Kelompok 3=
• Asmah Ulhusna
• Daffa Khoiri Z
• Nova Dwiyanti
• Puguh Anghriawan
• Ratu Balqis
• Siti Robiah Annafisah
• Zidan
Kelas X IPA 4
Seni tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia
Hindu masih terpelihara dengan baik. Namun, seni tari juga
semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai
bermunculan. Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti.
Perjanjian Giyanti adalah perjanjian yang berisi tentang
penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam menjadi dua,
yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta.
Perjanjian itu dilakukan pada tahun 1755
Sesudah perjanjian Giyanti tahun 1755 menjadi saksi
dimana Keraton Mataram terbagi menjadi dua, selanjutnya
ada perjanjian Jatisari. Pada perjanjian Jatisari tahun 1756 ini
ditentukan masa depan kedua kerajaan, termasuk dalam hal
warisan budaya Mataram. Kasunanan Surakarta memilih
mengembangkan apa yang sudah ada. Sementara itu,
Kasultanan Yogyakarta memilih melestarikan tradisi yang
ada, khususnya tari klasik.
Selanjutnya, Kesultanan Ngayogyakarta dan
Kesunanan Surakarta mencari identitas diri, antara lain,
melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu
menciptakan karya tari dengan penampilan yang berbeda.
Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat dilihat dari
sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, antara lain,
mengakibatkan meluasnya tata pergaulan hidup
masyarakat daerah.
Lalu lintas budaya antardaerah dan antarbangsa
pun semakin meningkat. Hal itu menimbulkan perubahan
dalam pikiran, pandangan hidup, dan tingkat kehidupan
bangsa kita. Selain itu, lalu lintas budaya memengaruhi
kehidupan seni, termasuk seni tari. Kondisi tersebut
mendorong seniman muda untuk menciptakan karya tari
baru. Namun, kita harus tetap selektif untuk menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangan seni tari kita.
Seni tari hasil ciptaan yang baru diharapkan tetap
memerhatikan nilai-nilai seni dan keindahan sesuai dengan
budaya bangsa kita. Agar dapat bersikap selektif, kita perlu
melakukan hal-hal berikut:
a. Menjaga kelangsungan hidup seni tari bangsa kita dari
kemungkinan terseret ke dalam arus penetrasi budaya dari
luar bangsa kita.
b. Menciptakan keseimbangan nilai-nilai seni tari kita
dengan nilai seni tari di luar bangsa kita.
c. Memanfaatkan nilai-nilai seni tari dari luar lingkungan
kita untuk memperkaya dan menyempurnakan
perkembangan seni tari kita.
Jika banyak melakukan apresiasi seni tari, akan
mengetahui perkembangan seni tari bangsa kita saat ini.
Salah satu perkembangan itu tampak pada keragaman tema
tari, misalnya, pada tema tari Ah. Tari Ah bertema sosial.
Tari ini merupakan karya tari kreasi baru yang menceritakan
beberapa gadis pemakai narkoba.
Tarian ini memiliki pesan moral yang ditujukan
kepada generasi muda agar tidak mencoba narkoba.
Narkoba dapat menghancurkan masa depan. Karya tari Ah
diciptakan oleh seniman muda Eka dan Titin pada saat
kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.
CONTOH TARIAN
PADA ZAMAN INDONESIA ISLAM
1. Tari Saman – Aceh
Tari Saman mulai dipopulerkan oleh seorang Ulama yang
bernama Syekh Saman pada abad 14 di masyarakat Gayo. Tarian
ucapan selamat datang yang berasal dari kota yang dijuluki serambi
mekah ini memiliki keunikannnya tersendiri. Awal mulanya tari saman
adalah sebuah permainan masyarakat Gayo yang bernama Pok Ane,
kemudian Islam mempengaruhi kebudayaan Gayo sehingga permainan
Pok Ane berkulturasi yang awal mulanya nyanyian hanya sebagai
pengiring permainan berubah syairnya menjadi berisi pujian kepada
Allah dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.Tari Zapin – Melayu
Tari Zapin adalah tari khas Melayu yang
dibawa oleh para pedagang arab yang berasal dari
Hadramut, Yaman pada abad ke 16 ke Johor Bahru
yang saat itu sebagai pelabuhan antar bangsa.
Kemudian Tari Zapin berkembang hingga ke
Indonesia daerah Sumatra dan Kalimantan. Tari
Zapin berasal dari bahasa arab “Zaffan” yang
berarti pergerakan kaki yang cepat mengikut rentak
pukulan.