Anda di halaman 1dari 17

FIQIH MU’AMALAT

“ HARTA”

Dosen Pengampu
Dr.Rojja Febrian,Lc.,M.A

Oleh :
Kelompok :1
Kelas :3B
Anggota : Engla Guselviana (206910523)
Sherly Ansyarian Harahap (206910659)
Sopia (206910212)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
T.A 2021/202
2 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]
KATA PENGANTAR

Puji syukur kahadirat Allah SWT. Yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Harta” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak
Dr.Rojja Febrian.Lc.,M.A. pada mata kuliah AI Islam Fiqih Mu’amalat. Selain itu, maklah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Harta bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.Rojja Febrian.Lc.,M.A. selaku
Dosen pengampu mata kuliah Fiqih Mu’amalat yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menembah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahunanya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh ini,
Kami menyadari, makalah yang kamu tulis ini masih sangat jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, 2021

Penulis

i DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Harta......................................................................................................3
B. Asal-Usul Harta.......................................................................................................3
C. Macam-Macam Harta..............................................................................................3
D. Kedudukan Harta.....................................................................................................5
E. Fungsi Harta............................................................................................................6
F. Pembagian Harta......................................................................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................10
B. Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


iii DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Harta merupakan kebutuhan inti dalam kehidupan di mana manusia tidak akan
bisa terpisah darinya. Manusia termotivasi untuk mencari harta demi menjaga
eksistensinya dan menambah kenikmatan materi maupun non materi. Namun
demikian, semua motivasi ini dibatasi dengan tiga syarat, yaitu harta dikumpulkan
dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal yang halal, dan dari harta ini
harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat di tempat dia hidup (Jauhar, 2009, p.
167). Oleh sebab itu, harta yang telah dimiliki oleh setiap individu selain didapatkan
dan digunakan juga harus dijaga..

Konsep harta dalam ekonomi Islam saat ini adalah perihal yang sangat
penting. Hal ini menyiratkan bahwa Islam dengan perangkat syariahnya mengatur
harta dan bagaimana pemeliharaan harta yang diinginkan oleh al-Syāri (Sang Pembuat
Hukum; Allah SWT).

Harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah, di mana
Allah telah menyerahkannya kepada manusia untuk menguasai harta tersebut
sehingga orang tersebut sah memiliki hartanya. Untuk itu, harta dalam pandangan
Islam memiliki kedudukan yang penting. Hal ini adalah maksud dan tujuan Allah
dalam rangka memberikan kemaslahatan kepada manusia untuk kiranya dijadikan
sebagai pedoman di dalam berbisnis dan bermuamalah (Iswandi, 2014).

Al-Syathibi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan maslahat adalah


mengambil manfaat dan menolak mafsadat yang tidak hanya berdasarkan kepada akal
sehat semata, tetapi dalam rangka memelihara hak hamba. Al-Syathibi lebih lanjut
menyatakan tidak semua kemaslahatan duniawi dapat diketahui oleh akal, akan tetapi
hanya sebagian, dan ainnya diketahui melalui syariat.

Jika akal dapat mengetahui segala kemaslahatan duniawi secara mutlak,


syariat hanya berfungsi sebagai pedoman akhirat, padahal syariat bermaksud
menegakkan keduanya, kehidupan duniawi dan akhirat (Al-Syathibi, n.d., p. 237).
Islam memandang harta sebagai sarana bagi manusia untuk mendekatkan diri kepada
Khalik-Nya.Dengan keberadaan harta, manusia diharapkan memiliki sikap derma
yang memperkokoh sifat kemanusiannya. Apabila sikap derma ini berkembang, maka
akan mengantarkan manusia kepada derajat yang mulia, baik di sisi Allah maupun
terhadap sesama manusia (Al-Mushlih & Ash-Shawi, 2004, p. 73).

