Anda di halaman 1dari 6

1.

Amaq Abir
Kesenian Amaq Abir merupakan kesenian tradisional yang menyajikan cerita rakyat dalam
bentuk drama. Nama Amaq Abir diambil dari nama salah satu tokoh utama dalam kisah yang
dipertunjukkan. Kisah yang diceritakan berisi kritikan rakyat kecil terhadap raja yang berkuasa
pada tempo dulu. Pementasan drama Amaq Abir menjadi penting karena dalam pementasannya
sarat dengan hiburan maupun pesan moral dan motivasi yang berharga dalam menjalani
kehidupan sehari-hari.
Pada awalnya Amaq Abir dipentaskan pada saat acara tasyakuran (begawe) atas khitan atau
sunatan cucu dan pernikahan anak mereka. Selain itu Amaq Abir juga bisa dipentaskan untuk
keperluan khusus seperti memenuhi nazar. Dalam perkembangannya, Amaq Abir banyak
dipentaskan dalam berbagai event tertentu yang diadakan oleh pihak Pemerintah, BUMN dan
swasta, baik ditingkat lokal maupun nasional.
Drama Amaq Abir berangkat dari Desa Marong Kecamatan Praya Tengah. Pementasannya
banyak dijumpai di berbagai tempat, mulai dari desa-desa terpencil di sekitar Desa Marong
sampai pada tempat-tempat bergengsi yang ada di perkotaan. Drama ini dimainkan oleh beberapa
orang pemain dengan peran yang berbeda-beda. Ada yang berperan sebagai raja dan putrinya,
raksasa, serta Amaq Abir dan teman-temannya. Musik pengiring dalam pementasannya berupa
alat musik tradisional yang ditabuh oleh lima sampai tujuh orang.
2. Cilokak
Cilokak merupakan pertunjukan yang memadukan antara seni musik, seni tari dan seni tarik
suara (menyanyi). Jenis alat musik dan tariannya adalah tradisional, begitu juga dengan
nyanyiannya. Jenis kesenian ini dapat dijumpai di semua kecamatan yang ada di Kabupaten
Lombok Tengah.
Kesenian ini banyak dipentaskan saat salah satu atau lebih anggota masyarakat yang
mengadakan pesta pernikahan, khitanan dan pesta-pesta lainnya. Pementasan biasanya dilakukan
pada malam hari dan saat siang hari digunakan untuk mengiringi pengantin dari rumah pengantin
pria menuju rumah pengantin perempuan. Hal tersebut tergantung pada permintaan anggota
masyarakat yang mengundangnya.
Komposisi yang memainkan kesenian ini terdiri atas sekelompok penabuh dan beberapa
orang penyanyi yang sekaligus menyanyikan lagu-lagu tradisional sambil menari mengikuti
iringan musik. Lantunan suara musik dan lagu yang disertai dengan tarian yang menarik sering
kali menimbulkan hajat para penonton untuk ikut menari di tengah-tengah pertunjukan.
Dalam perkembangannya, cilokak banyak mengalami banyak modifikasi baik pada alat
music yang digunakan maupun nyanyian dan tariannya. Salah satu bentuk modifikasinya adalah
mulai digunakannya gitar, piano dan sebagainya dalam pertunjukan cilokak itu sendiri. Bahkan
banyak diantaranya sudah mulai bermetamorfosis ke dalam kesenian modern menjadi orkes
melayu. Peminatnya sangat ramai bahkan banyak yang sampai melakukan rekaman video.
3. Gandrung
Gandrung memiliki kesamaan dengan cilokak. Gandrung dapat ditemui di beberapa
kecamatan seperti Janapria, Praya Barat dan Praya Tengah. Seni yang ditampilkan berupa seni

musik, seni tari dan seni tarik suara. Letak perbedaan antara keduanya adalah jenis seni yang
mereka tonjolkan. Pada gandrung, seni yang ditonjolkan adalah tariannya. Sedangkan cilokak
menonjolkan seni tarik suara atau nyanyiannya. Selain itu, perbedaannya juga terletak pada
kekhasan alunan musik yang dihasilkan oleh alat yang digunakan. Komposisi personel maupun
momen pementasannya dapat dikatakan sama.
