Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas :


FIQIH MUAMALAH
Dosen Pengampu: Ulfah Alfiyah Darajat, S.E.I.,M.E

Disusun Oleh :

CAHYA KAMILA MAHARANI ( 2021010321 )


SELVA ANITA SAPUTRI ( 2021010326 )
SARAH AS-SHOFA ( 2021010223 )

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “Harta” ini dapat diselesaikan
dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku
umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas kelompok mata pelajaran
Fiqih Muamalah. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................ ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Harta ................................................................ 3
B. Macam-macam dan Manfaat Harta ................................... 5
C. Fungsi dan Unsur-Unsur Harta.......................................... 10
D. Kedudukan dan Pembagian Harta ..................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 15
B. Saran .................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Harta dalam bahasa Arab disebut al-amaal yang berasal dari kata - ‫َما َل‬
َ‫ َم ْيل‬- ‫ يَمِ ْي ُل‬yang berarti condong, cenderung, dan miring.Harta menurut syariat:
segala sesuatu yang bernilai, bisa dimiliki, dikuasai, dimanfaatkan yang
menurut syariat yang berupa (benda dan manfaatnya).
Dalam mua’malah tidak hanya membahas apa yang telah menjadi
ketetapan dalam arti mu’amalah yang secara luas atau dengan kata lain yang
berhubungan dengan hal-hal yang bersifat timbal balik. Tetapi dalam
perkembagan yang ada terjadi suatu hal yan harus diketahui juga yang
berhubungan mengenai mu’amalah yaitu adalah tentang ketarangn dan tata
aturan tentang peredaran dan pemanfaatan harta.
Karena dalam hal ini harta adalah salah satu aspek terpenting yang
dapat menunjang berlangsungnya kegiatan mu’amalah. Harta adalah sebuah
kajian yang sangat penting karena juga melihat bahwa harta yang ada adalah
sebagai landasan picu dalam berinteraksi. Dan segala hal yang dapat disimpan
dan dapat bertahan lama dapat di sebut sebagai harta.
Maka dari sebuah hal yang mendasari dasar bagian ini maka kami
akan membahas beberapa hal mengenai kedudukan harta, fungsi, dan
pembagiaan harta beserta hal ikhwalnya, untuk lebih jelasnya kami akan
membahasnya berikut ini dalam pembahasan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Harta ?


2. Apa Saja Macam-macam dan Manfaat Harta ?
3. Apa Fungsi dan Unsur-Unsur Harta ?
4. Bagaimana Kedudukan dan Pembagian Harta ?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Harta !


2. Untuk Mengetahui Apa Saja Macam-macam dan Manfaat Harta !
3. Untuk Mengetahui Apa Fungsi dan Unsur-Unsur Harta !
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Kedudukan dan Pembagian Harta !

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Harta
Secara etimologi harta dalam bahasa Arab yaitu ‫المال‬yang asal
katanya ‫مال‬- ‫بميل‬- ‫ ميال‬yang berarti condong, cenderung, atau berpaling dari
tengah kesalah satu sisi. Harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi
maupun dalam manfaat.
Sementara itu, Jumhur Ulama’; harta adalah sesuatu yang mempunyai
nilai dan dapat dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau yang
melenyapkan.1
Berdasarkan terminologi ialah:
‫المال هو ما يميل اليه طبع اإلنسان إدخاره الى وقة الحاجة‬
Harta adalah sesuatu yang digandrungi manusia dan dapat dihadirkan
(dimanfaatkan) pada saat diperlukan. (Ibnu Abidin dari golongan
Hanafi)Golongan Hanafiyah mengaitkan definisi mal. Manfaat, menurut
mereka masuk golongan milik, tidak masuk dengan golongan mal. Mereka
membedakan antara mal dengan milik. Milik adalah suatu yang dapat kita
bertasarruf padanya secara ikthishash, tidak dicampuri orang lain. karenanya
manfaat masuk ke dalam bagian milik. sedangkan mal, ialah segala yang
dapat disimpan untuk dimanfaatkan diwaktu diperlukan.
Harta adalah sesuatu yang dapat disimpan dan dapat digunakan ketika
dibutuhkan, dan dalam hal ini harta sebagai suatu hal yang berwujud (a’yan).
Sedangkan harta menurut sebagian ulama ialah : “sesutau yang diinginkan
manusia berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan memebrikannya atau
akan menyimpannya.”
Dari hal ini diketahui bahwa suatu hal yang diinginkan oleh manusia
berdasar naluri tabiat kemanusiaannya baik akan disimpan maupun akan
dipergunakannya atau memberikannya. Sehingga dapat diketahui bahwa

