Anda di halaman 1dari 12

TEORI TENTANG HAK DAN MILIK (HARTA)

MAKALAH INI DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS KELOMPOK


MATA KULIAH FIQH MUAMALAH JINAYAH

Dosen Pengampu : Hariman Surya Siregar, Dr., M.Ag.

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1 / Pendidikan Agama Islam / Semester 3 / Kelas B


1. Aulia Nazilatul Azizah NIM. 1192020046
2. Azkia Rumaisha NIM. 1192020049
3. Citra Ayu NIM. 1192020055
4. Fakhri Husein NIM. 1192020081
5. Fariq Azmi NIM. 1192020082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI

Teori tentang hak dan milik (harta)


DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
A. LATAR BELAKANG..................................................................................2
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3
C. TUJUAN.......................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. PENGERTIAN HAK DAN MILIK..............................................................4
B. PEMBAGIAN HAK DAN MILIK...............................................................5
 Pembagian Hak………………………………………………… 5
 Pembagian Macam-Macam Milik………………………… …… 5

C. HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN HAK DAN MILIK.7


 Hukum Hak
 Hukum Kepemilikan

D. SHAHIBUL HAK (SUBYEK HAK) DAN SUMBER KEPEMILIKAN....9


 Subyek Hak
 Sumber Kepemilikan

BAB III..................................................................................................................12
PENUTUPAN........................................................................................................12
A. SIMPULAN................................................................................................12
B. SARAN.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami  panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “TEORI
TENTANG HAK DAN MILIK (HARTA)”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fiqh Muamalah Jinayah.

Kami menyadari bahwa selama penulisan banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Hariman Surya Siregar, Dr., M.Ag. selaku dosen mata kuliah yang telah
membantu penulis selama menyusun makalah ini; rekan-rekan seangkatan yang
telah memotivasi kami untuk menyelesaikan penyusunan makalah ini; semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak


kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dalam penyempurnaaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 11 Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsep mengenai harta dan kepemilikan merupakan salah satu pokok bahasan yang
penting dalam Islam. Harta atau dalam bahasa arab disebut al-maal secara bahasa berarti
condong, cenderung atau miring. Sedangkan secara istilah diartikan sebagai segala sesuatu
yang sangat diinginkan oleh manusia untuk menyimpan dan memilikinya. Ibnu Najm
mengatakan, bahwa harta kekayaan, sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh ulama-ulama
ushul fiqh, adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan disimpan untuk keperluan tertentu dan hal
itu terutama menyangkut yang kongkrit. Menurut para fuqaha, harta dalam perspektif Islam
bersendi pada dua unsur; Pertama, unsur ‘aniyyah dan Kedua, unsur ‘urf. Unsur ‘aniyyah
berarti harta itu berwujud atau kenyataan (a’yun). sebagai contoh, manfaat sebuah rumah
yang dipelihara manusia tidak disebut harta, tetapi termasuk milik atau hak. Sedangkan unsur
‘urf adalah segala sesuatu yang dipandang harta oleh seluruh manusia atau oleh sebagian
manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik
manfaat yang bersifat madiyyah maupun ma’nawiyyah.

Dalam Islam kedudukan harta merupakan hal penting yang dibuktikan bahwa terdapat
lima maqashid syariah yang salah satu diantaranya adalah al-maal atau harta. Islam meyakini
bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah ta’ala, manusia hanya berhak untuk
memanfaatkannya saja. Meskipun demikian, Islam juga mengakui hak pribadi seseorang.
Untuk itu Islam mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai muamalah seperti jual beli,
sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta melarang penipuan, riba dan
mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang lain untuk membayarnya, harta yang
dirusak oleh anak-anak yang di bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang
peliharaannya sekalipun.

Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin dalam firmanNya:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa: 29-32).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian hak dan milik(harta)?


2. Bagaimana pembagian hak dan milik(harta)?
3. Apa saja hukum-hukum yang berkaitan dengan hak dan milik(harta)?
4. Apa saja shohibul hak (subyek hak)?
5. Darimana sumber kepemilikan?