1 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasikan
konsep harta dalam tataran definisi, pembagian, pandangan Islam terhadap harta, dan
konsep memelihara harta menurut maqashid syariah. Pembahasan harta tidak terlepas
dari konsep maqashid syariah yang di dalamnya terdapat kemaslahatan bagi manusia
demi kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu pengertian Harta?
2. Apa Itu Asal-Usul Harta?
3. Apa Itu Macam-Macam Harta?
4. Apa Itu Kedudukan Harta?
5. Apa ItuFungsi Harta?
6. Apa Itu Pembagian Harta?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu pengertian Harta?
2. Untuk Mengetahui Apa Itu Asal-Usul Harta?
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Macam-Macam Harta?
4. Untuk Mengetahui Apa Itu Kedudukan Harta?
5. Untuk Mengetahui Apa ItuFungsi Harta?
6. Untuk Mengetahui Apa Itu Pembagian Harta?

2 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta

a. Harta (mal) dari segi bahasa (etimologis) disebut dengan al-mal, yang berasal dari
kata “maala yamiilu-mailan” yang berarti condong, cenderung dan miring
(Suhendi, 2008, p. 9).
b. Secara terminologis, harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan
mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat (Hasan, 2003,
p. 55).
c. Mengenai kepemilikan mutlak harta/segala sesuatu yang ada di muka bumi ini
adalah milik Allah. Kepemilikan oleh manusia adalah hanya bersifat relatif,
sebatas untuk menjalankan amanah mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan
ketentuan-Nya (Mardani, 2013, p. 61). Firman Allah dalam QS. Toha ayat 6:
“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang
di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah.” (QS. Toha [20]: 6)
Dengan Demikian dapat disimpulkan Harta Adalah merupakan segala sesuatu yang
memiliki nilai dan kongkrit wujudnya, disukai oleh tabiat manusia secara umum,
dapat dimiliki, dapat disimpan dan dimanfaatkan dalam perkara legal menurut syara’,
seperti sebagai modal bisnis, pinjaman, konsumsi, hibah, dan sebagainya

B. Asal-Usul Harta

Islam mengajak kita untuk peduli terhadap harta. Khususnya kepedulian


terhadap statusnya, apakah halal atau haram baik cara memperolehnya maupun
hasilnya. Tanpa peduli terhadap harta, kita bisa terjebak dalam menghalalkan yang
haram dan mengharamkan yang halal.
“Akan datang suatu masa pada umat manusia, mereka tidak lagi peduli dengan cara
untuk memperoleh harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang
haram” (HR. Al Bukhari).
Biasanya, bagi orang yang rakus, harta haram tak dianggap penting untuk
dipedulikan. Sehingga jangan berharap akan berlaku adil bila orang-orang seperti itu
menjadi pemimpin umat. Bahkan akan bertambah-tambah kezalimannya di saat
berkuasa karena keberhasilan diukur berdasarkan jumlah harta yang dikumpulkan.
Berbeda dengan orang-orang yang bertaqwa. Keberhasilan diukur bila berhasil
memenuhi apa yang diperintahkan oleh Allah. Seperti perintah untuk memakan yang
halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah dan bersyukur atas segala nikmat
yang diberikanNya (QS. an-Nahl: 114)

3 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


C. Macam-Macam Harta

Macam-Macam Harta dalam Islam yaitu :