1
M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Logung Pustaka: Yogyakarta, 2009, hal. 18

3
sebagian ulama berpandangan bahwa harta adalah sebagai suatu hal yang
ingin dimiliki oleh manusia berdasarkan naluri tabiat kemanusiannya. Dan
menurut sebagian ulama yang lain bahwa yang di maksud harta adalah :
“segala zat (‘ain) yang berharga, bersifat materi yang berputar di
antara manusia”.
Dengan pengertian ulama yang lain di atas dapat diambil sebuah
ketetapan lain tentang pengertian harta adalah sebagai zat yang bersifat materi
yang berputar dikalangan atau disekitar manusia dan dalam putarannya
diiringi dengan sebuah interaksi. Materi yang dimaksud disini adalah sebagai
materi yang bernilai dan mempunyia sifat yang dapat diputarkan diantara
manusia.
Dari sekumpulan takrif yang telah dikemukakan oleh para fuqaha,
dapatlah kita ambil kesimpulannya yaitu :
1) Harta (mal) adalah nama bagi yang selain manusia, yang ditetapkan
untuk kemaslahatan manusia, dapat dipelihara pada suatu tempat, dapat
dilakukan dengan tasharruf dengan jalan ikhtiyar.
2) Benda yang dijadikan harta itu, dapat dijadikan harta oleh umum manusia
atau oleh sebagian mereka
3) Sesuatu yang tidak dipandang harta, tidak sah kita menjualnya.
4) Sesuatu yang dimubahkannya walaupun tidak dipandang harta, seperti
sebiji beras, sebiji beras tidak dipandangi harta walaupun dia boleh
dimiliki.
5) Harta itu wajib mempunyai wujud. Karenanya manfaat tidak masuk ke
dalam bagian harta, karena tidak mempunyai wujud.
6) Benda yang dapat dijadikan harta, dapat disimpan untuk waktu tertentu,
atau untuk waktu yang lama dan dipergunakan di waktu dia dibutuhkan
Dengan ringkas para fuqaha Hanafiyah menetapkan bahwa dipandang harta
hanyalah sesuatu yang bersifat benda, yang dikatakan a’yan.2

B. Macam-macam dan Manfaat Harta

2
Teungku Muhammad Habsi As-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, PT Pustaka
Rizki Putra: Semarang, 2009, hal. 137-138

4
1. Mal Mutaqawwim dan ghairu mutaqawwim
a. Harta mutaqawwim ialah:
‫ما يباع اإلنتفاع به شرعا‬
“ Sesuatu yang boleh diambil manfaatnya menurut syara.”
Harta yang termasuk mutaqawwim ini adalah semua harta yang baik
jenisnya maupun cara memperoleh daan penggunaanya. Misalnya,
kerbau halal di makan oleh umat islam, tetapi kalau kerbau tersebut
di sembelih tidak sah menurut syara’ misalnya dipukul, maka daging
kerbau tidak bisa di manfaatkan karna penyembelihanya batal
menurut syara’.
b. Harta ghoiru mutaqawwim ialah:
‫ماال يباح اإلنتفاع به شرعا‬
“ Sesuatu yang tidak boleh diambil manfaatnya menurut syara”.
Yakni merupakan kebalikan dari harta mutaqawwim, yang tidak
boleh diambil manfaatnya, baik jenisnya, cara memperolehnya,
maupun cara penggunaanya, misalnya Babi. Kadang- kadang harta
mutaqawwim diartikan dengan dzimmah, yaitu mempunyai nilai.
2. Mal Mitsli dan Mal Qimi
a. Harta Mitsli, ialah:
‫ما تما لت أحاده حيث يمكن أن يّقوم بعضها مقام بعض دون فرق يعتدّبه‬
“Benda- benda yang ada persamaan dalam kesatuan- kesatuanya,
dalam arti dapat berdiri sebagianya di tempat yang lain, tanpa ada
perbedaan yang perlu di nilai.”
b. Harta Qimi, ialah:
‫ما تفا وفتت أفراده فال يقوم بعضه مقام بعض بال فرق‬
“ Benda- benda yang kurang dalam kesatuan- kesatuanya, karena
tidak dapat berdiri sebagian di tempat sebagian lainya tanpa ada
perbedaan.”
Dengan kata lain, harta mitsli adalah harta yang jenisnya di peroleh
di pasar (secara persis), dan qimi ialah harta yang jenisnya sulit di

