Anda di halaman 1dari 8

KOMUNIKASI BISNIS DASAR

Dosen Pengampu: Abd. Hamid, S.E., M.Si.

ZALSABILLAH RAMADHANI USMAN

45222068

KELAS 1C D4 AB

PROGRAM STUDI D-4 ADMINISTRASI BISNIS

JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

ANGKATAN 2022
Pendahuluan

Leang-Leang saat ini termasuk destinasi wisata budaya berupa gua


prasejarah paling ramai dikunjungi di Sulawesi Selatan. Secara administratif
Leang-Leang masuk dalam wilayah Kecamatan Bantimurung, Kabupaten
Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Kawasan ini termasuk lumbung pendapatan
asli daerah kabupaten Maros yang tinggi. Selain terdapat objek berupa gambar
atau lukisan dari masa prasejarah,

Leang-Leang juga merupakan daerah konservasi karst dengan


pemandangan alam yang menakjubkan. Diantara bentangan alam karst
tersebut terhampar pula sawah-sawah milik masyarakat, serta rumahrumah
penduduk dengan gaya arsitektur tradisional khas Suku Bugis yang semakin
mempercantik alam kawasan Leang-Leang.

Pada waktu-waktu tertentu di kawasan Desa Leang-Leang ini terdapat


atraksi adat budaya Bugis seperti tari-tarian, tradisi turun sawah, tradisi masuk
rumah baru, dan lain-lain.

Melalui makalah ini pembaca diharapkan mendapatkan pengetahuan


dan wawasan tentang potensi keindahan dan keayaan alam dan budaya Leang-
Leang khususnya, dan Maros dan Sulawesi Selatan pada umumnya. Diharapkan
pula bahwa setelah membaca makalah ini memberikan inspirasi untuk
berkunjung dan menikmati langsung khasanah budaya yang luhur dan
pemandangan kawasan karst yang mempesona.
Isi

Di Taman Prasejarah Leang Leang Maros, dapat kita temukan jejak awal
manusia-manusia prasejarah Sulawesi. Pada dinding gua karst itu terdapat
gambar yang dibuat manusia kuno dari masa puluhan ribu tahun silam.

Taman Prasejarah Leang Leang terletak di Kelurahan Leang-leang,


Kecamatan Bantimurung, Maros. Tepatnya di kawasan karst Maros-Pangkep.
Kawasan ini pertama kali ditemukan saat arkeolog berkebangsaan Belanda,
Van Heekeren dan CHM Heeren Palm, meneliti tempat ini pada 1950.

Leang Pettae merupakan goa pertama di kawasan tersebut yang


diketahui oleh arkeolog memiliki lukisan prasejarah. Pada goa tersebut
ditemukan gambar cap tangan dan lukisan binatang pada dinding gua dan
artefak serpih bilah serta kulit kerang yang menempel pada mulut gua.

Gambar cap tangan dibuat dengan cara menyemprotkan cat pada tangan
yang ditempelkan ke permukaan dinding sehingga menyisakan cetakan
negatifnya. Cara itu disebut sebagai teknik negative hand stencil. Cat didapat
dari hematit, batuan mineral yang mengandung pigmen merah. Warna tersebut
meresap ke dalam pori-pori batu, membuatnya bertahan hingga ribuan tahun.

Pada bagian lain terdapat lukisan binatang yang sedang meloncat dengan
anak panah tertancap di dadanya. Lukisan dengan cat merah tersebut sudah
tampak buram akibat bercak putih yang menutupi dinding goa. Berdasarkan
analisis yang dilakukan seorang ahli zoologi, D.A. Hooijer, lukisan tersebut
menggambarkan babirusa.
Dari penelitian Palm dan para peneliti lain, lukisan prasejarah di goa-goa
lain di sekitarnya satu per satu terungkap. Lukisan ditemukan di Leang Burung,
Leang Jarie, Leang Lambattorang, Leang Ulu Wae, Leang Lambatorang, Leang
Sakapao, dan Leang Petta Kere. Dalam bahasa setempat, leang berarti goa.

Goa-goa tersebut lokasinya berdekatan. Bahkan, Leang Petta Kere hanya


terpaut jarak sekitar 300 meter dari Goa Leang Pettae. Kedua goa itu masuk
dalam kawasan Taman Prasejarah Leang-leang yang dikelola Balai Pelestarian
Cagar Budaya Sulawesi Selatan.

Ada sekitar 230 goa prasejarah yang telah terdata di kawasan karst
Maros-Pangkep. Dari jumlah tersebut, yang diketahui memiliki peninggalan
lukisan sekitar 80 goa. Sebagian goa masuk dalam wilayah Taman Nasional
Bantimurung-Bulusaraung (TN Babul) seluas 43.700 hektare.