C. TUJUAN

1. Menambah wawasan baru mengenai hak dan kepemilikan dalam islam


2. Mengetahui pembagian hak dan kepemilikan dalam islam
3. Mengetahui hukum-hukun yang berkaitan dengan hak dan kepemilikan
4. Mengetahui subyek hak
5. Mengetahui sumber kepemilikan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HAK DAN MILIK


Hak adalah segala sesuatu yang di dapatkan seseorang sejak lahir bahkan sebelum lahir.
Sedangkan Milik secara bahasa adalah penguasaan terhadap sesuatu, atau sesuatu yang dimiliki.
Adapun definisi hak menurut beberapa ulama fikih milik adalah pengkhususan terhadap suatu
benda yang memungkinkannya untuk bertindak hokum terhadap benda tersebut sesuai dengan
keinginannya selama tidak ada halangan syara’ serta menghalangi orang lain untuk bertindak
hukum terhadap benda tersebut. Artinya, benda yang dikhususkan kepada seseorang sepenuhnya
berada dalam penguasaannya. Sehingga, orang lain tidak bisa bertindak dan memanfaatknnya.
sedangkan menurut kitab undang-undang hokum perdata hak milih merupakan sebagai hak untuk
menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap
kebendaan tersebut dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan undang-
undang atau peraturan umum yang di tetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak
menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain, kesemuanya dengan tidak
mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar asas
ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi.

B. PEMBAGIAN HAK DAN MILIK


A. Pembagian Hak
1. Hak Al-Mal yaitu sesuatu yang berpautan dengan harta, seperti pemilikan benda
atau uang. Contoh: zakat mal, warisan, shodaqoh, dan hibah (pemberian atau
hadiah).
2. Hak Ghairu Al-Amal yaitu penguasaan terhadap sesuatu yang tidak berkaitan
dengan harta. Hak ghairul Al-Mal terbagi 2:
a. Hak Syakhsi yaitu sesuatu tuntutan yang ditetapkan syarat bagi seseorang
yang wajib dipenuhi oleh orang lain. Contoh orang yang meninggal dalam
keadaan berhutang maka ahli waris wajib melunasi hutang tersebut.
b. Hak ‘Aini yaitu hak orang dewasa dengan bendanya tanpa dibutuhkan orang
kedua. hak ‘aini terbagi menjadi dua macam, yaitu:
 Hak ‘Aini Ashli ialah adanya wujud benda tertentu dan adanya shabub
al-haq seperti hak milkiyah dan irtifa
 Hak ‘Aini thabi’I ialah jaminan yang ditetapkan untuk seseorang yang
mengutangkan uangnya atas yang berutang.
B. Pembagian macam-macam milkiyah: 
A. Dari segi obyek:

1. milk al-'ain (benda)


2. milk al-manfaah
3. milk ad-dain (milik piutang). Seperti: harta yang dihutangkan – harga jual
yang belum terbayar – harga kerugian barang yang dirusak.

B. Dari segi unsur harta (benda dan manfaat)     


1. Al-milk at-tam = pemilik benda dan manfaat
2. Al-milk an-naqish = pemilik hanya salah satu unsur harta saja.
        a) pemilikan atas manfaat: diperoleh via ijarah – i'arah – wakaf

        b) pemilikan atas benda tanpa manfaat: wasiat 

    

C. Dari segi bentuk, milik dibedakan menjadi:


1. milk mutamayyaz (milik jelas) = pemilikan sesuatu benda yang
mempunyai batas-batas yang jelas; tertentu yang dapat dipisahkan dari
yang lainnya. Seperti: pemilikan seekor binatang – sebuah kitab – sebuah
rumah.
2. milk masya' (milik campuran) = pemilikan atas sebagian, tidak tertentu
dari sebuah harta benda. Seperti: pemilikan atas separuh rumah;  1/4
kebun dan sebagainya. Jika diadakan pembagian atas harta campuran
maka menjadi milk mutamayyaz.
Milk masya' = bisa berupa milk 'ain  atau milk dain, seperti ad-duyun al-musytarikah: 2 orang
atau lebih membeli sesuatu secara tangguh.

C. HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN HAK DAN MILIK

A. Hukum Hak

1. Menyangkut pelaksanaan dan penuntutan hak : Para pemilik hak harus melaksanakan
hak-nya itu dengan cara yang sesuai dengan syariah. Menurut ulama fiqh yang
terpenting adalah sifat keadilan dalam mengembalikan hak sehingga masing-masing
pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Atas dasar keadilan ini, syariat islam
menganjurkan agar pemilik hak berlapang hati dalam menerima atau menuntut hak-
nya itu. Terlebih ketika hak tersebut diambil oleh orang yang sedang mengalami
kesulitan ( miskin, susah ). Hal ini sesuai dengan firman Allah :

“ Jika ( orang-orang yang berhutang itu ) dalam kesukaran maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan dan menyedekahkan  ( sebagian atau semua utang )itu
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”  { QS; Al-Baqarah : 280}
1. Menyangkut pemeliharaan hak :  Ulama fiqh menyatakan bahwa syariat islam telah
menetapkan agar setiap orang berhak untuk memulihkan atau menjaga hak-nya dari
segala bentuk kesewenangan orang lain.

