Islam memandang bahwa harta merupakan satu dari perhiasan dunia dan sarana dari sekian banyak sarana yang bisa mempermudah hidup manusia. Islam tidak mencela suatu harta ( dari sisi bendanya) dan tidak meletakkannya setingkat barang-barang mungkar atau haram. Ia sekedar sarana (media) yang jika digunakan dalam kebaikan, maka ia akan menjadi baik. Dan jika digunakan dalam keburukan, maka ia kan menjadi buruk. Menurut Nurhayati & Wasilah (2019:36) Menjaga harta atau memelihara harta bertujuan untuk agar harta yang dimilki oleh manusia diperoleh dan digunakan sesuai dengan syariah sehngga harta yang dimilki halal dan sesuia dengan keinginan pemilik mutlak dari harta kekayaan tersebut, yaitu Allah Swt. 1. Konsep Kepemilikan Harta yang baik harus memenuhi dua kriteria yaitu, diperoleh dengan cara yang sah dan benar, serta dipergunaakan dengan dan untuk hal yang baik-baik di jalan Allah Swt. Islam mengakui kepemililikan individual, serta mengakui akan adanya kepemilikan oleh masyarakat dan oleh negara. Akan tetapi, kepemilikan tersebut tidak bersifat obsolut, tetapi bersifat relatif. Artinya , bahwa kepemilikan yang ada pada seseorang atau masyarakat atau negara tersebut bukanlah sepenuhnya milik dan hasil dari usaha mereka. Semua itu merupakan amanat dan titiipan dari Allah Swt. Sehingga dalam ajaran islam, kepemilikan manusia bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi, karena pemilik mutlaknya adalah Allah Swt . manusia hanya diberi amanat dan kemampuan memanfaatkan sumber-sumber yang diamanatkan tersebut. 2. Perolehan Harta Memperoleh harta adalah aktivitas ekonomi yang masuk dalam kategori ibadah muamalah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia. Adapun kaidah fikih dari muamalah adalah semua halal dan boleh dilakukan kecuali yang diahramkan /dilarang dalam Alquran dan Sunah. Hukum dasar dari muamalah adalah boleh, karna tidak mungkin Allah menciptakan segala sesuatu dan menundukkannya bagi manusia kalau akhirnya semua itu diharamkan atau dilarang. Oleh karena itu, ruang lingkup bidang yang dihalalkan jauh lebih luas dari yang dilarang. Secara pasti, hal yang dilarang pada hakikatnya adalah untuk kebaikan umat manusia itu sendiri. Harta dikatakan halal dan baik apabila niatnya benar, tujuannya benar dan cara atau sarana untuk memperolehnya juga benar sesuia dengan rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam Alquran dan sunah. Misalnya, uang untuk mendirikan rumah yatim piayu yang diperoleh dari mencuri adalah haram. Walaupun tujuannya benar, yaitu untuk membantu yatim piatu, namun cara memperolehnya salah (haram), sehingga tidak diperbolehkan oleh syariah. Contoh lain adalah membeli (menadah) barang curian. Transaksi jual beli yang dilakukan adalah halal. Namun, karena objeknya tidak halal maka transaksi ini pun tidak dibolehkan oleh syariah. Jadi walaupun harta digunakan untuk kebaikan, namun diperoleh dengan cara yang tidak baik maka, tetap tidak bernilai di sisi Allah. 3. Anjuran Bekerja atau Berniaga Islam menganjurkan manusia untuk bekerja atau berniaga, dan menghindari kegiatan meminta-minta dalammencari harta kekayaan. Manusia memerlukan harta kekayaan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, termasuk untuk memenuhi sebgaian perintah Allah seperti infak, zakat, pergi haji, perang (jihad), dan sebagainya. Harta yang paling baik, menurut Rasulullah saw. Adalah harta yang diperoleh dari hasil kerja atau perniagan, sebagaimana diriwayatkan dalam hadis-hadis berikut ini. Ketika Rasulullah ditanya oleh Rafi bin Khudaij: Dari Malik bin Anas r.a “ Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik?” Rasulullah menjawab “ pekerjaan orang dengan tangannya sendiri dan jual beli yang mabrur”. (HR. Ahmad dan Al Bazzar At- Thabrani dari Ibnu Umar) “Harta yang paling baik adalah harta yang diperoleh lewat tangannya sendiri...” (HR. Ahmad dan Al Bazzar At-Thabrani) 4. Penggunaan dan Pendistribusian Harta Dalam penggunaan harta, manusia tidak boleh mengabaikan kebutuhannnya di dunia, namun di sisi lain juga harus cerdas dalam menggunakan hartanya untuk mencari pahhala akhirat. Ketentuan syariah yang berkaitan dengan penggunaan harta, antara lain: 1) Tidak boros dan tidak kikir (dalam batas kewajaran) 2) Memberi infak dan sedekah 3) Membayar zakat sesuai ketentuan 4) Memberi pinjaman tanpa bunga 5) Meringankan kesulitan orang yang berutang Arafah.M. Journal Of Islamic Economic and Business Vol. 1 No. 1, Juni 2019
Hamzah. 2020. Keuangan Islam, Prinsip Operasional Lembaga Keuangan. Penerbit: