Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FIQIH MUAMALAH

HAK MILIK

Bapak. Yalis Shokib,S.HI.,M.H.

Disusun Oleh :

1. Dita Nadelia (17130210232)

2. Vivi Dwi Mardani (17130210210)

3. Rachmad Faisar (17130210275)

KELAS MANAJEMEN 4-A5

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN


UNIVERSITAS ISLAM KADIRI
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
materi maupun pikiranya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca,untuk kedepanya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dam
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan ini.

Kediri, 5 Februari 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................................................ iii
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Makalah ...................................................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Hak Milik ............................................................................................................. 2
2.2 Sifat Hak Milik ...................................................................................................................... 2
2.3 Jenis Hak Milik ...................................................................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 9
3.2 Saran ....................................................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................... 9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk membimbing
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nabi Muhammad SAW
juga memerintahkan kepada seluruh umatnya agar memelihara hak antar
sesama.
Dalam hak milik harus dilandasi oleh aspek-aspek keimana dan moral,
serta dijabarkan didalam aturan-aturan hukum, agar ada keadilan dan
kepastian. Benar pernyataan bahwa hukum tanpa moral dapat jatuh kepada
kezaliman, dan moral tanpa hukum dapat menimbulkan ketidakpastian.
Islam telah menetapkan adanya hak milik perseorangan maupun
kelompok terhadap harta yang dihasilkan dengan cara-cara yang tidak
melanggar hukum syara’. Islam juga menetapkan cara-cara melindungi hak
milik ini, baik melindungi dari pencurian, perampokan, perampasan yang
disertai dengan sanksinya.
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“Hak Milik”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Hak Milik ?
2. Bagaimana sifat dari Hak Milik ?
3. Apa saja jenis-jenis Hak Milik ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui pengertian Hak Milik
2. Untuk mengetahui Sifat dari Hak Milik
3. Untuk mengetahui Jenis-jenis dari Hak Milik

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hak Milik

Istilah Milik berasal dari bahasa Arab yaitu milk. Dalam kamus Almunjid
dikemumukan bahwa kata-kata yang besamaan artinya dengan milk (yang berakar
dari kata kerja, malaka) adalah malkan, milkan, malakatan,mamlakatan,
mamlikatan, dan mamlukatan.

Milik dalam lughah (arti bahasa) dapat diartikan memiliki sesuatu dan
sanggup bertindak secara bebas terhadapnya (Hasbi Ash Shiddieqy,1989:8)

Menurut istilah, milik dapat ddenifisikan, “suatu ikhtisar yang menghalangi


yang lain, menurut syariat, yang membenarkan pemilik ikhtisas itu bertindak
terhadap barang miliknya sekehendaknya, kecuali ada penghalang (Hasbi Ash
Shiddieqy,1989:8) . Kata penghalang dalam denefisi diatas maksudnya adalah
sesuatu yang mencegah orang yang bukan pemilik sesuatu barang atau
mempergunakan/memanfaatkan dan bertindak tanpa persetujuan terlebih dahulu
dari pemiliknya.

Hak Milik adalah sesuatu yang manusiawi, fitrah yang melekat dalam setiap
individu yang tida bisa dihilangkan, karena telah menjadi kebutuhan jiwa dalam
kehidupan. Islam membolehkan dan membenarkan hak milik individu . Hak
Milik adalah Amanat, pemilik yang sebenarnya adalah Allah Swt sendiri.

2.2 Sifat Hak Milik

Pemilik Pribadi dalam pandangan Islam tidaklah bersifat mutlak/absolut


(bebas tanpa kendali dan batas). Sebab didalam berbagai ketentuan hukum
dijumpai beberapa batasan dan kendali yang tidak boleh dikesampingkan oleh
seorang muslim dalam pengelolaan dan pemanfaatan harta benda miliknya. Untuk
itu, dapat disebutkan prinsip dasarnya sebagai berikut :

