Anda di halaman 1dari 3

TUGAS RESUME

Sirah an-Nabi Muhammad SAW

Nama : Suci khairunnisa

NIM : 20329157

No HP : 085156959692

Kelahiran Rasulullah SAW dan masa kecil Rasulullah hingga remaja

A. Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Semasa Kecil


1. Nabi Muhammad di Dusun Bani Sa'ad

Nabi Muhammad diserahkan kepada Halimah, seorang dari dusun Bani Sa'ad, supaya disusukan
dan diasuh di dusun itu, sesuai dengan adat kebiasaan yang telah berlaku dalam lingkungan para
bangsawan Quraisy pada masa itu. Adat kebiasaan para bangsawan Quraisy bertujuan agar anak itu
hidup didalam udara padang pasir yang bersih dan dalam suasana yang bebas merdeka. Dengan
demikian, tubuh anak dapat tumbuh dengan segar dan sehat, kecerdasan pikirannya dapat
ditunjang dengan semangat hidup yang bebas merdeka karena dalam pergaulannya tidak
dipengaruhi oleh pergaulan hidup orang asing.

Nabi Muhammad disusukan dan diasuh oleh Halimah, tetapi tidak berselang beberapa hari,
banyak kejadian yang terjadi diantaranya, keadaan rumah tangga dan keluarga Halimah tampak
kelihatan berbahagia. Air susunya yang untuk disusukan kepada Nabi SAW bertambah banyak,
kambing miliknya bertambah gemuk dan keadaan segala sesuatu miliknya bertambah baik.

2. Kejadian yang Aneh

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Anas mengatakan, bahwa Malaikat Jibril mendatangi
Muhammad SAW di saat beliau sedang bermain-main dengan anak-anak lainnya. Beliau kemudian
diajak pergi, lalu dibaringkan, dibedah dadanya lalu dikeluarkan hatinya. Dari hati beliau diambil
segumpal darah hitam, lalu Malaikat Jibril berkata: “Inilah bagian setan yang ada dalam
tubuhmu!”. Hati beliau lalu di cuci dengan air Zamzam dalam sebuah bokor kencana, kemudian
diletakkan kembali pada tempat semula, lalu dada beliau ditutup kembali. Anak-anak lain yang
bermain-main dengan beliau lari menemui ibu susuan dan memberitahukan bahwa Muhammad SAW
mati dibunuh orang. Semua anggota keluarga datang ke tempat beliau dan mereka melihat
Muhammad SAW dalam keadaan cemas dan pucat pasi.

3. Kematian Ibu

Dengan adanya peristiwa pembelahan dada itu. Halimah merasa khawatir terhadap keselamatan
beliau hingga dia mengembalikannya kepada ibu beliau. Maka beliau hidup bersama ibunda tercinta
hingga berumur 6 tahun. Aminah merasa perlu mengenang suaminya yang telah meninggal dunia
dengan cara mengunjungi kuburannya di Yatsrib. Maka dia pergi dari Makkah untuk menempuh
perjalanan sejauh 500 kilometer bersama putranya yang yatim, Muhammad SAW, disertai
pembantu wanitanya, Ummu Aiman. Abdul Muththalib mendukung hal ini. Setelah menetap selama
sebulan di Madinah, Aminah dan rombongannya siap-siap untuk kembali ke Makkah. Dalam
perjalanan pulang itu dia jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia di Abwa’, yang terletak antara
Makkah dan Madinah.
4. Kematian Kakek

Kemudian beliau kembali ke tempat kakeknya, Abdul Muththolib di Makkah. Perasaan kasih
sayang di dalam sanubarinya terhadap cucunya yang kini yatim piatu semakin terpupuk, cucunya
yang harus menghadapi cobaan baru di atas lukanya yang lama. Hatinya bergetar oleh perasaan
kasih sayang, yang tidak pernah dirasakannya sekalipun terhadap anak-anaknya sendiri. Dia tidak
ingin cucunya hidup sebatang kara. Bahkan dia lebih mengutamakan cucunya daripada anak-
anaknya. Pada usia delapan tahun lebih dua bulan sepuluh hari dari umur Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, kakek beliau meninggal dunia di Makkah. Abdul Muththolib sudah berpesan
menitipkan pengasuhan sang cucu kepada pamannya, Abu Thalib, saudara kandung bapak beliau.