5
dapatkan di pasar, bisa di peroleh tapi jenisnya berbeda, kecuali
dalam nilai harganya.
3. Harta Istihlak dan harta Isti’mal
a. Harta Istihlak ialah:
‫ما يكون اإلنتفاع به بخصا ئصه بحسب المعتاد ال يتحقّق إالّ بإستهالكه‬
“ Sesuatu yang tidak dapat diambil kegunaanya dan manfaatnya
secara biasa, kecuali dengan menghabiskanya.”
Harta Istihlak terbagi menjadi dua, yaitu Istihlak haqiqi dan
Istihlah huquqi. Harta Istihlak haqiqi adalah suatu benda yang yang
menjadi harta secara jelas (nyata) zatnya habis sekali di gunakan.
Misalnya korek api bila di bakar maka habislah harta yang berupa
kayu itu. Istihlak huquqi ialah harta yang sudah habis nilainya bila
telah di gunakan, tetapi zatnya masih tetap ada. Misalnya Uang.
b. Harta Isti’mal , ialah:
‫ما يتحقّق اإلنتفاع به باستعما له مرارا مع بقاء عينه‬
“ Sesuatu yang dapat di gunakan berulang kali dengan materinya
tetap terpelihara.”
Harta Isti’mal tidaklah habis sekali di gunakan, tatapi dapat di
pergunakan lama menurut apa adanya, seperti kebun, pakaian, dan
lain sebagainnya.
4. Harat Manqul dan Harta Ghair Manqul
a. Harta Manqul ialah:
‫ك ّل ما يمكن نقله و تحويله من مكان إلى أخر‬
“ Segala harta yang dapat di pindahkan ( bergerak) dri satu tempat ke
tempat yang lain.”
b. Harta Ghair Manqul ialah:
‫ماال يمكن نقله و تحويله من مكان إلى أخر‬
“ Sesuatu yang tidak bisa di pindahkan dan di bawa dari suatu
tempat ke tempat yang lain.”
5. Harta ‘Ain dan harta Dayn

6
a. Harta ‘Ain adalah harta yang berntuk seoerti benda seperti rumah,
kendaraan, pakaian, dan lain sebagaianya. Harta ini di bagi menjadi
dua.
1) Harta ‘Ain dzati qimah, yaitu benda yang yang memiliki bentuk
yang di pandang sebagai harta karna memiliki nilai. Harta ini
meliputi:
❖ Benda yang dianggap harta yang boleh di ambil
manfaatnya.
❖ Benda yang dianggap harta yang tidakboleh di ambil
manfaatnya.
❖ Benda yang dianggap sebagai harta yang ada
sebangsanya.
❖ Benda yang dianggap harta yang tidak ada atau sulit di
cari seumpamanya.
❖ Benda yang dianggap harta yang berharga dan dapat di
pindahkan.
❖ Benda yang dianggap harta yang berharga dan tidak
dapat di pindahkan.
2) Harta ‘Ain ghayar dzati qimah yaitu benda yang tidak dapat di
pandang sebagai harta karna tidak memiliki harga, misal sebiji
beras.
b. Harta dayn ialah: “ Sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.”
Seperti uang yang berada dalam tanggung jawab seseorang.
6. Mal al-‘ain dan Mal al-naf’i ( manfaat)
a. Harta ‘ain ialah benda yang memiliki nilai dan bentuk, misalnya
rumah, ternak, dan lainya.
b. Harta nafi’ ialah yang berangsur- angsur tumbuh menurut
perkembangan masa, oleh karna itu mal al-nafi tidak berwujud dan
tidak mungkin di simpan.
7. Harta Mamluk, Mubah, dan Mahjur