1. Pada hakikatnya individu hanyalah wakil masyarakat


Prinsip ini menekankan, sesungguhnya individu/pribadi hanya
merupakan wakil masyrakat yang diserahi amanah. Amanah untuk
mengurus dan memegang harta benda. Pemilikan atas harta benda tersebut
hanya bersifat sebagai “utang belanja”. Dalam hal ini, ia mempunyai hak
kepemilikan yang besar dibanding anggota masyarakat lainnya. Pemilik

2
mutlak dari harta benda tersebut adalah Allah SWT. Hal itu sesuai dengan
pernyataan, berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkan
sebagian dari hartamau yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya
(QS. Al-Hadiid (57):7) dapat diartikan pengertian menguasai disini,
bukanlah penguasaan yang bersifat mutlak atau absolut karena pada
hakekatnya hak kepemilikan itu berada “di Tangan Allah”. Manusia yang
menguasai tersebut hanyalah sekedar menafkahkan sesuai dengan
ketentuan hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Akhirnya dapat dinyatakan pemilik pribadi atas sesuatu harta
benda didalam pandangan islam sebenarnya bersifat “pemilkan hak
pembelanjaan dan pemanfaatan” belaka. Dengan demikian, apapun bentuk
kepemilikan pribadi (yang diperoleh berdasarkan usaha-usaha yang tidak
menyimpang dari syariat islam) akan didapati hak masyarakat.

2. Harta benda tidak boleh hanya berada ditangan pribadi (sekelompok)


anggota masyarakat (Sayyid Qutbh, 1984: 146-152)
Prinsip ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan dan
kestabilan dalam masyarakat. Sekirannya harta benda itu hanya berada
ditangan pribadi (monopoli kelompok) tertentu, anugrah Allah SWT
tersebut hanya berada ditangan segelintir orang. Ketidak bolehan
penumpukan harta benda ii didasarkan kepada ketentuan,... supaya harta
itu jangan hanya beredar diantara orang-oranf kaya saja diantara kamu...
(QS. Al-Hasyr (59):7) dapat disimpulkan bahwa sikap mental oligopoli,
monopoli, kartel dan yang sejenisnya dengannya merupakan sikap mental
pengingkaran nurani kemanusiaan dan jelas-jelas menyimpang dari ajaran
Islam.

2.3 Jenis Hak Milik

Sebelum membicarakan lebih lanjut tentang jenis-jenis hak milik dalam


pandangan islam, perlu dikemukakan, “Islam menetapkam pemikiran hanya
bisa ada dengan wewenang dari pembuat syariat, yang diserahi mengurus
urusan-urusan masyarakat. Pada hakikatnya, pembuat syaria itulah yang
memberiakn hakrta milik kepada manusia dengan pengaturannya”. Untuk itu,
Muhammad Abu Zahrh dalam Sayyid Qutbh (1984-153), mengemukakan,
:dalam artian, yakni bahwa pemilikan hanya bisa ada dengan ketetapan dari
pembuat syrariat (pembuatan undang-undang) adaalh sesuatu yang telah
disepakati oleh para ulama fikih. Sebab semua hak, termasuk hak pemilik,
tidak bisa ada kecuali dengan adnya pengukuhan atasnya dari pembuat syariat,
dan ketetapannya atas sebab-sebab pemilikan tersebut. Oleh sebab itu, hak
tersebut tidaklah timbul dari sifat-sifat benda-benda itu sendiri, tetapi dari izin
pembuat syariat yang menjadikannya memerlukan dasar-dasar syariat”

3
Hak milik dalam pandangan Hukum Islam dapat dibedakan kepada (Hasballah
Thaib, 1992:6)

a) Milik yang sempurna (milkum tam), yaitu hak milik yang sempurna,
sebab kepemilikannya meliputi penguasaan terhadap bendanya
(zatnnya) dan manfaatnya benda secara keseluruhan.
Pembatasan terhadap penguasaan tersebut hanya didasarkan pada :

1) Pembatasan yang ditentukan hukum islam (seperti hak yang


diperoleh dengan perkongsian. Kongsi lama lebih berhak untuk
menuntut kepemilikan suatu benda yang diperkongsikan secara
paksa daripada kongsi baru dengan syarat membayar ganti
kerugian).

2) Pembatasan yang ditentukan oleh ketentuan perundang-undangan


suatu negara seperti hak-hak atas tanah dalam ketentuan undang-
undanf pokok agraria (UU No.5 Tahun 1960)

b) Milik yang kurang sempurna (milkum naqish)


Disebut milik yang kurang sempurna karena kepemilikan tersebut
hanya meliputu bendanya saja atau menfaatnya saja.

1) Pemilikan yang hanya menguasai benda nya saja . misalnya si X


berwasiat bahwa selama hayat si Y berhak untuk menempati
rumah yang ditinggalkan si X. Dalam hal ini si Y hanya
menguasai bendanya saja dan apabila si Y meninggal dunia rumah
tersebut beralih kepemilikannya kepada ahli waris si X (bukan
kepada ahli waris si Y).

2) Pemilik yang hanya menguasai manfaat/hasil benda itu. Misalnya,


si X mengemukakan bahwa si Y hanya boleh menempati atau
mendiami rumah tersebut. Dengan demikian , si Y berhak
terhadap manfaatnya saja dan ia tidak boleh mengalihtangankan
benda tersebut kepada orang lain,sebab hal tersebut bukan
hanya(dia hanya berhak atas hasil benda bukan bendanya)

Selanjutnya, dapat dikemukakan bahwa sebab seseorang


mempunyai hak milik menurut hukum islam, diperoleh melalui
cara :
1) Disebabkan ihrazul mubahat (milik benda yang boleh dimiliki)
2) Disebabkan al-uqud (akad)
3) Dikarenakan al-khalafiyah (perwarisan)

4
4) Attawalluhadi minal mamluk (beranak pinak) (HasbiaSH
Shiddieqy,1989:8-9)

A) Disebabkan Ibrazul Mubahat


Yang dimaksud adalah memiliki sesuatu benda yang memang
dapat/boleh dijadikan sebagai objek kepemilikan. Adpaun yang
dimaksud dengan boleh atau mubah adalah “ Harta (benda) “ yang
tidak masuk kedalam milik yang duhormati (milik seseorang yang
sah) dan tak ada pula sesuatu penghalang yang dubenakan oleh syariat
dari memilikinya . “(Hasbi Ash Shiddieqy,1989 : 9)
Dari Denifisi tersebut dapat dikemukakan bahwa barang/benda
yang akan dijadikan sebagai abjek kepemilikan tidaklah benda yang
menjadi hak orang lain dan tidak pula ada larangan hukum agama
untuk diambil sebagai milik. Dengan kata lain, diusahakn secara
pribadi,seperti
1) Berburu
2) Membuka tanah baru yang belum ada pemiliknua
Dapat ditambahkan bahwa pembukaan tanah baru ini haruslah
diusahakan pengerjaannya selama 3 (tiga) tahun . Apabila
ditelantarkan maka haknya menjadi gugur dan menjadi tanah
umujm (kembali menjadi hak masyarkat). Ketentuan ini dapat
dijumpai dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Yusu
dan Laits, dari Thawus , Tanah umum adalah milik Allah dan
Rosul, setelah itu milik kamu semua. Barangsiapa menghidupkan
tanah yang mati (membuka tanah) maka tanah itu menjadi
miliknya. Seoranf pengklaim tanah tidak punya hak setelah tiga
tahun (membiarkan tanahnya tanpa diusahakan) (Sayyid Qutbh
1984 : 154)
3) Air sungai Dan lain-lain
4) Mengusahakan pertambangan (rikaz)
5) Melalui peperangan (rampasan perang)

B) Disebabkan Adanya Akad


Yang dimaksud dengan akad atau perjanjian adalah perbuatan
seseorang atau lebih dalam mengikatnya dirinya terhadap orang lain
(Yan Pramudya Puspa , 1977 : 248) . Adapun Klasifikasi perbuatan
hukum ini, sebagai berikut .
1) Perbuatan Hukum Sepihak
Yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu pihak saja dan
menimbulkan hak dan kewajiban pada pihak yang lainnya, seperti :
a) Pembuatan surat wasiat

