menuju rumah mempelai wanita, lambat
laun tari Rudat ditampilkan pada acara keagaman dan hari besar islam.

Tari Rudat ditampilkan oleh penari laki-laki berjumlah 13 orang yang menggunakan pakaian
seperti prajurit dan menggunakan kopiah panjang (torbus). Gerakan dalam tari rudat
menyerupai pencak silat dan diiringi dengan musik melayu rebana, mandolin, dan jidur.

Dengan lirik yang berisi puji-pujian dan penghormatan. Tari Rudat merupakan warisan nenek
moyang yang sudah ada sejak abad 15 yang dibawa oleh orang Turki yang melakukan
penyebaran agama Islam.

4. Tari Zapin (Riau)

Tari Zapin adalah tari khas Melayu yang dibawa oleh para pedagang arab yang berasal dari
Hadramut, Yaman pada abad ke 16 ke Johor Bahru yang saat itu sebagai pelabuhan antar
bangsa. Kemudian Tari Zapin berkembang hingga ke Indonesia daerah Sumatra dan
Kalimantan. Tari Zapin berasal dari bahasa arab “Zaffan” yang berarti pergerakan kaki yang
cepat mengikut rentak pukulan.
Tari zapin selanjutnya dikreasikan sebagai hiburan dan media untuk berdakwah melalui syair
lagunya yang bernuansa Islam berisi nilai tentang keagamaan, budi pekerti, nasihat, dan puji-
pujian kepada Allah dan Rasulullah. Dalam menari Zapin diiringi oleh alat musik yang terdiri
dari gambus, rebana, gendang, rebab, dan marakas sejenis gendang kecil. Lagu lagu yang
terkenal dari tari zapin adalah Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Gambus
Palembang dll.

Tari Zapin awalnya dibawa oleh pedagang dari Yaman yang masuk ke Indonesia, tepatnya di
daerah Kepulauan Riau hingga pesisir Kalimantan.
Tari Zapin ditampilkan sebagai hiburan di Istana pada masanya. Tarian ini diiringi oleh
petikan musik gambus serta tabuhan rebana dan gendang.
Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa tari tradisional tidak hanya berfungsi sebagai
aset seni dan budaya suatu Negara saja, melainkan juga mengandung nilai-nilai sejarah dan
untuk penyebaran ajaran agama Islam.
5. Tari Rabbani Wahed (Bireuen, Aceh)

Selain terkenal dengan Tari Saman, Provinsi Aceh juga memiliki seni tari lain yang
mengandung nafas-nafas keislaman yaitu Tari Rabbani Wahed. Tarian ini berkembang di
daerah Bireuen.

Tarian ini mulanya berasal dari Tari Meugrob yaitu tarian budaya Aceh yang sudah ada sejak
ratusan tahun lalu. Gerak pada Tari Meugrob kemudian yang dimodifikasi oleh T
Muhammad Daud Gede pada 1990-an.

Tak hanya itu, syair lagunya juga berganti dengan puji-pujian kepada Allah SWT hingga kini
populer dikenal sebagai Tari Rabbani Wahed. Tarian pun tak hanya dimainkan pada malam
takbiran Idul Fitri, tapi juga saat proses penyambutan mempelai pengantin pria.
syair lagunya berisi puji-pujian kepada Allah Ta'ala dan terdiri dari 30 lebih gerakan yang
diawali dengan Rateb du’ek (duduk) dan Ratep deng (berdiri).

Kini tarian Rabbani wahed ditampilkan sebagai warisan budaya dan dibuatkan film
dokumenter oleh Komunitas Pecinta Film Dokumenter Aceh sebagai upaya pelestarian
budaya.
C. Perkembangan Seni Tari pada Zaman Indonesia Islam

Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan
baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai bermunculan.
Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang berisi
tentang penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kesultanan
Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755.

Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri,


antara lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu menciptakan karya tari
dengan penampilan yang berbeda. Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat dilihat dari sikap
anggota tubuh dalam melakukan gerak tari.

Perhatikan contoh sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari gaya Yogyakarta dan
gaya Surakarta berikut ini!

Anda mungkin juga menyukai