7
a. Harta mamluk ialah:“ Sesuatu yang masuk kebawah milik, milik
perorangan maupun milik badan hukum seperti pemerintah dan
yayasan.”
Harta mamluk ( yang dimiliki) terbagi menjadi dua macam:
▪ Harta perorangan (mustaqil) yang berpautan dengan hak bukan
pemilik , misal rumah yang di kontrak. Dan harta perorangan
yang tidak berpautan dengan hak bukan pemilik, misalnya
seorang yang mempunyai sepasang sepatu yang dapat di
gunakan kapan saja.
▪ Harta perkongsian ( masyarakat) antara dua pemilik yang
berkaitan dengna hak bukan pemiliknya, seperti dua orang yang
berkongsi memiliki sebuah pabrik dan lima buah mobil salah
satu mobilnya di sewakan selama satu bulan kepada orang lain.
Dan harta yang dimiliki dua orang yang tidsk berkaitan dengn
hak bukan pemiliknya, seperti dua orang yang berkongsi
memiliki sebuah pabrik, pabrik tersebut di urus bersama.
b. Harta mubah ialah:“ Sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang, seperti air pada air mata, binatang buruan darat, laut,
pohon- pohon di hutan dan buah- buahan.”
c. Harta Majrur ialah:“ sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri dan
memberikan kepada orang laain menurut syariat, adakalanya benda
itu benda wakaf ataupun benda yang di khususkan untuk masyarakat
umum, seperti jalan raya, masjid-masjid, kuburan- kuburan, daan
yang lainya.”
8. Harta yang dapat di bagi dan tidak dapat di bagi:
a. Harta yang dapat di bagi ( mal qabil li al-qismah) ialah harata
yang tidak menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta
itu di bagi- bagi, misalnya beras tepung dan lainya.
b. Harta yang tidak dapat di bagi ( mal ghair qabil li al-qismah) ialah
harta yang menimbulkan suatu kerugian atau kerusakan apabila harta
tersebut di bagi- bagi, misalnya gelas, mesin, dan yang lainya.
9. Harta pokok dan harta hasil ( buah)

8
a. Harta pokok ialah: “ Harta yang mungkin darinya terjadi harta
yang lain.”
b. Harta hasil ( buah) ialah:
“ Harta yang terjadi dari harta yang lain.”
Harta pokok bisa di sebut juga modal misalnya uang, emas,
dan lainya, contoh harta pokok dan harta hasil ( buah). Kerbau yang
beranak anaknya di sebut harta hasil, sedangkan kerbaunya di sebut
harta pokok.
10. Harta khas dan harta ‘am
a. Harta khas ialah harta pribadi, tidak bersekutu dengan yang lain,
tidak boleh diambil manfaatnya tanpa di setujui pemiliknya.
b. Harta ‘am ialah harta milik umum ( bersama) yang boleh diambil
manfaatnya.
Harta yang dapat dikuasai ( ikhraj) terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
▪ Harta yang termasuk milik perseorangan.
▪ Harta- harta yang tidak dapat termasuk milik perseorangan.
Harta yang dapat masuk menjadi milik perseorangan, ada dua
macam yaitu:
➢ Harta yang bisa menjadi milik perseorangan tetapi
belum ada sebab pemilikan, misalnya binatang buruan
di hutan.
➢ Harta yang bisa menjadi milik perseorangan daan sudah
ada sebab pemilikan, misalnya ikan di sungai di peroleh
seseorang dengna cara mengail.
Harta yang tidak termasuk milik perorangan adalah harta yang
menurut syara’ tidak boleh di miliki sendiri, misalnya sungai, jalan
raya, dan lain sebagainya.3