5
b) Pemberian hadiah
c) Hibah

2) Perbuatan Hukum dua Pihak


Yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh dua pihak dan
menimbulkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban bagi kedua belah
pihak secara timbal balik, seperti :
a) Jual beli
b) Sewa-menyewa
c) Perjanjian kerja

Dalam pandangan Hukum islam, selain akad yang dilaksanakan


secara biasa (sama rida dan ada kebebasan untuk menentukan) dikenal
juga akad yang disebabkan oleh hal ini

a) Akad Jabariyah

Akad yang keberadaanya berdasarkan kepada keharusn untuk


mendapatkan keputusa hakim (yang dilakukan secara paksa). Misalnya
pelanggah sesuatu benda jaminan (seperto hipotek dan credietverband)
untu pelunasan utang sberutang

b) Akad istimlak
Adalah jual beli yang dilakukan untuk kemaslahatan umum.

C) Disebabkan khalafiyah
Seseorang memeliki hak milik disebebkan khalafiyah adalah
bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru ditempat lama yang
telah hilang pada berbagai macam rupa hak (Hasbi Asn Shiddieqy.
1989 : 11)
Secara sederhana dapat diartikan bahwa seseorang memperolaeh hak
milik karena menempai tempat orang lain. Lahirnya hak milik
disebabkan khalifiyah ini dapat dikelompokan kedalam yang berikut
ini :

1) Khalafiyah syahkhsy’an syakhsy


Khalafiyah jenis ini sering juga diistilahkan dengan irts, yaitu ahli
waris yang menempati tempat si pewaris dalam hal kepemilikan
segala harta yang ditinggalkan oleh si pewaris tsb. ( Dengan
demikian, ahli waris hanya menempati tempat si pewaris dalam hal
kepemilikan harta maka utang-utang dalam si pewaris bukanlah
merupakan tanggung jawab hukum dari ahli si pewaris)

2) Khalafiyah syai’an syaiin

6
Khalafiyah jenis ini dinamakan juga dengan tadlmin atau ta’widl
atau menjamin kerugian. Maksudnya, apabila seseorang melakukan
sesuatu perbuatan yang merugikan barang lain maka orang tersebut
diwajibkan untuk mengganti kerugian tersebut. Dengan perkataan
lain, bahwa orang yang dirugikan berhak untuk menerima iwadl
(dalam hal ini juga termasuk diat dan arsyul jinayat). Dengan
demikian hak yang timbul disebabkan iwadl, diat dan assyul jinayat
tersebut, sepenuhnya menjadi hak milik dari yang menerima.

D) Disebabkan attawalludu minal mamluk


Lahirnya hak milik disebakan tawallud min mamluk ini merupakan
hak yang tidak dapat di ganggu gugat dan merupakan dasar-dasar yang
telah ditetapkan.
Adapun yang dimaksud dengan tawallud min mamluk adalah
segala yang lahir atau terjadi dari benda yang dimiliki merupakan hak
bagi pemilik barang atau benda tersebut , Misalnya:
1) Anak binatang yang lahir dari induknya, merupakan hak milik bagi
pemilik induk pemilik bintang tersebut
2) Susu lembu merupakan hak milik bagi pemilik lembu

Selain apa yang ungkapkan diatas syariat isla juga mengharuskan


didistribusikannya zakat baik zakat fitrah maupun zakat maal.
Pendistribusian zakat ini (termasuk infaq,sedekah,hadiah) juaga
merupakan suatu sarana untuk memperoleh pemilikan
pribadi,walaupun pihak penerima hak disini tidak melakukan prestasi
apa-apa terhadap pemberi . Dalam hal ini, posisi mereka hanyalah
sebagai orang yang membutuhkan. Diberikan kedudukan suci dalam
islam dan dijadikan sebagai jalan yang sah untuk memperoleh
pemilikan pribadi terhadap sesuatu benda.

Walaupun didalam syariat islam diakui adanya hak-hak yang


bersifat perorang terhadap sesuatu benda, bukan berarti atas sesuatu
benda yang dimilikinya tersebut seseorang dapat berbuat sewenang-
wenang. Sebab aktifitas ekonomi dalam pandangan islam selain untuk
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga , juga masih melekat dari
orang lain.