a. Harta Mutaqawwim dan Ghair Mutaqawwim
 Harta Mutaqawwim adalah hal yang boleh diambil manfaatnya menurut
syara’. Atau semua harta yang baik jenisnya maupun cara memperoleh dan
penggunaanya.
 Harta Ghair Mutaqawwim adalah hal yang tidak boleh diambil
manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya maupun cara
penggunaanya
b. Mal Mitsli dan Mal Qimi
 Harta Mitsli adalah sesuatu sesuatu yang ada persamaan dalam kesatuan
kesatuannya, dalam arti dapat berdiri sebagaimana di tempat yang lain
tanpa ada perbedaan yang perlu dinilai.
 Harta Qimi adalah sesuatu sesuatu yang kurang dalam kesatuan
kesatuannya sebab tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian yang
lainnya tanpa ada perbedaan.
c. Harta Istihlak dan harta Isti’mal
 Harta Istihlak adalah hal yang tidak dapat diambil kegunaanya dan
manfaatnya secara biasa kecuali dengan menghabiskannya. Harta Istihlak
terbagi menjadi dua, yaitu:
 Istihlak Haqiqi ialah suatu sesuatu yang menjadi harta yang secara
jelas (nyata) zatnya habis sekali digunakan.
 Istihlak Buquqi ialah suatu harta yang sudah habis nilainya bila
telah digunakan tetapi zatnya masih tetap ada.
 Harta Isti’mal adalah hal yang dapat digunakan berulang kali dan
materinya tetap terpelihara. Harta isti’mal tidaklah habis dengan satu kali
menggunakan tetapi dapat digunakan lama menurut apa adanya.
d. Harta Manqul dan Harta Ghair Manaqula
 Harta Manqul adalah segala harta yang dapat dipindahkan (bergerak) dari
satu tempat ke tempat lainya baik tetap ataupun berubah kepada bentuk
yang lainnya seperti uang, hewan, sesuatu sesuatu yang ditimbang atau
diukur.
 Harta Ghair Manaqul adalah hal yang tidak bisa dipindahkan dan dibawa
dari satu tempat ke tempat lain.
e. Harta Ain dan Harta Dayn
 Harta Ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti rumah, pakaian,
beras, jambu, kendaraan (mobil), dan yang lainnya. Harta’ain terbagi
menjadi dua, yaitu :
 Ain dzati qimah
 Ain ghyar qimah.
 Harta dayn adalah “sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.” Seperti
uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang.

4 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


f. Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Nafi

 Harta al-‘ain adalah benda yang memiliki nilai dan berbentuk (berwujud).
 Harta naf’i adalah a’radl yang berangsur-angsur tumbuh menurut
perkembangan masa. contohnya : listrik, oksigen
 Mal Al-‘Ain dan Mal Al-Nafi
 Harta mamluk adalah sesuatu yang masuk kebawah milik, milik per
orangan atau milik badan hukum. contohnya : gedung rumah sakit
 Harta mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik seseorang,
seperti air pada mata air.
 Harta mahjur adalah sesuatu yang tidak dibolehkan memiliki sendiri dan
memberikan pada orang lain menurut syariat, adakalanya benda itu benda
waqaf ataupun benda yang di khususkan untuk masyarakat umum.

g. Harta yang Dapat Dibagi dan Harta yang Tidak Dapat Dibagi
 Harta yang dapat dibagi adalah harta yang tidak dapat menimbulkan
sesuatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi, contohnya :
beras, tepung dan lainnya.
 Harta yang tidak dapat dibagi adalah harta yang menimbulkan suatu
kerugian atau kerusakan apabila harta tersebut dibagi-bagi contohnya :
gelas, kursi, meja, mesin dan lainnya.

h. Harta Pokok dan Harta Hasil (Buah)


 Harta pokok adalah harta yang mungkin darinya terjadi harta yang lain.
 Harta hasil adalah harta yang terjadi darinya harta yang lain.

i. Harta Khas dan Harta ‘Am


 Harta khas adalah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain, tidak
boleh diambil manfaatnya tanpa direstui pemiliknya.
 Harta ‘am adalah harta milik umum (bersama) yang boleh diambil.

D. Kedudukan Harta

Kedudukan Harta dalam Al-Qur’an dan Hadits


a. Harta sebagai amanah
Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini diberikan titipan atau
amanah oleh Allah Swt., salah satunya adalah dalam bentuk harta sebagai sarana
bukan sebagai tujuan hidupnya. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al Hadid ayat 7
yang berbunyi :
َ‫عَج اَّ ِمم ا ُوقِ ْفنََأو ِ ِهل ُو َس َرو َِّلاَّل ِ ب ا ُونِمآ ُم ْ ُم َكل ْ ُم ْكنِم ا ُونَمآ َنيِ َّذالَف ِهيِف َنيِفَ ْلخَ ْتس‬
ٌ‫ريِبَك ٌرْ َجأ ْ ُمهَل ا ُوقَ ْفنََأو‬
“Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah)
sebagian harta yang telah Dia menjadikan kamu sebagai penguasanya