C. Fungsi dan Unsur-Unsur Harta

3
Dr.H. Hendi Suhendi, M.S.i, ibid. Hal. 19-29.

9
1. Fungsi harta
a. Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas
(mahdhah), sebab untuk ibadah memerlukan alat-alat, seperti kain
untuk menutup aurat dalam pelaksanaan shalat dll.
b. Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah, sebab
kefakiran cenderung mendekatkan diri kepada kekufuran, maka
pemilik harta dimaksudkan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah.
c. Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode keperiode berikutnya
(regenerasi). Karena sesuai dengan pesan Al-Qur’an, umat Islam
hendaknya menciptakan generasi yang berkualitas (An-Nisa: 9).
d. Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan
akhirat.
e. Untuk mengembangkan ilmu, karena menuntut ilmu tanpa modal akan
sulit. Seseorang tidak akan dapat melanjutkan kejenjang perguruan
tinggi bila dia tidak memiliki biaya.
f. Harta merupakan sarana penggerak roda ekonomi. Ada orang kaya
dan miskin yang keduanya saling membutuhkan dalam
melangsungkan kehidupannya, sehingga akan tersusunlah kehidupan
masyarakat yang seimbang dan harmonis.
g. Untuk menumbuhkan interaksi antara individu karena adanya
perbedaan dalam kebutuhan.4
2. Unsur-unsur harta
Menurut para fuqoha’ harta bersendi pada dua unsur, yaitu
unsur‘ainiyah dan unsur ‘urf. Unsur ‘ainiyah ialah bahwa harta itu dalam
kenyataan (‘ayan). Manfaat sebuah rumah yang di pelihara manusia tidaak
di sebut harta, tetapi termasuk milik atau hak.
Unsur ‘urf ialah segala sesuatu yang di pandang harta oleh seluruh
manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia memelihara sesuatu

4
Hendi Suhendi, FiqhMuamalah, Raja Grafindo: Jakarta, 2002, hal. 38-39

10
kecualai menginnginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah maupun
manfaat ma’nawiyah.5

D. Kedudukan dan Pembagian Harta


1. Kedudukan Harta
Sebuah hal yang terpenting yang harus diketahui dalam penggunaan
harta adalah keduduakan harta, karena dalam hal ini sangat penting sekali
agar nantinya tidak terjadi sebuah salah dalam penggunaan harta. Karena
harta sangat berperan sekali dalam kehidupan manusia, hal itu terbukti bahwa
dizaman yang sangat multikultural ini sebuah harta mempunyai kedudukan
yang sangat tinggi didalam interaksi dalam kehidupan. Dijelaskan dalam al-
qur’an bahwa harta merupakan perhiasan hidup, hal ini seperti pada firman
Allah
‫الما ُل َوالبَنُ ْونَ ِز ْينَةُ ال َحيَاةِ الدُ ْنيَا‬.
“Harta dan anak-anak itu merupakan perhiasan kehidupan dunia”.
(QS. Al-Kahfi: 46)
Pada ayat itu diterangkan bahwa kebutuhan manusia atau kesenangan
manusia terhadap harta sama dengan kebutuhan manusia terhadap anak atau
keturunan. Jadi salah satu kebutuhan yang mendasar bagi manusia adalah
sebuah harta.
Berkenaan dengan harta didalam al-Qur’an dijelaskan juga larangan-
larangan yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi, dalam hal ini meliputi:
produksi, distribusi dan konsumsi harta6:
a. Perkara-perkara yang merendahkan martabat dan akhlak manusia
b. Perkara-perkara yang merugikan hak perorangan dan kepentingan
sebagian atau keseluruhan masyarakat, berupa perdagangan yang
memakai bunga.
c. Penimbunan harta dengan jalan kikir
d. Aktivitas yang merupakan pemborosan

5
Dr.H. Hendi Suhendi, M.S.i, Fiqh Muamalah,( jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. 5, hal.
11-12.
6
Ibid, hal. 137

11
e. Memproduksi, memeperdagangkan, dan mengkonsumsi barang-barang
terlarang seperti narkotika dan minuman keras.

