AMWAL
Disusun Oleh :
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian harta dan fungsinya?
2. Apa pengertian istimali-istihlaki?
3. Apa yang dimaksud manqul-uqar?
4. Apa yang dimaksud mubah, mahjur dan mamluk?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta
Harta atau yang biasa disebut dengan mal secara bahasa merupakan sesuatu yang
menyertainya baik berupa benda maupun manfaat, sedangkan menurut istilah harta adalah
sesuatu yang dikumpulkan atau dipelihara dan juga disimpan serta diambil manfaatnya
menurut kebiasaan.1
Lafadl ‘ain yang terdapat dalam definisi diatas berarti manfaat dan hak-hak yang
mahdlah, yang dipandang, tidak termasuk dalam definisi harta.
Lafadl qimah maddiyah berarti benda-benda yang tak bernilai, seperti sebiji beras, atau
sebiji padi, tidak termasuk dalam definisi harta.
Sebuah benda yang sangat kecil tetapi mempunyai nilai tersendiri, maka pada waktu itu
dapat dipandang sebagai harta yang bernilai. Contohnya : selembar kertas yang terdapat
tanda tangan seorang idol, atau selembar copy yang ditulis oleh ‘ulama terkenal. Selembar
kertas biasa dengan tulisan biasa, tentu tidak bernilai, dan tidak bisa disebut harta.2
Unsur-unsur Harta
1
Siti Mujibatun, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: Lembaga Studi Sosial dan Agama, 2012), hlm.
33
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, (Semarang: PT.Pustaka Rizki
Putra, 2009), hlm. 140
3
Segala sesuatu yang memiliki sifat kehartaan, maka disebut harta (mal). Dalam hal
ini khamr (minuman keras) bisa disebut harta sebab, sebagian manusia ( non muslim)
memungkinkan untuk mengumpulkan dan menyimpan serta memanfaatkannya, meskipun
sebagian manusia yang lain ( muslim) tidk meganggapnya sebagai harta.
B. Pengertian Istimali-Istihlaki
Akibat dari adanya hukum pembagian benda tersebut adalah dapat tidaknya
benda-benda tersebut menerima akad :
1. Mal isti`mali tidak menerima akad yang berlaku pada mal istihlaki dan
sebaliknya, karena akad dalam mal isti`mali ditujukan pada manfaat
bendanya, sedangkan barangnya masih utuh, akan tetapi akad dalam
mal istihlaki, memanfaatkan bendanya harus dengan cara
menghabiskan benda itu sendiri.
2. Mal istihlaki berlaku untuk akad qard (utang piutang uang), sedagkan mal
isti`mali berlaku untuk akad ijarah (sewa menyewa).
Dari fungsi yang berbeda tersebut dapat ditarik dua pemakaian yang berbeda
pula sebagai komoditas, yakni bahwa pemakaian secara sebagian, artinya manfaat lain
dari benda isti`mali masih dapat dipertahankan, meskipun sebagiannya telah
dimanfaatkan. Selanjutnya dalam hal mengonsumsi secara keseluruhan, artinya bahwa
benda istihlaki hanya bisa dimanfaatkan secara totalitas tidak ada sisa ketika benda itu
4
dimanfaatkan. Sehingga komoditas benda isti`mali sering disebut sebagai benda
komoditas non fungible atau tidak habis sekali pakai. Untuk itu maka berlaku hokum
sewa (ijarah) dan mal istihlaki sering disebut sebagai benda komoditas fungible atau akan
habis sekali pakai. Untuk itu tidak boleh disewakan dan hanya berlaku akad qard (utang
piutang) (Zaim, 2003,40).3
C. Manqul Wa `Uqar
Mal manqul adalah harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain,
seperti, kursi, meja, sepeda atau dalam istilah hukum perdata barat disebut benda
bergerak. Sedangkan mal `uqar adalah harta yang tidak dapat dipindahkan dari satu
tempat ke tempat lain, misalnya, tanah, rumah, atau dalam istilah hokum perdata barat
disebut benda tetap.
