Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

GOA LEANG - LEANG

Di Susun oleh:

Nurul Fadhilah

Rizka Amalia

Nurul Maqfira al-hasani

Tiara

Reski Nur Amalia

Jeninda Istia Ardhana

Rima Budiarti Rahim

Muhammad Anugrah

Muhammad Ariel Abnur

Abi Ahmad Alfatan

Arya Saputra Agus

Insan Al Ghifari Rahman

X MIPA 4

SMA NEGERI 1 TAKALAR

KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul "Goa Leang - Leang" ini diajukan guna memenuhi tugas
kelompok pada mata Pelajaran Sejarah Indonesia.

Kami mengakui dalam makalah yang sederhana ini mungkin banyak sekali terjadi kekurangan
sehingga hasilnya jauh dari nama sempuma. Kami sangat berharap kepada semua pihak untuk
kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun. Besar harapan kami dengan
terselesaikannya makalah ini. mudah-mudahan isi dari makalah kami ini dapat diambil
manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini sehingga
makalah ini terselesaikan. Terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan Makalah.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Gua Leang - Leang.........................................................................................

B. Sejarah Gua Leang - Leang...............................................................................................

1. Leang Pettae.................................................................................................................

2. Leang Petta Kere..........................................................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................................

BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Potensi obyek wisata dan daya tarik wisata di Indonesia merupakan anugerah yang tak ternilai
dimana keanekaragaman hayati yang tinggi, keunikan dan keaslian budaya tradisional,
keindahan alam, dan peninggalan sejarah serta budaya. Salah satu contoh obyek wisata yang
menjadi andalan di kabupaten Maros adalah Taman Arkeologi Leang-Leang. Taman Arkeologi
Leang-leang (sebelumnya bernama Taman Prasejarah Leang-Leang atau Taman Purbakala
Leang-Leang) menyajikan wisata edukasi tentang kepurbakalaan.Taman Prasejarah Leang-Leang
terletak pada deretan bukit kapur (karst) di Kawasan Karst Maros-Pangkep, Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung, wilayah administratif Kabupaten Maros. Secara administratif tepat
berada di Lingkungan Leang-Leang, Kelurahan Leang-Leang, Kecamatan Bantimurung,
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia.

B. Rumusan Masalah

• Bagaimana sejarah Gua Leang - Leang?

• Apa saja Peninggalan Arkeologi manusia purba?

• Apa saja yang peninggalan Arkeologi yang berada di Leang Pettae dan Leang Petta Kere

C. Tujuan Penulisan Makalah

• Dapat mengetahui sejarah Gua Leang - Leang

• Mengenal Peninggalan Arkeologi Manusia Purba

• Dapat mengetahui apa saja Peninggalan Arkeologi yang berada di dalam Leang Pettae dan
Leang Petta Kere

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gua Leang - Leang


Gua Leang - Leang adalah satu dari ratusan gua tersebar diperbukitan cadas Maros,
kecamatan Bantimurung. Kata "Leang-Leang" dalam bahasa setempat (Bugis-Makassar)
memiliki makna "gua", dalam bahasa Indonesia adalah liang yang berarti lubang. Dikawasan
Gua Leang Leang itu, ada dua gua yaitu gua Leang Pettae dan Gua Pette kere.

Peta taman Arkeologi Leang - Leang

B. Sejarah Gua Leang - Leang

Salah satu Gua yang termasuk dalam periode awal penemuan lukisan-lukisan dinding gua di
Sulawesi Selatan adalah Leang Pettae dan Petta Kere. Berdasarkan berbagai penelitian para
arkeologi yang telah dilakukan sejak tahun 1902 oleh ahli diperkirakan bahwa gua ini telah
dihuni manusia sejak 50.000 tahun sebelum Masehi hingga 6000 tahun yang lalu.

Hal ini telah memberi kontribusi nyata dalam ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan
satu periode kehidupan manusia prasejarah di masa lampau, yang oleh para ahli diistilahkan
sebagai kebudayaan Toala.

1. Leang Pettae

Leang Pettae terletak di wilayah Taman Prasejarah Leang-Leang, pada posisi astronomis 04
58' 44.6" LS dan 119 40 30.5" BT, dengan ketinggian 50 m dpl, Leang Pettae termasuk gua tipe
kekar lembaran, ditandai oleh langit-langit gua yang sempit dan kurangnya proses travertine
yang terjadi dalam rongga gua. Arah mulut gua menghadap ke sebelah barat dengan ukuran
tinggi 8 m dan lebar 12 m. Suhu udara di dalam gua sekitar 30° C dengan kelembaban 70%
dalam rongga gua, sementara kelembaban dinding gua berkisar antara 15%-25%. Tinggalan
arkeologi yang ditemukan pada leang ini adalah lukisan dinding gua berupa gambar telapak
tangan dan gambar babi rusa, artefak batu berupa alat sepih bilah yang tersebar pada pelataran
gua, serta sampah dapur (kjokkenmodinger) berupa kulit kerang yang terdeposit pada mulut
gua.