2. Pembagian Harta
a. Mal Mutaqawwim dan Ghairu Mutaqawwim
Menurut Wahbah Zuhaili al-mal al mutaqawwim adalah harta
yang dicapai atau diperoleh manusia dengan sebuah upaya, dan
diperbolehkan oleh syara’ untuk memanfaatkannya.Seperti; makanan,
pakaian, kebun apel dll.
Al mal ghairu al-mutaqawwim adalah harta yang belum diraih
atau dicapai dengan suatu usaha, maksudnya harta tersebut belum
sepenuhnya berada dalam genggaman kepemilikan manusia.Seperti;
mutiara di dasar lautan, minyak di perut bumi dll.7
b. Mal Mitsli dan mal Qimy
Al-mal al-mitsli adalah harta yang jenisnya mudah didapat di
pasaran (secara persis tanpa adanya perbedaan atas bentuk fisik atau
bagian-bagiannya). Harta mitsli dapat dikategorikan menjadi 4 bagian;
1) Mauzunat (benda-benda yang dapat ditimbang). Seperti; kapas,
besi, tembaga.
2) Makilat (benda-benda yang dapat ditukar atauditakar). Seperti;
gandum, beras, terigu.
3) Madzur’at( barang-barang yang diukur). Seperti; kain.
4) Addiyat (benda-benda yang bisa dihitung).Seperti; pisang, telur,
apel.
Al-mal al-qimy adalah harta yang jenisnya sulit di dapatkan di
pasaran, atau bisa di dapati tapi jenisnya lain (tidak persis) kecuali
dalam nilai harganya. Seperti; domba, tanah, kayu dll.
c. Mal Istihlaki dan mal Isti’mali
Al-mal istihlaki adalah sesuatu yang tak dapat diambil manfaat
dan kegunaannya secara biasa, melainkan dengan
menghabiskannya.Dengan kata lain, benda yang dengan sekali kita

7
Ibid.,hal. 25

12
memakainya, habislah dia. Seperti; makanan, minuman, kayu api,
BBM dll.
Isti’maili adalah sesuatu yang dimanfaatkan dengan
memakainya berulang-ulang kali dalam materinya tetap
berpelihara.Dengan kata lain, tidaklah habis atau binasa dengan sekali
pakai, tetapi dapat dipakai lama menurut tabiatnya masing-masing.
Seperti; perkebunan, pakaian, rumah, tempat tidur dll.8
d. Mal Manqul dan Mal Ghairu Manqul
Al-mal manqul adalah segala harta yang boleh diangkut
(dipindahkan) dan dibawanya dari suatu tempat ketempat yang lain.
Seperti; uang, harta perdagangan dll.
Al-mal ghairu manqul (‘iqar) adalah sebaliknya, sesuatu yang
tidak bisa dipindahkan dan dibawa dari suatu tempat ketempat yang
lain. Seperti; tanah, rumah dll.9
e. ‘Ain dan Dain
Al-mal al-‘Ain adalah harta yang berbentuk benda, seperti
rumah, mobil, pakaian dll.Harta ‘ain dibagi atas 2:
a. Harta‘ain dzatiqimah, yaitu benda yang memiliki bentuk yang
dipandang sebagai harta, karena memiliki nilai yang dipandang
sebagai harta
b. Harta‘ain ghoir dzatiqimah yaitu benda yang tidak dapat dipandang
sebagai harta, seperti sebiji beras atau tepung. Al-mal al-dain adalah
sesuatu yang berada dalam tanggung jawab.10
f. Mal mamluk, mubah dan mahjur
Mal mamluk adalah sesuatu yang masuk dibawah kepemilikan,
baik milik perorangan maupun milik badan hukum, seperti pemerintah
atau yayasan.