5. Dibawah Asuhan Abu Thalib

Abu Thalib melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuhnya dan menganggap seperti anak
sendiri. Bahkan, Abu Thalib lebih mendahulukan kepentingan beliau daripada anak-anaknya
sendiri, mengkhususkan perhatian dan penghormatan. Hingga berumur lebih dari 40 tahun beliau
mendapat kehormatan di sisi Abu Thalib, hidup di bawah penjagaannya, rela menjalin
persahabatan dan bermusuhan dengan orang lain demi membela diri beliau. Meminta Hujan dengan
Wajah Beliau, Ibnu Asakir mentakhrij dari Julhumah bin Arfathah, dia berkata, “Tatkala aku tiba di
Makkah, orang-orang sedang dilanda paceklik. Orang-orang Quraisy berkata,” Wahai Abu Thalib,
lembah sedang kekeringan dan kemiskinan melanda.Marilah kita berdoa meminta hujan.” Maka Abu
Thalib keluar bersama seorang anak kecil, yang seolah-olah wajahnya adalah matahari yang
membawa mendung, yang menampakkan awan sedang berjalan pelan-pelan. Di sekitar Abu Thalib
juga ada beberapa anak kecil lainnya. Dia memegang anak kecil itu dan memenempelkan
punggungnya ke dinding Ka’bah. Jari-jemarinya memegangi anak itu. Langit yang tadinya bersih
dari mendung, tiba-tiba mendung itu datang dari seluruh penjuru, lalu menurunkan hujan yang
sangat deras, hingga lembah-lembah terairi dan ladang-ladang menjadi subur.

B. Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad Semasa Remaja

1. Bepergian ke Negeri Syam

Di tengah keluarga Abu Thalib, Muhammad SAW tumbuh dan dibesarkan. Sejalan dengan
pertambahan usianya, bertambah kesadaran yang mendalam mengenai segala sesuatu yang ada
disekitarnya. Ia berniat keras ingin membantu kesukaran pamannya. Karena banyak anak dan
sedikitnya harta yang dimiliki. Ketika Abu Thalib memutuskan hendak berdagang ke
Syam,Muhammad s.a.w. dengan tekad bulat hendak turut pergi. Ketika itu beliau mencapai usia
tiga belas tahun

2. Bahira Sang Rahib

Selagi usia Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mencapai dua belas tahun, dan ada yang
berpendapat, lebih dua bulan sepuluh hari, Abu Thalib mengajak beliau pergi berdagang dengan
tujuan Syam, hingga tiba di Bushra, sebuah daerah yang sudah termasuk Syam dan merupakan
ibukota Hauran, yang juga merupakan ibukotanya orang-orang Arab, sekalipun di bawah kekuasaan
bangsa Romawi. Di negeri ini ada seorang Rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama
aslinya adalah Jurjis. Tatkala rombongan singgah di daerah ini, sang Rahib menghampiri mereka
dan mempersilakan mereka mampir ke tempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal
sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang Rahib
berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam. Anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi
seluruh alam.
3. Ke Medan Perang Al-Fijar
4. Menjadi Anggota Hilful-Fudhul
5. Mengembala Kambing

Pada awal masa remaja, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak mempunyai pekerjaan
tetap. Hanya saja beberapa riwayat menyebutkan bahwa beliau biasa mengembala kambing di
kalangan Bani Sa’d dan juga di Makkah dengan imbalan berupa uang beberapa dinar. Pada usia dua
puluh tahun, beliau pergi berdagang ke Syam menjalankan barang dagangan milik Khadijah. Ibnu
ishaq menuturkan, Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang, terpandang dan kaya
raya.

Anda mungkin juga menyukai