Akibat hukum dari pembagian kedua benda tersebut (manqul dan `uqar) adalah :
5
karena dalam konteks tersebut mempertimbangkan maslahat bagi orang
yang berhutang.
5. Pemanfaatan oleh pembeli benda `uqar sebelum adanya penyerahan
barang tersebut menurut Imam Abu Hanifah dan Abu Yusuf dibolehkan.
Sedang menurut Imam Syafi`I dan Muhammad, tidak boleh
memanfaatkan benda tetap yang dibeli sebelum adanya penyerahan
bendanya. Apabila bendanya berupa manqul, para fuqaha sepakat untuk
tidak boleh memanfaatkan benda yang dibeli sebelum ada penyerahan
kepada pembeli, karena untuk menjaga jangan samapi terjadi
penyalahgunaan terhadap pemakaian benda bergerak tersebu, sehingga
prinsip menghindarkan kerusakan lebih didahulukan dari pada menarik
manfaat.
6. Hak irtifaq hanya berhubungan dengan mal `uqar bukan mal manqul.4
Urwah pernah berkata, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah dan hamba-
hamba juga hamba Allah. Barangsiapa yang menghidupkan tanah yang mati, maka dia
lebih berhak kepadanya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang membawa ajaran ini.
4
Siti Mujibatun, .Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang :Lembaga studi sosial dan agama, 2002, hlm. 39
6
2. Harta Mahjur
Harta mahjur adalah harta yang dilarang oleh syara’ untuk dimiliki sendiri
dan memberikannuya pada orang lain. Adakalanya harta tersebut berbentuk wakaf
ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum.
Dari penjelasan diatas harta mahjur ialah harta yang dimiliki secara umum
dilarang dimiliki secara pribadi atau sendiri. Contohnya seperti wakaf, masjid,
makam, jalan raya dan lain sebagainya.
3. Harta Mamluk
Harta mamluk adalah sesuatu yang merupakan hak milik, baik milik
perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sebuah benda yang sangat kecil tetapi mempunyai nilai tersendiri, maka
pada waktu itu dapat dipandang sebagai harta. Harta memiliki dua unsur penting,
yaitu kemungkinan untuk dikumpulkan dan disimpan serta kemungkinan untuk
diambil manfaat menurut kebiasaan.
Dalam makalah ini di jelaskan beberapa macam harta diantaranya adalah
Istimali-istikhlaki, manqul-uqar, mubah, mahjur dan mamluk. Mal isti`mali adalah
harta yang pemanfaatannya berulang-ulang, bendanya masih utuh. Sedangkan
istikhlaki adalah harta yang tidak dapat diambil manfaat dan kegunaannya, kecuali
dengan menghabiskan bendanya.
Selanjutnya adalah manqul-uqar, manqul berarti harta yang dapat
dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, seperti, kursi, meja, sepeda atau
dalam istilah hukum perdata barat disebut benda bergerak. Sedangkan mal `uqar
adalah harta yang tidak dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain,
misalnya, tanah, rumah, atau dalam istilah hokum perdata barat disebut benda
tetap. Dan yang terakhir adalah mubah, mahjur dan mamluk. Harta mubah adalah
sesuatu yang pada asalnya bukan merupakan hak milik perseorangan, seperti air
pada air mata. Harta mahjur adalah harta yang dilarang oleh syara’ untuk dimiliki
sendiri dan memberikannuya pada orang lain. Adakalanya harta tersebut
berbentuk wakaf ataupun benda yang dikhususkan untuk masyarakat umum.
Sedangkan Harta mamluk adalah sesuatu yang merupakan hak milik, baik milik
perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah dan yayasan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Siti Mujibatun. 2012. Pengantar Fiqh Muamalah, Semarang: Lembaga Studi Sosial dan
Agama.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. 2009. Pengantar Fiqh Muamalah.
Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra.
Tahdzib. “Amwal”
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tahdzib/article/view/970/2552,
diakses pada 12 Mei 2019.