Dari jumlah yang terdata, masih sangat dimungkinkan ada goa-goa lain
yang belum ditemukan karena sejauh ini wilayah karst Maros-Pangkep yang
bisa terjangkau baru sekitar 10 persen. Kawasan karst Maros-Pangkep diakui
sebagai kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah Guangzhou di China.

Sampai belum lama ini, tidak ada yang tahu pasti sejak kapan lukisan-
lukisan cadas menghiasi goa-goa di Maros. Sejumlah ahli memperkirakan
usianya tak lebih dari 10.000 tahun. Usia sebenarnya baru terungkap setelah
dipublikasikannya sebuah hasil penelitian di Nature, jurnal sains internasional
ternama, pada 9 Oktober 2014.

Penelitian itu dilakukan atas kerja sama sejumlah ahli dari Balai
Arkeologi Makassar, Balai Pelestarian Cagar Budaya Sulawesi Selatan, Pusat
Arkeologi Nasional, University of Wollongong Australia, Griffith University
Australia, dan Australian National University.

Hasil penelitian mengungkapkan, salah satu stensil tangan di Leang


Timpuseng dipastikan berusia 39.900 tahun. Leang Timpuseng berlokasi di
Kelurahan Kalabbirang, Kecamatan Bantimurung, sekitar 3 kilometer dari
Taman Prasejarah Leang Leang.

Hasil penelitian tersebut mengejutkan dan menyedot perhatian media-


media internasional. Pengungkapan usia lukisan goa di Maros merupakan
temuan yang sangat penting. Temuan tersebut menguak misteri kehidupan
manusia prasejarah di Indonesia periode 40.000-an tahun lalu.

Tak hanya sebatas memengaruhi bidang sejarah manusia awal di


Indonesia, fakta baru itu juga berdampak pada pembaruan pemahaman kita
tentang perjalanan spesies manusia modern (Homo sapiens) di muka Bumi.
Usia 39.900 tahun itu menempatkan lukisan goa Maros satu periode zaman
dengan lukisan di goa El Castillo, Spanyol.

Lukisan berbentuk cakram di El Castillo merupakan lukisan prasejarah


tertua, usianya paling tidak 40.800 tahun. Lukisan El Castillo pun kerap
dianggap sebagai penanda titik mula perkembangan keterampilan artistik
manusia modern sebelum menyebar ke wilayah lain di dunia.

Timpuseng menunjukkan, kemampuan itu juga dimiliki manusia di


belahan dunia lain pada masa bersamaan, bahkan bisa jadi lebih awal. Untuk
kategori stensil tangan, lukisan di Leang Timpuseng menjadi yang tertua di
dunia. Sebelumnya, stensil tangan tertua juga dipegang oleh lukisan di El
Castillo yang berusia 37.300 tahun.
Di Kawasan Taman Prasejarah Leang-Leang Maros , anda bisa
menemukan gua-gua arkeologi seperti Gue Pettae dan Petta Kere, dimana di
gua ini anda bisa menemukan Rock Painting atau dengan kata lain lukisan pada
batu, namun ini bukan lukisan pada batu biasa akan tetapi di perkiran lukisan
ini berusia 5000 tahun,dan menurut para arkeolog, kemungkin gua-gua
tersebut telah dihuni sekitar tahun 8000 sebelum masehi.

Gambar-gambar yang ada dibatu goa tersebut berwarna merah maron,


dan gambaran tersebutpun beraneka ragam, ada yang bergambar babi hutan,
gambar manusia,gambar ikan dan juga gambar lainnya yang masih kurang
jelas,tapi dapat dipastikan itu adalah gambar dari manusia purba, dimana
gambar-gambar ini bisa di temui di hampir seluruh bagian gua. Dipercaya
bahwa gambar-gambar itu terbentuk karena aktivitas keagaamaan orang-
orang purba yang pernah tinggal di gua tersebut.
Selain gambar-gambar yang ada di gua, pengunjung atau wisatawan juga
bisa menemukan berbagai macam peralatan makan yang terbuat dari batu,
kemudian banyak juga bekas makanan seperti tulang yang sudah sangat lama.
Selain itu benda-benda seperti kulit kerang yang sudah menempel satu sama
lain karena lama, bisa dilihat dengan jelas di mulut gua.
Penutup

Taman Prasejarah Leang Leang sudah tak asing bagi masyarakat.


Tempatnya yang mudah dijangkau, hanya 1 jam dari Makassar dengan kondisi
jalan yang baik, membuatnya berpotensi untuk menjadi tempat wisata populer.

Beberapa bagian dari Taman Prasejarah Leang Leang memang dibuka


sebagai tempat wisata, dan bahkan menjadi andalan wisata di Kabupaten
Maros. Sementara bagian lain dikhususkan untuk penelitian, dan sisanya masih
belum terjamah.

Anda mungkin juga menyukai