5 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


(amanah).Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menginfakkan
(hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar.”
Berdasarkan penjelasan ayat diatas bahwa kekuasaan manusia terhadap
harta hanyalah bersifat sementara atau hanya titipan dan amanah dari Allah Swt.,
hingga pada suatu saat nanti Allah Swt., akan mengambilnya kembali baik melalui
kematian, musibah, sakit dan lain sebagainya.

b. Harta sebagai fitnah (ujian) bagi manusia.


Sebagaimana terdapat dalam al Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 155.21
ِ‫ْف َو ْخال َنِم ٍ ْءيَ ِشب ْ ُم َّكنَ ُو ْلبَنَلَو ٍصْ قَنَو ِع ُوجْ الَو َ َر َّمثالَو ِ ُس ْفنألاَو ِالَوْ مألا َنِم ِتاَنيِ ِرباَّصال ِرِّ ِ َشبَو‬
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Ayat ini menyebutkan mengenai harta sebagai salah satu ujian bagi
manusia,Allah ta'ala memberikan karunianya berupa harta, tidak hanya sebagai
anugerah namun juga sebagai bala' (ujian), untuk mengetahui apakah
hambaNya termasuk orang-orang yang bersyukur atau termasuk orang yang
kufur.

c. Larangan memakan harta orang lain secara batil (tidak benar).


Berdasarkan QS. Al-Baqarah: 2 ayat 188
ُ‫ ُو َم ْل َعت ْ ُم ْتنََأو‬Š‫رف ا ِالَوْ مَأ ْنِم اَن‬Š
َ ِ‫ا َّ ُكحْ ال ىَإِل اَ ِهب او ًقي‬Š‫ل ِم‬Šِ‫ َأت الَو ُولُ ْكَأت‬Š‫الب ْ ُم َك ْنيَب ْ ُم َكالَوْ مَأ ا ُولُ ْك‬
ِ ‫ا َ ْب‬Š‫ ُدتَو ِلِط‬Š‫ْل‬
َّ
‫ِ ْمثإلاِب ِسانل‬
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.
“ Dalam ayat ini dijelaskan mengenia haramnya memakan harta sesama
muslim dengan cara yang tidak dibenarkan syariat Islam Karena sesungguhnya
setiap manusia yang telah bersyahadat, darah, harta dan kehormatanya haram
untuk dilanggar.

d. Harta sebagai sarana berbuat kebajikan


Dalam QS. At Taubah ayat 41, Allah Swt., berfirman : ُ‫ِك ُس ْفنََأو ْ ُم ِكالَوْ َمِأب ا ُو ِدها َ َجو الاَقِثَو‬
‫اًفاَفِخ ا ُو ِر ْفنا ِإ ْ ُم َكل ٌرْ يَخ ْ ُم ِكلَذ َِّال َّل ِليِبَس يِف ْم ْ ُم ْتنُك ْن َن ُو َم ْل َعت‬
“Berangkatlah kamu baik dalam dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat,
dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” Berdasarkan penjelasan ayat tersebut
diatas maka seorang muslim harus memiliki harta kekayaan untuk melaksanakan
salah satu kewajibannya dalam menunaikan rukun Islam yang sesuai dengan
syariat Islam.

e. Harta sebagai perhiasan


QS. Al Imran ayat 14, Allah Swt., berfirman :
ْ ‫نَ ْبالَو ِءاَ ِ ِّسنال َنِم ِتا َ َوهَّشال ُّبُح ِساَّنلِل َنِِّيُزا َنِم ِةَ َر‬
ِ‫طنَقُ ْمال ِريِطاَنَ ْقالَو َني ِبَهَّذل ْ َرحْ الَو ِما َ ْعنألاَو ِةَ َّم َو ُس ْمال ِْليَ ْخالَو‬
‫َآ‬ َ َّ َُّ
‫ م‬ŠŠŠ‫ح ِب‬ŠŠŠ‫اَتَم َ ِكلَذ ِث ُهَ ْدنِعْال ُ ْن ُس‬ŠŠŠ‫فالَو اللواَ ْينُّدال ِةاَيَحْ ال ُع‬ŠŠŠ‫ض‬ ْ ِ َّ‫“ ِة‬Dijadikan terasa indah pada
(pandangan) manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa wanita-wanita,
anak-anak, harta yang bertumpuk dalam bentuk

6 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

E. Fungsi Harta

Fungsi Harta Yaitu :


 Harta merupakan amanah (titipan, as a trust) dari Allah SWT.Manusia
hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mewujudkan harta
dari tiada.
 Harta berfungsi sebagai perhiasan hidup yang memungkinkan manusia boleh
menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki
kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati harta.
Hal ini selari dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, surat Ali Imran ayat 14
 Harta sebagai ujian keimanan.Hal ini terutama menyangkut tentang cara
mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam atau
tidak. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Qur’an, surat al-Anfal, 8: 28
 Harta sebagai bekal ibadah, yakni untuk melaksanakan perintah-Nya dan
melaksanakan muamalah di antara sesama manusia, melalui kegiatan zakat,
infak dan sedekah. Hal ini selari dengan firman Allah dalam Qur’an, surat
alTaubah ayat 41
 Harta berfungsi juga untuk meneruskan kehidupan dari satu generasi ke
generasi berikutnya,16 seperti yang tertulis dalam firman Allah dalam Qur’an,
surat al-Nisa’ ayat 9
Fungsi Sosial Harta Yaitu :

 Berfungsi untuk memelihara manusia, maka hak manusia dalam harta benda
harus dibayarkan sebagaimana mestinya dan jangan ditunda-tunda, seperti
membayar upah karyawan, mengembalikan pinjaman, membayar
zakat,membayar emas kawin, dsb.
 Berfungsi untuk memperkokoh tali persaudaraan (ukhuwah), kasih sayang
sesama manusia dan mempersempit jurang pemisah antara kaum
aghniya’ dan dhu’afa’ seperti yang diisyarakatkan dalam surah al-Ma’arij ayat
24-25.
 Berfungsi untuk berbuat baik dan mengarahkan kepada kebajikan dalam
rangka mewujudkan masyarakat sejahtera yang merata, merasakan kenikmatan
lahir dan batin.
 Berfungsi sebagai penggerak dan pendorong bagi kerjasama dalam kehidupan
di dunia. Karena itu, harta harus beredar dan berputar dikalangan masyarakat,
bukan untuk disimpan dan ditimbun, seperti ditegaskan dalam surah al-
Taubah ayat 34.
 Berfungsi sebagai modal ekonomi dalam kehidupan masyarakat demi
kepentingan bersama bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera, seperti
yang diisyarakatkan dari sabda nabi yang diriwayatkan Tirmidzi.

7 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


Diantara fungsi individual harta yaitu :

 Untuk mensejahterakan diri pribadi dan keluarga. Seperti tergambar dalam


hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari. Artinya:“Apabila seorang
muslim memberikan nafkah keluarganya karena berharap pahala dari
Allah, maka nafkah yang diberikan itu menjadi sedekah baginya.”
 Berfungsi sebagai sarana untuk beramal dan beribadah kepada Allah.
 Berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia agar menjadi manusia yang
mengetahui nikmat Allah dan mengetahui Bagaimana menggunakan
hartanya,seperti dijelaskan dalam surah al-A’raf ayat 31.
 Berfungsi sebagai batu ujian bagi pemiliknya. Allah ingin mengetahui
apakah manusia dengan hartanya itu semakin bertambah imannya atau
sebaliknya, seperti diterangkan dalam surah al-Munafiqun ayat 9 dan Ali
Imran ayat 14.