Perkembangan gandrung sedikit lebih lambat bila dibandingkan dengan perkembangan
cilokak. Hal ini disebabkan oleh sifat kesenian gandrung yang lebih kaku. Permasalahan laten
yang sering dihadapi oleh gandrung juga ikut menentukan keberlanjutan jenis kesenian ini.
4. Gendang Beleq
Kesenian Gendang Beleq dapat dijumpai di semua kecamatan yang ada di Kabupaten
Lombok Tengah. Nama kesenian ini diambil dari salah satu jenis alat musik yang digunakan.
Gendang Beleq memiliki peranan yang sangat penting dan dominan di antara jenis alat musik
lain yang digunakan dalam kesenian ini. Jenis alat musik yang digunakan terdiri atas
dua Gendang Beleq (gendang mama dan gendang nine), gendang kodeq (gendang kecil), reong,
prembak baleq, prembak kodeq, petuk, gong besar, gong penyelak, gong oncer, dan lelontek.
Dalam pertunjukannya alat musik tersebut dimainkan secara kompak dan padu sehingga
menghasilkan suara yang indah dan enak untuk didengar.
Awalnya Gendang Beleq dijadikan sebagai musik pengiring dan penyemangat para prajurit
saat akan berjuang ke medan perang. Sebab suara yang dihasilkan oleh Gendang Beleq ini
dipercaya membuat para prajurit lebih percaya diri dan lebih berani untuk bertempur membela
kerajaannya. Dalam perkembangannya Gendang Beleq digunakan pada pesta pernikahan,
khitanan, acara-acara adat dan menyambut kedatangan tamu atau orang-orang besar. Bagi
masyarakat Suku Sasak, Gendang Beleq ini memiliki nilai filosofis dan disakralkan. Selain
memiliki keindahan dalam wujud seni, juga menyangkut jati diri dan jiwa kepahlawanan
masyarkaat Suku Sasak.
5. Kasidah
Kasidah merupakan kesenian yang diperkirakan datang dari kebudayaan Arab yang dalam
bentuk Rebana. Setelah mengalami akulturasi yang cukup lama, muncullah Kasidah seperti yang
kita saksikan sekarang ini. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh bentuk tampilan kesenian ini yang
menggambarkan lantunan musik dan nyanyian-nyanyian khas Arab yang dilantunkan oleh para
penabuhnya. Di samping itu, nilai-nilai yang disampaikan melalui kesenian ini lebih banyak
mengandung pesan-pesan berhubungan dengan keagamaan.
Dengan demikian, Kasidah banyak digunakan pada acara perayaan hari-hari besar islam
seperti menyambut tahun baru islam, maulid nabi, isro- miraj serta nuzul quran. Selain itu,
kasidah juga dimainkan pada acara pernikahan maupun khitanan, acara-acara pengajian dan lain
sebagainya.
Beberapa tahun yang lalu Kasidah banyak dimainkan oleh para remaja hampir semua tempat
di Lombok Tengah. Pertunjukan Kasidah sangat mudah didapatkan, bahkan tanpa mengeluarkan
biaya yang banyak. Namun dalam perjalanannya, Kasidah mengalami kemunduran seiring

dengan pesatnya kesenian maupun kebudayaan luar yang masuk ke Lombok Tengah. Beberapa
pengajian di masjid-masjid Kasidah sudah tidak muncul, begitu juga di acara-acara lain yang
diadakan oleh masyarakat secara perseorangan maupun kolektif.
6. Oncer
Kesenian musik tradisional Oncer pada dasarnya mirip dengan Gendang Beleq. Keduanya
sama-sama menggunakan gendang, namun berbeda ukuran. Pada Oncer, gendang yang
digunakan hanya gendang berukuran kecil. Disebut sebagai kesenian Oncer karena jenis gong ini
memiliki peran dan posisi yang lebih utama (leader) dalam memainkannya. Untuk mendukung
peran tersebut maka gong oncer ini biasanya berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan jenis
gong lainnya.