Adanya hak orang lain( hak masyarkat) terhadap hak milik yang
diperoleh seseorang dibuktikan dengan antara lain adanya ketentuan.

a) Pelarangan menimbun barang


Dalam ketentuan syariat islam, seseorang pemilik harta tidak
diperbolehkan untuk menimbun barang dengan maksud harga
barang tersebut naik secara drastis, terutama barang-barang yang

7
merupakan kebutuhan masyarakat banyak, seperti bahan bangunan
(semen) , bahan makanan (beras) , bahan pendidikan (kertas) dst.

Larangan tentang hal ini dapat dijumpai dalam :


1) Hadist yang diriwayatkan Raziim dalam Al-Jami’Nya
menyebutkan bahwa nabi Muhammad bersabda,”sejelak-
jelekny hamba adalah si penimbun. Jika mendengar barang
murah, ia murka. jika barang menjadi mahal , ia gembira”
2) Hadist yang diriwaykat abu daud , art-tarmizi dan muslim dari
muamar’ bahwa nabi muhammad bersabda , “siapa yang
melakukan penimbunan, ia dianggap bersalah”. (sayyid
sabit(12),1988:99).

b) Larangan memanfaatkan harta untuk hal-hal yang membahayakan


masyarakat.
Dalam hal ini, kalaupun harta tersebut merupakan milik individu,
tetapi dalam pemggunan harta tersebut tidak diperbolehkan untuk
hal-hal yang mengakibatkan timbulnya bahaya atau kerusakan bagi
masyarakat banyak. Baik itu yang membahayakan terhadap
kehidupan beragama (seperti buku-buku yang isinya menyesatkan
dan membawa kekafiran),terhadapn akal pikiran manusia (seperti
menjual minuman yang memabukkan, heroin dan obat terlarang
lainnya) maupun terhadap keutuhan bangsa dan negara (seperti
menjual senjata kepada pihak musuh dan lain-lain)

c) Dalam rangka menghormati hak-hak masyarakat dalam sesuatu


benda yang dimiliki oleh seseorang.
Maka perbuatan pembekuan harta oleh seseorang pemilik barang
oleh syariat islam sangat dicela karena perbuatan tercela.
Pengembangan harta untuk tujuan-tujuan yang produktif adalah
merupakan tuntutan dari harta tersebut.

d) Pengembangan Harta
Dalam hal ini pegembangan harta menurut pandangan islama harus
diperhatikan hak-hak masyarakat. Oleh karena itu, islam sangat
mencela orang-orang yang mengembangkan harta (termasuk
membelanjakan harta) terhadap hal-hal yang membahayakan
masyarakat banyak. Prinsip pokok dalam hal pengembangan harta
pandangan islam ialah kegiatan ekonomi harus tetap sejalan atau
tidak betentangan dengan akidah. Sebagai bahan renungan dapat
dilihat ketentuan yang terdapat dalam surah Hud (11) : 84,86, dan
87.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari paparan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa setiap
manusia memliki kebutuhan, sehingga sering terjadi pertentangan
kehendak. Untk menjaga keperluan manusia agar tidak melanggar
hak-hak orang lain, maka timbulah hak-hak diantara manusia, lebih
tepatnya hak kepemilikan. Sesuai dengan apa yang telah
dipaparkan diatas, bahwa perbedaan hak dan pemilik adalah tidak
semua yang memiliki berhak berhak menggunakan dan tidak semua
yang punya hak pengguna dapat memiliki.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami susun,mungkin banyak sekali
kesalahan dalam penulisan maupun kuranglengkapnya materi yang
di bahas pada makalah ini. Kami selaku penyusun makalah ini
memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan
kesalahan, karena pada dasarnya manusia tidak luput dari
kesalahan. Maka dari itu, kami mohon untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun guna untuk perbaikan makalah selanjutnya,
dan semoga makalah ini banyak manfaat bagi kita semua.

9
Daftar Pustaka
Farid Wajdi,Suwardi K. 2012. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafik

10

Anda mungkin juga menyukai