F. Pembagian Harta

Para ulama fikih membagi harta dari beberapa segi. Harta terdiri dari beberapa bagian,
tiap-tiap bagian memiliki ciri khusus dan hukumnya tersendiri. Adapun pembagian
harta antara lain:

1. Dilihat dari segi kebolehan pemanfaatannya menurut syara’, dibagi:


a. Harta mutaqawwim, yaitu harta yang boleh dimanfaatkannya menurut
syara’. Pengakuan syara’ ini hanya akan berlaku dengan adanya syarat-
syarat berikut:
 harta tersebut dimiliki oleh pemilik berkenaan secara sah
 harta tersebut boleh dimanfaatkan dengan mengikuti hukum syara’
(Ismail, 1995, p. 65)
b. Harta ghairu mutaqawwim, yaitu harta yang tidak boleh
dimanfaatkannya menurut ketentuan syara’, baik jenisnya, cara
memperolehnya, maupun cara penggunaannya. Misalnya, babi dan khamar
termasuk harta ghairu mutaqawwim karena jenisnya. Sepatu yang
diperoleh dari hasil mencuri termasuk harta ghairu mutaqawwim karena
cara memperolehnya yang haram.Uang disumbangkan untuk membangun
tempat pelacuran termasuk harta ghairu mutaqawwim karena
penggunaannya.

2. Dilihat dari segi jenisnya, dibagi:


a. Harta manqul, yaitu harta yang dapat dipindahkan dari satu tempat ke
tempat lain, baik tetap pada bentuk dan keadaan semula ataupun berubah
bentuk dan keadaannya dengan perpindahan/perubahan tersebut. Harta
dalam kategori ini mencakup uang, barang dagangan, macam-macam
hewan, kendaraan, dan lainlain.
b. Harta ghairu manqul, yaitu harta yang tidak dapat dipindahkan dan
dibawa dari satu tempat ke tempat lain. Misalnya, tanah dan bangunan
yang ada di atasnya (Huda, 2011, pp. 18–19).

8 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


3. Dilihat dari segi pemanfaatannya, dibagi:
a. Harta isti’mali, yaitu harta yang apabila digunakan atau dimanfaatkan
benda itu tetap utuh, sekalipun manfaatnya sudah banyak digunakan,
seperti kebun, tempat tidur, rumah, sepatu, dan lain sebagainya.
b. Harta istihlaki, yaitu harta yang apabila dimanfaatkan berakibat akan
menghabiskan harta itu, seperti sabun, makanan, dan lain sebagainya
(Mardani, 2013, p. 63)

4. Dilihat dari segi ada/tidaknya harta sejenis di pasaran, dibagi:


a. Harta mitsli, yaitu harta yang jenisnya mudah didapat di pasaran (secara
persis dari segi bentuk atau nilai). Harta mitsli terbagi atas empat bagian,
meliputi:
 harta yang ditakar, seperti gandum
 harta yang ditimbang, seperti besi
 harta yang dapat dihitung, seperti telur
 harta yang dijual dengan meter, seperti kain, papan, dan lain-lain.
b. Harta qimi, yaitu harta yang tidak ada jenis yang sama dalam satuannya
di pasaran, atau ada jenisnya tetapi pada setiap unitnya berbeda dalam
kualitasnya, seperti satuan pepohonan, logam mulia, dan alat-alat rumah
tangga (Djuwaini, 2008, p. 19).