Leang Pettae merupakan awal dari penelitian penelitian terhadap gua-gua prasejarah dan
awal penemuan lukisan dinding yang terdapat di kabupaten Maros. Penelitian tersebut
dilakukan pada tahun 1950 oleh Van Heekeren and Miss Heeren Palm. Heekeren menemukan
gambar babi rusa yang sedang meloncat yang di bagian dadanya terdapat mata panah
menancap, sedangkan Miss Heeren Palm menemukan gambar telapak tangan dengan latar
belakang cat merah yang diduga merupakan gambar tangan kiri wanita.

Sejak itulah penelitian-penelitian di kawasan karst Maros-Pangkep dilakukan lebih intensif


dan menghasilkan data yang melimpah tentang jejak hunian prasejarah di kawasan tersebut.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala
Makassar terdapat sekitar 100-an leang prasejarah yang tersebar di kawasan karst Maros-
Pangkep dengan beragam jenis tinggalan budayanya berupa gambar gua, sebaran alat batu
maupun sampah dapur yang terdiri atas moluska tawar, payau, dan laut. Tinggalan arkeologi
tersebut menjadi objek kajian yang sangat menarik untuk ateliti guna mengetahui kehidupan
manusia pada masa lampau.

Leang Pettae termasuk ke dalam jenis gua prasejarah. Di gua yang berada di gugusan bukit
karst ini memiliki tinggalan gua prasejarah yang unik dan beraneka ragam tinggalan arkeologis
Budaya Toala Sulawesi Selatan. Gua ini memberikan gambaran kehidupan manusia masa
lampau. Gua yang berada pada deretan gua-gua yang ada di hamparan pegunungan batu ini
sangat menarik perhatian terutama para ilmuwan. Gua ini bertipe gua lingkungan lembah.
Tinggalan arkeologi yang ditemukan di Leang Pettae antara lain lukisan di dinding gua
bergambar cap telapak tangan dan lukisan babirusa, artefak batu (microlith), serpih bilah, mata
panah berdasar bundar, mata panah berdasar bergerigi, lancipan muduk yang menyebar dalam
pelataran gua, dan sampah dapur berupa kulit kerang yang terdeposit di bagian mulut gua. Di
gua ini terdapat seni lukisan cadas berwarna merah dengan satu gambar atau motif binatang
periode Pra-Austronesia, yaitu jenis babirusa. Adapun fosil fauna masa Budaya Toala yang
ditemukan adalah phalanger ursinus, babyrousa babyrussa, macaca maura, dan sus celebensis.

Hendrik Robbert van Heekeren dalam karyanya The Stone Age of Indonesia (1972), meneliti
dan memetakan Leang Pettae serta memasukannya ke klasifikasi situs gua prasejarah
peninggalan Budaya Toala. Kehidupan penghuni gua Budaya Toala berlangsung sejak kala Pasca
Plestosen hingga awal Masehi. Kehidupan Budaya Toala ini berlangsung cukup lama dan
mampu bertahan beratus-ratus tahun lamanya. Kehidupan budaya tersebut masih sangat
bergantung pada potensi ekologi sumber alam sekitarnya
Leang Pettae memiliki pintu gua yang telah dipagari besi setinggi 1.500 cm. Dari pintu itu,
gambar tangan sudah terlihat karena gua ini memang tidak terlalu dalam. Ada lima gambar
telapak tangan, tapi hanya tiga yang utuh. Selain telapak tangan, ada pula babirusa dan sebuah
mata tombak yang semuanya berwarna merah. Gua ini merupakan bukti sejarah adanya
kehidupan manusia masa lalu yang menggunakan gua sebagai sarana untuk hunian, dan saat ini
sudah dibuka untuk umum sebagai objek tujuan wisata. Pengunjung di situs ini berasal dari
berbagai kalangan, yaitu terdiri atas pengunjung umum, asing, dinas, maupun dari kalangan
pelajar/mahasiswa, dan ilmuwan.

Lokasi gua ini dapat ditempuh dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin dengan
menggunakan angkutan umum. Jalanan menuju tempat ini sangat bagus, dan juga
pemandangan di sekitarnya sangat indah. Batu-batuan besar berwarna hitam bertumpuk rapi di
lapangan luas dengan pemandangan batu karakteristik yang sangat khas. Aksesibilitas menuju
objek ini relatif mudah dengan adanya jalan poros kelurahan yang terhubung dengan Jalan
Poros Bantimurung yang merupakan jalan provinsi (Jalan Poros Maros-Bone). Sepanjang jalan
telah dibeton dan dilengkapi papan nama arah penunjuk jalan sehingga kemudahan akses
kendaraan dan kenyamanan pengunjung dapat terpuaskan. Jalur kunjungan wisata gua
prasejarah ini dapat dimulai dari Taman Prasejarah Leang-Leang. Jarak gua relatif dekat dan
terlihat mudah untuk mengunjunginya.