8
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah Membahas
Hukum Pokok Dalam Interaksi Sosial-Ekonomi, PT. Pustaka Rizki Putra: Semarang,
2009, hal.143-147
9
Op Cit, hal. 28
10
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, Teras: Yogyakarta, 2011, hal.15

13
Mal mubah adalah sesuatu yang pada asalnya bukan milik
seseorang, seperti air di mata air, binatang buruan di darat, di laut,
pohon-pohon di hutan dan buah-buahannya.
Mal mahjur adalah sesuatu yang tidak boleh dimiliki sendiri
dan memberikan kepada orang lain menurut syari’ ahad akalanya
benda tersebut berupa benda wakaf atau benda yang dikhususkan
untuk masyarakat umum, seperti jalan raya, masjid, kuburan dll.11
g. Mal khasdan mal ‘am
Mal khas adalah harta pribadi yang tidak bersekutu dengan
yang lain. Harta ini tidak dapat diambil manfaatnya atau digunakan
kecuali atas kehendak atau seizing pemiliknya.
Mal’am adalah harta milik umum atau milik bersama, semua
orang boleh mengambil manfaatnya sesuai dengan ketepatan yang
telah disepakati bersama oleh umum atau penguasa.12
Dalam pandangan syar’i keberadaan harta yang ada ditangan
manusia tidak serta merta dapat dikonsumsi. Akan tetapi harus dilihat
terlebih dahulu dari berbagai aspek. Untuk itulah muncul teori tentang
pembagian harta yang dilihat dari berbagai macam aspeknya.
Pembagian ini berimplikasi pada halal dan haramnya manusia
menguasai, mengkonsumsi dan mentasarufkannya. Dapat disebutkan
bahwa pembagian harta dalam fiqh muamalah bukan hanya sebatas
mengategorisasikannya, namun juga sebagai landasan bagi halal dan
haramnya harta dikonsumsi, dikuasai dan ditasarufkan. lebih jelasnya
dapat dilihat sebagai berikut:13

11
Ibid, hal.19-20
12
Ibid, hal. 22
13
M. Yazid Afandi, Op.Cit. hal.20

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Harta adalah segala sesuatu yang dimanfaatkan kepada sesuatu yang
legal menurut hokum syara’ (hukum Islam) seperti jual beli, pinjaman,
konsumsi, dan hibbah atau pemberian. Jadi, apapun yang digunakan manusia
dalam kehidupan dunia merupakan harta.
Pandangan Islam terhadap harta adalah pandangan yang tegas dan
bijaksana, karena Allah SWT. menjadikan harta sebagai hak milik-Nya,
kemudian harta ini diberikan kepada orang yang dikehendakinya untuk
dibelanjakan pada jalan Allah. Harta yang baik adalah harta jika diperoleh
dari yang halal dan digunakan pada tempatnya. Harta menurut pandangan
Islam adalah kebaikan bukan suatu keburukan. Oleh karena itu harta tersebut
tidaklah tercela menurut pandangan Islam dan Karen itu pula Allah rela
memberikan harta itu kepada hamba-Nya. Dan kekayaan adalah suatu nikmat
dari Allah sehingga Allah SWT. telah memberikan pula beberapa kenikmatan
kepada Rasul-Nya berupa kekayaan.

B. Saran

Dengan kerendahan hati, penulis merasakan tulisan ini sangat sederhana


dan jauh dari sempurna. Saran, kritik yang konstuktif sangat diperlukan demi
kesempurnaan tulisan ini. Demikian pula, perlu penyempurnaan di sana – sini
agar tulisan ini menjadi lebih lengkap dan lebih bermanfaat bagi pembaca dan
pecinta bahasa Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

E-book Hendi Suhendi, FiqhMuamalah, Raja Grafindo: Jakarta, 2002


E-Book M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Logung Pustaka: Yogyakarta, 2009
Qomarul Huda, Fiqh Muamalah, Teras: Yogyakarta, 2011
Teungku Muhammad Habsi As-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah, PT
Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2009
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Fiqh Muamalah
Membahas Hukum Pokok Dalam Interaksi Sosial-Ekonomi, PT. Pustaka Rizki
Putra: Semarang, 2009
http://ainunnajib1994.blogspot.com/2016/02/makalah-harta-kedudukan-fungsi-
dan.html
http://journal.uii.ac.id/JIELariba/article/download/9655/7819#:~:text=Harta%20d
alam%20pandangan%20Islam%20pada,Islam%20memiliki%20kedudukan%20ya
ng%20penting.
http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tahdzib/article/download/97
0/2552/

16

Anda mungkin juga menyukai