5. Dilihat dari status harta, dibagi:


a. Harta mamluk, yaitu harta yang telah dimiliki, baik milik perorangan
atau milik badan hukum atau milik negara. Harta mamluk terbagi menjadi
dua macam, yaitu:
 harta perorangan yang bukan berpautan dengan hak bukan pemilik,
seperti rumah yang dikontrakkan
 harta pengkongsian antara dua pemilik yang berkaitan dengan hak
yang bukan pemiliknya, seperti dua orang berkongsi memiliki
sebuah pabrik dan lima buah mobil, salah satu mobilnya disewakan
kepada orang lain
b. Harta mubah, yaitu harta yang asalnya bukan milik seseorang, seperti
mata air, binatang buruan, pohon-pohonan di hutan, dan lain-lain. Harta
semacam ini boleh dimanfaatkan oleh setiap orang dengan syarat tidak
merusak kelestarian alam.
c. Harta mahjur, yaitu harta yang ada larangan syara’ untuk memilikinya,
baik karena harta itu dijadikan harta wakaf maupun diperuntukkan untuk
kepentingan umum. Harta ini tidak dapat dijualbelikan, diwariskan,
dihibahkan, maupun dipindahtangankan (Huda, 2011, pp. 20–21).

6. Dilihat dari segi boleh dibagi/tidaknya harta, dibagi:


a. Harta yang dapat dibagi (mal qabil li al-qismah), yaitu harta yang tidak
menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta itu dibagi-bagi
dan manfaatnya tidak hilang, seperti beras tepung, terigu, anggur, dan lain
sebagainya. Harta ini tidak rusak dan manfaatnya tidak hilang.

9 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


b. Harta yang tidak dapat dibagi (mal ghair qabil li al-qismah), yaitu
harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan atau hilang
manfaatnya apabila harta itu dibagi-bagi. Misalnya, gelas, kursi, meja,
mesin, dan lain sebagainya.

7. Dilihat dari segi berkembang/tidaknya harta, baik hasilnya itu melalui


upaya manusia maupun dengan sendirinya berdasarkan ciptaan Allah, dibagi:
a. Harta ashl (harta pokok), yaitu harta yang menghasilkan atau harta yang
menyebabkan adanya harta yang lain. Harta ini dapat disebut dengan
modal, seperti rumah, pepohonan, maupun hewan.
b. Harta al-samar (harta hasil), yaitu buah yang dihasilkan suatu harta,
seperti sewa rumah, buah-buahan dari pepohonan, dan susu kambing atau
susu sapi (Mardani, 2013, p. 64)

8. Dilihat dari segi pemiliknya, dibagi:


a. Harta khas, yaitu harta pribadi yang tidak bersekutu dengan yang lain.
Harta ini tidak boleh diambil manfaatnya atau digunakan kecuali atas
kehendak atau seizin pemiliknya.
b. Harta ‘am, yaitu harta milik umum (bersama) yang boleh diambil
manfaatnya. Misalnya, sungai, jalan raya, masjid, dan lain sebagainya.
Harta ini disebut dengan fasilitas umum (Haroen, 2007, p. 81)

9. Dilihat dari segi harta yang berbentuk benda dan harta yang berbentuk
tanggungan, dibagi:
a. Harta ‘ain, yaitu harta yang berbentuk benda seperti rumah, mobil, dan
lain sebagainya. Harta ‘ain terbagi menjadi dua, yaitu:
 harta ‘ain dzati qimah, yakni benda yang memiliki bentuk yang
dipandang sebagai harta karena memiliki nilai
 harta ‘ain ghair dzati qimah, yakni benda yang tidak dapat
dipandang sebagai harta karena tidak memiliki harga, seperti sebiji
beras.
b. Harta dayn, yaitu kepemilikan atas suatu harta di mana harta masih
berada dalam tanggung jawab seseorang. Artinya, si pemilik hanya
memiliki harta tersebut, namun ia tidak memiliki wujudnya dikarenakan
berada dalam tanggungan orang lain. Ulama Hanafiyah berpendapat
bahwa harta tidak dapat dibagi menjadi harta ‘ain dan dayn, karena harta
menurutnya ialah sesuatu yang berwujud, maka sesuatu yang tidak
berwujud tidaklah sebagai harta, misalnya hutang tidak dipandang sebagai
harta, tetapi hutang menurutnya adalah sifat pada tanggung jawab (washf
fi al-dzimmah) (Suhendi, 2008, p. 22)