Kesenian ini digunakaan pada momen yang hampir sama dengan Gendang Beleq. Seperti
halnya gendang Beleq, Oncer juga banyak mengandung nilai-nilai filosofis yang berharga untuk
masyarakat di sekitarnya. Salah satu nilai yang ditanamkan oleh kesenian ini adalah
menggambarkan nilai dan semangat kebersamaan dan kepatuhan yang mutlak bagi masyarakat,
meski di dalamnya sarat dengan berbagai macam perbedaan.
Saat ini keberadaan Oncer sudah tergerus oleh arus globalisasi terhadap kesenian maupun
kebudayaan. Keberadaannya sangat terbatas pada tempat-tempat tertentu di Kecamatan Jonggat
dan Pujut. Di berbagai acara yang diadakan oleh masyarakat maupun pemerintah Oncer
dilupakan. Kalah dengan keseniaan tradisional lain yang lebih survive seperti Gendang Beleq
maupun Cilokak.
7. Pepaosan
Pepaosan merupakan istilah dalam bahasa sasak yang memiliki makna percakapan. Dalam
Pepaosan terdapat dua orang atau lebih yang duduk di tempat yang telah disiapkan secara
khusus. Salah seorang di antara mereka membacakan syair dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi),
kemudian yang lainnya menerjemahkannya kedalam bahasa sasak. Syair-syair yang dibacakan
dalam acara pepaosan ini berisikan cerita-cerita masa lampau maupun masa yang akan datang.
Dalam pertunjukannya, Pepaosan diiringi oleh alat musik tradisional seperti reong, seruling,
oncer dan lainnya. Perpaduan alunan syair dan musik yang mengiringinya menjadikan pesan
yang disampaikan lewat cerita yang dibacakan dalam pepaosan tersebut meresap ke dalam jiwa
para penontonnya.
Saat ini pertunjukan Pepaosan termasuk sesuatu yang sangat langka untuk ditemukan, baik
oleh masyarakat lokal apalagi masyarakat pendatang. Keberadaan pepaosan sangat terbatas,
hanya berada di tempat-tempat tertentu seperti di Kecamatan Jonggat dan Pringgarata.
Salah satu permasalahan dalam pementasannya adalah rumitnya ritual adat yang harus
dilakukan sebelum acara Pepaosan dimulai. Apabila ritual yang dilakukan tidak sesuai dapat
menyebabkan salah seorang di antara anggota keluarga yang menyelenggarakannya sangat
berpotensi kerasukan jin sehingga dapat menimbulkan kesurupan. Pada dasarnya setiap orang
menginginkan jiwa dan raganya aman dari berbagai ancaman bahaya, baik yang datang secara

nyata maupun yang tidak nyata. Maka dari itu masyarakat lebih banyak memilih kesenian lain
yang relatif tidak beresiko seperti gandrung, cilokak atau drama.
8. Peresean
Peresean merupakan upaya saling serang satu dengan yang lainnya. Upaya saling serang
tersebut menggunakan rotan dengan ukuran panjang sekitar 100 cm 125 cm. Untuk
menghadapi serangan lawan kedua ksatria (pepadu) menggunakan tameng atau perisai (ende)
yang terbuat dari kulit dengan ukuran sekitar 40 cm 60 cm. Dalam permainannya, Peresean
dipandu oleh pekembar dan pengadok. Pekembar bertugas untuk memulaikan dan menghentikan
proses Peresean antar peserta (pepadu) sedangkan pekembar fungsinya melakukan pencocokan
terhadap para penonton yang akan tampil melakukan Peresean. Jadi para pepadu ini diambil dari
para penonton Peresean saat itu.
Para pepadu tidak diperbolehkan memukul lawannya di tubuh bagian bawah seperti pantat,
paha dan kaki. Bagian tubuh yang menjadi target pukulan adalah tubuh bagian atas mulai dari
kepala sampai pinggang. Untuk mendapatkan point tinggi para pepadu menargetkan pukulannya
ke bagian kepala lawannya sampai berdarah (bocor).
Disela-sela melakukan serangan dan menagkis serangan lawan, pepadu melakukan tarian
mengikuti irama alat musik tradisional yang ditabuh. Alat musik yang digunakan dalam Peresean
ini diantaranya adalah sepasang gendang, gong, rincik/simbar, seruling dan kanjar.