1. Menyangkut penggunaan hak : Dalam ajaran Islam setiap orang tidak diperbolehkan
sewenang-wenang dalam menggunakan hak-nya yang dapat menimbulkan
kemudaratan bagi orang lain. Oleh sebab itu, penggunaan hak dalam islam tidak
bersifat mutlak, melainkan ada pembatasannya. Ulama fiqh berpendapat bahwa hak
itu harus digunakan untuk hal-hal yang disyariatkan oleh islam. Atas dasar ini
seseorang tidak diperbolehkan menggunakan haknya, bila penggunaan hak-nya itu
dapat merugikan atau memudaratkan orang lain– baik perorangan, masyarakat, baik
sengaja atau tidak sengaja. Misalnya,a) pemilik hak tidak diperbolehkan
menggunakan hak-nya secara berlebih-lebihan. Sebab, dalam fiqh perbuatan itu
termasuk sewenang-wenang dalam penggunaan hak , yang tidak dibenarkan oleh
syariat.

      Sejalan dengan itu penggunaan hak pribadi tidak hanya terbatas untuk kepentingan pemilik
hak, melainkan penggunaan hak pribadi harus dapat mendukung hak masyarakat. Ini terjadi
karena kekayaan seseorang tidak terlepas dari bantuan  orang lain. Bahkan dalam hal-hal tertentu
hak pribadi diperbolehkan untuk diambil atau dikurangi untuk membantu hak masyarakat.

B. Hukum Kepemilikan

Hukum-hukum kepemilikan atau hal-hal yang bisa membuat kita berkuasa atas barang milik
orang lain, diantaranya:

Aqad, yaitu hukum kekuasaan suatu barang akan pindah alih kepada kita (pihak kedua), jikalau
sudah melakukan aqad kepada orang yang mempunyai kekuasaan atas barang tersebut (pihak
pertama) dan pihak pertama menyetujuinya. Seperti contoh: aqad jual beli.

2. Penggantian, yaitu suatu nadzar, atau bentuk ucapan yang di lontarkan dari pemilik barang
(pihak pertama) kepada orang yang akan di berikan barang (pihak kedua). Seperti contoh kita
memberikan barang kepada seseorang yang kita sayangi.

3. Turunan dari seseorang atas sesuatu yang dimilikinya, pengertian ini hampir mirip dengan
pengertian yang kedua, yaitu suatu nadzar dari si pemilik barang (pihak pertama) kepada orang
yang akan di berikan barang (pihak kedua) tapi nadzar ini di khususkan untuk orang yang
mempunyai berhak atas barang dari pihak pertama. dalam pengertian ini seperti contoh : seorang
ayah memberikan harta warisnya kepada anak-anaknya.
Dari pengertian dan hukum atas kepemilikan yang sudah di jelaskan diatas, sudah jelas bahwa
memiliki atau memakai apa saja yang bukan haknya, atau milik orang lain maka itu tidak boleh,
kecuali dengan seizin orang yang memilikinya, atau dengan cara akad, penggantian, dan turunan
dari seseorang atas sesuatu yang dimilikinya(waris).

D. SHOHIBUL HAK (SUBYEK HAK) DAN SUMBER KEPEMILIKAN

A. SUBYEK HAK

1. Pasal 21 ayat (1) UUPA menentukan bahwa hanya warganegara Indonesia


yang dapat mempunyai hak milik. Namun ayat (2) ketentuan tersebut
membuka peluang bagi badan hukum tertentu untuk mempunyai hak milik.
Beberapa badan hukum yang dapat mempunyai hak milik adalah bank
pemerintah atau badan keagamaan dan badan nasional, sebagaimana
ditentukan dalam pasal 8 ayat (1) huruf b Peraturan Menteri Agraria/Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

2. Hak milik tidak dapat dipunyai oleh warganegara asing maupun orang yang
memiliki kewarganegaraan ganda (warganegara Indonesia sekaligus
warganegara asing). Bagi warganegara asing atau orang yang
berkewarganegaraan ganda yang memperoleh hak milik karena pewarisan
tanpa wasiat atau percampuran harta karena perkawinan wajib untuk
melepaskan hak tersebut paling lama satu tahunsetelah memperoleh hak milik.
Apabila jangka waktu tersebut berakhir dan hak milik tidak dilepaskan, maka
hak milik menjadi hapus karena hukum dan tanahnyajatuh kepada negara
dengan tetap memperhatikan hak-hak pihak lain yang membebani tanah
tersebut.