10 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Arti kata harta dalam bahasa Arab ialah al-mal yang maknanya condong,
cenderung dan miring. Sedangkan menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala
sesuatu yang dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’, seperti
jual-beli (al-bay), pinjam-meminjam (‘ariyah), konsumsi dan hibah atau pemberian.
Harta memiliki kedudukan dalam kehidupan manusia sebagaimana yang
terdapat dalam ayat-ayat Al-qur’an: harta sebagai amanah (titipan) dari allah SWT,
manusia hanyalah pemegang amanah (dalam surat Al-Hadid ayat 7), harta sebagai
perhiasan hidup yang memungkinkan manusia menikmatinya dengan baik dan tidak
berlebih-lebihan ( dalam surat Ali Imran ayat 14), harta sebagai ujian keimanan
(dalam surat At-Taghabun ayat 15).
Dalam harta pun ada beberapa pembagian harta menurut jenis, bentuk dan
pemanfa’atannya, diantaranya : . Pertama, menjelaskan harta dilihat dari segi wujud
atau bentuknya harta. Bentuk harta terbagi menjadi dua, yaitu berupa‘ain (benda atau
barang) dan manaafi’ (manfaat). kedua, berdasarkan boleh tidaknya untuk
memanfaatkan harta dibagi menjadi mutaqawwim dan ghairul mutaqawwim.
Sedangkan yang ketiga, harta dilihat dari sisi ada atau tidaknya persamaan dari harta
tersebut di pasaran, terbagi menjadi mitsli dan qiimi.

B. Saran

Semoga kita dapat mengetahui (dari makalah ini) tentang harta dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari karena sebagian orang masih ada
yang tidak mengetahui akan harta, kedudukan harta bagi manusia dan pembagian
harta, agar mereka yang belum tahu menjadi paham akan arti harta dalam kehidupan
dan harta juga bukanlah yang utama untuk dicari atau dimiliki selamanya karena
ketika manusia mati akan meninggalkan hartanya tidak dibawa kealam kubur satu
persen pun, kecuali mereka atau orang yang memanfa’atkan harta dengan sebaik-
baiknya demi kemajuan syariat Islam, atau tidak melanggar aturan harta dalam hokum
syara’.
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang dari sempurna,
maka dari itu untuk menyempurnakan makalah ini dan makalah selanjutnya kami
meminta koreksi dan kritikan dari para pembaca terutama dosen pembimbing dari
mata kuliah Fiqh Muamalah.

11 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]


DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, Naerul. Edwin Kiki. (2007). Konsep harta dalam tinjauan maqashid syariah.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwiD68L_mZ_zAhWFIbc
AHYMlCTQQFnoECAkQAw&url=http%3A%2F%2Fjournal.uii.ac.id%2FJIELariba
%2Farticle%2Fdownload%2F9655%2F7819&usg=AOvVaw2NM-
_SG9LwFaKZTDG62KPN vol. 3, issue 2, 65-74.
Islam, Redaksi Dalam. Dalam Islam.com. Retrieved from 10 Jenis Harta Dalam Islam:
https://dalamislam.com/dasar-islam/jenis-harta-dalam-islam
Palupi, Wening. Purbatin. (2013). HARTA DALAM ISLAM(Peran Harta Dalam
Pengembangan Aktivitas Bisnis Islami). At-Tahdzib Vol.1 Nomor
2,https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjU-
Y6_m5_zAhWKfH0KHQuAAFIQFnoECAoQAQ&url=http%3A%2F
%2Fejournal.kopertais4.or.id%2Fmataraman%2Findex.php%2Ftahdzib%2Farticle
%2Fdownload%2F970%, 1-18.
RIZAL. (2015). Eksistensi Harta Dalam Islam. Jurnal Penelitian, Vol. 9, No.
1,https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwig1
IC_mp_zAhXYV30KHfk_BT4QFnoECAMQAQ&url=https%3A%2F
%2Fmoraref.kemenag.go.id%2Fdocuments%2Farticle
%2F97406410605896723&usg=AOvVaw0d46, 1-20.

12 DAFTAR PUSTAKA | [Type the company name]

Anda mungkin juga menyukai