Informasi tentang Leang Pettae Sampah dapur yang terdapat pada Leang Pettae

Yang terpasang di area Taman

Arkeologi Leang - Leang


Lukisan - lukisan tangan manusia Tampak depan situs cagar

Prasejarah didalam leang pettae budaya Leang pettae

2. Leang Petta Kere

Leang Petta Kere berada 300 m di sebelah timur Leang Pettae, pada posisi 04° 58' 43.2" LS
119° 40' 34.2" BT. Leang ini berada pada ketinggian 45 m dpl dan 10 m dpl (dari permukaan
tanah). Meskipun berada pada tebing bukit, pada bagian pintu gua yang menghadap ke sebelah
barat, masih terdapat lantai yang menjorok keluar selebar 1-2 m dan berfungsi sebagai
pelataran gua. Leang Petta Kere termasuk gua dengan tipe kekar tiang. Suhu udara di dalam gua
sekitar 27°C dengan kelembaban rongga gua sekitar 65% sementara kelembaban pada dinding
gua berkisar antara 17% - 22%. Tinggalan arkeologi yang ditemukan pada leang Petta Kere
antaran lain lukisan dinding gua berupa gambar babi rusa dan gambar telapak tangan, alat batu
serpih bilah, dan mata panah.

Gua ini memberikan gambaran kehidupan manusia masa lampau. Gua yang berada pada
deretan gua-gua yang ada di hamparan pegunungan batu ini sangat menarik perhatian
terutama para ilmuwan. Tinggalan arkeologi yang ditemukan di Leang Pettakere antara lain
lukisan dinding gua berupa gambar babirusa dan gambar cap telapak tangan. Di gua ini terdapat
seni lukisan cadas berwarna merah dengan dua gambar atau motif binatang periode Pra-
Austronesia, yaitu gambar babirusa gemuk terkapar dengan sebilah tombak menghunus ke
jantung, di gua ini juga terdapat cap telapak tangan serta alat bantu serpih bilah dan mata
panah. Menurut para ahli tangan, gambar telapak tangan tersebut merupakan tangan salah
satu suku yang telah mengikuti ritual potong jari sebagai tanda berduka cita atas meninggalnya
seseorang.Gambar itu dibuat dengan cara menempelkan tangan ke dinding gua, lalu
disemprotkan dengan cairan berwarna merah. Zat pewarna ini mungkin dari mineral merah
(hematite) yang banyak terdapat di sekitar gua (di batu-batuan dan di dasar sungai di sekitar
gua), ada pula yang mengatakan dengan batu-batuan dari getah pohon yang dikunyah seperti
sirih.

Gua ini merupakan bukti sejarah adanya kehidupan manusia masa lalu yang menggunakan
gua sebagai sarana untuk hunian, dan saat ini sudah dibuka untuk umum sebagai objek tujuan
wisata. Pengunjung di situs ini berasal dari berbagai kalangan, yaitu terdiri atas pengunjung
umum, asing, dinas, maupun dari kalangan pelajar/mahasiswa, dan ilmuwan.

Lokasi Leang Pettakere dapat ditempuh dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin
dengan menggunakan angkutan umum. Jalanan menuju tempat ini sangat bagus, dan juga
pemandangan di sekitarnya sangat indah. Batu-batuan besar berwarna hitam bertumpuk rapi di
lapangan luas dengan pemandangan batu karakteristik yang sangat khas. Leang Pettakere dapat
ditempuh dengan berjalan kaki, ± 300 meter dari Leang Pettae. Ada dua jalur yang dapat
ditempuh. Jalur pertama menggunakan jalan khusus yang sudah dibeton dan jalur kedua
melewati anak tangga di antara batu-batuan menyempit dengan ketinggian sekitar 20 meter
dari permukaan tanah. Dan telah disiapkan tangga besi berbelok.

Gambar cap telapak tangan di gua Leang Tangga masuk ke gua Petta kere

Petta kere
Gambar Babirusa di gua Leang petta kere Informasi tentang Leang Petta Kere yang

terpasang di area Taman Arkeologi Leang - Leang

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Taman Prasejarah Leang-Leang merupakan Taman Nasional yang memiliki panorama alam yang
sangat indah.

2. Taman prasejarah Leang-leang masih memiliki peninggalan sejarah yang sangat terawat.

B. Saran

1. Selalu Menjaga keindahan dan kelestarian panorama alam, gua-gua dan museum pada Taman
Prasejarah Leang-Leang ini.

Anda mungkin juga menyukai