Pada awalnya masyarakat Sasak menggunakan Peresean sebagai ritual untuk meminta hujan
kepada sang penguasa jagat raya (nede). Selain itu Peresean menjadi sarana para orang tua suku
sasak untuk menanamkan nilai keberanian dan sportifitas kepada anak-anaknya. Peresean
biasanya diadakan pada saat musim kemarau, saat pekerjaan di sawah, ladang atau kebun hampir
tidak ada sama sekali. Sebelum mereka kembali bekerja ke sawah dan ladangnya masing-masing
untuk kembali bercocok tanam. Seiring dengan perjalanan waktu, Peresean digunakan untuk
berbagai keperluan seperti pementasan kesenian untuk penyambutan tamu, promosi daerah dan
sebagainya.
9. Rudat
Sejarah tentang asal mula Rudat masih belum diketahui, namun dari beberapa sumber
mengatakan bahwa Rudat berasal dari Turki dan sudah ada sejak masuknya agama Islam ke
Indonesia. Tarian ini digunakan para Ulama terdahulu sebagai media penyebaran agama Islam.
Banyak yang mengatakan pula bahwa, Tari Rudat ini merupakan perkembangan dari Dzikir
Saman dan Budrah. Dzikir Saman merupakan kesenian tari dengan gerakan pencak silat dan
disertai dengan dzikir. Sedangkan Budrah merupakan nyanyian yang diiringi dengan iringan
seperangkat musik rebana berukuran besar.
Kesenian rudat menampilkan tarian, musik dan nyanyian. Unsur seni yang terlihat pada
pertunjukan rudat memiliki perbedaan yang mencolok dibandingkan dengan kesenian lain seperti
drama, cilokak, dan gandrung. Kostum yang digunakan sangat identik dengan kostum
keprajuritan. Kostum pemain rudat identik dengan pakaian keprajuritan. Kostum penari tersebut
biasanya terdiri dari baju lengan panjang, celana panjang, kain songket Lombok dan kopiah

karbus. Selain itu juga terdapat beberapa atribut seperti pangkat prajurit pada bahu, kain
selempang dan ikat pinggang.
Gerakan tariannya sangat kental dengan gerakan-gerakan olah kanuragan (silat). Kaki para
penarinya banyak membentuk kuda-kuda pertahanan, kemudian tangannya mendorong ke depan,
belakang dan samping. Syair-syair yang mereka nyanyikan bernuansakan nilai-nilai keagamaan,
seperti salawat, lagu-lagu melayu dan juga pantun-pantun sasak. Alat musik yang digunakan
berupa rebana atau gendang, jidur, dap, rincik, mandolin dan biola. Diantara alat musik tersebut,
biola memiliki peranan yang sangat penting.
Rudat biasanya digunakan pada acara-acara syukuran atau pesta, seperti khitanan, pernikahan
dan sebagainya. Saat ini rudat juga banyak digunakan untuk membuka berbagai kegiatan atau
acara yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun nonpemerintah.
Di Lombok Tengah sendiri keberadaan Rudat sangat memperihatinkan. Beberapa masyarakat
yang menekuni kesenian rudat sudah berangsur-angsur meninggalkannya. Oleh karena itu sangat
membutuhkan perhatian banyak kalangan terutama pelaku seni itu sendiri dan pemerintah
setempat.
10. Tawak-tawak
Tawak-tawak merupakan kesenian yang menampilkan musik tradisional seperti halnya Oncer
dan Gendang Beleq. Alak musik yang digunakan oleh Tawak-tawak tidak sebanyak Gendang
Belek. Kesenian ini menggunakan sepasang gendang berukuran kecil, sepasang reong, sepasang
oncer, rincik, seruling, gong besar dan beberapa pasang Kenceng dengan menggunakan atribut
berupa benjoran berukuran kecil dengan panjang sekitar satu meter.
Alat musik dalam kesenian Tawak-tawak sudah cukup untuk begandrungan. Oleh karena itu,
Tawak-awak memiliki hubungan dengan Gandrung. Apabila salah seorang masyarakat hendak
merayakan kebahagiaannya dengan pesta, banyak di antara mereka yang mementaskan Tawaktawak sekaligus Gandrungnya pada malam hari. Kemudian pada siang harinya kesenian ini
digunakan untuk mengiringi pengantin atau peraja.