B. SUMBER KEPEMILIKAN

Ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa sumber atau penyebab adanya hak milik
itu adalah syara’. Namun demikian, adakalanya syara’ menetapkan hak-hak itu secara
langsung tanpa sebab dan adakalnya melalui suatu sebab. Syara’ yang menetapkan
hak-hak secara langsung tanpa sebab adalah seperti memberikan nafkah kepada
kerabat, larangan mengonsumsi hal yang di haramkan syara’, dan kebolehan
memanfaatkan seluruh yang baik. Sedangkan syara’ yang menetapkan hak melalui
suatu sebab, misalnya, dalam persoalan perkawinan. Akibat dari suatu perkawinan
muncullah hak dan kewajiban membayar nafkah. Istri mempunyai hak untuk di
nafkahi suaminya, muncul pula hak waris mewariskan antara suami dan istri, dan
sebagainya.

Ulama fiqh menetapkan bahwa yang di maksudkan dengan sebab atau penyebab
disini adalah sebab-sebab langsung yang berasal dari syara’ atau di akui oleh syara’.
Atas dasar itu sumber hak itu ada lima:

1. Syara’; seperti berbagai ibadah yang di perintahkan


2. Akad; seperti akad jual beli, hibah dan wakaf dalam pemindahan hak
milik
3. Kehendak pribadi; seperti janji dan nazar
4. Perbuatan yang bermanfaat; seperti melunasi utang atau melunasi
utang orang lain.
5. Perbuatan yang menimbulkan kemudharatan bagi orang lain, seperti
mewajibkan seseorang membayar ganti rugi akibat kelalaiannya dalam
menggunakan milik seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat di pahami bahwa ulama fiqh mengatakan ada
empat cara kepemilikan harta yang disyariatkan islam, yaitu:

1. Ihraz al-mubahat, yakni melalui penguasaan terhadap harta


yang mubah. Contohnya, ikan di laut lepas.
2. Melalui suatu transaksi (akad) uang di lakukannya dengan
orang atau badan hukum seperti jual beli, hibah dan wakaf.
3. Melalui khalafiyah (penggantian). Baik penggantian dari
seseorang kepada orang lain (waris), maupun penggantian
sesuatu dari sesuatu beda yang di sebut tadmin atau ta’wid
(ganti rugi).
4. Melalui tawallud min mamluk, yakni hasil dari harta yang telah
dimiliki seseorang baik hasil itu dating secara alami (seperti
buah di kebun) atau melalui suatu usaha pemiliknya (seperti
keuntungan dari berdagang).
BAB III
PENUTUPAN
A. SIMPULAN
Hak milik adalah kekuasaan seseorang terhadap sesuatu atau terhadap suatu barang
dan mempunyai kebebasan bertindak secara bebas terhadap barang tersebut, baik akan dijual
maupun akan digadaikan, baik dia sendiri maupun dengan perantara orang lain.

Secara umum, hak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Haq mal (berhubungan dengan harta), dan

2. Haq gairu mal (berhubungan dengan selain harta).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan harta dapat dimiliki, yaitu:

1. Ikraj al Mubahat

2. Khalafiyah

3. Tawallud min Mamluk

4. Penguasaan terhadap milik negara atas pribadi yang sudah lebih dari tiga tahun

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Az-zarqa’, al-fiqh al-islami fi saubihi al-jadid (Damaskus: Matabi Alif Ba’ al-Adib, 1967-8)

Ibid. dan Asmuni Muhammad Thahir. Al-Milkiyat waduruha fi Tanmiyat al-iqtisad al-islami.
Dalam Milah jurnal studi Agama Vol.II, No.2, Januari 2002. Yogyakarta: Program Magister
studi Islam UII, hlm-85-106.

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio.1984. Kitab Undang-undang Hukum perdata. (Jakarta: pradnya


paramita). Hlm.166.

Anda mungkin juga menyukai