Saat ini Tawak-tawak sudah banyak yang ditinggalkan oleh para pelakunya. Banyak di antara
mereka beralih ke kesenian tradisional yang lain seperti Gendang Beleq atau kesenian lain yang
lebih banyak menyerap antusiasme masyarakat. Tawak-tawak masih dapat dijumpai di
Kecamatan Batu Keliang Utara, Batu Keliang dan Pringgarata.
Tawak-tawak sangat membutuhkan sarana berupa event-event pagelaran seni untuk
mengingatkan kembali ingatan masyarakat terhadap keberadaannya. Jika tidak demikian, maka
eksistensinya terancam bahkan menuju kepunahan.
11. Teater Matahari
Teater Matahari merupakan teater tradisional suku sasak yang ditampilkan dengan
instrumentalia kekinian. Dilengkapi oleh seni musik dan seni tari yang dikemas lebih elegan.
Dalam pertunjukannya, Teater Matahari dapat memukau para penontonnya karena mampu tampil
dengan sangat apik dan professional.
Pementasannya hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu dari kalangan masyarakat
kelas atas, lembaga pemerintah atau BUMN. Pementasannya pun untuk tujuan-tujuan tertentu

seperti perkenalan kesenian tradisional Lombok di tingkat nasional atau international. Dengan
demikian, menikmati pertunjukan Teater Matahari secara langsung menjadi sesuatu yang langka
bagi masyarakat Lombok, terutama yang berada di kalangan ekonomi menengah ke bawah. Hal
ini disebabkan oleh tarif pentas yang cukup mahal.
12. Wayang Kulit
Lalu Satriah mengatakan bahwa wayang di Lombok sudah ada sebelum Sunan Prapen datang
ke Lombok. Sunan Prapen datang di Lombok sekitar tahun 884 H. atau 1464 M. Di lain pihak,
Lalu Maas dalam sebuah risalahnya Selintas Kilas Pewayangan di Lombok Timur mengatakan,
bahwa yang pertama kali membawa wayang di Lombok adalah utusan Wali Songo dari Jawa
yang datang untuk menyebarkan Islam. Wali Songo sering menggunakan wayang kulit sebagai
media penyebaran Islam.
Melihat kenyataan ini berarti bahwa jelas wayang yang berkembang di Lombok adalah
berasal dari Jawa. Pewayangan yang berkembang lambat laun di Gumi Sasak dinamakan wayang
Serat Menak Sasak. Lakon-lakonnya bertumpu pada kesusastraan wayang yang dikenal dengan
Serat Menak. Serat Menak ini diubah dari hikayat Amir Hamzah, yang selaras dengan khasanah
kesusastraan Melayu yang mengambil tema Persia, Syah Nameh, dan ditulis dengan bahasa
Jawa. Amir Hamzah adalah paman Nabi Muhammad SAW. yang memperjuangkan agama Islam
waktu itu. Amir Hamzah dijadikan tokoh sentral dalam pewayangan Serat Menak Sasak. Nama
lain dari Amir Hamzah dalam pewayangan adalah Wong Agung, Jayeng Rane, Wong Menak,
Ambiyah, Sang Menak Jayeng Murti dan lain-lain.
Pementasan Wayang Kulit dilakukan di dalam bilik yang sudah ditata sedemikian rupa sesuai
kebutuhan. Penampilan Wayang Kulit diiringi oleh musik tradisional seperti gong, jidur, suling,
pereret dan rincik.
Pementasan Wayang Kulit dilakukan malam hari pada berbagai moment seperti perayaan
kemerdekaan Republik Indonesia, hari jadi daerah dan lain-lain. Selain itu wayang kulit
dipentaskan pada acara-acara tasyakuran anggota masyarakat untuk memenuhi nazar (besangi).
Ada juga anggota masyarakat yang secara sadar mementaskan Wayang Kulit dengan motif
berobat. Kesenian ini mampu menghibur masyarakat tertentu sekaligus masih disakralkan.

Anda mungkin juga menyukai